dari sensei atau membeli kain bahan sehingga dapat dijahit menjadi kimono. Dalam hal ini, peserta dapat meminta bantuan sensei untuk menjahitkannya.
Bagi peserta yang tidak menggunakan kimono, dapat menggunakan kain pengganti kimono yang disebut dengan patron. Namun patron ini hanya digunakan
oleh peserta wanita saja. Bagi peserta pria yang tidak menggunakan kimono, diwajibkan memakai kemeja atau baju yang berkancing. Setiap peserta diwajibkan
untuk memakai kaus kaki putih.
3.3. Adaptasi Tempat Pelaksanaan
Upacara minum teh di Jepang dilaksanakan di sebuah ruang minum teh yang disebut dengan chashitsu. Dalam ruangan ini terdapat tokonoma, yaitu
tempat untuk menggantung kakemono atau gulungan perkamen yang berisi tulisan kaligrafi. Ruang minum teh di Jepang juga menggunakan tatami. Selain chashitsu,
ada ruang tunggu yang disebut dengan machiai. Di ruangan ini para tamu dipersilahkan untuk menunggu sebelum akhirnya memasuki chashitsu. Namun
sebelum memasuki chashitsu, para tamu dipersilahkan masuk ke satu ruangan kecil yang terletak di halaman. Disana mereka bisa beristirahat sejenak sebelum
mengikuti upacara minum teh. Selain itu, juga terdapat ruang persiapan yang disebut mizuya, dimana tuan rumah mempersiapkan peralatan upacara minum teh.
Di Indonesia tidak terdapat chashitsu. Tempat untuk melaksanakan upacara minum teh di Indonesia begitu sederhana. Hanya terdiri dari satu ruangan
yang cukup luas untuk mengadakan upacara minum teh. Di Indonesia tidak
terdapat ruang persiapan. Oleh karena itu, segala peralatan upacara minum teh diletakkan di dalam lemari dan di atas meja di bagian belakang ruangan. Dalam
Universitas Sumatera Utara
ruang upacara minum teh di Indonesia juga tidak terdapat tokonoma. Juga tidak terdapat ruang tunggu atau machiai. Namun di dalam ruangan, sudah disediakan
bangku-bangku untuk tempat para peserta menuggu peserta lainnya. Juga tidak terdapat taman dalam upacara minum teh di Indonesia. Oleh karena itu, tidak ada
baskom berisi air tsukubai , dimana setiap peserta dapat membersihkan diri di taman sebelum memasuki ruangan upacara minum teh.
Faktor yang menyebabkan mengapa tidak terdapat chashitsu di Indonesia adalah karena upacara minum teh di Indonesia tidak seperti upacara minum teh di
Jepang yang memerlukan ruang khusus yang dapat menambah kekhidmatan pelaksanaan upacara minum teh tersebut. Menurut Ibu Irna tidak adanya ruang
khusus untuk melaksanakan upacara minum teh di Indonesia, karena untuk membuat chashitsu akan menghabiskan biaya yang sangat banyak. Atau dengan
kata lain, ruang untuk upacara minum teh sangat mahal.
3.4. Adaptasi dalam Tata Cara dan Aturan