BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Jepang merupakan salah satu negara yang mempunyai bermacam-macam kebudayaan. Meskipun peradaban Jepang kuno sebagian dibangun diatas budaya-
budaya yang diperkenalkan dari daratan Asia, selama 1000 tahun terakhir bangsa Jepang telah menyerap unsur-unsur budaya ini dan menciptakannya kembali
menjadi budaya Jepang sendiri. http:id.wikipedia.org
Sepanjang sejarahnya, Jepang telah menyerap banyak gagasan dari negara- negara lain, diantaranya adalah teknologi, adat-istiadat, dan bentuk-bentuk
pengungkapan kebudayaan lainnya. Jepang telah mengembangkan kebudayannya yang unik sambil mengintegrasikan masukan-masukan dari luar itu. Kita dapat
melihat bahwa gaya hidup orang Jepang dewasa ini merupakan perpaduan budaya tradisional dibawah pengaruh Asia dan budaya modern barat.
Dengan melihat fakta di atas, maka tidak heran kalau bangsa Jepang terkenal sebagai bangsa ” peniru ”. Namun demikian, sebagian besar dari hasil ”
tiruan ” mereka jauh lebih bagus dan berkualitas, sehingga menjadi bagian dari mereka. Bangsa Jepang juga sangat bangga akan hasil karya mereka. Mereka
bangga menggunakan karya cipta dan keanekaragaman kebudayaan mereka. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya kebudayaan dari Jepang yang telah mendunia.
Keanekaragaman kebudayaan pada bangsa Jepang, dapat kita lihat dari kegiatan-kegiatan religi dan cara hidup masyarakatnya. Banyak hal yang
mempengaruhi keanekaragaman kebudayaan bangsa Jepang. Di antaranya iklim
Universitas Sumatera Utara
dan bentang alam yang indah. Kedua hal tersebut memainkan peran besar dalam pembentukan kebudayaan Jepang yang unik. Pegunungannya yang tertutup
dengan pohon-pohon yang hijau, dataran rendahnya yang semerbak oleh kebun- kebun bunga, kesemuanya ini telah mempengaruhi seni dan segala aspek
kehidupan. Seni merangkai bunga, upacara minum teh, persajakan, kimono, dan sebagainya, dikembangkan selaras dengan perubahan musim.
Dari sekian banyak kebudayaan tersebut, upacara minum teh atau yang sekarang kita kenal dengan sebutan Chanoyu, terus berkembang sebagai bagian
dari kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang. Upacara minum teh bukan sekedar kegiatan yang dilangsungkan dengan tuan rumah sebagai penjamu, dan tamu
sebagai orang yang dijamu. Tetapi lebih ke tata cara yang diatur sedemikian halus dan teliti untuk menghidangkan dan meminum teh. Teh yang digunakan pun,
bukan teh yang biasa. Upacara minum teh di Jepang menggunakan teh hijau yang telah digiling halus disebut dengan matcha.
Kebiasaan minum teh telah menjadi semacam “ritus” dikalangan masyarakat Jepang dan China. Bahkan hingga kini upacara minum teh di tengah
masyarakat Jepang merupakan suatu hal yang sakral. Di China, budaya minum teh sudah dikenal sejak 3000 tahun sebelum Masehi, pada zaman Kaisar Shen Nung
berkuasa. http:gicdepok.wordpress.com
. Upacara minum teh memiliki sejarah dan tradisi yang panjang di Jepang.
Seringkali sejarah upacara ini dikaitkan dengan orang-orang yang dianggap berpengaruh seperti para rohaniwan. Dengan adanya keterkaitan antara upacara
Universitas Sumatera Utara
minum teh dengan orang-orang ini kemudian membuat upacara minum teh dianggap sebagai sebuah kebudayaan tinggi masyarakat Jepang.
Menurut sejarahnya, teh bukanlah budaya asli bangsa Jepang. Artinya teh tidak berkembang di Jepang, bahkan benih-benih pertama dibawa dari China
selama masa dinasti Tang 618-907 , ketika pertukaran budaya antara kedua negara mencapai puncaknya. Sebutan pertama untuk acara formal yang meliputi
minum teh ini ditemukan pada abad ke-8, ketika Kaisar Shomu 724- 49 dikabarkan telah mengundang biarawan-biarawan yang telah berpartisipasi dalam
salah satu pelayanan agamanya untuk minum teh di istananya. Sen O Tanaka, 1998 : 84 .
Upacara minum teh di Jepang terkenal dengan teknik dan tata caranya yang rumit. Perlu waktu yang cukup lama untuk mempelajarinya. Rangkaian
upacara ini diawali dengan pembersihan teko penyajian, memasak air, memasukkan teh ke dalam teko tadi, menuang air panas ke dalamnya,
mengaduknya sampai rata dan berbuih, serta kemudian menyajikannya pada tamu dengan tata cara khas Jepang. Meski upacara ini kelihatannya sederhana, tapi ada
suatu proses ritual yang dilibatkan, yang membuat upacara minum teh ini sebagai suatu seni yang bertahan berabad-abad hingga sekarang.
Seperti yang telah disebutkan di atas, bahwa upacara minum teh bukanlah suatu hal yang mudah untuk dilakukan. Dalam pelaksanaannya, orang
memerlukan waktu yang lama dengan penyempurnaan yang berlangsung seumur hidup. Upacara minum teh mencerminkan kepribadian dan pengetahuan tuan
rumah yang mencakup antara lain tujuan hidup,cara berpikir, agama, apresiasi peralatan upacara minum teh dan cara meletakkan benda seni di dalam ruangan
Universitas Sumatera Utara
upacara minum teh chashitsu dan berbagai pengetahuan seni. Upacara minum teh juga menjajaki tujuan hidup dan mendorong timbulnya apresiasi terhadap
alam. Karena upacara ini merupakan rangkaian yang mendalam yang membutuhkan pengetahuan yang luas dan kepekaan yang sangat halus.
www.sinarharapan.co.id Upacara minum teh di Jepang dikenal begitu rumit, begitu khas, dan penuh
makna. Namun bukan berarti hanya orang Jepang saja yang dapat mengikuti ritual ini. Terbukti dari banyaknya negara yang telah “ disinggahi “ oleh kebudayaan
milik bangsa Jepang ini, termasuk di dalamnya Indonesia. Hal ini menyebabkan penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut mengenai upacara minum teh,
terutama yang telah diadaptasi di Indonesia, melalui skripsi yang berjudul
Analisis Adaptasi Upacara Minum Teh Chanoyu di Indonesia.
1.2. Perumusan Masalah