upacara minum teh chashitsu dan berbagai pengetahuan seni. Upacara minum teh juga menjajaki tujuan hidup dan mendorong timbulnya apresiasi terhadap
alam. Karena upacara ini merupakan rangkaian yang mendalam yang membutuhkan pengetahuan yang luas dan kepekaan yang sangat halus.
www.sinarharapan.co.id Upacara minum teh di Jepang dikenal begitu rumit, begitu khas, dan penuh
makna. Namun bukan berarti hanya orang Jepang saja yang dapat mengikuti ritual ini. Terbukti dari banyaknya negara yang telah “ disinggahi “ oleh kebudayaan
milik bangsa Jepang ini, termasuk di dalamnya Indonesia. Hal ini menyebabkan penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut mengenai upacara minum teh,
terutama yang telah diadaptasi di Indonesia, melalui skripsi yang berjudul
Analisis Adaptasi Upacara Minum Teh Chanoyu di Indonesia.
1.2. Perumusan Masalah
Jepang memiliki banyak kebudayaan, seperti upacara-upacara keagamaan maupun upacara-upacara tradisional. Upacara minum teh adalah salah satunya,
yang merupakan kebudayaan yang berasal dari China. Upacara minum teh adalah ritual tradisional Jepang dalam menyajikan teh untuk tamu yang dilakukan secara
khusus. Teh tidak hanya sekedar dituang dengan air panas dan kemudian diminum, tetapi memiliki nilai seni dalam arti luas.
Teh disiapkan secara khusus oleh orang yang mendalami seni upacara minum teh dan dinikmati oleh tamu di ruangan khusus untuk minum teh yang
disebut chashitsu. Dalam chanoyu, yang paling diutamakan adalah tata krama yang tinggi serta nilai kehalusan dalam tingkah laku. Hal ini berlaku di setiap
Universitas Sumatera Utara
tempat yang mengadakan chanoyu,termasuk Indonseia. Melalui pernyataan di atas, maka permasalahannya dalam bentuk pertanyaan adalah :
1. Bagaimana sejarah masuknya teh ke Jepang sampai menjadi budaya
Jepang? 2.
Bagaimana tata cara upacara minum teh di Jepang? 3.
Seperti apa adaptasi upacara minum teh chanoyu di Indonesia?
1.3. Ruang Lingkup Pembahasan
Seni membuat dan meminum teh di Jepang berawal pada abad ke-15. Bubuk teh berwarna hijau yang diminum pada upacara minum teh, dibawa ke
Jepang oleh biksu-biksu Zen yang pulang kembali ke Jepang dari tugas belajar mereka di China. Sen O Tanaka, 1998 : 84 .
Upacara minum teh memiliki aturan yang ketat dalam tata cara penyajian yang lebih bersifat seni, spiritual, ajaran moral, dan tradisi yang disampaikan
turun temurun dalam keluarga. Dalam penulisan skripsi ini, penulis memfokuskan pembahasan pada adaptasi upacara minum teh chanoyu di Indonesia, dan untuk
mendukung penulisan, akan dibahas juga tentang latar belakang sejarah masuknya teh ke Jepang, serta bagaimana tata cara upacara minum teh di Jepang.
1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori
1. Tinjauan Pustaka Dewasa ini minuman yang paling populer di tengah-tengah masyarakat
adalah kopi, minuman ringan dalam kemasan kaleng, dan minuman fermentasi lainnya. Namun bagi sebagian orang, khususnya orang Jepang, sejauh ini
Universitas Sumatera Utara
minuman non alkohol yang paling dicintai adalah teh hijau. Saat ini teh hijau merupakan kebutuhan yang sangat esensial dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat Jepang. Menurut pendapat beberapa orang, secangkir teh hijau panas dapat
memberikan kesegaran kepada jiwa, misalnya membuat lebih kuat dari biasanya. Teh juga dapat membantu orang yang dalam keadaan mabuk mendapatkan
kembali kesadarannya. Contoh lain adalah ketika seseorang dalam keadaan stres atau tertekan, maka biasanya akan ditawarkan secangkir teh hangat yang
dipercaya dapat meringankan beban pikiran. Orang Jepang sepertinya memiliki kepercayaan yang tidak diragukan lagi bahwa kekuatan teh dapat dijadikan obat
ampuh. Sama halnya dengan bangsa Yahudi yang beranggapan bahwa pemulihan tubuh dapat dilakukan dengan meminum semangkuk sup hangat. A Hundred
things Japanese, 1975 : 160 Upacara minum teh diketahui dengan pasti berasal dari China. Daun teh
dibawa oleh pendeta Budhis ke Jepang di zaman Tang, sekitar 1400 tahun yang lalu. Waktu itu, teh belum mendapat perhatian dari masyarakat Jepang. setelah
zaman Song, sekitar 1000 tahun lalu, seorang pendeta Budhis dari Jepang menuntut ilmu ke China dan tertarik mempelajari budaya minum teh di China.
Sepulangnya ia ke Jepang, barulah teh dikenal secara luas di Jepang dan menjadi satu dengan kebudayaan Jepang.
http:id.wikipedia.org Teh juga menjadi budaya orang Korea. Namun seperti budaya minum teh
di China, yaitu tidak terlalu terikat dengan nilai-nilai tata krama. Sedangkan orang Jepang menganggap upacara minum teh sebagai suatu hal yang sangat serius.
