1
BAB V KASUS DAN ANALISA KASUS
A. Kasus
Pada masa orde baru, di bawah pemerintahan Soeharto, sekitar tahun 1966-1998, merupakan salah satu masa kegelapan bagi bangsa Indonesia yang
mana selama masa pemerintahannya, secara otoriter dan tiran ia memberangus lawan-lawan politiknya atau orang-orang yang dianggap sebagai lawannya, baik
dengan pembunuhan, penangkapan dan penahanan secara sewenang-wenang maupun bentuk-bentuk pelanggaran hak asasi manusia HAM lainnya serta
melakukan tindakan-tindakan yang memperkaya diri, keluarga dan kroni- kroninya.
Setelah berkuasa selama sekitar 32 Tahun, akibat desakan dari ratusan ribu mahasiswa dan rakyat, yang ditandai dengan penembakan terhadap 4 orang
mahasiswa Trisakti, yang gugur sebagai pahlawan reformasi, serta tewasnya ratusan atau bahkan ribuan orang akibat tragedi Mei 1998, pada tanggal 21 Mei
1998, Soeharto menyatakan mundur dari jabatannya sebagai Presiden RI, yang selanjutnya kedudukannya digantikan oleh Wakil Presiden saat itu, BJ Habibie.
Sebelum Perkara Soeharto dihentikan terdapat Perjalanan Hukum Kasus Pak Harto yaitu:
78
o Tim Kejaksaan Agung menemukan indikasi penyimpangan penggunanaan
dana yayasan-yayasan yang dikelola Soeharto, dari anggaran dasar lembaga tersebut
1. 1 September 1998
2. 6 September 1998 o
Soeharto mengumumkan kekayaannya melalui Televesi Pendidkan Indonesia TPI, “Saya Tidak punya uang satu sen pun” kata Soeharto.
78
Ibid, Hal 26.
2
Dalam wawancara dengan TPI, Soeharto menyatakan tak memiliki kekayaan seperti pernah dilansir media Massa.
3. 9 September 1998 o
Tim Konsultan Cendana meminta kepada Presiden Habibie serta Menteri Pertahanan dan Keamanan agar memberikan perhatian ekstraketat dan
melindungi Soeharto dari penghinaan, cercaan, dan hujatan.
4. 11 September 1998 o
Pemerintah Swiss menyatakan bersedia membantu pemerintah RI melacak rekening-rekening Soeharto di luar negeri
5. 15 September 1998 o
Jaksa Agung Andi M. Ghalib ditunjuk sebagai Ketua Tim Investigasi Kekayaan Soeharto.
6. 21 September 1998 o
Jaksa Agung Andi M. Ghalib berkunjung ke rumah Soeharto di Jalan Cendana untuk mengklarifikasi kekayaan Soeharto.
7. 25 September 1998 o
Soeharto datang ke Kantor Kejaksaan Agung untuk menyerahkan dua konsep surat kuasa untuk mengusut harta kekayaannya, baik di dalam
mapun di luar negeri.
8. 29 September 1998 o
Kejagung membentuk Tim penyelidik, peneliti dan Klarifikasi Harta Kekayaan Soeharto dipimpin Jampidsus Antonius Sujata
9. 13 Oktober 1998 o
Badan pertanahan nasional mengumumkan tanah keluarga Cendana tersebar di 10 provinsi di Indonesia.
10. 22 Oktober 1998 o
Andi M Ghalib menyatakan, keputusan presiden yang diterbitkan mantan presiden Soeharto, sudah sah secara hukum. Kesalahan terletak pada
pelaksanaannya.
11. 28 Oktober 1998 o
Tim Pusat Intelijen Kejaksaan Agung memeriksa data tanah peternakan Tapos milik Soeharto
12. 21 November 1998 o
Presiden habibie mengusulkan pembentukan komisi independent mengusut harta Soeharto. Tapi usulan ini kandas
13. 22 November 1998 o
Soeharto menulis suart kepada Presiden Habibie, isinya tentang Penyerahan tujuh yayasan yang dipimpinnya kepada pemerintah.
