Adaptasi dalam Tata Cara dan Aturan

ruang upacara minum teh di Indonesia juga tidak terdapat tokonoma. Juga tidak terdapat ruang tunggu atau machiai. Namun di dalam ruangan, sudah disediakan bangku-bangku untuk tempat para peserta menuggu peserta lainnya. Juga tidak terdapat taman dalam upacara minum teh di Indonesia. Oleh karena itu, tidak ada baskom berisi air tsukubai , dimana setiap peserta dapat membersihkan diri di taman sebelum memasuki ruangan upacara minum teh. Faktor yang menyebabkan mengapa tidak terdapat chashitsu di Indonesia adalah karena upacara minum teh di Indonesia tidak seperti upacara minum teh di Jepang yang memerlukan ruang khusus yang dapat menambah kekhidmatan pelaksanaan upacara minum teh tersebut. Menurut Ibu Irna tidak adanya ruang khusus untuk melaksanakan upacara minum teh di Indonesia, karena untuk membuat chashitsu akan menghabiskan biaya yang sangat banyak. Atau dengan kata lain, ruang untuk upacara minum teh sangat mahal.

3.4. Adaptasi dalam Tata Cara dan Aturan

Sama seperti pada peralatan upacara minum teh, tata cara dan aturan juga tidak jauh berbeda. Di Japan Foundation Jakarta, upacara dimulai pada pukul 14.00 WIB dan selesai pada pukul 16.00 WIB. Semua peserta sudah harus hadir lima belas menit sebelum upacara minum teh dimulai. Ada dua orang sensei yang memimpin upacara ini. Acara diawali dengan disiapkannya semua peralatan oleh sensei yang berlaku sebagai tuan rumah. Mereka melakukan persiapan di ruangan yang sama dengan ruangan yang akan digunakan untuk melaksanakan upacara minum teh, yaitu di bagian belakang ruangan, dimana terdapat lemari penyimpanan peralatan dan meja panjang tempat peralatan diletakkan. Universitas Sumatera Utara Pada saat sensei melakukan persiapan, para peserta, yang berlaku sebagai tamu dipersilahkan untuk melakukan persiapan juga. Bagi yang membawa kimono, segera mengganti pakaian mereka dengan kimono, dan melepaskan segala perhiasan mereka. Bagi yang tidak membawa kimono, sudah disediakan pengganti kimono, yaitu patron. Setelah masing-masing melakukan persiapan, mereka segera duduk ditempat masing-masing yang sudah disediakan. Dalam ruangan sudah disiapkan tatami yang dapat dipindah-pindahkan. Sensei dan para peserta duduk di atas tatami tersebut. Semua duduk dalam posisi bersimpuh. Bagi yang baru pertama sekali mengikuti upacara minum teh ini, dapat mengganti posisi duduk apabila sudah tidak nyaman dengan duduk bersimpuh. Namun bagi yang sudah terbiasa, diharuskan untuk terus duduk dalam posisi bersimpuh sampai upacara selesai. Upacara minum teh di Indonesia, tidak terlalu terlihat kekhidmatannya. Hal ini dikarenakan oleh kurangnya pengalaman dari para peserta dalam mengikuti upacara minum teh. Juga dikarenakan oleh tujuan yang berbeda-beda dari masing-masing peserta dalam mengikuti upacara minum teh tersebut. Sehingga upacara minum teh ini terlihat santai dan tidak terlalu serius seperti yang terdapat dalam upacara minum teh yang ada di Jepang. Jika dilihat dari kondisi ruangan upacara minum teh yang sangat sederhana, para peserta juga tidak diharuskan untuk mengikuti tata cara dan aturan-aturan seperti pada upacara minum teh di Jepang. Di mana para peserta diharuskan untuk menunggu di ruang tunggu machiai dan di rumah kecil di taman. Namun mereka dapat menunggu di ruangan yang sama dengan ruangan dimana upacara minum teh akan dilangsungkan. Peserta juga tidak diharuskan Universitas Sumatera Utara untuk memakai sendal jerami dan memasuki ruangan upacara minum teh melalui nijiriguchi, sebab mereka dapat langsung memasuki ruangan upacara minum teh. Karena tidak ada taman dan tsukubai, peserta juga tidak harus membersihkan diri di taman. Namun mereka dapat membersihkan dan mempersiapkan diri di kamar kecil. Pada upacara minum teh di Indonesia, terutama yang dilaksanakan di Japan Foundation Jakarta, aturan yang berlaku tidak terlalu kaku. Begitupun tata caranya, dibuat tidak terlalu rumit. Sehingga memudahkan peserta untuk mengikuti jalannya upacara. Hal ini membuat para peserta dapat dengan leluasa mengajukan pertanyaan kepada sensei. Namun meskipun demikian, mereka tetap diajarkan makna dan filosofi yang sebenarnya dari upacara ini. Tidak demikian halnya dengan upacara minum teh yang diadakan di rumah Ibu Irna di Medan. Upacara minum teh yang dilaksanakan di tempat Ibu Irna lebih khidmat dan tenang. Hal ini disebabkan karena jumlah peserta yang ikut ambil bagian dalam upacara ini, lebih sedikit jika dibandingkan dengan peserta yang ada di Japan Foundation Jakarta. Selain itu juga karena tempat pelaksanaannya di rumah sehingga suasana jauh lebih tenang dan damai. Tidak seperti di Japan Foundation Jakarta yang berbentuk gedung, dimana orang bebas memasukinya meskipun tidak dapat memasuki ruangan upacara minum teh. Universitas Sumatera Utara BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan