BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
4.1. Profil Informan 4.1.1. Informan Kunci : Istri yang dipoligami
4.1.1.1. Ibu EF, korban poligami dari suami yang tidak bertanggung jawab.
Ibu EF yang berkulit kuning langsat ini sekarang berusia 48 tahun. Ia menikah di usia muda dengan seorang laki-laki yang bersuku sama dengannya yaitu suku
Mandailing. Ibu EF menikah karena dijodohkan oleh keluarga dengan seorang laki- laki yang masih mempunyai hubungan keluarganya. Sebelum menikah mereka sudah
saling mengenal dan dekat sehingga sama-sama tidak keberatan ketika dijodohkan. Dari pernikahan ini ia dikarunia tiga orang anak, yaitu dua orang laki-laki dan satu
orang perempuan. Anak pertamanya berusia 27 tahun sudah bekerja sebagai pegawai negeri sipil dan sudah menikah, anak kedua yang berusia 23 tahun sudah bekerja
sebagai karyawan di sebuah Hotel yang terletak di Jl. Sisingamangaraja, sementara itu anak perempuan yang paling bungsu yang berusia 18 tahun baru menyelesaikan
pendidikan di bangku SMU. Ibu EF tinggal di kawasan kota Matsum. Rumah ibu EF berada tepat didepan
jalan raya yang selalu ramai dilintasi mobil dan sepeda motor. Rumah itu sudah menjadi miliknya sendiri. Kondisi rumahnya memiliki fasilitas yang bisa dikatakan
layak. Rumah ibu EF terdiri dari tiga kamar tidur, satu kamar mandi, 1 ruang keluarga, sebuah dapur dan 1 ruang tamu. Di ruang tamu terdapat satu set kursi tamu
Universitas Sumatera Utara
sedangkan di ruang keluarga yang berukuran tidak terlalu luas terdapat 1 buah TV yang berukuran 21 inci, VCD Player, serta fasilitas-fasilitas lainnya. Rumah itu hanya
ditempati ibu EF bersama dua orang anaknya karena semenjak suaminya menikah lagi, suami ibu EF jarang sekali pulang kerumah.
Sehari-harinya ibu EF menjaga kios kecil yang berada di depan rumahnya. Ia menjual beranekaragam jajanan anak-anak mulai dari snack, permen, kerupuk,
minuman botol dan juga rokok. Selain itu juga ada beberapa perlengkapan sekolah seperti buku, pulpen, pinsil dan lain-lain. Pendapatan yang ia peroleh lebih kurang
Rp. 250.000hari, itupun kalau hari minggu yang pembelinya lumayan ramai, tetapi kalau hari-hari biasa, biasanya ia hanya memperoleh pendapatan lebih kurang Rp.
80.000 sampai dengan Rp. 100.000hari. Selain membuka kios kecil, ibu EF juga menjual dan mengansurkan barang-barang seperti pakaian, perhiasan, barang-barang
rumah tangga dan lain-lain. Wanita yang berpendidikan hanya sampai SMU ini mengetahui suaminya
berselingkuh dan telah menikah lagi dari sms-sms yang dibacanya di handphone suaminya. Dari nomor yang tertera di sms tersebut, ibu EF kemudian menghubungi
nomor tersebut dan ternyata wanita itu memang telah menikah dengan suaminya secara sirri. Wanita tersebut masih muda umurnya kurang lebih 22 tahun dan
berdomisili di Medan. Mereka telah menikah hampir 3 tahun. Setelah mengetahui suaminya telah menikah lagi, hatinya sangat hancur dan sakit, karena sudah hampir
28 tahun ia membina perkawinan dengan suaminya. Ia berharap perkawinan ini bisa langgeng dan bahagia sampai akhir hayatnya tetapi hanya kekecewaan dan sakit hati
Universitas Sumatera Utara
yang ia rasakan karena suaminya lebih memilih hidup bersama wanita muda yang kini telah menjadi istrinya daripada hidup dengannya.
Pada awalnya rumah tangga ibu EF bisa dibilang harmonis dan baik-baik saja. Menurut penuturan ibu EF, dulu suaminya adalah seorang yang baik dan sangat
bertanggung jawab terhadap keluarganya. Akan tetapi sudah hampir empat tahun belakangan ini rumah tangganya sudah mulai goyah. Mereka sering terlibat
pertengkaran. Permasalahan yang timbul tidak jelas dan jika ia bertengkar dengan suaminya, ia selalu mendapatkan perlakuan yang kasar seperti dipukul dan dicaci
maki olah suaminya. Walaupun demikian ibu EF tidak pernah membalas karena takut.
Menurut wanita yang tampak tegar, kuat dan pekerja keras ini mengatakan bahwa poligami merupakan tindakan yang dilakukan seorang suami tanpa
memikirkan perasaan orang-orang disekitarnya. Suami yang berpoligami adalah seorang suami yang egois yang hanya memikirkan kesenangan bagi dirinya sendiri.
Dengan terjadinya perkawinan poligami dalam sebuah keluarga, menurutnya akan menambah permasalahan yang ada di dalam keluarga tersebut.
Bagi ibu Ef menjaga hubungan keluarga dan nama baik keluarga adalah satu- satunya alasan mengapa ia tetap bertahan hidup berumah tangga dengan suaminya
walaupun suaminya telah menikah lagi, ibu EF tidak ingin hubungan keluarga mereka terpecah karena suaminya telah menikah lagi. Kini kehidupan sebagai istri yang
dipoligami telah dijalaninya hampir 3 tahun dan selama menjadi istri yang dipoligami hanya penderitaan-penderitaan yang ia dapatkan karena suami ibu EF tidak
memperdulikan kehidupannya dan juga anak-anaknya
Universitas Sumatera Utara
4.1.1.2. Ibu NR, istri yang tegar menerima nasib dipoligami
Ibu NR yang biasa disapa dengan Butet ini adalah seorang ibu rumah tangga yang dilahirkan pada tahun 1952 dan sekarang beliau berusia 55 tahun. Ibu Butet
yang berpostur tinggi besar ini merupakan wanita yang bersuku Batak. Pernikahan ibu Butet dengan suaminya kini adalah pernikahan yang ke-2. Suaminya terdahulu
sudah meninggal dunia karena kecelakaan sepeda motor. Dari penikahannya terdahulu itu, ibu Butet mempunyai seorang putri yang kini sudah menikah.
Sedangkan dari pernikahannya yang ke-2, ia dikarunia empat orang putra dimana anak pertama, kedua dan keempatnya sudah bekerja sebagai Polisi dan ditugaskan di
Medan, Penyabungan dan Kisaran. Sedangkan anak ketiganya telah bekerja sebagai satpam di salah satu Bank swasta di Medan.
Ibu Butet yang hanya menamatkan pendidikan sampai bangku SMU ini mengatakan bahwa selama berumah tangga dengan suaminya hingga sekarang ia
hanya berstatus sebagai ibu rumah tangga, karena suaminya melarangnya agar tidak bekerja dan mengurus anak-anaknya saja. Ibu NR dan kedua putranya tinggal di
rumah yang sudah menjadi milikya sendiri. Mereka tinggal di Jl. Gurila. Ibu NR tinggal di daerah itu sejak tahun 1992. Rumah yang mempunyai 4 kamar tidur itu
tidak tertata dengan rapi. Banyak terlihat tumpukan buku-buku di lemari dan di meja. Di ruang tamu terdapat 1 set kursi tamu dan 2 buah guci besar. Di dindingnya
terdapat sebuah foto keluarga yang kira-kira berukuran 1 ½ m x 1m. Ada satu set meja makan dan sebuah kulkas yang terletak di dekat dapur. Sementara di ruang
keluarga hanya ada 1 buah televisi, sebuah VCD player beserta 2 bauh loud speaker dan 1 buah kipas angin.
Universitas Sumatera Utara
Setiap paginya ibu Butet selalu memasak sarapan pagi untuk anaknya yang harus bekerja. Anak-anaknya sudah dibiasakan untuk sarapan pagi karena
menurutnya sarapan pagi itu sangat penting. Setelah menyiapkan sarapan ia lalu membereskan dan membersihkan rumah. Setelah semua pekerjaan rumah selesai, ia
pergi kepasar untuk berbelanja keperluan esok harinya. Menurut pengakuan ibu NR, sejak dulu suaminya adalah sosok suami yang
cuek yang tidak mau tau dan peduli dengan apapun dan kurang bertanggung jawab kepada keluarganya. Sikap dan prilaku suaminya ini semakin parah setelah ia
berpoligami. Menurut pengakuan ibu NR, sejak dulu suaminya sangat gemar main perempuan dan tingkah lakunya ini tidak berubah walaupun semua anak-anaknya
sudah beranjak dewasa. Di club-club karoeke dan diskotik ini suaminya berkenalan dengan seorang wanita yang kebetulan bekerja sebagai pelayan di club karoeke
tersebut. Hal ini semakin diketahui oleh ibu NR setelah suaminya semakin jarang pulang ke rumah.
Ibu Butet yang selalu tersenyum kepada penulis ketika wawancara berlangsung mengatakan bahwa hubunganya dengan suaminya memang sudah lama
tidak harmonis. Mereka sering terlibat pertengkaran. Selama terjadi hubungan yang tidak harmonis ini, ibu Butet dan suaminya sangat jarang melakukan hubungan
suami-istri, bahkan terkadang suaminya memaksanya hingga pernah memukul dan mencekiknya. Mungkin karena permasalahan inilah yang mendorong suaminya untuk
menikah lagi. Setelah mengetahui suaminya telah menikah lagi, ibu NR merasa sangat sakit hati atas penghianatan yang dilakukan suaminya itu. Belum lagi rasa
malu terhadap pandangan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya terhadap keadaan
Universitas Sumatera Utara
keluarganya, namun ibu NR tetap tabah dan sabar menghadapi segala cobaan yang menimpa kehidupan keluarganya.
Bagi ibu NR poligami merupakan suatu hal yang bisa mengancam keharmonisan dalam sebuah keluarga, karena menurutnya tidak mungkin seorang
suami dapat berlaku adil terhadap semua keluarganya dan juga mana ada perempuan di dunia ini yang rela untuk dipoligami. Dengan berpoligami seorang suami akan
semakin mengabaikan istri dan anak-anaknya dan labih mementingkan kehidupan istri keduanya. Menurut ibu NR, sebenarnya ia tidak ingin dipoligami karena itu ia
pernah mencoba untuk melaporkan prilaku dan tindakan suaminya yang telah menikah lagi ini kepada atasan suaminya dan juga pernah menuntut cerai. Ia mengaku
sudah tidak tahan lagi dengan perlakuan kasar suaminya, tetapi usahanya ini tidak berhasil karena suaminya terlanjur mengetahui niat ibu NR ini. Setelah kejadian ini
ibu NR mendapat ancaman dari suaminya apabila ingin melaporkannya kembali. Kini jika suaminya pulang dan marah-marah padanya, ibu NR hanya bisa diam dan
menghindar dari suaminya. Kini, sudah hampir 5 tahun ia menjalani perannya sebagai seorang istri yang
dipoligami. Selama 5 tahun menjalaninya ibu NR hanya bisa pasrah dan tegar terhadap cobaan yang diberikan Allah padanya. Ia hanya bisa terus berdoa semoga
suaminya dapat berubah menjadi suami yang baik dan kehidupan keluarganya dapat harmonis kembali.
Universitas Sumatera Utara
4.1.1.3. Ibu AN, istri yang bersedia dipoligami karena sangat menggantungkan hidup keluarganya pada suaminya.
Ibu AN adalah seorang ibu rumah tangga yang berusia 50 tahun. Ibu AN yang sangat kental logat Mandailingnya ini menikah pada umur 19 tahun. Dari
pernikahannya ini ia dikarunia lima orang anak yang terdiri dari dua orang laki-laki dan tiga orang perempuan. Anak laki-lakinya yang sulung berusia 29 tahun sudah
menikah. Anak keduanya telah meninggal dunia 8 tahun yang lalu karena sakit. Anak perempuannya yang ketiga berusia 24 tahun baru saja menikah dan sedang
mengandung, sedangkan anak keempat yang masih duduk di bangku kelas II SLTP kini berusia 13 tahun dan anak perempuannya yang paling bungsu yang kini berusia 8
tahun masih duduk di bangku kelas III SD. Ibu AN tinggal di kawasan Perumnas Mandala. Rumah tersebut sudah
menjadi milik sendiri. Rumah ini ditempati ibu AN bersama tiga orang anaknya termasuk anak perempuannya yang telah menikah sedangkan suaminya jarang pulang
kerumah. Kondisi rumah ibu AN tidak begitu bagus dan tidak begitu bersih. Ada beberapa asbes yang sudah lapuk karena terkena air. Begitu juga dengan perabotan
yang ada di dalam rumah. Hanya terlihat beberapa kursi plastik dan lemari dinding yang terletak di ruang tamu. Sedangkan di ruang TV yang menyatu dengan ruang
tamu hanya terdapat satu buah TV dan sebuah VCD. Ada satu set meja makan yang terletak didekat dapur. Dibelakang rumah ada sebuah tangga untuk naik keloteng
yang dulunya dijadikan kamar untuk anak sulungnya. Tetapi kini setelah anak sulungnya menikah loteng tersebut dipergunakan untuk gudang.
Universitas Sumatera Utara
Latar belakang pendidikan ibu AN adalah SMU. Sehari-harinya ibu AN sering berladang di rumahnya. Karena rumah ibu AN berdekatan dengan tol yang
memiliki lahan yang kosong sehingga ibu AN memanfaatkannya untuk menanam berbagai macam tanaman atau sayuran seperti bayam, serai, ubi, kacang panjang,
pohon pisang, pohon nangka dan lain-lain . Kegiatan inilah yang biasanya dilakukan ibu AN untuk menghabiskan waktunya setiap hari.
Suami ibu AN bekerja sebagai pegawai di departemen Perhubungan di daerah Belawan. Ia juga menyewakan beberapa mobil pick up miliknya. Menurut pengakuan
ibu AN, sejak suaminya menyewa-sewakan pick up tersebut, suaminya jarang pulang kerumah. Suaminya beralasan bahwa mobilnya sedang rusak dan juga semenjak itu
juga suaminya jadi sering nongkrong di kedai-kedai kopi di kawasan marelan. Hal ini diketahui setelah anak pertamanya mencari tau apa yang sebenarnya dilakukan oleh
ayahnya. Karena seringnya suami ibu AN berada di kedai-kedai kopi inilah, suami ibu AN berkenalan dengan pemilik warung yang sekarang sudah menjadi istri
keduanya. Mereka menikah secara siri dan tidak diketahui oleh ibu AN. Setelah mengetahui suaminya menikah lagi ia mengaku sangat sakit hati dan kecewa atas
tindakan suaminya itu. Sebelum suaminya berpoligami, hubungan ibu AN dengan suaminya berjalan
harmonis dan baik-baik saja. Walaupun diakuinya bahwa pernah terjadi pertengkaran kecil diantara mereka yang dianggapnya sebagai hal yang wajar dalam mengarungi
bahtera rumah tangga. Ibu AN yang berbadan gemuk dan berkulit putih ini menuturkan bahwa dulu suaminya adalah seseorang yang sangat memperhatikan
Universitas Sumatera Utara
keluarganya. Tetapi sekarang setelah suaminya berpoligami banyak perubahan sikap yang ditunjukan suaminya.
Dalam pandangan ibu AN, poligami adalah suatu tindakan yang salah besar, karena poligami hanya dipakai untuk kepuasan seksual dan menurutnya tidak ada
perempuan yang akan rela dipoligami yang ada hanya suatu keterpaksaan saja. Seperti pengakuan ibu AN, yang terpaksa menjalani hidup sebagai istri yang
dipoligami karena sangat menggantungkan hidup keluarganya pada suaminya. Kini sudah hampir 7 tahun ia menjalani sebagai istri yang dipoligami. Walaupun demikian
ia tidak tidak pernah menuntut cerai dan hanya bisa sabar dan pasrah menjalani hidupnya.
4.1.1.4. Kak IM, korban poligami dari suami yang tidak mencintainya.
Kak IM yang berusia 30 tahun ini merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Ia asli suku Minang. Kak IM menikah karena dijodohkan. Ia menikah
pada usia 23 tahun. Orang tua suaminya ingin agar anaknya menikah dengan orang kampungnya sendiri. Kak IM dan suaminya berasal dari kampung yang sama yaitu
Bukit Tinggi. Sebelumnya mereka tidak pernah saling mengenal satu sama lainnya karena kak IM dan suaminya menuntut ilmu di kota yang berbeda. Suaminya sekolah
di Medan dan jarang pulang kampung sedangkan kak IM sendiri sekolah di kota Padang. Mereka menikah bukan karena saling jatuh cinta tetapi karena adanya
paksaan dari kedua orang tua masing-masing. Dari pernikahannya ini ia mempunyai dua orang anak. Anak pertamanya perempuan berusia 4 tahun dan anak keduanya
laki-laki berusia 2 tahun.
Universitas Sumatera Utara
Kak IM dan keluarganya tinggal di sebuah rumah di Perumahan Menteng Indah. Kondisi rumahnya memiliki fasilitas yang layak. Rumahnya yang terdiri dari 3
kamar tidur, 2 kamar mandi, sebuah dapur, 1 ruang tamu dan 1 ruang keluarga. Di belakang rumahnya terdapat sebuah taman kecil yang sangat asri dengan sebuah
ayunan yang biasanya dipakai bermain oleh anak-anaknya. Rumah yang tertata dengan rapi dan bersih ini dilengkapi dengan 1 set kursi tamu yang terbuat dari
Jepara, 1 buah lemari dinding yang didalamnya terdapat beberapa buah guci dan 3 buah kristal. Di ruang keluarga terdapat 1 buah meja panjang yang diatasnya tersusun
beberapa buah figura foto dan 1 buah TV yang dilengkapi dengan 1 set peralatan sound sistem DVD serta sebuah karpet sebagai alas untuk bersantai. Ada sebuah
sepeda motor Yamaha Mio dan sebuah mobil Toyota Avanza berwarna silver yang terletak di garasi rumah yang berukuran kira-kira 5m x 3m. Rumah yang memiliki 2
buah AC ini dihuni kak IM dengan 2 orang anaknya dan seorang pembantu serta suaminya.
Kegiatan sehari-hari yang dilakukan kak IM adalah hanya mengurusi kedua orang anaknya dan sekali waktu ia membantu suaminya di toko pakaian milik
suaminya. Walaupun ada seorang pembantu yang membantunya di rumah tetapi kak IM selalu tetap memasak untuk keluarganya. Memasak merupakan hobi kak IM
karena itu ia mempunyai keinginan untuk membuka rumah makan Padang. Setelah mengetahui rencana menikah kedua kali suaminya ini, kak IM sangat
terkejut apalagi anaknya masih sangat kecil. Perasaannya menjadi galau, gelisah tetapi perasaan ini bisa berangsur-angsur membaik karena sikap suaminya yang tidak
berubah walaupun telah menikah lagi. Suami kak IM menikah lagi pada saat usia
Universitas Sumatera Utara
pernikahan mereka baru berumur 2 tahun. Ia menikah dengan pacarnya yang ia kenal sewaktu kuliah di Medan. Mereka sudah pacaran sejak 4 tahun atau sebelum ia
menikah dengan kak IM. Mereka menikah tidak lewat KUA karena mereka kesulitan dalam mengurus izin menikah apalagi kak IM dan keluarga suaminya tidak
memberikan izin untuk suaminya. Mereka menikah hanya lewat penghulu kemudian baru kecatatan sipil dan Kantor Urusan Agama.
Hubungan kak IM dengan suaminya sebelum berpoligami bisa dibilang harmonis walaupun mereka menikah bukan karena saling mencintai. Kak IM
mengatakan rasa cinta dan sayang pada suaminya datang dengan sendirinya. Apalagi suaminya sangat bertanggungjawab terutama dalam pemberian nafkah terhadap anak-
anaknya. Menurut wanita yang memakai kaca mata ini, poligami merupakan hak setiap laki-laki apalagi jika ia sanggup dan mampu menjalankan segala tanggung
jawabnya secara adil untuk semua keluarga. Belum lagi jika seorang suami mempunyai kecukupan materi tetapi tidak semua wanita bisa menerima poligami
dengan ikhlas, seperti yang terjadi pada kak IM, awalnya ia sempat tidak mengizinkan jika suaminya ingin menikah lagi tetapi kak IM memikirkan akan
kepentingan anak-anaknya dan masalah ekonomi keluarga yang membuatnya memilih untuk dipoligami.
