Adaptasi dalam Peralatan yang Digunakan

74 Dalam upacara minum teh di Indonesia, juga dikenal dengan adanya “ tamu utama “. Tetapi pada umumnya, hal itu berlaku hanya pada kondisi tertentu seperti pada upacara minum teh yang formal. Berbeda dengan upacara minum teh yang tidak formal, dimana setiap tamu dilibatkan dalam pembicaraan, namun tetap dalam ruang lingkup teh dan yang berhubungan dengan itu. Masing-masing dipersilahkan untuk bertanya, sebab kebanyakan dari mereka mengikuti upacara minum teh dengan tujuan karena ingin tahu tentang upacara ini. Tidak terdapat adaptasi dalam pelaku, sebab baik di Jepang maupun di Indonesia, pelaku upacara minum teh saat ini, boleh siapa saja.

3.2. Adaptasi dalam Peralatan yang Digunakan

Peralatan yang digunakan dalam upacara minum teh di Indonesia, tidak jauh berbeda dengan yang digunakan di Jepang. Namun, meskipun demikian ada juga beberapa peralatan yang tidak ada atau tidak sama dengan yang di Jepang dengan berbagai macam alasan. Peralatan minum teh yang digunakan di Indonesia adalah : 1. Chawan 2. Natsume 3. Chasaku 4. Chasen 5. Fukusa 6. Chakin 7. Mizusashi 8. Kensui 9. Ceret Pemanas, dan 10. Nampan Universitas Sumatera Utara Beberapa peralatan di atas didatangkan langsung dari Jepang. Peralatan yang tidak ada dalam upacara minum teh di Indonesia adalah : 1. Furo 2. Kama 3. Hishaku dan Futa Oki Kama tidak digunakan karena tidak ada furo dalam ruang minum teh. Begitu juga dengan hishaku, tidak digunakan karena tidak adanya kama sehingga tidak diperlukan pencedok air. Futa oki tidak digunakan karena tidak perlu meletakkan tutup kama. Sehingga air yang digunakan dalam upacara minum teh ini, dipanaskan di ceret pemanas yang menggunakan energi listrik. Tidak seperti kama yang harus dipanaskan di atas furo yang menggunakan panas dari arang. Vas bunga juga tidak terdapat dalam ruang minum teh karena ruangan upacara minum teh di Indonesia bentuknya sangat sederhana, sehingga tidak terdapat tempat untuk menggantung atau meletakkan vas bunga. Tatami merupakan bagian yang penting dari ruang minum teh. Karena di Indonesia ruang minum teh tidak seperti di Jepang yang sudah ada tataminya, maka tatami di Indonesia adalah tatami yang dapat dipindah-pindahkan. Dalam ruangan tidak terdapat kakemono karena tidak adanya tokonoma, atau ruangan tempat untuk menggantungnya. Sehingga para tamu hanya dapat mengagumi chawan sebagai tanda penghormatan bagi tuan rumah. Fukusa diletakkan di dalam lipatan kimono. Namun tidak semua peserta menggunakan kimono, sebab kimono merupakan barang mahal. Di Japan Foundation Jakarta, peserta yang ingin menggunakan kimono, dapat meminjam Universitas Sumatera Utara dari sensei atau membeli kain bahan sehingga dapat dijahit menjadi kimono. Dalam hal ini, peserta dapat meminta bantuan sensei untuk menjahitkannya. Bagi peserta yang tidak menggunakan kimono, dapat menggunakan kain pengganti kimono yang disebut dengan patron. Namun patron ini hanya digunakan oleh peserta wanita saja. Bagi peserta pria yang tidak menggunakan kimono, diwajibkan memakai kemeja atau baju yang berkancing. Setiap peserta diwajibkan untuk memakai kaus kaki putih.

3.3. Adaptasi Tempat Pelaksanaan