14. 2 Desember 1998 o
Presiden Habibie mengeluarkan Inpres No. 301998 tentang pengusutan kekayaan Soeharto.
15. 5 Desember 1998 o
Jaksa Agung mengirimkan surat panggilan kepada Soeharto. 16. 7 Desember 1998
o Di depan komisi I DPR, Jaksa Agung mengungkapkan hasil pemeriksaan
atas tujuh yayasan: Dharmais, dakab, Supersemar, Amal Bhakti Muslim Pancasila, Dana Mandiri, Gotong Royong, dan Trikora. Sejumlah yayasan
memiliki kekayaan senilai Rp 4, 014 triliun.
3
o Jaksa Agung juga menemukan rekening atas nama Soeharto di 72 bank di
dalam negeri dengan nilai deposito Rp 24 miliar, Rp 23 miliar tersimpan di rekening BCA, dan tanah seluas 400 ribu hektar atas nama keluarga
Cendana.
17. 9 Desember 1998 o
Soeharto diperiksa Tim Kejaksaan Agung menyangkut dugaan penyalahgunaan dana sejumlah yayasan, program Mobil Nasional
mobnas, kekayaan diluar negeri, perkebunan dan peternakan Tapos.
o Soeharto diperiksa oleh Tim 13 kejaksaan Agung diketuai JAM. Pidsus
Antonius Sujata selama 4 jam di Gedung Kejaksaan Tinggi Jakarta. Dengan alasan keamanan Soeharto, tempat pemeriksaan tidak jadi
dilakukan di Gedung Kejaksaan Agung.
18. 28 Desember 1998 o
Menteri Negara Agraria Kepala badan Pertanahan Nasional Hasan Basri Durin mengungkapkan, keluarga Cendana atas Nama pribadi dan badan
hukum atau perusahaan menguasai 204. 983 hektar tanah bersertifikat hak guna bangunan HGB dan hak milik HM.
19. 30 Desember 1998 o
Mantan Wakil Sekretaris Kabinet Bambang Kesowo, seusai dimintai keterangan di kejaksaan Agung, menyatakan pembuatan keppres dan
Inpres tentang proyek mobil nasional Timor adalah perintah langsung dari mantan presiden Soeharto.
20. 12 Januari 1999 o
Tim 13 Kejaksaan Agung mengungkapkan mereka menemukan indikasi unsure perbuatan melawan hukum yang dilakukan Soeharto
21. 4 Februari 1999 o
Kejaksaan Agung memeriksa Siti Hardiyanti Rukmana, putrid sulung Soeharto, sebagai bendahara Yayasan Dana Gotong Royong Kemanusiaan
yang dipimpin Soeharto.
22. 9 Februari 1999 o
Soeharto melalui tujuh yayasan yang dipimpinnya mengembalikan uang Negara sebesar Rp 5,7 Triliun
o Jaksa Agung Andi M. Ghalib melaporkan hasil investigasi 15 kedutaan
besar RI yang menyimpulkan tidak ditemukan harta kekayaan Soeharto di luar negeri. Laporan dari belanda menyebutkan ada sebuah masjid di
daerah Reswijk, Belanda yang dibangun atas sumbangan probosutedjo, adik tiri Soeharto. Kastorius Sinaga, anggota gerakan Masyarakat peduli
harta Negara Gempita, meragukan laporan jaksa Agung itu.
23. 11 Maret 1999 o
Soeharto melalui kuasa hukumnya, Juan Felix Tampubolon, meminta Jaksa Agung menghentikan penyelidikan terhadapnya atas dugan KKN.
24. 13 Maret 1999 o
Soeharto menjalani pemeriksaan Tim dokter yang dibentuk kejaksaan agung di RSCM.