Hingga kini sudah 5 tahun ia menjalani sebagai istri yang dipoligami. Ia harus bisa menerima keadaan ini dengan ikhlas karena walau suaminya telah berpoligami
sikap dan prilaku suaminya tidak ada yang berubah. Suaminya tetap menyayangi dan bertanggungjawab atas kehidupan anak-anaknya serta dapat berlaku adil untuk
memberikan nafkah kepada setiap keluarganya.
Universitas Sumatera Utara
4.1.1.5. Ibu RP, istri yang ikhlas dipligami karena ingin menjadi istri yang soleha.
Ibu RP yang kesehariannya ini selalu memakai jilbab kini berusia 44 tahun. Ia bersuku Jawa dan logat bahasa Jawanya masih sangat kental terdengar. Ibu RP
menikah pada tahun 1989. Dari pernikahannya itu ia dikaruniai 6 orang anak. Ibu RP dan keluarganya tinggal di jalan Gajah Mada No.20M. Tempat tinggalnya ini
berdekatan atau satu tempat dengan tempat usaha rumah makan ayam bakarnya. Sebelumnya mereka tinggal di Perumahan Johor Indah Medan tetapi kini rumah
tersebut sudah ditempati oleh keluarganya yang lain. Di pelataran parkirnya terdapat beberapa mobil yang bernomor polisi nama anaknya, serta ada juga mobil yang
bernomor polisi bertuliskan 4 Bini. Sementara mobil yang sering dipakai ibu RP sehari-harinya adalah mobil Honda Jazz berwarna merah yang sering dibawanya
sendiri tanpa seorang supir. Sehari-harinya ibu RP bekerja sebagai staf pengajar di Politeknik Negeri
Medan. Ibu RP merupakan tamatan dari Fakultas Ekonomi Jurusan Ekonomi Perusahaan UGM yang menamatkan pendidikannya pada tahun 1986. Selain itu juga
sehari-harinya ibu RP membantu suaminya dalam mengelola dan menjalani usaha rumah makan ayam bakar milik keluarganya.
Menurut ibu RP, pada mulanya hatinya hancur dan sedih ketika mengetahui suaminya menikah lagi tetapi akhirnya pikiran dan hatinya menjadi terbuka tentang
kebenaran poligami karena hal ini merupakan bagian dari kebenaran hukum Allah yang diperuntukkan bukan saja bagi Rasulnya tetapi juga bagi umatnya. Sehingga ia
merasa bahwa ini sudah takdir dan hanya bisa menerimanya dengan lapang dada dan
Universitas Sumatera Utara
lama kelamaan ia yakin kesenangan dan kesedihan buat orang muslim adalah merupakan kebaikan jika kita bersyukur dan bersabar dan sekarang banyak hikmah
dan nilai positif yang bisa ia ambil dari perkawinan poligami yang dilakukan suaminya antara lain menurutnya ia lebih sabar dan dan dapat belajar untuk saling
berbagi dengan orang lain dan juga bisa menolong orang-orang miskin agama dan harta.
Menurut penuturan ibu RP tidak ada yang berubah dari prilaku suaminya sebelum dan sesudah berpoligami, hubungan mereka harmonis bahkan kini hubungan
mereka semakin harmonis. Ini terjadi karena perkawinan poligami yang dilakukan suaminya dilakukan secara jujur, transparan dan dijalankan berdasarkan ajaran agama
yang mereka anut dan suami bisa menjalankan segala kewajiban dan tanggung jawabnya dengan sebaik-baiknya.
Seperti penuturan ibu RP kepada penulis : “Suami saya adalah pribadi yang sangat bertanggungjawab dan menyayangi
serta mencintai keluarganya. Oleh karena itu, poligami tidak bisa dijadikan alasan, karena dalam agama yang saya anut agama membolehkan seorang
laki-laki untuk berpoligami. Sejak menikah hingga saat ini cinta dan perhatian bapak tidak berubah, bahkan lebih dari sebelumnya. Walaupun sudah ada
wanita lain yang menjadi istrinya dan ternyata dengan hadirnya wanita lain sebagai istri disamping suami tidak membuat saya merasa diduakan apalagi
merasa tidak dicintai. Saya yakin dibalik semua ini, Allah SWT memberikan yang terbaik buat saya dan anak-anak”.
Wawancara, Mei 2007
Poligami menurut ibu RP bukan suatu bentuk pelecehan dan penghinaan terhadap wanita, tetapi dengan berpoligami mereka bisa menjaga kesucian diri
seorang suami dari tindakan yang dilarang agama dan juga karena poligami bukan suatu hal yang diharamkan dalam agama karena dengan berpoligami para suami ini
Universitas Sumatera Utara
bisa menjaga keutuhan dan keharmonisan keluarganya dari perselingkuhan yang mungkin dilakukan para suami tanpa sepengetahuan istri dan keluarganya.
Hingga sekarang kehidupan sebagai istri yang dipoligami telah dijalaninya sudah hampir 10 tahun. Walaupun ia tidak memungkiri bahwa ada beberapa
masyarakat yang memandang miring tentang kehidupan yang dijalaninya sebagai istri dari seorang suami yang mempunyai 4 orang istri. Baginya, ini justru merupakan
ladang amal kalau kita mau menyadarinya dan juga ia tetap yakin karena jika ia berbuat baik maka masyarakat atau kawan akan bersimpati.
4.1.1.6. Ibu J, istri yang tegar dan kuat menerima dipoligami
Ibu J yang berkulit kuning langsat ini sekarang berusia 37 tahun. Ibu J menikah dengan seorang laki-laki yang memiliki suku yang sama dengannya yakni
suku Batak. Mereka menikah karena saling mencintai. Dari pernikahan ini ia mempunyai 2 orang putra. Anak pertama duduk dibangku II SLTP dan yang bungsu
masih duduk di kelas V SD. Ibu J yang berparas Batak ini tinggal di sebuah rumah di daerah pancing.
Rumah yang menyatu dengan klinik bersalin dan sebuah apotik miliknya ini berada di depan jalan raya yang selalu ramai dilewati kendaraan. Walaupun berukuran kecil
tetapi rumah ibu J tertata rapi dan bersih. Perabotannya tidak begitu banyak, hanya ada sebuah sofa panjang berwarna cream dan sebuah meja di ruang tamu. Di ruang
keluarga yang menyatu dengan ruang makan hanya terdapat 1 buah meja TV yang dilengkapi dengan 1 set televisi dan juga VCD player serta ada seperangkat komputer
Universitas Sumatera Utara
disampingnya. Di garasi rumah hanya ada 1 buah mobil Suzuki Karimun yang sering dipakai ibu J sehari-harinya.
Suami ibu J merupakan seorang dokter spesialis anak-anak yang membuka klinik di depan rumahnya. Dari usaha membuka klinik ini kehidupan ekonomi
keluarga ibu J bisa dikatakan telah mapan dan tercukupi. Dengan semakin majunya klinik tersebut maka suami ibu J membuka sebuah klinik bersalin yang bersebelahan
dengan klinik yang telah dibuka sebelumnya karena kebetulan juga ibu J merupakan tamatan dari Akedemi Kebidanan sehingga dipercaya oleh suaminya untuk mengelola
klinik bersalin tersebut. Sampai sekarang selain menjalankan tugasnya sebagai ibu rumah tangga ia juga mengelola klinik dan apotik yang diberikan suaminya untuknya.
Awalnya ibu J tidak menaruh rasa curiga pada perubahan kelakuan dan sikap suaminya tetapi setelah ia melihat sendiri apa yang sedang dilakukan oleh suami
dengan perawat itu di dalam klinik tersebut maka ia menjadi yakin bahwa suaminya telah berselingkuh. Menurut pengakuannya, hatinya sangat sakit karena merasa telah
dikhianati. Hingga sekarang perasaan tersebut tidak bisa dia hilangkan. Kejadian- kejadian itu masih terus terbayang dan tidak akan pernah dilupakannya.
Hubungan keluarga ibu J bisa sebelum suaminya berpoligami bisa dibilang harmonis dan baik-baik saja. Tetapi semenjak semakin majunya klinik yang mereka
buka, sikap suaminya menjadi berubah apalagi setelah ada perawat baru yang bekerja di klinik tersebut. Perselingkuhan antara suami ibu J dengan perawat itu diketahui
oleh ibu J dan setelah kejadian itu suami ibu J meminta izin untuk menikahi perawat tersebut. Walaupun ibu J memberikan izin, tetapi ibu J mengajukan beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi suaminya. Menurut penuturan ibu J, ia meminta agar
Universitas Sumatera Utara
kepemilikan klinik bersalin tersebut menjadi miliknya sepenuhnya dan juga ia meminta agar suaminya membuka sebuah apotik untuknya. Selain itu juga, ibu J
meminta agar klinik bersalin miliknya tidak bersebelahan dengan klinik milik suaminya. Semua persyaratan yang diajukan ibu J ini dipenuhi suaminya. Kini klinik
bersalin yang dikelolanya terletak kira-kira 500 meter dari klinik milik suaminya. Walaupun masih berdekatan tetapi ibu J lebih merasa nyaman untuk mengelolanya.
Poligami diartikan ibu J sebagai suatu bentuk penghianatan yang dilakukan seorang suami terhadap keluarganya dan akibat dari tindakan poligami yang
dilakukan suami ini mengakibatkan istri dan anak sebagai orang yang paling menderita, sementara suami sangat jarang bisa merasakan penderitaan itu, karena ia
lebih banyak merasakan kesenangan dari tindakan poligaminya itu. Kerelaannya untuk menerima sebagai istri yang dipoligami disebabkan karena
adanya keterikatan hubungan dengan anak, dimana ia rela dipoligami hanya karena agar anak-anak tidak kehilangan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Selain itu
juga karena tidak ada kata cerai hidup dalam agama Kristen yang dianutnya karena mereka hanya dapat dipisahkan karena kematian dan juga untuk menghindari fitnah
dari masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya. Seperti yang dikatakan oleh ibu J kepada penulis sebagai berikut :
“Anak-anak adalah salah satu alasan kenapa saya mau dipoligami. Kasihan saya dengan anak-anak. Mereka akan kehilangan kasih sayang orang tuanya
dan menjadi anak-anak dari keluarga yang broken home jika saya memilih cerai daripada mau dipoligami”. Wawancara, Mei 2007
Kini hidup sebagai istri yang dipoligami telah memasuki tahun ke-4. Ia hanya bisa tegar dan tetap sabar menjalaninya karena bagaimanapun juga ibu J memiliki
Universitas Sumatera Utara
anak-anak yang memerlukannya sehingga menurutnya apapun akan dilakukannya untuk membahagiakan kedua anaknya ini.
4.1.1.7. Ibu W, istri yang bersedia dipoligami untuk menjaga keutuhan dan kebahagiaan keluarganya.
Ibu W yang selalu berpakaian muslim dan berwajah manis kini berusia 31 tahun. Beliau berasal dari suku Minang sedangkan suaminya berdarah Melayu. Ibu W
menikah pada tahun 2000 dengan seorang laki-laki yang usianya lebih tua 6 tahun darinya. Ia bersedia menikah dengan suaminya karena menurutnya suaminya adalah
seorang laki-laki yang bertanggungjawab, sangat sayang terhadap keluarganya, taat beragama dan juga seorang yang pekerja keras. Dari pernikahannya itu ibu W
dikarunia dua orang anak perempuan. Anak pertamanya yang berusia 6 tahun masih duduk di bangku kelas I SD dan anaknya yang bungsu masih berumur 3 tahun.
Ibu W dan keluarganya tinggal di Kompleks Cemara Asri. Kondisi rumahnya memiliki fasilitas yang lengkap dengan perabot yang mewah. Rumah itu terdiri dari 4
kamar tidur, 2 kamar mandi, 1 ruang tamu, sebuah dapur yang dilengkapi dengan kitchen set, dan sebuah ruang keluarga. Rumah yang berarsitektur minimalis dan
bertingkat ini mempunyai sebuah taman yang tertata rapi dengan berbagai tanaman hias dan sebuah kolam ikan. Di sampingnya terdapat sebuah garasi yang bisa
menampung 2 buah mobil. Rumah itu dihuni ibu W bersama suaminya, 2 orang anaknya dan seorang pembantu.
Sehari-harinya ibu W menjaga usaha toko emasnya yang berada di lantai 2 pasar aksara Medan. Ia juga dibantu oleh keponakannya yang berasal dari
Universitas Sumatera Utara
kampungnya. Toko emas ini dikelolanya sudah hampir 3 tahun. Menurutnya, usaha ini adalah usaha sambilan atau untuk mengisi waktu saja, karena segala keperluan
ekonomi keluarga masih ditanggung suaminya. Wanita yang menamatkan pendidikannya di Fakultas Sastra Jurusan Bahasa
Inggris ini awalnya tidak mengizinkan suaminya untuk menikah lagi, tetapi suaminya tetap memberikan pengertian dan pemahaman mengenai keluarga poligami. Setelah
ia menimbang dan memikirkannya, akhirnya ia mengizinkan suaminya untuk menikah lagi. Tetapi dengan syarat ia harus ditemukan terlebih dahulu dengan calon
istri suaminya itu. Setelah bertemu dan mengetahui bagaimana sikap dan kepribadian calon istri suaminya itu, ibu W pun memberikan izin pada suaminya untuk menikah
lagi. Sebelum mempunyai 2 orang istri, hubungan ibu W dengan suaminya sangat
terbuka dan berjalan harmonis. Suaminya sangat memperhatikan dan bertanggungjawab terhadap keluarganya. Hingga suaminya telah memiliki 2 orang
istri sikap dan prilaku suaminya tidak ada yang berubah. Menurutnya, suaminya juga seorang yang gigih dalam mencari nafkah untuk keluarganya.
Pada awal menjalani kehidupan sebagai istri yang dipoligami, keadilan yang dilakukan suaminya adalah dengan membagi uang, fasilitas dan waktu bersama
secara seimbang. Misalnya, jika hari ini ibu W yang diberikan uang oleh suaminya maka istri kedua juga diberikan uang dalam jumlah yang sama. Jika hari ini ibu W
diajak ke suatu tempat maka hari berikutnya istri kedua suaminya dibawa ke tempat yang sama dengan aktivitas yang sama pula. Begitulah selama setahun suaminya
belajar menjalankan keadilan maka tidak jarang suaminya melakukan kesalahan.
Universitas Sumatera Utara
Ketidakefektifan menjalankan keadilan itu membuat ibu W dan istri kedua suaminya itu meminta agar suaminya menjalankan segala kewajibannya sesuai dengan
kemampuannya saja. Sementara mengenai hari jatah gilir, suaminya yang menentukannya sendiri. Hari jatah gilir yang disepakati adalah seminggu untuk ibu W
dan seminggu untuk ibu M. Suaminya juga memberikannya rumah, mobil dan fasilitas lainnya. Selain itu juga suaminya memberikan usaha pada masing-masing
istrinya sehingga ibu W dan ibu M mempunyai kegiatan-kegiatan yang positif selain sebagai seorang ibu rumah tangga.
Poligami menurut ibu W adalah suatu cara yang dapat dilakukan seorang suami untuk menghindari dirinya dalam melakukan perbuatan-perbuatan yang
dilarang agama seperti perbuatan zina dan juga suatu cara untuk menjaga keharmonisan dan keutuhan keluarganya. Apabila poligami itu dapat dilakukan sesuai
dengan nilai-nilai agama maka konflik yang terjadi dalam keluarga kemungkinan lebih kecil terjadi dan hubungan antara keluarganya dapat tetap terjaga dengan baik.
Cara pandang mengenai arti poligami inilah yang dijadikan alasannya untuk menerima menjadi istri yang dipoligami. Menurutnya, cara ini lebih baik daripada ia
membiarkan suaminya terjerumus ke lembah kemaksiatan dan melakukan perselingkuhan tanpa sepengetahuan ia dan juga keluarganya.
Kini 5 tahun sudah ia menjalani peran sebagai seorang istri yang dipoligami dan selama itu pula kehidupan keluarganya tetap harmonis, walaupun pada awalnya
ia sempat tidak menyetujui pernikahan tersebut tetapi sekarang ia bisa menikmati hidup berdampingan dengan wanita yang juga merupakan istri dari suaminya dengan
saling menghormati dan saling menyayangi satu sama lainnya.
Universitas Sumatera Utara
4.1.1.8. Ibu N, seorang istri yang mencarikan sendiri calon istri untuk suaminya
Ibu N yang bersuku Jawa dan Banjar ini kini berusia 42 tahun. Pada tahun 1987 ibu N menikah dengan bapak MI, pada saat itu umur ibu N masih 21 tahun
sementara suaminya masih berumur 22 tahun. Ibu N yang telah menikah selama 20 tahun kini telah memiliki lima orang anak yakni 2 orang laki-laki dan 3 orang
perempuan. Anak pertamanya yang berusia 19 tahun kini masih kuliah di Fakultas Kedokteran UISU, anak keduanya perempuan yang berusia 16 tahun masih duduk di
kelas II SMU di Perguruan Al-Azhar, anak ketiganya yang berusia 13 tahun juga bersekolah di Perguruan Al-Azhar duduk di kelas II SLTP, Sementara anak
keempatnya yang juga perempuan masih berusia 10 tahun dan duduk di kelas V SD dan anak laki-laki yang paling bungsu masih berusia 7 tahun masih duduk di kelas II
Sekolah Dasar. Ibu N dan keluarganya tinggal di Jln. STM Medan. Kondisi rumahnya bisa
dikatakan mewah dan besar. Rumah ini mempunyai fasilitas yang lengkap dan juga mempunyai kamar yang banyak, karena selain ibu N, suami dan juga anak-anaknya,
istri kedua suaminya juga tinggal satu rumah bersamanya. Di halaman rumah yang terletak di dekat teras rumah banyak sekali tanaman anggrek dengan berbagai warna
dan jenis karena menurut penuturan ibu N, ia sangat gemar menanam anggrek dan ini dilakukannya sudah semenjak ia remaja dulu.
Sehari-harinya ibu N membantu usaha fotocopi milik suaminya. Ia bertanggung jawab dalam bidang administrasi dan keuangan. Ibu N mengatakan,
setiap suami pasti terlintas dalam keinginannya untuk beristri lebih dari satu. Hanya
Universitas Sumatera Utara
saja, jika keinginan beristri lebih dari satu itu bila dijalani sesuai nilai agama akan menguntungkan bagi sebuah keluarga. Ibu N sadar, dengan keberadaan suaminya
seperti ini dipastikan ia memiliki kemampuan untuk menikah lebih dari satu. Awalnya ia terkejut dan sempat tidak mengizinkan apabila suaminya berniat untuk
menikah lagi. Hari-hari sesudah itu, ibu N dan suaminya terlibat pembicaraan yang serius mengenai rencana menikah kedua suaminya itu.
Selanjutnya ibu N lah yang berperan mencarikan calon istri bagi suaminya ini. Ibu N menemukan F yang kini usianya 33 tahun. F adalah teman baik ibu N di
pengajian atau di majelis taklim. Sebagai langkah awal, ibu N hanya mengakrabi F sebagai teman biasa hingga mulai berkomunikasi dengan F tentang kemungkinan ia
menjadi istri dari suaminya hingga bagaimana membangun rumah tangga poligami. Selama dua tahun berkomunikasi, menurut ibu N, komunikasi kami seperti merajut
lembaran kain yang berserakan. Kain yang berserakan itu adalah cara pandang tentang keluarga poligami. Setelah itu, ibu N sendiri yang melamar F untuk
suaminya. Awalnya keluarga ibu N, suaminya dan juga F tidak menyetujui rencana pernikahan mereka. Tetapi akhirnya setelah diberi pengertian-pengertian maka
keluarga mereka menyetujui rencana pernikahan kedua suaminya itu. Ibu N juga menyiapkan semua perlengkapan pernikahan itu. Setelah menikah, ibu N dan istri
kedua suaminya meminta pada suaminya agar mereka tinggal dalam satu rumah saja. Pertimbangan ini agar memudahkan mereka berkomunikasi satu sama lain dan
memberikan pendidikan kepada anak-anak mereka. Menurutnya, berpisah rumah justru akan mempersulit mereka dalam berbagi kasih sayang dan juga mereka sudah
Universitas Sumatera Utara
menganggap bahwa mereka adalah satu keluarga jika berlainan rumah sudah menjadi dua keluarga.
Menurut penuturan ibu N, hubungannya dengan suaminya ketika suaminya belum mempunyai 2 orang istri berjalan dengan harmonis dan baik. Begitu juga
ketika suaminya telah berpoligami, hubungan mereka semakin harmonis walaupun ia tinggal satu rumah bersama istri kedua suaminya tersebut. Meskipun hidup dalam
satu rumah, suaminya tetap memberikan hari gilir kepada dua orang istrinya. Senin, selasa, kamis dan sabtu adalah waktu untuk ibu N sedangkan rabu jum’at dan minggu
untuk F. Pembagian waktu itu memang dibuat oleh ibu N, namun suaminya dan juga F bisa menerimanya.
Wanita yang sehari-harinya memakai jilbab panjang ini mengatakan bahwa poligami merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan seorang suami untuk
menjaga kesucian dirinya, karena dengan berpoligami seorang suami dapat menyalurkan kebutuhan seksualnya dengan cara yang halal. Ibu N menyadari bahwa
dengan menikah lagi berarti kesucian diri suami dan keluarganya akan terjaga. Kini sembilan tahun sudah ia menjalani hidup sebagai seorang istri dari suami yang
memiliki 2 orang iatri dan 8 orang anak. Kehidupan keluarganya tetap harmonis apalagi mereka tinggal dalam satu rumah sehingga hubungan diantara mereka sudah
sangat dekat.
Universitas Sumatera Utara
4.1.1.9. Ibu NS, pedagang pakaian yang menerima dipoligami karena menganggap ini sudah suratan nasib hidupnya.
Ibu NS kini berusia 46 tahun. Ia merupakan seorang mualaf. Sebelumnya ia beragama Kristen dan bersuku Batak dengan marga Siagian tetapi setelah menikah ia
masuk agama Islam. Ibu NS menikah dengan seorang laki-laki yang bersuku Jawa dan berusia lebih tua 14 tahun darinya. Dari pernikahannya ini ia mempunyai dua
orang anak, yakni AT yang berusia 20 tahun merupakan mahasiswa di Universitas Medan Area tingkat II. dan FZ yang berusia 18 tahun yang baru saja menamatkan
SMU. Ibu NS tinggal di daerah setia budi. Jika ia sedang berada di Malaysia, hanya
kedua anaknya saja yang menempati rumah itu. Rumah yang berdekatan dengan rumah istri ketiga dan keempat suaminya itu memiliki 3 buah kamar, 1 kamar mandi,
sebuah dapur dan ruang keluarga yang menyatu dengan ruang tamu Rumah yang berukuran sedang ini terletak di lingkungan yang sangat bersih walaupun berada di
dalam gang. Ibu NS yang berkulit putih dan berpostur tinggi ini adalah seorang pedagang
pakaian muslim di Malaysia. Ia pulang ke Medan sekali dalam sebulan. Selama berada di Medan ia hanya tinggal selama satu sampai dua minggu saja. Berjualan
pakaian di Malaysia sudah dilakukannya sejak 7 tahun yang lalu. Awalnya ia adalah seorang TKW yang bekerja di Malaysia tetapi setelah menikah ia tidak bekerja lagi
dan juga karena kontrak kerjanya sudah selesai. Setelah suaminya menikah lagi ia kembali bekerja di Malaysia dengan berjualan pakaian-pakaian muslim. Modal untuk
Universitas Sumatera Utara
berjualan ini didapatnya dari suaminya. Di Malaysia ibu NS tinggal bersama familinya yang juga bekerja disana.
Awal pernikahan kedua suaminya ini tidak diketahui oleh ibu NS, suaminya menikah secara siri. Setelah mendapatkan izin dari ibu NS, suaminya baru menikah
lagi secara resmi melalui KUA. Pernikahan kedua suaminya ini diketahuinya setelah suaminya memberikan rumah untuk istri keduanya ini yang berdekatan dengan rumah
ibu NS. Awalnya ibu NS sangat marah tetapi karena istri kedua suaminya ini sangat baik maka hubungan mereka bisa harmonis. Begitu juga dengan pernikahan ketiga
dan keempat suaminya yang juga dilakukan dengan cara yang seperti itu juga. Selama menjadi istri dari bapak AF, ia merasa bahwa suaminya ini adalah
sosok suami yang suka bertindak dengan seenak hatinya saja dan tidak mau berdiskusi atau berkompromi dengan dirinya. Segala keputusan dalam keluarganya
dilakukannya sendiri. Bagi ibu NS poligami adalah suatu tindakan yang dapat dilakukan seorang suami karena ia mempunyai sesuatu hal yang bisa dihandalkannya
untuk memiliki beberapa perempuan, misalnya karena kelebihan materi sehingga ia merasa bahwa ia mampu dan berhak untuk memiliki beberapa orang istri.
Kini kehidupannya sebagai istri dari seorang suami yang memiliki empat orang istri dan enam orang anak ini hanya bisa dijalaninya dengan ikhlas dan
menurutnya ini sudah takdir dan nasib hidupnya. Walaupun untuk kebutuhan sehari- hari keluarganya ia sendiri yang harus menanggungnya. Tetapi walaupun demikian
suaminya masih mau bertanggungjawab atas kehidupan pendidikan anak-anaknya
Universitas Sumatera Utara
4.1.1.10. Kak ST, korban poligami dari campur tangan mertua dalam rumah tangganya
Kak ST berusia 35 tahun. Ia asli berdarah Jawa dan Sunda. Kak ST merupakan anak pertama dari 3 bersaudara. Ayahnya telah pensiun dari pekerjaannya
sebagai pegawai negeri sipil di Dinas Pendapatan Daerah Sumatera Utara. Sementara ibunya adalah seorang ibu rumah tangga biasa. Kak ST menikah di usia 26 tahun
dengan seorang laki-laki yang berasal dari suku yang berbeda dengannya. Suaminya ini bersuku Mandailing dengan marga Siregar. Mereka menikah karena saling
mencintai dan orang tua kak ST juga merestui hubungan mereka. Perkawinan dengan restu orang tua membuat kak ST merasa bahagia membina sebuah rumah tangga
dengan suaminya. Dari pernikahan ini, kak ST dan suaminya belum juga dikarunia seorang anak. Menurut kak ST, ia sudah banyak menjalani pengobatan kemana-mana
agar bisa mendapatkan keturunan tetapi hingga sekarang belum ada hasil yang ia dapatkan.
Sebelum suaminya menikah lagi, kak ST dan suaminya tinggal bersama orang tua suaminya tetapi setelah satu tahun suaminya berpoligami, kak ST tidak lagi
tinggal bersama mertua dan suaminya. Ia kini mengontrak sebuah rumah di Jl. Sei Merah. Rumah kak ST hanya memiliki 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, 1 ruang tamu
dan 1 ruang kelaurga yang berukuran kecil. Perabotan yang ada di rumah kak ST tidak terlalu banyak. Di ruang tamu hanya ada 2 buah kursi kayu Jepara dan sebuah
meja yang dihiasi dengan sebuah vas bunga kristal. Sedangkan di ruang keluarga hanya ada sebuah meja untuk meletakkan TV yang berukuran 29 inci dan seperangkat
Universitas Sumatera Utara
DVD Player. Di rumah ini kak ST hanya tinggal bersama satu orang adiknya yang masih kuliah di salah satu Perguruan Tinggi swasta di Medan.
Kak ST yang berasal dari keluarga sederhana ini menamatkan pendidikannya di Fakultas Manajemen Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara pada tahun
1995. Dengan berbekal ijazah sarjana yang ia peroleh, kak ST bisa diterima sebagai karyawan di salah satu Bank yang dulu bernama BPDSU tetapi sekarang lebih
dikenal dengan nama Bank Sumut. Pendapatannya sebagai karyawan di Bank Sumut dianggapnya sangat cukup untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
Menurut kak ST, suaminya menikah lagi karena kemauan dari orang tua suaminya. Suaminya dijodohkan dengan seorang gadis yang masih ada hubungan
keluarga dengan keluarga suaminya. Mengetahui suaminya akan dijodohkan membuat perasaan kak ST hancur dan sakit hati. Menurutnya memiliki anak adalah
tujuan berkeluarga tetapi jika anak yang diinginkan belum juga diberikan bukan berarti harus melakukan poligami, karena masih banyak cara yang dapat dilakukan
untuk memperoleh anak. Pada awal menjalini perkawinan, kak ST dengan suaminya cukup bahagia
namun setelah menginjak tahun ke-6 perkawinannya, rumah tangga kak ST mulai muncul masalah-masalah baik itu dengan suaminya atau dengan mertuanya.
Permasalahan ini disebabkan karena belum adanya keturunan dari pernikahan mereka. Menurut kak ST, mertuanya selalu mencampuri urusan dalam rumah tangga
mereka sehingga bisa dibilang suami kak ST selalu menuruti apa kata orang tuanya, sebab itu pertengkaran sering terjadi diantara mereka.
Universitas Sumatera Utara
Wanita yang memiliki postur badan yang tinggi dan berkulit putih ini menuturkan bahwa poligami bukan merupakan solusi terbaik yang dapat dilakukan
apabila dalam keluarga tersebut terjadi suatu masalah. Poligami malah dapat menjadi keadaan keluarga itu semakin tidak harmonis. Poligami hanyalah sebuah alasan untuk
mengumbar nafsu seorang laki-laki. Kini, dua tahun sudah ia menjalani hidup sebagai seorang istri yang
dipoligami. Ia mengaku pasrah dan ikhlas dengan keadaannya. Menurut kak ST, dulu ia pernah ingin mengakhiri perkawinannya dengan cara meminta cerai tetapi
suaminya malah menolak dengan alasan masih mencintai kak ST bahkan pernah mengancam akan bunuh diri.
Seperti penuturan kak ST kepada penulis : “Walau kakak uda pisah rumah tetapi kami belum bercerai. Pernah kakak
minta cerai tetapi dia menolak dengan alasan masih mencintai kakak. Makanya dia sering dia kesini tetapi setiap kali kesini, kakak selalu
mengusirnya. Sebenarnya suami kakak itu orang yang baik dan sayang sama kakak. Tetapi orang tuanya itu yang selalu ikut campur masalah rumah tangga
kakak. Makanya sekarang kami jadi kaya gini“. Wawancara, Mei 2007
Universitas Sumatera Utara
4.1.2. Informan : Suami yang berpoligami 4.1.2.1. Bapak AA, seorang suami yang berpoligami karena sudah tidak
ada lagi kecocokan dengan istri pertamanya.
Bapak AA lahir di Penyabungan, Tapanuli Selatan. Ia kini berusia 53 tahun. Bapak AA yang berbadan tinggi dan berkulit sawo matang ini mempunyai 2 orang
istri yaitu ibu EF sebagai istri pertama dan IR sebagai istri kedua. Dari perkawinannya yang pertama, bapak Ali mempunyai 3 orang anak dan dari
perkawinnannya yang kedua ia mempunyai 1 orang anak yang masih berusia 2 tahun. Bapak AA yang bekerja sebagai karyawan swasta di perusahaan yang bergerak
dibidang kontraktor ini telah berpoligami sejak 3 tahun yang lalu dan sekarang ia lebih sering tinggal bersama istri keduanya.
Adapun alasan mengapa ia mau menikah lagi adalah karena ia merasa tidak ada lagi kecocokan diantara ia dan istri pertamanya. Setiap bertemu yang terjadi
hanya pertengkaran dan perselisihan saja. Pernikahannya dengan istri keduanya ini dilakukan secara siri karena ia tidak meminta izin pada istri pertamanya karena
apabila ia meminta izin, tidak mungkin istri pertamanya akan memberikan izin padanya.
4.1.2.2. Bapak BT, suami yang berpoligami karena tidak mendapatkan kebutuhan seksual dari istrinya.
Bapak BT yang bermarga tanjung ini sekarang berusia 58 tahun. Ia bekerja sebagai Polisi. Pekerjaannya sebagai polisi mengharuskannya harus siap apabila
harus dipindahtugaskan. Ia dan keluarga dari istri pertamanya tinggal di Medan sejak
Universitas Sumatera Utara
tahun 1994. Sebelumnya mereka berdomisili di Rantau Prapat. Penghasilannya sebagai Polisi dirasakannya cukup untuk membiayai kedua keluarganya. Apalagi kini
keempat anaknya dari istri pertamanya semuanya sudah bekerja. Bapak BT menikah untuk kedua kalinya pada tahun 2002 dan ia menikah
secara siri. Dari pernikahannya yang kedua ini ia dikarunia 2 orang anak. Sedangkan dari pernikahan yang pertama ia mempunyai 4 orang putra. Menurut bapak BT ia
menikah lagi karena ia dan istri pertamanya sering sekali bertengkar dan menurut pengakuan bapak BT, istrinya tidak mau lagi melakukan hubungan suami istri. Hal
inilah yang membuatnya mencari wanita lain. Karena menurut bapak BT, daripada ia berzina dengan banyak wanita lebih baik ia menikahi seorang wanita untuk dijadikan
istrinya.
4.1.2.3. Bapak DH
Pak DH adalah seorang pegawai di daperteman perhubungan. Untuk menambah penghasilan keluarganya ia menyewakan mobil pick up miliknya.
Awalnya ia hanya mempunyai satu buah mobil pick up saja tetapi sekarang ia sudah mempunyai tiga buah mobil pick up yang menurutnya sangat membantu untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarganya. Pak DH yang mempunyai kumis tebal dan berkulit sawo matang kini berusia 54 tahun.
Pak DH menikah untuk kedua kalinya pada usia 47 tahun. Ia menikahi seorang wanita yang berstatus janda. Wanita ini telah mempunyai 1 orang anak. Dari
pernikahannya dengan wanita itu, pak DH mempunyai 2 orang anak. Anak pertamanya masih sekolah di bangku kelas II Sekolah Dasar sedangkan anak
Universitas Sumatera Utara
keduanya yang berusia 5 tahun masih bersekolah di Taman Kanak-Kanak. Hingga sekarang hubungan pak DH dengan istri keduanya ini masih tetap harmonis.
Sebagai seorang kepala keluarga dan suami dari kedua orang istrinya, ia berusaha untuk bersikap adil pada kedua orang istrinya tersebut. Walaupun diakuinya
bahwa pernikahan keduanya itu dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan secara sirri. Hal ini dilakukannya karena ia takut dipecat dari pekerjaannya sebagai pegawai
negeri sipil. Menurut pak DH, ia sudah berusaha untuk membagi waktu tetapi hal tersebut tidak berjalan dengan baik karena jika ia sedang berada di rumah istri
pertamanya, anak-anaknya tidak ada yang mau menyapanya karena sepertinya meraka sangat membenci pak DH. Keadaan ini tentunya membuat pak DH menjadi
tidak betah jika sedang berada di rumah istri pertamanya itu, karena itu hingga sekarang tidak ada lagi jatah hari gilir. Ia pulang ke rumah istri pertamanya jika di
rumah itu sedang ada acara atau jika ada anaknya yang sedang sakit.
4.1.2.4. Bapak IZ, suami yang berpoligami dengan pacar lamanya
Bapak IZ yang bersuku Minang ini, kini berusia 33 tahun. Pak IZ adalah seorang pedagang. Ia mempunyai 2 buah toko kain di pajak ikan lama. Usahanya ini
telah dijalaninya hampir 5 tahun. Sebelumnya kedua orang tua pak IZ yang berjualan di pajak ikan lama tersebut tetapi karena mereka sudah tua dan juga karena pak IZ
tidak mempunyai pekerjaan karena dipecat dari pekerjaannya sebagai pegawai negeri sipil, maka kedua orang tuanya memberikan usaha tersebut kepada pak IZ untuk
dikelolanya. Pendapatan yang diperoleh pak IZ setiap harinya tidak tetap tergantung banyaknya pembeli. Hanya hari-hari tertentu saja seperti Lebaran, puasa, musim haji
Universitas Sumatera Utara
dan lain-lain ia mendapatkan keuntungan dua kali lipat. Sedangkan pada hari biasa, biasanya ia hanya memperoleh pendapatan lebih kurang Rp.700.000 sampai dengan
Rp.900.000. Barang-barang yang dijual di toko yang berukuran 5m x 5m itu adalah mulai dari beranekaragam jilbab, mukenah, kain sarung, peci, sajadah, hingga benda-
benda yang berasal dari Mekkah. Pak IZ yang merupakan tamatan dari Universitas Muhammadiyah Sumatera
Utara Jurusan Ekonomi Akuntasi ini menikah lagi setelah 2 tahun menikahi istri pertamanya. Ia menikah dengan mantan pacarnya yang bernama RK. Dari pernikahan
keduanya ini, pak IZ mempunyai satu orang putra yang berusia 3 tahun. Pak IZ dan RK menikah bukan karena dijodohkan keluarga. Mereka sudah pacaran sejak empat
tahun atau sebelum pak IZ menikah dengan istri pertamanya. Seperti penuturan bapak IZ kepada penulis :
“Saya menikahi RK karena saya mencintai dia. Istri pertama adalah pilihan orang tua saya. Sedangkan RK adalah pilihan saya sendiri dan dia bukan
orang kampung saya. RK asli orang Aceh dan dia bersedia saya jadikan istri kedua walau tak ada izin dari istri pertama dan keluarga saya”.
Wawancara, Juni 2007
Kini bapak IZ telah memiliki 3 orang anak dari dua orang istrinya. Ia tidak mempunyai keinginan lagi untuk menikah untuk ketiga kalinya. Menurutnya ini
sudah cukup dan ia takut tidak dapat berlaku adil dan bijaksana. Kini kehidupan keluarga poligaminya dijalaninya dengan tetap berusaha agar hubungan antara kedua
istrinya dapat berjalan harmonis dan ia juga berusaha untuk memenuhi segala kebutuhan ekonomi keluarga serta pendidikan anaknya.
Universitas Sumatera Utara
4.1.2.5. Bapak PW, berpoligami karena motivasi sunnah Rasul.
Bapak PW yang kelahiran Solo tahun 1957 ini adalah seorang pengusaha rumah makan ayam bakar yang mempunyai banyak outlet rumah makan ayam bakar
yang tersebar di kota-kota besar di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Bali. Usianya kini sudah menginjak 50 tahun. Berkat kerja kerasnya itu, kini ia
menjadi salah satu pengusaha Rumah Makan yang sukses di Indonesia. Selain dikenal sebagai pengusaha, bapak PW juga terkenal dengan sebutan Presiden Poligami
Indonesia, karena ia selalu ingin mensosialisasikan poligami lewat berbagai cara agar poligami tidak menjadi tabu lagi.
Sebagai seorang yang giat mensosialisasikan poligami ke masyarakat, bapak PW juga merupakan seorang suami yang sukses membina dan membangun keluarga
poligami yang harmonis yang berdasarkan pada syariat-syariat Islam. bapak PW kini mempunyai empat orang istri yaitu ibu RP, ibu S, ibu AN, dan ibu IR, yang
semuanya ini dinikahkannya secara sah, baik itu menurut agama maupun menurut negara. Bapak PW berpandangan poligami yang dijalaninya bersama empat istrinya
menjadi bagian dari kewajibannya sebagai hamba Allah SWT karena menurut pak PW, perintah itu merasa wajib untuk dikerjakan. Ia menyadari bahwa dirinya
memang layak kawin dan mampu secara lahir dan batin serta berani berlaku adil. Menurutnya juga, dihadapan Allah SWT, hal ini lebih terhormat dan mulia karena
bisa memberdayakan kaum wanita dan menyelesaikan masalah-masalah sosial. Selain itu juga, yang mendorongnya untuk berpoligami adalah ajaran Islam yang
dipahaminya, mengikuti sunnah Rasul, takut akan terlanjur berbuat zina ketika hanya
Universitas Sumatera Utara
beristri satu dan juga karena menurutnya ia sebagai pemimpin merasa mendapat cobaan berupa kemampuan secara materil dan spiritual dari Allah SWT.
Sebagai seorang suami, bapak PW berusaha untuk bersikap adil dan juga tetap berusaha untuk mewujudkan kehidupan yang lebih Islami karena menurutnya hal ini
merupakan kunci suksesnya poligami. Oleh karena itu, yang diperlukan adalah seorang pemimpin yang memahami betul mengenai keluarga yang Islami. Dalam
memberikan nafkah, ia memberikan secara adil sesuai dengan kebutuhan masing- masing istri dan keluarganya. Sedangkan mengenai perhatian dan kasih sayang ia
mengaku memberi perhatian yang besar kepada istri pertamanya. Ia selalu berhati- hati dalam menyikapi perasaan istri pertamanya. Masalah fasilitas sebetulnya sangat
wajar untuk dibedakan dengan yang lain dan istri yang lain tidak ada yang keberatan. Tetapi menurut bapak PW yang terjadi sebaliknya, istri pertama justru mendukung
untuk kesejahteraan istri-istri yang lain dibanding dirinya sendiri. Begitu juga mengenai jatah gilir, telah dibuat kesepakatan jatah gilir yang adil untuk seluruh istri.
Prinsip utama dalam mengatur hari gilir adalah kesepakatan diantara istri-istri dengan suami. Setelah memiliki empat orang istri, pak PW menggilir istrinya masing-masing
seminggu dalam sebulan secara berurutan tetapi bisa pula dengan diselingi yang disesuaikan dengan kesepakatan dan juga jadwal perjalanan bisnisnya dalam
mengelola rumah makan ayam bakarnya.
4.1.2.6. Bapak RY, berpoligami dari proses perselingkuhan
Bapak RY yang memakai kacamata minus ini sekarang berusia 38 tahun. Ia adalah seorang dokter spesialis anak-anak. Sebagai seorang dokter spesialis yang
Universitas Sumatera Utara
memiliki penghasilan yang lumayan besar, ia membangun 2 buah klinik yang berada di daerah pancing. Selain itu juga ia bekerja sebagai dokter tetap di rumah sakit
Elisabet. Klinik yang telah berjalan selama hampir 9 tahun ini berjalan cukup maju. Bapak RY menikah untuk kedua kalinya pada tahun 2003 dengan seorang
perawat yang bekerja di klinik miliknya. Dari perkawinannya ini pak RY telah memiliki 1 orang putri yang berusia 4 tahun. Sementara dari istri pertamanya ia
memiliki 2 orang anak. Sebelum ia menikahi istri keduanya ini, hubungan bapak RY dengan istri pertamanya tidak ada masalah. Menurut pengakuan bapak RY, ia
menikahi perawat tersebut karena ia terlanjur mencintai perawat itu dan juga ia merasa dengan pekerjaannya sebagai seorang dokter yang mempunyai dua buah
klinik, ia akan mampu memberikan nafkah yang layak apabila ia mempunyai lebih dari satu orang istri.
4.1.2.7. Bapak HI, suami yang berpoligami dengan motif menghindari zina.
Bapak HI adalah seorang pengusaha muda yang sukses lewat usaha MLM- nya. Ia kini berusia 37 tahun. Dalam setiap bulannya ia pernah mencapai Rp. 150 juta
uang yang mengalir ke kantongnya. Di tangan bapak HI setidaknya ada dua MLM yang setiap bulannya memberinya keuntungan puluhan juta rupiah, yaitu Tienshi dan
Amway. Kini dari dua MLM itu, saat ini bapak HI sudah menikmati kerja kerasnya selama ini karena ia sudah mempunyai penghasilan puluhan juta rupiah setiap
bulannya. Sebelum sukses dalam usaha MLMnya, bapak HI adalah seorang guru
Universitas Sumatera Utara
mengaji dan juga seorang guru SLTP. Ini karena mengajar bagi bapak HI bukan sekedar mencari nafkah tapi juga mencari pahala.
Meski sukses dalam membangun usaha, bapak HI sendiri pernah gagal dalam urusan lain, yakni rumah tangga. Pernikahan pertamanya pada tahun 1997 hanya
bertahan tiga tahun. Mereka berpisah dalam tahun 2000, meskipun keduanya telah dikarunia seorang anak laki-laki. Uniknya perceraian dengan istri pertamanya ini
justru mengantarnya menuju kesuksesan menikah dengan dua istri alias poligami dibelakang hari. Bapak HI hanya mampu menduda hanya sesaat, karena beberapa
bulan setelah menceraikan istrinya, ia menikah dengan W gadis asal Sumatera Barat. Dua tahun kemudian tepatnya dalam tahun 2002, bapak HI menikah lagi dengan M
gadis asal Medan. Kedua istri bapak HI kini sudah melahirkan masing-masing dua putra-putri
Bapak HI mengakui, bahwa ia sukses menjalani kehidupan poligaminya ini. Kesuksesan ini ditandai dengan proses pernikahan yang transparan dan jujur.
Sebelum menikahi M, ia dengan jujur mengakui kalau ia telah memiliki anak istri bahkan pernah bercerai sebelumnya. Kepada W, bapak HI juga berterus terang akan
menikahi M. Awalnya, sebagai istri W tentu marah dan tidak setuju mendengar rencana suaminya ini. Namun oleh bapak HI, W diberi pengertian bahwa akibat dari
ketidaksetujuannya akan lebih parah dibanding keikhlasannya untuk dimadu. Seperti penuturannya kepada penulis :
“Jika saya menikah secara diam-diam maka keadaanya tentu akan merugikan masa depan keluarga kita dibanding keikhlasan untuk dimadu dan juga saya
bisa terjebak dalam perbuatan dosa. Jika ini sampai terjadi keutuhan keluarga akan terancam. ”
Wawancara, Juni 2007
Universitas Sumatera Utara
Berpoligami dalam pandangan bapak HI adalah salah satu sarana membagi rezeki, membagi sedekah dan membagi keutamaan dirinya. Karena menurutnya
dengan berpoligami, otomatis tanggungjawab ekonomi kita semakin banyak, baik terhadap para istri dan anak juga terhadap keluarga istri-istri kita. Menurut bapak HI,
selama lima tahun hidup berpoligami, kedua istrinya tidak pernah menuntut sesuatu yang selama ini dikhawatirkan banyak orang, yakni “keadilan”. Karena, bapak HI
sendiri telah memberikan apa yang menjadi kebutuhan kedua istrinya itu. Sebagai suami dari dua orang istri, bapak HI rupanya sudah menyadari apa yang menjadi
kebutuhan mereka. Sehingga sebelum mereka meminta ia sudah memberikannya. W dan M diberikan rumah masing-masing. Kepada keduanya pun bapak HI
memfasilitaskan kesibukan berusaha sendiri-sendiri.
4.1.2.8. Bapak MI , berpoligami untuk menjaga kesucian dirinya sebagai
seorang suami.
Bapak MI adalah seorang wiraswasta yang membuka usaha fotocopi. Ia mempunyai 8 buah toko fotocopi. Setiap bulannya ia bisa menghabiskan 10.000 rim
kertas. Toko-toko fotocopi ini terletak di daerah-daerah kampus yang selalu ramai didatangi oleh sejumlah mahasiswa. Di toko miliknya, orang bisa mendapatkan
pelayanan fotocopi dalam berbagai bentuk dan sebanyak apapun dan juga orang bisa mendapatkan berbagai alat tulis manulis dan keperluan kuliah. Dalam menjalani
usahanya ini bapak MI melibatkan istri pertamanya dan istri keduanya pada urusan administrasi dan keuangan.
Universitas Sumatera Utara
Kesuksesan membangun sebuah usaha juga diikuti oleh kesuksesannya membangun dan membina keluarga poligami yang harmonis. Bapak MI kini
memiliki 2 istri dan 8 orang anak. Pernikahannya pertama terjadi pada tahun 1987. Ia menikah pada usia 22 tahun sedangkan pernikahannya yang kedua terjadi pada tahun
1998. Sejak remaja, bapak MI sudah mengagumi pria yang beristri lebih dari satu poligami. Bapak MI menyakini bahwa poligami adalah sarana menjaga kesucian
diri seorang suami. Banyak kenyataan yang dilihatnya, orang yang tidak berani berpoligami justru membuka diri terhadap perzinaan, karena itu seorang suami
meskipun sudah beristri sangat sukar terbebas dari godaan wanita makanya menurutnya jalan keluarnya adalah dengan menikah lagi. Selain itu juga, pria yang
mempunyai jenggot yang tebal ini juga mengatakan bahwa dengan berpoligami maka para istri bisa berbagi dalam berbagai tugas rumah tangga seperti memasak, mendidik
anak-anak, dan juga masing-masing dari mereka bisa memiliki waktu yang cukup untuk memenuhi berbagai tujuan hidup. Selain itu juga dengan berpoligami, mereka
dapat mengembangkan karir dan sekaligus memiliki orang dirumah yang dapat mereka percaya untuk merawat anak-anaknya.
Dengan sebab itu, bapak MI pernah meminta izin pada istrinya bahwa ia berniat untuk menikah lagi. Hal ini tentu membuat istrinya terkejut tetapi selanjutnya
istrinya menyetujui niat bapak MI dan bersedia mencarikan istri kedua untuk suaminya. Akhirnya, menurut bapak MI, istrinya mendapatkan wanita yang cocok
dijadikan calon istri kedua untuk suaminya. Wanita itu adalah teman baik istrinya di majelis taklim. Akhirnya menurut bapak MI, pernikahannya untuk kedua kali ini
berlangsung pada tahun 1998.
Universitas Sumatera Utara
Setelah menikah bapak MI dan kedua orang istrinya tinggal serumah. Keputusan ini sebenarnya adalah inisiatif dari istri pertamanya. Pertimbangannya
agar mempermudahkan mereka berkomunikasi dan memberikan pendidikan kepada anak-anak mereka serta anak-anak mereka kelak bersatu dalam segala hal. Kamar
tidur anak-anak itu tidak dipisahkan, termasuk kesempatan memperoleh fasilitas yang disamakan. Kepada anak-anaknya, pak MI memang tidak menutupi kenyataan bahwa
ia memiliki dua istri. Sehingga anak-anak bapak MI pun memanggil istri keduanya dengan sebutan bunda F sedangkan pada istri pertamanya dengan sebutan mama.
Meskipun hidup dalam satu rumah, bapak MI dan kedua orang istrinya perlu menyepakati hari gilir juga. Senin, selasa, kamis dan sabtu adalah waktu untuk istri
pertamanya sedangkan rabu jum’at dan minggu untuk istri keduanya. Pembagian waktu itu memang dibuat oleh istri pertamanya, namun menurut bapak MI istri
keduanya menerima dengan hati terbuka demikian pula dengan bapak MI yang menjalaninya. Demikian juga dalam hal materi, pak MI mengakui memberikan semua
kebutuhan kedua istrinya sesuai dengan kemampuannya. Sedangkan mengenai kasih sayang, bapak MI mengakui tidak bisa membedakan antara kedua istrinya. Bapak MI
hanya mencontohkan, memiliki dua istri bagaikan memiliki dua anak, yang keduanya mendapatkan cinta dan kasih sayang yang sama.
4.1.2.9. Bapak AF, suami yang berpoligami karena pengaruh faktor psikologis
Bapak AF yang kini berumur 60 tahun ini mempunyai empat orang istri dan enam orang anak. Keempat istrinya ini dinikahkannya secara resmi baik itu menurut
Universitas Sumatera Utara
negara dan secara agama. Bapak AF dulunya bekerja sebagai kepala gudang di salah satu pabrik di kawasan KIM. Tetapi kini ia sudah pensiun dan sekarang membuka
usaha tambak udang di daerah Belawan. Usaha tambak udangnya ini berjalan sukses. Bapak AF yang berbadan gemuk dan berambut cepak ini menuturkan ia
mempunyai empat orang istri tidak ada pengaruh dari agama yang dianutnya. Bahkan ia berencana ingin menambah istri lagi, dan diakuinya ia tidak pernah membuat hari
jatah gilir pada setiap istrinya. Bapak AF mengunjungi istri-istrinya kapan saja ia mau. Selama ia berpoligami hubungan diantara istri-istrinya dan anak-anaknya
berjalan dengan baik bahkan istri pertama, ketiga dan keempatnya bertempat tinggal di satu daerah yang sama. Rumah mereka saling berdekatan. Hal ini dilakukan bapak
AF adalah agar hubungan diantara mereka menjadi dekat dan saling menyayangi. Bapak AF juga mengatakan bahwa selama ini ia sudah berusaha untuk
bertanggungjawab kepada seluruh keluarga-keluarganya. Bapak AF mengatakan, ia memberikan rumah, menanggung biaya pendidikan anak-anaknya dan juga
memberikan modal usaha pada setiap istrinya untuk membuka usaha. Hal ini dilakukan agar semua istrinya bisa hidup mandiri.
4.1.2.10. Bapak WN, Berpoligami karena kemauan orang tuanya
Bapak WN sekarang berusia 36 tahun. Ia berasal dari keluarga yang masih sangat memegang nilai adat istiadat budayanya. Pria yang berwajah cukup tampan ini
bersuku Mandailing. Ayahnya bermarga Siregar sedangkan ibunya bermarga Nasution. Bapak WN merupakan anak laki-laki satu-satunya di dalam keluarganya. Ia
Universitas Sumatera Utara
merupakan tamatan dari Institut Pertanian Bogor. Kini ia bekerja sebagai karyawan di perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan.
Ia menikah pertama kali dengan kak ST pada tahun 1998. Pernikahannya yang sudah berjalan hampir 9 tahun ini belum juga dikarunia seorang anak. Sementara
pernikahan kedua bapak WN berlangsung pada tahun 2005. Mereka menikah secara resmi di Kantor Urusan Agama dan tidak mengadakan resepsi. Bapak WN yang
berhidung mancung ini mengatakan ia menikah karena keinginan orang tuanya dan dijodohkan dengan seorang gadis yang masih mempunyai hubungan keluarga
dengannya. Dari pernikahannya yang kedua ini pak WN dikarunia seorang putri yang masih berusia 4 bulan. Kini bapak WN tinggal bersama istri keduanya di perumahan
Griya Mulia Mas. Walau mengaku masih mencintai istri pertamanya dan ingin membina hubungan yang baik antara istri pertamanya dengan istri keduanya begitu
juga dengan kedua orang tuanya, tetapi ia mengaku mengalami banyak kesulitan sehingga ia hanya bisa menjalani ini sebagai suatu kenyataan hidup yang harus tetap
ia jalani.
4.1.3. Informan : Anak dari keluarga yang berpoligami 4.1.3.1. UA
UA adalah anak bungsu dari ibu EF. UA kini berusia 18 tahun dan sudah setahun yang lalu menamatkan sekolahnya di SMU Negeri 18 Medan. Sehari-harinya
UA membantu ibunya menjaga toko di depan rumahnya. Menurut penuturan UA, setelah bapaknya menikah lagi, bapaknya tidak pernah lagi memberinya uang untuk
biaya melanjutkan pendidikannya ke Perguruan Tinggi, oleh sebab itu UA tidak
Universitas Sumatera Utara
melanjutkan pendidikannya ke Perguruan Tinggi. Selain itu juga, setelah bapaknya berpoligami, sikap UA terhadap bapaknya menjadi berubah. Seperti penuturan UA
kepada penulis, ia menjadi benci jika melihat bapaknya sehingga setiap kali bapaknya pulang ke rumah, ia tidak pernah menyapa. Begitu juga hubungan UA dengan istri
kedua bapaknya, ia mengaku pernah melabrak atau mendatangi rumah istri kedua bapaknya dan menamparnya.
4.1.3.2. RD
RD adalah seorang Polisi yang bertugas di Medan. Ia kini berusia 23 tahun. RD merupakan anak keempat dari pasangan ibu NR dan bapak BT. Sebelum ayahnya
berpoligami, hubungan RD dan ayahnya baik-baik saja, tetapi setelah ayahnya menikah lagi hubungan mereka menjadi tidak harmonis. Apalagi menurutnya,
ayahnya kini semakin tidak memperdulikan ibunya dan jarang sekali pulang kerumah. Untuk membantu ibunya, setiap bulannya RD memberikan sebagian gajinya untuk
ibunya. Begitu juga dengan ketiga abangnya yang juga sering membantu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari ibunya.
4.1.3.3. AI
Kak AI merupakan anak ketiga dan kini usianya 24 tahun. Kak AI yang baru 3 bulan ini menikah masih tinggal bersama ibunya. Menurut kak AI, ia merasa bahwa
bapaknya hanya memikirkan kesenangan sebelah pihak saja. Padahal akibat dari pernikahan kedua bapaknya tersebut banyak yang menjadi korban termasuk ia
sendiri, ibunya dan juga kedua adik-adiknya yang masih kecil. Setelah bapaknya
Universitas Sumatera Utara
menikah lagi, hubungan ana menjadi tidak harmonis dan ana tidak pernah lagi berbicara pada bapaknya, hanya adiknya yang paling kecil saja yang mau menyapa
dan berbicara dengan bapaknya.
4.1.3.4. GH
GH adalah seorang pelajar yang kini duduk di bangku kelas II SMU. Menurut GH, pandangannya terhadap bapaknya yang memiliki empat orang istri biasa-biasa
saja. Bahkan GH senang karena ada ibu lain yang bisa dan siap jika diminta pertolongan. Setelah bapaknya menikah lagi, tidak ada perubahan yang terlihat dari
bapaknya. Menurutnya, bapaknya masih tetap perhatian dan segala kebutuhan GH masih tetap terpenuhi asalkan memang benar-benar bermanfaat. Bapak tidak pernah
membeda-bedakan antara anak yang satu dengan anak yang lainnya. Begitu juga hubungan GH dengan adik-adik tirinya, GH mengatakan bahwa mereka sudah seperti
kakak beradik dan mereka saling menyayangi.
4.1.3.5. FJ
FJ merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran di Universitas Islam Sumatera Utara UISU. Sebagai anak tertua di keluarganya, FJ sangat menyayangi adik-
adiknya begitu juga dengan adik tirinya yang sudah dianggapnya seperti adik kandungnya sendiri. Ia mengatakan bahwa ia tetap menyayangi dan bangga terhadap
ayahnya. Walaupun ayahnya memiliki dua orang istri tetapi ayahnya tidak pernah menyiayiakan ia dan juga adik-adiknya. FJ mengatakan ayahnya tetap memberikan
perhatian dan memperhatikan segala hal yang yang mereka butuhkan. FJ juga
Universitas Sumatera Utara
menuturkan, ia selalu mengakui dan menceritakan keadaan keluarganya dengan percaya diri dan bangga apabila ada orang yang bertanya padanya. Begitu juga
hubungannya dengan istri kedua ayahnya, FJ memanggilnya dengan sebutan bunda F, karena mereka sudah tinggal serumah sejak ia berumur sepuluh tahun maka ia sudah
menganggap bunda F seprti ibunya juga. Apalagi menurutnya, bunda F juga sangat menyayanginya dan tidak membeda-bedakannya dengan anaknya sendiri.
4.1.3.6. AT
AT adalah seorang mahasiswa semester empat yang kini berusia 20 tahun. Menurutnya pandangan AT terhadap ayahnya yang memiliki empat orang istri biasa-
biasa saja. Walaupun dulu ia pernah merasa malu akan keadaan keluarganya tetapi kini ia sudah terbiasa hidup dalam keluarga yang mempunyai empat orang ibu.
Apalagi menurutnya, ibu-ibu tirinya ini sangat baik dan sangat sayang padanya, bahkan jika ibunya sedang tidak berada di Medan, ia mendapatkan pengganti ibunya
dari ibu-ibu tirinya itu. Karena itu tidak jarang ia menginap di rumah salah satu ibu tirinya.
4.2. Interaksi Sosial Keluarga Yang Berpoligami 4.2.1. Keluarga bapak AA dan ibu EF