BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Dari uraian yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut :
1. Upacara minum teh adalah salah satu dari sekian banyak kebudayaan yang
berasal dari Cina yang dikembangkan dan menjadi kebudayaan Jepang. Upacara ini dibawa masuk ke Jepang oleh pendeta-pendeta Budha yang
sedang belajar di Cina. Pada jaman dahulu upacara ini hanya diperuntukkan bagi kaum tertentu saja, seperti para saudagar dan
bangsawan. Namun pada saat ini, upacara minum teh tidak lagi hanya untuk orang-orang tertentu, melainkan siapa saja boleh mengikuti upacara
ini. 2.
Pada awalnya ritual ini dimanfaatkan oleh para pendeta untuk kesehatan, sebab teh berfungsi menjaga tubuh tetap fit dan segar, serta untuk
menahan rasa kantuk pada saat mereka sedang meditasi yang dapat memakan waktu sampai berjam-jam.
3. Upacara minum teh bukan hanya sekedar kegiatan minum teh saja. Ada
banyak makna yang terkandung di dalamnya. Seperti kesopanan dan keramah-tamahan. Dalam upacara ini diajarkan bagaimana menerima
orang lain dan menghormatinya tanpa memandang status orang tersebut. 4.
Upacara ini sangat rumit dan penuh dengan aturan dan tata cara yang telah diatur sedemikian rupa. Sehingga tidak sembarang orang dapat
Universitas Sumatera Utara
mengadakan upacara ini. Perlu waktu hingga bertahun-tahun dalam mempelajari upacara ini. Bahkan untuk menjadi seorang guru upacara
minum teh diperlukan waktu hingga berpuluh-puluh tahun. 5.
Dalam upacara minum teh chanoyu , terdapat filosofi atau yang sering disebut sebagai spirit chado. Yaitu Wa yang berarti keharmonisan atau
keselarasan, Kei yang berarti penghargaan atau penghormatan, Sei yang berarti kesucian atau kemurnian, dan Jyaku yang berarti kedamaian atau
ketenangan. Ke empat filosofi di atas merupakan pengaruh dari ajaran Zen Budhism.
6. Terdapat adaptasi kebudayaan dalam upacara minum teh di Indonesia. Di
antaranya adalah tempat pelaksanaan, dan tata cara serta aturan yang berlaku. Di Jepang tempat pelaksanaan chanoyu adalah disuatu ruang
khusus yang disebut dengan chashitsu, sedangkan di Indonesia tidak menggunakan ruang khusus sebab upacara minum teh di Indonesia tidak
sering diadakan. Karena keterbatasan tempat untuk mengadakan upacara minum teh, maka tata cara dan aturan juga menjadi tidak terlalu rumit.
Peralatan minum teh di Indonesia sama dengan yang ada di Jepang. Hanya beberapa peralatan saja yang mengalami adaptasi, yaitu pengurangan
karena peralatan chanoyu sangat mahal. Namun, meskipun demikian upacara minum teh di Indonesia tidak terlalu berbeda dengan upacara
minum teh yang ada di Jepang. Sebab nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya tetap ada dan dipertahankan.
Universitas Sumatera Utara
4.2. Saran