Adaptasi dalam Status Pelaku

BAB III ANALISIS ADAPTASI UPACARA MINUM TEH CHANOYU DI INDONESIA

3.1. Adaptasi dalam Status Pelaku

Upacara minum teh di Jepang sangat sakral. Sehingga tidak setiap orang dapat dengan mudah untuk mengikuti upacara tersebut. Pada zaman dahulu, hanya orang-orang tertentu yang boleh terlibat dalam upacara ini. Orang-orang tersebut adalah orang-orang yang memiliki pengaruh kuat dalam masyarakat. Di antaranya adalah para pendeta, sebab mereka yang pertama kali membuat ritual ini dan mempopulerkannya di Jepang. Dimana pada awalnya mereka menggunakan teh untuk kesehatan dan menjaga agar tubuh tetap segar dan tidak mengantuk pada waktu meditasi. Kemudian, kebiasaan ini diikuti oleh para bangsawan dimana mereka menjadikan kesempatan itu menjadi ajang untuk saling memamerkan peralatan minum teh milik mereka serta saling adu ilmu pengetahuan tentang teh dan asal peralatan minum teh mereka. Pada saat ini, orang tidak lagi dibatasi untuk dapat mengikuti upacara minum teh. Karena siapa saja yang tertarik dengan ritual ini dapat mengikutinya. Ada bermacam-macam tujuan orang yang tertarik untuk mengikuti upacara minum teh. Di bawah ini adalah beberapa peserta upacara minum teh yang berhasil diwawancara oleh penulis di Japan Foundation Jakarta dan di Medan. 1. Ibu Vina Jakarta Ibu Vina adalah seorang pengajar yang sangat menyukai kebudayaan Jepang. Beliau ingin mengetahui tentang kebudayaan masyarakat Jepang. Oleh karena itu, Universitas Sumatera Utara Ibu Vina memilih upacara minum teh sebagai salah satu cara untuk menenal kebudayaan masyarakat Jepang. Status Ibu Vina sebagai pengajar tidak menghalanginya untuk ikut sebagai salah satu peserta dalam upacara minum teh di Japan Foundation Jakarta. 2. Ibu Linda Jakarta Ibu Linda adalah seorang freelancer. Sama seperti Ibu Vina, Ibu Linda juga menyukai kebudayaan Jepang. Dengan alasan tersebut, Ibu Linda memutuskan untuk menyediakan waktunya untuk mengikuti upacara minum teh setiap hari selasa, juga di tempat yang sama dengan Ibu Vina. 3. Lupi Jakarta Lupi adalah seorang mahasiswa. Berbeda dengan Ibu Vina dan Ibu Linda, Lupi mempunyai alasan sendiri tentang ketertarikannya dalam mengikuti upacara minum teh. Lupi mengikuti upacara minum teh karena penasaran dan ingin tahu bagaimana sebenarnya bentuk dari upacara ini. Dimana sebelumnya Lupi membaca sebuah novel Jepang yang di dalamnya menceritakan tentang kehidupan seorang pelayan yang melayani tamunya dengan meracik teh. Dalam novel itu diceritakan betapa kakunya upacara minum teh yang dilakukan. Oleh karena itu Lupi memutuskan untuk mengikuti upacara minum teh, untuk membuktikan apakah upacara minum teh memang sekaku upacara yang diceritakan dalam novel. Universitas Sumatera Utara 4. Pak Bambang Jakarta Pak Bambang adalah seorang budayawan. Namun bukan karena status Pak Bambang sebagai budayawan yang menjadi alasan beliau untuk mengikuti upacara minum teh ini. Yang menjadi alasan Pak Bambang mengikuti upacara minum teh adalah lebih karena ketertarikannya akan teh. Sebab Pak Bambang merupakan seorang yang ahli di bidang teh. Karena tahu ada ritual khusus tentang teh di Jepang, maka Pak Bambang tertarik untuk mengikuti upacara minum teh atau chanoyu ini. Penulis tertarik untuk mewawancara Pak Bambang sebab di antara semua peserta, Pak Bambang adalah salah satu dari dua orang pria yang mengikuti upacara minum teh di Japan Foundation. Begitu menariknya ritual ini, sehingga membuat orang ingin mempelajarinya. Padahal mereka tahu betapa rumit dan susahnya untuk mengikuti upacara ini. 5. Ibu Irna Medan Lain lagi dengan Ibu Irna, yang mengikuti upacara minum teh ini, selain karena tertarik dengan kebudayaan Jepang, juga karena Ibu Irna bersuamikan orang Jepang. Sehingga Ibu Irna merasa sebagai Isteri orang Jepang, dia wajib mempelajari kebudayaan negeri suaminya, yaitu melalui upacara minum teh ini. Menurut Ibu Irna, ada juga orang yang mengikuti upacara minum teh karena merasakan adanya gengsi tersendiri. Karena pada umumnya orang-orang yang diundang pada upacara minum teh yang formal adalah orang-orang terpandang dan berkelas. Universitas Sumatera Utara 74 Dalam upacara minum teh di Indonesia, juga dikenal dengan adanya “ tamu utama “. Tetapi pada umumnya, hal itu berlaku hanya pada kondisi tertentu seperti pada upacara minum teh yang formal. Berbeda dengan upacara minum teh yang tidak formal, dimana setiap tamu dilibatkan dalam pembicaraan, namun tetap dalam ruang lingkup teh dan yang berhubungan dengan itu. Masing-masing dipersilahkan untuk bertanya, sebab kebanyakan dari mereka mengikuti upacara minum teh dengan tujuan karena ingin tahu tentang upacara ini. Tidak terdapat adaptasi dalam pelaku, sebab baik di Jepang maupun di Indonesia, pelaku upacara minum teh saat ini, boleh siapa saja.

3.2. Adaptasi dalam Peralatan yang Digunakan