Universitas Sumatera Utara
Banyak sekali hal yang harus diperhatikan di dalam upacara minum teh Jepang yang resmi, misalnya bagaimana cara mengambil cawan, meletakkannya di tangan
kiri, memutar cawan 180 derajat sebelum diminum, dan lain sebagainya. Di China, tata krama lebih dititikberatkan pada gaya bicara tuan rumah dan tamu, dan
bukan pada bagaimana cara meminum teh tadi. Ini sedikit perbedaan upacara minum teh di China dengan di Jepang. Sesuai dengan kebudayaan berbicara orang
Tionghoa yang suka berbasa-basi dan menekankan pada keindahan berbahasa sedangkan kebudayaan orang Jepang yang lebih menekankan gerak-gerik dan
perbuatan. http:osdir.com
Chanoyu adalah upacara minum teh yang bukan hanya sekedar upacara biasa, karena upacara ini merupakan suatu metode yang berstruktur sangat rumit
dalam menyiapkan minuman yang terbuat dari bubuk teh, untuk disajikan kepada tamu yang dihormati. Hal ini disebabkan karena upacara minum teh berkaitan
dengan seni keramik, seni menata taman, dan seni merangkai bunga ikebana . Juga karena upacara ini dilandaskan pada upacara keagamaan, interaksi sosial,
sopan santun, serta kepekaan terhadap lingkungan alam sekitar. Sen O Tanaka, 1998 : 84
Teh termasuk pada barang-barang dari China yang telah menyebrangi laut ke Jepang. Di negeri kepulauan ini teh segera menjadi suatu hal yang sangat
digemari. Dan bukan hanya digemari, melainkan juga mendapatkan suatu kedudukan yang mempunyai arti kebudayaan di antara masyarakat Jepang,
sehingga teh beralih menjadi objek suatu upacara. Dalam buku “Japan, The Official Guide” disebutkan bahwa chanoyu adalah suatu ritual astetis yang banyak
Universitas Sumatera Utara
dilaksanakan dalam kegiatan ramah - tamah di Jepang. Upacara itu dipandang sebagai suatu momen untuk melatih disiplin dan meningkatkan kerohanian. Nio
Joe Lan, 1962 : 165 . Teh sangat dihargai karena mempunyai kekuatan melenyapkan rasa letih,
menggirangkan jiwa, memperkokoh kemauan, dan meneguhkan kekuatan mata. Kaum Taois memandang teh sebagai suatu bahan yang mutlak untuk meramu obat
pengelak kematian. Orang Budhis banyak memakai teh untuk menentang rasa mengantuk pada waktu mereka bersemadhi beberapa jam lamanya. Nio Joe Lan ,
1962 : 165 Secara garis besar, teh dapat dikatakan sebagai simbol dari tiga aspek cara
berpikir dan cara hidup orang Jepang, yaitu relaksasi, keramah-tamahan, dan penghiburan. Hingga saat ini, budaya ini tetap berkembang di Jepang.
2. Kerangka Teori Kerangka teori memuat sejumlah teori yang berkaitan dengan
permasalahan penelitian. Teori-teori tersebut dijadikan sebagai landasan pemikiran dalam penjelasan. Arikunto 1990 : 107 , mengemukakan, “ Kerangka
teori merupakan wadah untuk menerangkan variabel atau pokok masalah yang terkandung dalam penelitian “. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan
teori perubahan kebudayaan dan penyesuaian diri antarbudaya. Masyarakat dan kebudayaan di mana pun selalu dalam keadaan berubah. Terjadinya perubahan ini
disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya : 1.
Sebab-sebab yang berasal dari dalam masyarakat dan kebudayaan sendiri, misalnya perubahan jumlah dan komposisi penduduk.
Universitas Sumatera Utara
2. Sebab-sebab perubahan lingkungan alam dan fisik tempat mereka
hidup. Masyarakat yang hidupnya terbuka, yang berada dalam jalur-jalur hubungan dengan masyarakat dan kebudayaan lain,
cenderung untuk berubah secara lebih cepat. Sulaeman, 2005 : 45.
Dengan teori ini, penulis akan membahas bagaimana perubahan yang terjadi dalam kebudayaan, terutama dalam kebudayaan upacara minum teh setelah
diadaptasi ke Indonesia. Penulis juga menggunakan pendekatan historis, yaitu penelitian dengan
menggunakan metode sejarah penyelidikan yang kritis terhadap keadaan-keadaan, perkembangan, serta pengalaman-pengalaman dimasa lampau dan menimbang
secara cukup teliti dan hati-hati tentang bukti validitas dari sumber sejarah serta interpretasi dari sumber-sumber keterangan tersebut. Nazir, 1988 : 55-56
Nevins, Nazir, 1988 : 55 menyatakan sejarah adalah deskripsi yang terpadu dari keadaan-keadaan atau fakta-fakta masa lampau yang ditulis
berdasarkan penelitian serta studi yang kritis untuk mencari kebenaran. Dengan teori ini penulis akan membahas perkembangan awal masuknya teh ke Jepang,
sampai menjadi upacara minum teh di Jepang. Upacara minum teh adalah suatu ritual yang tidak mudah ditelusuri, sebab
dalam upacara ini terdapat istilah “ the way of tea “ , yang di dalamnya terkandung makna yang sangat dalam tentang kehidupan, yaitu ketenangan yang
mencakup harmony, rasa hormat, dan kemurnian.
Universitas Sumatera Utara
1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian