Tabel 1.2.
Data Izin Perkawinan Poligami Di Pengadilan Tinggi Agama Seluruh Indonesia Tahun 2006
No. Mahkamah Syariah
PropinsiPengadilan Tinggi Agama Izin Poligami
1. SURABAYA
332 2.
SEMARANG 289
3. BANDUNG
77 4.
YOGYAKARTA 68
5. MATARAM
42 6.
PEKANBARU 21
7. MANADO
18 8.
PALEMBANG 18
9. JAKARTA
18
10. MEDAN
14
11. PONTIANAK
12 12.
UJUNG PANDANG 11
13. KENDARI
10 14.
SAMARINDA 10
15. PADANG
8 16.
BENGKULU 7
17. BANDA ACEH
6 18.
PALU 6
19. KUPANG 5
20. BANDAR LAMPUNG
5 21.
JAMBI 3
22. BANJARMASIN
3 23.
PALANGKARAYA 2
24. AMBON
2
JUMLAH 989
Sumber : Pengadilan Agama Medan Pengadilan Agama kota Medan juga mencatat mengenai data izin perkawinan
poligami yang terjadi di kota Medan dari tahun 2000-2006. Tetapi tidak semua izin perkawinan poligami ini yang dikabulkan. Penolakan ini juga disebabkan karena
syarat-syarat poligami yang belum memenuhi persyaratan. Ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.3.
Data Izin Perkawinan Poligami di Pengadilan Agama Medan
No. Tahun
Jumlah Izin Poligami
1. 2000
4 2.
2001 1
3. 2002
5 4.
2003 8
5. 2004
5 6.
2005 9
7. 2006
14
Sumber : Pengadilan Agama Medan Walaupun Pengadilan Agama memberikan izin untuk berpoligami dengan
berbagai persyaratannya, tetapi kenyataan di masyarakat masih banyak seorang suami yang melakukan poligami secara tidak resmi atau tidak dilakukan didepan petugas
pencatat nikah dan Pengadilan Agama, pelaku poligami ini hanya melakukan nikah siri dan ada juga yang melakukan pemalsuan identitas di KUA. Hal ini dilakukan
untuk menyembunyikan pernikahannya dari istri sebelumnya karena kemungkinan pelaku poligami tersebut tidak mendapatkan izin dari istri yang sebelumnya. Dari
tabel 1.4. di bawah ini dapat dilihat modus pelaku poligami :
Tabel 1.4.
Modus Pelaku Poligami
No. Jenis Modus
Jumlah
1. Menikah di bawah tangan
21 2.
Pemalsuan identitas di KUA 19
3. Nikah tanpa izin istri pertama
4 4.
Memaksa mendapatkan izin 1
5. Tidak diketahui modus
3
Jumlah 48
Sumber : LBH APIK Jakarta Tahun 2003
Universitas Sumatera Utara
Ketentuan mengenai masalah poligami diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan di Indonesia. Walaupun sudah ada UU Perkawinan
tersebut, kenyataannya poligami tetap saja terjadi dan terkadang poligami terjadi tanpa memenuhi syarat yang telah ditetapkan oleh UU Perkawinan dan Peraturan
Peradilan. Praktek poligami yang tidak sesuai dengan aturan-aturan dan syarat-syarat yang telah ditetapkan tersebut baik itu dalam hukum perkawinan di Indonesia dan
juga dalam ajaran agama khususnya Islam akan menimbulkan berbagai masalah yang serius dalam keluarga. Dimana hubungan antara suami dengan istri pertamanya dan
juga istri-istri lainnya akan menjadi tegang dan hubungan anak-anak yang berlainan ibu kemungkinan tidak harmonis. Selain itu juga, dengan terjadinya perkawinan
poligami ini, maka keluarga yang semula hanya terdiri dari satu keluarga inti saja menjadi terbentuk dari dua atau lebih keluarga inti dimana seorang suami menjadi
suami atau kepala rumah tangga yang sama untuk beberapa keluarganya karena itu perkawinan poligami dapat berpengaruh terhadap kehidupan sosial-ekonomi
keluarga, karena jika semula suami hanya mempunyai tanggungjawab pada satu keluarga saja maka setelah ia berpoligami ia akan mempunyai tanggung jawab yang
lebih besar untuk istri-istri dan anak-anaknya. Dalam penelitian ini ada beberapa alasan yang membuat peneliti merasa
tertarik untuk mengangkat masalah interaksi sosial dan konflik ekonomi keluarga yang berpoligami tersebut. Diantaranya adalah :
1. Terjadinya perkawinan poligami ini kemungkinan akan menimbulkan berbagai
permasalahan dalam keluarga, seperti terjadinya ketidakharmonisanhilangnya fungsi-fungsi keluarga. Untuk itu perlu kiranya dilakukan penelitian agar
Universitas Sumatera Utara
diketahui bagaimana interaksi sosial dan konflik ekonomi yang terjadi pada keluarga yang berpoligami tersebut.
2. Pada dasarnya tujuan dari pernikahan adalah menciptakan hubungan yang bahagia
dan harmonis diantara anggota keluarga yang dilandasi oleh rasa cinta dan kasih sayang. Tetapi realitanya, didalam kehidupan berkeluarga permasalahan selalu
saja muncul misalnya istri tidak bisa memberikan keturunan, sakitcacat, suami tidak mendapatkan kebutuhn seksual yang akhirnya memicu keinginan suami
untuk berpoligami. Dengan demikian perlu kiranya dilakukan penelitian agar diketahui apakah poligami merupakan solusi satu-satunya untuk memecahkan
permasalahan tersebut.
3. Adanya opini di dalam masyarakat bahwa poligami juga membawa dampak yang
positif bagi keluarga. Pendapat ini perlu kiranya dibuktikan melalui suatu
penelitian.
1.2 . Perumusan Masalah