Yahya harahap, mengemukakan pendapatnya:

pengadilan wajib dianggap tidak beralah sebelum adanya putusan pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan telah memperoleh kekuatan hukum tetap . Untuk menghindari kesewenang-wenangan para aparat penegak hukum terutama dalam menjungjung tinggi hak asasi dari setiap rakyat dan hukum Negara, maka kitab Undang-Undang hukum acara pidana kita telah menganut suatu lembaga baru yang dinamakan dengan Lembaga Praperadilan. Pada lembaga inilah tiap-tiap warga Negara pada umumnya dan para tersangka atau terdakwa pada khususnya serta pihak ketiga dapat mengadukan setiap pelanggaran atas hak-hak asasi kemanusiaannya apabila para penegak hukum keluar dari ketentuan-ketentuan yang berlaku. Andi Hamzah, mengemukakan sebagai berikut: 71

M. Yahya harahap, mengemukakan pendapatnya:

“Praperadilan dapat dipandang sebagai suatu tiruan lembaga hakim komisaris Rechter Commissaris dinegeri Belanda dan juga d’instruction di Prancis, namun walaupun HAMper bersamaan tugas Praperadilan di Indonesia berbeda dengan hakim komisaris di Eropa itu. Tugas hakim komisaris dinegeri belanda lebih luas daripada Praperadilan di Indonesia”. 72 a. Berada dan merupakan kesatuan yang melekat pada Pengadilan Negeri dan sebagai lembaga pengadilan, hanya dijumpai pada tingkat Pengadilan Negeri sebgai satuan tugas yang tidak terpisah dari Pengadilan Negeri. “Bila ditinjau dar segi struktur dan susunan peradilan, Praperadilan bukan merupakan lembaga pengadilan yang berdiri sendiri. Bukan pula sebagai instansi tingkat peradilan yang mempunyai wewenang memberi putusan akhir atas suatu kasus peristiwa pidana..Praperadilan meupakan lembaga baru yang mempunyai ciri dan eksistensi: 71 Andi Hamzah, op. cit Hal 188. 72 M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali, Cemerlang, Jakarta, Cetakan Pertama, 2004, op.cit, Hal 1. b. Dengan demikian, Praperadilan bukan berada diluar ata disampingmaupun sejajar dengan Pengadilan Negeri, tetapi hanya merupakan divisi dari Pengadilan Negeri. c. Administratif yustisial, personil, peralatan, dan finansial bersatu dengan Pengadilan Negeri dan berada dibawah pimpinan serta pengawasan dan pembinaan ketua Pengadilan Negeri. d. Tata laksana fungsi yustisialnya merupakan bagian dari fungsi yustisial Pengadilan Negeri. Praperadilan berdasarkan ketentuan KUHAP Praperadilan dalam KUHAP ditempatkan secara khusus dalam Bab X bagian kesatu sebagai salah satu bagian ruang lingkup wewenang mengadili bagi Pengadilan Negeri. Dari berbagai penjelasan diatas pengertian Praperadilan itu dapat kita lihat dalam KUHAP Bab I yaitu dalam ketentuan umum Pasal 1 ayat 10 menyatakan bahwa: “ Praperadilan dalah wewenang pengadilan untuk memeriksa dan memutus memurut cara yang diatur dalam Undang-Undang ini , tentang: a. Sah atau tidaknya suatu penangkapan dan atau penahanan atas permintaan tersangka atau keluarganya atau pihak lain atas kuasa tersangka. b. Sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan atas permintaan demi tegaknya hukum dan keadilan. c. Permintaan ganti kerugian atau rehabilitasi oleh tersangka atau keluarganya atau pihak lain atas kuasanya yang perkaranya tidak diajukan ke pengadilan. Dengan demikian Praperadilan merupakan bagian dari Pengadilan Negeri. Untuk memberikan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia dalam peradilan pidana diperlukan adanya suatu pengawasan, yang dilaksanakan oleh hakim hal ini sejalan dengan tuntutan zaman yang menghendaki hakim mempunyai peran aktif dalam peradilan pidana. Demi tegaknya hukum dan keadilan diharapkan hakim dapat menjalankan tugas seadil-adilnya dan tidak memihak serta memberikan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia, terutama bagi mereka yang tersangkut dalam peradilan pidana. Apabila penyidik dan penuntut umum dalam menjalankan tugasnya dibidang peradilan pidana telah melakukan upaya paksa berupa penangkapan, penahanan, penyitaan, penghentian penyidikan dan penuntutan dan sebagainya dengan tidak menjungjung tinggi hukum dan norma-norma keagamaan, perikemanusiaan, kesopanan serta kesusilaan berdasarkan yang telah ditentukan oleh Undang-Undang , maka oleh Pengadilan mengambil tindakan seperti yang diatur didalam KUHAP: Pasal 77 KUHAP menyatakan bahwa: “Pengadilan Negeri berwenang untuk memeriksa dan memutus, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang ini tentang; a. Sah atau tidaknya penagkapan, penahanan, penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan. b. Ganti kerugian dan atau rehabilitasi bagi seseorang yang perkara pidananya dihentikan pada tingkat penyidikan atau penuntutan. Sebab-sebab dilaksanakannnya Praperadilan didasarkan atas: Pasal 79 KUHAP : “ Permintaan pemeriksaan tentang sah atau tidaknya suatu penangkapan atau penahanan diajukan oleh tersangka, keluarga atau kuasanya kepada ketua Pengadilan Negeri dengan menyebitkan alasannya”. Pasal 80 KUHAP: “permintaan untuk memeriksa sah atau tidaknya suatu penghentian penyidikan atau penuntutan dapat diajukan oleh penyidik atau penuntut umum atau pihak ketiga yang berkepentingan kepada ketua Pengadilan Negeri dengan menyebutkan alasannya”. Pasal 81 KUHAP: “ permintaan ganti kerugian dan atau rehabilitasi akibat tidak sahnya penangkapan atau penahanan aatau akibat sahnya pehentian penyidikan atau penuntutan diajukan oleh tersangka tersangka atau pihak ketiga yang berkepentingan kepada ketua Pengadilan Negeri dengan menyebur alasannya”. Praperadilan lahir sesuai dengan amanat Undang-Undang No. 14 tahun 1970, sekarang telah direvisi menjadi Undang-Undang No. 4 tahun 2004, dimana Undang-Undang ini menganut asas “ Praduga tidak bersalah” , yang pada intinya menganjurkan bahwa seseprang dianggap tidak bersalah sebelum ada suatu putusan hakim yang berkekuatan tetap yang menyatakan kesalahannya. 73 Tegasnya Praperadilan dilahirkan dengan misi dan tujuan untuk menegakkan hukum dan memberikan perlindungan terhadap tersangka dalam tingkat pemeriksaan penyidikan dan penuntutan. Dengan kata lain, tujuan Praperadilan adalah untuk menempatkan pelaksanaan hukum pada proporsi yang sebenarnya demi terlindunginya hak azasi manusia. Dari azas yang dianut maka lahirlah Praperadilan sebagai pengawasan horizontal oleh hakim Pengadilan Negeri terhadap pelaksanaan tugas penyidik dan penuntut umum, terutama menyangkut upaya paksa. 74 73 S. Tanusubroto. Peranan Pra Peradilan Dalam Hukum Acara Pidana. Penerbit Alumni, Bandung, 1983. 74 Ratna Sari, Penyidikan dan Penuntutan dalam Hukum Acara Pidana, Penerbit Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum USU, 1995, Hal 73. Fungsi kontrol yang menjadi bagian wewenang Pengadilan Negeri atas Praperadilan akan mengkaji ulang , apakah tindakan atau peristiwa yang telah dilakukan pejabat penegak hukum itu telah sesuai dan proporsional, dalam kaitan tindakan atau peristiwa hukum yang telah ditempuh oleh penyidik atau penuntut umum atau hakim yang telah sesuai dengan prosedur menurut ketentuan Perundang-Undangan ataukah tidak.

G. Metode Penelitian