25. 16 Maret 1999 o
Koran The Independent, London, memberitakan keluarga cendana menjual property di London senilai 11 juta poundsterling setara Rp 165
miliar
4
26. 26 Mei 1999 o
JAM Pidsus Antonius Sujata, Ketua Tim Pemeriksaan Soeharto dimutasikan.
27. 27 Mei 1999 o
Soeharto menyerahkan Surat kuasa kepada Kejagung untuk mencari fakta dan data berkaitan dengan simpanan kekayaan di bank-bank luar negeri
Swiss dan Austria.
28. 28 Mei 1999 o
Soeharto mengulagi pernyataannya, bahwa dia tidak punya uang sesen pun.
29. 30 Mei 1999 o
Andi Ghalib dan Menteri Kehutanan Muladi berangkat ke Swiss untuk menyelidiki dugaan transfer uang sebesar US 9 miliar dan melacak harta
Soeharto lainnya
30. 11 Juni 1999 o
Muladi menyampaikan hasil penyelidikannya bahwa pihaknya tidak menemukan simpanan uang Soeharto di bank-bank Swiss dan Austria.
31. 9 Juli 1999 o
Tiga kroni Soeharto yaitu Bob Hasan, kim Yohannes Mulia dan Deddy Darwis diperiksa Kejagung dalam kasus yayasan yang dikelola Soeharto
32. 19 Juli 1999 o
Soeharto terserang stroke dan dirawat di Rumah Sakit Pertamina, Jakarta Selatan
33. 27 September 1999 o
Diperiksa atas dugaan tindak pidana korupsi di Kejaksaan Agung. Penyelidikan diubah menjadi Penyidikan.
34. 11 Oktober 1999 o
Keluar SP3 yang memerintahkan penghentian penyidikan karena tidak cukup bukti.
35. 14 Oktober 1999 o
Sidang umum MPR menolak pertanggungjawaban Presden Habibie yang melaporkan proses hukum dugaan korupsi Pak Harto
36. 6 Desember 1999 o
Jaksa Agung Marzuki darusman menyatakan, penyidikan kasus Pak harto dibuka kembali.
37. 6 Desember 1999 o
Jaksa Agung baru, Marjuki Darusman mencabut SP3 Soeharto. 38. 29 Desember 1999
o Pengadilan Negeri Jakarta Selatan menolak gugatan praperadilan
Soeharto atas pencabutan SP3. 39. 9 Februari 2000
o Dipanggil kejaksaan Agung sebagai tersangka. Pak harto tidak hadir
40. 14 Februari 2000 o
Kejagung memanggil Soeharto guna menjalani pemeriksaan sebagai tersangka tapi tidak hadir dengan alasan sakit
41. 16 Februari 2000 o
Jaksa Agung Marzuki Darusman membentuk Tim Medis untuk memeriksa kesehatan Soeharto
5
42. 31 Maret 2000 o
Soeharto dinyatakan sebagai tersangka penyalahgunaan uang Dana yayasan social yang dipimpinnya.
43. 3 April 2000 o
Tim Pemeriksa Kejagung mendatangi kediaman Soeharto di Jalan Cendana, baru diajukan dua pertanyaan, tiba-tiba tekanan darah Soeharto
naik.
44. 13 April 2000 o
Soeharto dinyatakan sebagai tahanan kota 45. 29 Mei 2000
o Soeharto dikenakan tahanan rumah
46. 7 Juli 2000 o
Kejagung mengeluarkan surat perpanjangan kedua masa tahanan rumah Soeharto
47. 14 Juli 2000 o
Pemeriksaan Soeharto dintakan cukup dengan meminta keterangan 140 saksi dan siap diberkas Tim Kejagung.
48. 15 Juli 2000 o
Kejagung menyita aset dan rekening yayasan –yayasan Soeharto 49. 3 Agustus 2000
o Soeharto resmi sebagai tersangka penyalahgunaan Dana yayasan social
yang didirikannya dan dinyatakan sebagai terdakwa berbarengan dengan pelimpahan berkas perkara ke Kejaksaan Tinggi Jakarta.
