Akibat Ditinjau dari Sudut Juridis

76

BAB III AKIBAT ATAU KEKUATAN HUKUM SURAT KETETAPAN

PENGHENTIAN PENUNTUTAN PERKARA SKPPPSKP3

1. Akibat Ditinjau dari Sudut Juridis

Dari isi surat ketetapan penghentian penuntutan perkara sebagaimana yang disebutkan didalam KUHAP maka akibat dari SKP3 tersebut dapat dilihat pada: 1 Dapat Lagi Kembali Dilakukan Penuntutan Dalam hal ini penghentian penuntutan tidak dengan sendirinya menurut hukum melenyapkan hak dan wewenang penuntut umum untuk melakukan penuntutan kembali perkara tersebut. Akan tetapi dapat dilakukan penuntutan kembali perkara yang dihentikan, hal ini bisa terjadi disebabkan dua hal: a Jika Ternyata Di Kemudian Hari Di Temukan “ Alasan Baru” Yang dimaksud dengan alasan baru yang disebut Pasal 140 ayat2 hurufd, penjelasan Pasal itu menegaskan: “Alasan baru tersebut diperoleh penuntut umumdari penyidik yang berasal dari keterangan tersangka, saksi, Benda, atau petunjuk yang baru kemudian diketahui didapat”. Dari penjelasan Pasal ini, dapat dilihat, jika kemudian penyidik menemukan hal-hal baru baik yang berupa keterangan yang berasal dari tersangka, saksi, maupun saksi ahli ataupun yang bersumber dari Benda bukti, jika hal-hal baru itu dianggap penuntut umum cukup untuk menuntut terdakwa, perkara semula yang telah dihentikan penuntutannya dapat dituntut kembali. Dalam penuntutan kembali ini dilakukan “dengan surat penetapan” yang “mencabut” surat penetapan penghentian penuntutan terdahulu. Adalah logis sekali suatu surat penetapan harus pula dibatalkan dan dicabut dengan surat penetapan baru. Sebab dengan tindakan penuntutan kembali suatu perkara yang pernah dihentikan penuntutan, berarti penuntutan kembali itu sendiri mengandung makna pencabutan atas penghentian penuntutan terdahulu. Oleh karena itu agar semua tindakan penegakan hukum tertuang dalam suatu dokumentasi administrasi yang baik, sangat beralasan untuk mengeluarkan surat penetapan baru atas penuntutan kembali suatu perkara yang telah pernah dihentikan penuntutannya. 140 b Penuntutan Kembali Harus Dilakukan Apabila Keputusan Praperadilan Menetapkan Penghentian Penuntutan Yang Dilakukan Penuntut Umum Tidak Sah Menurut Hukum Dengan adanya penetapan Praperadilan yang menentukan penghentian penuntutan tidak sah, dengan sendirinya mewajibkan penuntut umum untuk segera melimpahkan perkara tersebut ke sidang pengadilan. Dalam kejadian seperti ini dengan sendirinya penetapan hakim Praperadilan merupakan penetapan yang membatalkan dan mencabut penetapan penghentian penuntutan yang dikeluarkan penuntut umum. Oleh karena itu, dalam hal penghentian penuntutan dibatlkan berdasar putusan Praperadilan, penuntut umum tidak perlu lagi mengeluarkan penetapan baru yang berisi pembatalan dan penuntutan kemnali perkara yang bersangkutan, sebab dengan putusan Praperadilan sekaligus tercakup pembatalan penghentian penuntutan serta penetapan untuk melakukan penuntutan kembali. Memperhatikan ketentuan yang memungkinkan penuntutan kembali suatu perkara yang telah dihentikan penuntutan, 140 M. Yahya harahap, Edisi Kedua, Op cit, Hal 428. penghentian penuntutan itu merupakan Penangguhan” penuntutan sementara, sampai:ada ditemukan hal-hal baru, dan keputusan Praperadilan yang menentukan sah atau tidaknya penghentian penuntutan. 141 141 Ibid, Hal 429. Dengan demikian penagguhan penuntutan “tidak bersifat permanent” . sewaktu –waktu penuntutan dapat dilakukan kembali oleh penuntut umum. Atau sewaktu-waktu ketetapan penghentian penuntutan dapat dicabut, menunggu penuntut umum memperoleh hal-hal baru dari penyidik. Dalam KUHAP tidak ditemukan batas waktu penuntutan kembali atau apakah tanpa limit atau tanpa batas waktu. Demi untuk tegaknya kepastian hukum seharusnya pembuat Undang-Undang menegaskan batas waktu penuntutan kembali atas suatu perkara yang telah pernah dihentikn penuntutannya. Tetapi dalam KUHP batas waktu penuntutan kembali harus dikaitkan dengan ketentuan Pasal 78 KUHP, yang mengatur tentang hapusnya hak menuntut suatu perkara disebabkan “kedaluwarsa”. Terhadap putusan atau penetapan Praperadilan yang mengesahkan penghentian penuntutan sama sekali tidak permanent sipatnya. Putusan itu tidak dengan sendirinya menghapuskan wewenang penuntut umum untuk menuntutkembali perkara tersebut, apabila kelak ditemukan lagi hal-hal baru yang dapat dijadikan alasan untuk menuntut kembali perkara dimaksud. Sebab putusan Praperadilan belum merupakan putusan akhir perkara yang bersangkutan. Dengan demikian putusan Praperadilan, bukan bersifat nebis in idem. 2 Keberatan atau permintaan pemeriksaan penghentian penuntutan Dengan surat ketetapan penghentian penuntutan perkara yang mengakibatkab adanya keberatan atas ketetapan tersbut maka Pasal 80 KUHAP memberi hak untuk mengajukan keberatan atas penghentian penuntutan atas suatu perkara. Secara teknis Yuridis terhadap penghentian penuntutan perkara yang dilakukan oleh penuntut umum, dapat diajukan permintaan pemeriksaan oleh pihak yang berkepentingan. Hal ini merupakan upaya pengawasan terhadap penuntut umum agar dalam mempergunakan wewenang penghentian itu tidak sesuka hati, dan tidak dengan cara manipulasi yang bertentangan dengan hukum dan pengawasan dari kemungkinan penyalahgunaan wewenang, pemeriksaan penghentian penuntutan dimaksudkan sebagai upaya “ koreksi”. Penuntut umum sebagai manusia tidak luput dari kesalahan dan keteledoran. Maka dengan dimungkinkan penghentian itu diajukan ke Praperadilan, kelalaian dan keteledoran penuntut umum diharapkan dapat dikoreksi Praperadilan, ke dalam proporsi yang tepat. Keberatan terhadap penghentian penuntutan, dapat dilakukan oleh dan diajukan kepada: a Yang berhak mengajukan keberatan terhadap penghentian penuntutan dapat dilakukan oleh Penyidik, TerdakwaKeluarga dan pihak ketiga yang berkepentingan Tentang permintaan pemeriksaan yang dilakukan penyidik atas penghentian tersebut adalah wajar hal ini sesuai dengan Undang-Undang yang memberi hak kepada penyidik untuk mengajukan permintaan pemeriksaan atas penghnetian penuntutan. Sementara pihak ketiga yang berkepentingan yaitu mereka yang telah menderita sebagai korban keganasan tindak pidana. Dengan berlakunya KUHAP, pihak korban sebagai pihak ketiga yang berkepentingan, dapat mengajukan permintaan pemeriksaan atas penghentian penuntutan. b Pihak yang dibei hak untuk mengajukan permintaan pemeriksaan terhadap penghentian penuntuitan, dapat mengajukan kepada Pengadilan negeri setempat agar sah atau tidaknya penghentian diperiksa dan diputus oleh sidang Praperadilan. Akan tetapi pengajuan adalah hak yang diberi Undang-Undang kepada penyidik dan pihak ketiga yang berkepentingan. Tergantung kepada mereka apakah akan mempergunakan haknya atau tidak selama tidak ada diajukan keberatan, Praperadilan tidak berwenang untuk menilai sah atau tidaknya penghentian penuntutan 142

2. Akibat Ditinjau dari Sudut Sosiologis