1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian
a. Tujuan 1. Untuk mengetahui sejarah masuknya teh ke Jepang sampai menjadi
budaya masyarakat Jepang sampai saat ini. 2.
Untuk mengetahui
tata cara upacara minum teh di Jepang.
3. Untuk mengetahui adaptasi yang terdapat dalam upacara minum teh di Indonesia.
b. Manfaat Hasil dari skripsi ini diharapkan dapat membantu para pembaca dalam
mengetahui sejarah masuknya budaya teh di Jepang, dan apa saja adaptasi yang terdapat dalam upacara minum teh di Indonesia.
1.6. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan struktur yang sangat penting, karena berhasil tidaknya, demikian rendahnya hasil kualitas penelitian, sangat ditentukan
oleh ketepatan peneliti dalam memilih metode penelitian. Arikunto , 1990 : 22 Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode
kepustakaan library research , yaitu penelitian yang dilakukan dengan membaca dan mengumpulkan data yang berkaitan dengan topik permasalahan, baik dari
buku-buku, skripsi, majalah, dan artikel-artikel yang terdapat di internet. Selain dari metode di atas, penulis juga menggunakan metode deskriptif
dan metode transkriptif. Metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam
Universitas Sumatera Utara
masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat. Whitney, dalam Nazir, 1988 : 63 . Metode transkriptif adalah metode yang dilakukan dengan cara
menerjemahkan bahan yang berbahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia. Retno, 2000 : 12 . Untuk melengkapi data yang diperlukan, penulis juga
menggunakan metode wawancara dimana penulis membuat daftar pertanyaan terlebih dahulu sebelum melakukan wawancara, dan riset langsung melihat tata
cara minum teh di Indonesia, khususnya di Japan Foundation Jakarta.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN UMUM SEJARAH TEH DAN UPACARA MINUM TEH DI
JEPANG
2.1. Tinjauan Umum Minum Teh
Di tengah gaya hidup modern, ternyata masih ada tradisi dari masa lalu yang tidak berubah. Salah satunya adalah minum teh. Tradisi ini agak sulit
digeser, selain karena menawarkan kenikmatan dan kesegaran yang tidak tergantikan oleh minuman lain, juga karena manfaatnya pada kesehatan. Sejak
ditemukan ribuan tahun silam, teh berpengaruh positif terhadap kesehatan peminumnya. Kebiasaan minum teh sudah berlangsung sejak ratusan tahun yang
lalu. Bahkan para tuan tanah dan pejabat di jaman kolonial Belanda di Indonesia memiliki perkebunan teh tersendiri. Bagi mereka itu menjadi simbol kekayaan
yang dimiliki. Minum teh juga telah menjadi budaya Inggris. Menikmati secangkir teh
merupakan bagian gaya hidup bangsawan Inggris sejak 150 tahun yang lalu. Catherine of Braganza yang menikah dengan Raja Charles II pada 1662 yang
pertama kali menyajikan teh untuk para pejabat kerajaan. Pada abad 19, para putri raja mulai melakukan “ afternoon tea “, yaitu minum teh sambil makan kue-kue
disore hari karena makan malam baru disajikan pada pukul 8 malam. Tradisi itulah yang berlanjut hingga banyak dibuka “ Tea House “ berkelas di London,
Inggris. www.detikfood.com
. Oleh karena itu, bangsa Inggris memiliki kebiasaan harus menyempatkan diri setiap sore hari untuk minum teh, dan segala
kegiatan harus berhenti sejenak digantikan oleh acara minum teh tersebut. Pada
Universitas Sumatera Utara
awalnya, karena teh mahal dan merupakan barang mewah di Inggris, maka hanya golongan atas saja yang bisa menikmati minum teh. Namun kini budaya minum
teh disore hari dapat dinikmati siapa saja dan menjadi budaya masyarakat Inggris yang terkenal di dunia.
Dalam budaya Indonesia, minum teh adalah minum air yang mengandung seduhan daun teh. Untuk menambah nikmat, biasanya ditambahkan gula. Teh
dapat disajikan pada pagi hari sambil menemani sarapan, maupun saat santai disore hari sambil ditemani pisang goreng hangat. Teh juga biasa disuguhkan jika
ada tamu yang datang. Tidak ada aturan yang terdapat dalam minum teh ala Indonesia. Jika ingin minum teh, tinggal buat sendiri. Wadahnya pun sesuka hati,
bisa menggunakan gelas dan bisa juga menggunakan cangkir. Di negeri Tirai Bambu Cina, budaya minum teh sudah ada sejak 3000
tahun SM, yaitu pada masa kekaisaran Shen Nung. Masyarakat Cina meyakini teh memiliki khasiat yang sangat bagus untuk kesehatan. Mereka percaya teh dapat
menetralisir kadar lemak dalam darah, melancarkan air seni, dan menghambat diare. Dalam tradisi minum teh di Cina, ada dua wadah yang digunakan, yaitu
sebuah gelas dan sebuah mangkuk. Gelas berfungsi untuk menghirup aroma teh, sedangkan mangkuk berfungsi untuk meminum air teh. Tradisi Minum Teh,
groups.google.co.id . Di Cina, penyajian minum teh tidak disertai dengan hidangan makanan.
Daratan Cina mengenal penyeduhan dan penyajian teh untuk beberapa tujuan, seperti bentuk penghargaan kepada orang tua dan leluhur dengan cara
menawarkan atau mengundangnya pada acara minum teh, mengumpulkan keluarga pada acara minum teh untuk keluarga besar, meminta maaf kepada
Universitas Sumatera Utara
seseorang dengan menyajikan teh secara langsung, hingga sebagai ungkapan terima kasih pada orang tua atau wali pada acara pernikahan.
www.appetitejourney.com Minum teh sebenarnya bukan sesuatu yang istimewa, karena teh telah
dikenal di seluruh dunia. Namun menjadi sajian seni dan ritual yang istimewa jika dinikmati di Jepang. Di negeri sakura ini, minum teh menjadi sesuatu yang sangat
penting dalam estetika, dimana mulai dari persiapan sampai jamuan minum tehnya sendiri merupakan satu rangkaian ritual yang menarik. Masyarakat
mengenal ritual ini dengan sebutan shadou atau chanoyu. Arti
kata chanoyu sebenarnya adalah “ air panas untuk teh “. Namun
kemudian berkembang menjadi upacara minum teh dalam tradisi Jepang. Tradisi ini bermula sebelum jaman Edo, atau kira-kira 400 tahun yang lalu. Pada awalnya,
tradisi ini hanya dilakukan oleh kalangan tertentu seperti para pendeta dan kaum bangsawan atau samurai, yang merupakan kebiasaan sosial untuk menjamu tamu
terhormat. Upacara ini pada dasarnya adalah cara untuk menghormati tamu. http:yulider.blogspot.com
Kebiasaan minum teh di Jepang dirancang oleh sekte Zen Budhis. Pendeta-pendeta Zen berkumpul di depan patung Budha dan minum teh dari
sebuah mangkuk sambil melaksanakan suatu ritual khusus. Pada awalnya, mereka menggunakan teh untuk membantu mereka tetap terjaga dan tidak mengantuk
pada saat melakukan kegiatan meditasi yang dapat berlangsung selama berjam- jam. Pada akhirnya tradisi minum teh ini menjadi bagian dari upacara ritual Zen.
Selama abad ke-15, hal itu menjadi acara tetap berkumpul di lingkungan khusus untuk mendiskusikan berbagai hal, dan kemudian berkembang menjadi upacara
Universitas Sumatera Utara
minum teh seperti yang kita kenal saat ini. http:izzymagazine.comdiscuss.htm
Setsuo Uenoda dalam Nio Joe Lan 1962 :165 mengartikan upacara minum teh sebagai suatu permainan yang halus untuk orang-orang yang tertarik
dengan seni kehidupan. Seni kehidupan yang dimaksud adalah bagaimana melatih kesabaran serta ketelatenan dalam berperilaku sehari-hari agar dapat meraih
ketenangan dalam diri sendiri. Pada jaman dahulu, upacara minum teh juga menjadi ajang adu
pengetahuan antara tuan rumah dengan tamu. Pengetahuan yang dimaksud adalah berupa pengetahuan tentang dari mana asal teh yang digunakan, apa jenis tehnya,
darimana asal chawan dan peralatan minum teh lainnya, dan lain-lain. Sering pula upacara minum teh menjadi momen saling memamerkan peralatan minum teh,
sebab peralatan minum teh sangat mahal. Sehingga pada jaman dulu, apabila seseorang mengadakan upacara minum teh, maka dia dianggap orang yang
berada. Soshitsu Sen, 1979 : 11 . Namun kini upacara minum teh chanoyu merupakan ritual yang tidak hanya sekedar momen untuk adu pengetahuan
maupun untuk memamerkan peralatan minum teh. Tetapi lebih ke momen yang memiliki makna yang sangat dalam, dimana seni dan pengetahuan menjadi satu.
2.2. Sejarah Perkembangan Teh