50. 8 Agustus 2000 o
Kejaksaan Agung menyerahkan berkas perkara ke PN Jakarta Selatan 51. 22 Agustus 2000
o Menkumdang Yusril Ihza Mahendra menyatakan proses peradilan
Soeharto dilakukan di Departemen Pertanian Jakarta Selatan 52. 23 Agustus 2000
o PN Jakarta Selatan memutuskan sidang pengadilan HM Soeharto digelar
pada 31 Agustus 2000 dan Soeharto diperintahkan hadir 53. 31 Agustus 2000
o Soeharto tidak hadir dalam sidang pengadilan pertamanya, Tim Dokter
menyatakan Soeharto tidak mungkin mengikuti persidangan dan hakim Ketua Lalu mariyun memutuskan memanggil tim dokter pribadi Soeharto
dan tim dokter RSCM untuk menjelaskan perihal kesehatan Soeharto.
54. 8 September 2000 o
Jaksa penuntut umum melimpahkan perkara Pak Harto ke pengadilan. 55. 14 September 2000
o Soeharto kembali tidak hadir di persidangan dengan alasan sakit
56. 20 September 2000 o
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan mengeluarkan penetapan bahwa penuntutan perkara pidana tidak dapat diterima. Berkas perkara
dikembalikan pada Jaksa penuntut umum dan dicoret dari register perkara.
57. 23 September 2000 o
Soeharto menjalani pemeriksaan dis RS Pertamina selama sembilan jam oleh 24 dokter yang diketuai Prof dr M Djakaria. Hasil pemeriksaan
menunjukkan, Soeharto sehat secara fisik, namun mengalami berbagai
6
gangguan syaraf dan mental sehingga sulit diajak komunikasi. Berdasar hasil tes kesehatan ini, pengacara Soeharto menolak menghadirkan
kliennya di persidangan.
58. 27 September 2000 o
Tim penilai kesehatan RSCM Pak Harto menyatakan bahwa Pak Harto tidak cakap disidangkan incompetence to stand trial
59. 2 Februari 2001 o
Mahkamah Agung memerintahkan Jaksa penuntut umum melakukan pengobatan pada terdakwa sampai sembuh, dan dihadapkan lagi ke
persidangan setelah sembuh.
60. 27 Agustus 2001 o
Tim RSCM menyatakan prognosis penyembuhan kondisi fisik dan mental Pak harto tidak dapat sembuh.
61. 11 Desember 2001 o
Ketua Mahkamah Agung menyampikan pendapat hukum bahwa berdasarkan keterangan tim dokter, terdakwa tidak dapat diajukan ke
persidangan. Kejaksaan memiliki wewenang menentukan mengajukan ataupun tidak mengajukan perkara Soeharto ke persidangan.
62. 12 Agustus 2002 o
Tim RSCM menyatakan, pak harto tidak mampu menjawab atau menuturkan isi pikiran dengan kalimat panjang; tidak mampu mengerti
kalimat panjang yang ditanyakan pemeriksa maupun mencerna informasi.
63. 5 Mei 2006 o
Pak harto dirawat di Rumah Sakit Pertamina. 64. 6 Mei 2006
o Jaksa Agung Abdul Rahman saleh tetap berencana memeriksa kembali
kesehatan Pak harto. 65. 10 Mei 2006
o Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menggelar rapat konsultasi untuk
membahas kemungkinan pemberian abolisi. 66. 12 Mei 2006 Pagi
o Presiden Agung mengumumkan dikeluarkannya Surat Ketetapan
Penghentian Penuntutan SKPP tertanggal 11 Mei 2006
Pada masa Presiden Abdurrahman Wahid, Jaksa Agung Marzuki darusman, membuka kembali kasus Soeharto tersebut dan mencabut SP3 yang
telah dikeluarkan pada tanggal 6 Desember 1999, yang mana selanjutnya menetapkan Soeharto sebagai tersangka kasus penyalahgunaan dana 7 yayasan
pada 31 Maret 2000. Selanjutnya Kejaksaan melakukan penyidikan terhdap Soeharto.
7
Kemudian Berkas Perkara hasil Penyidikan dari Kejaksaan Agung RI tanggal 26 Juli 2000 Nomor Reg 45RP-632000 yang dibuat oleh UMBU LAGE
LOZARA Jaksa Utama Pratama Nip. 230014107 telah dilimpahkan ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada tanggal 8 Agustus 2000 sesuai surat pelimpahan
perkara dengan Acara Pemeriksaan Biasa dari Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan Nomor: B-781APBFpk.2Sel082000 atas nama terdakwa H.M. Soeharto alias
Soeharto, dengan dakwaan: Nama Lengkap
: H. MUHAMMAD SOEHARTO alias SOEHARTO Tempat Lahir
: Yogyakarta Umurtanggal lahir
: 84 tahun 8 Juni 1921 Jenis Kelamin
: Laki-laki Kebangsaan
: Inonesia Tempat tinggal
: Jl Cendana No. 8 Jakarta Pusat Agama
: Islam Pekerjaan
: Purnawiran Jenderal Besar TNI Pendidikan
: SESKOAD Yang disangka
Melanggar Pasal : Primair
Pasal 1 ayat 1 sub a jo Pasal 28 Undang-Undang No. 3 Tahun 1971 Jo Pasal 65 ayat 1 KUHP
Subsidair Pasal 1 ayat 1 sub b jo Pasal 28 Undang-Undang No. 3
Tahun 1971 Jo Pasal 65 ayat 1 KUHP
Kasus Posisi: Bahwa Terdakwa H.M Soeharto selaku ketua Yayasan SUPERSEMAR, Ketua Yayasan Darmais, Ketua Yayasan
Damandiri, ketua Yayasan YAMP dan Ketua Yayasan Trikora diduga telah melakukan tindak Pidana korupsi
menyalahgunakan kewenangan dan kekuasaan antara lain mengeluarkan peraturan berupa Peraturan Pemerintah dan
Keputusan Presiden sebagai sarana untuk menghimpun dana bagi yayasan-yayasan yang dipimpinnya dan digunakan untuk
8
kepentingan lain dari pada peruntukannya semula yaitu untuk kepentingankeuntungan keluarga dan kroni-kroninya.
Kemudian pada tanggal 8 Agustus 2000 sesuai dengan surat pelimpahan perkara maka Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Selatan telah menunjuk Majelis
Hakim untuk memeriksa perkara H.M Soeharto dengan surat penetapan Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No. 842Pen.Pid.B2000, karena Jaksa atau
penuntut Umum tidak mampu menghadirkan terdakwa ke persidangan karena alasan sakit maka Majelis Hakim mengambil kesimpulan bahwa terhadap perkara
pidana No.842Pid.B2000PN.Jak.Sel atas nama terdakwa H.M Soeharto alias Soeharto, yang dilimpahkan Termohon pada tanggal 8 Agustus 2000 maka
penuntutannya dinyatakan tidak dapat diterima dan mengembalikan berkas perkara No.842Pid.B.2000 PN Selatan atas nama terdakwa H.M. Soeharto
kepada Termohon. Terhadap hal tersebut Jaksa Penuntut Umum mengajukan keberatannya dan terhadap keberatan tersebut telah keluar putusan Pengadilan
Tinggi DKI Jakarta No.140BdgPID2000PT.DKI tanggal 8 November 2000 yang pada intinya menerima banding dari Jaksa Penuntut Umum, sehingga
perkara pidana register No.842Pid.B2000PN.Jak.Sel dibuka dan dilanjutkan kembali, tetapi terhadap Putusan Pengadilan Tinggi tersebut terdakwa telah
mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung sehingga keluarlah putusan Mahkamah Agung No.1846 KPid2000 yang amar putusannya menerima permohonan kasasi
dari pemohon kasasi terdakwa H.M Soeharto dan memerintahkan Jaksa Penuntut Umum melakukan pengobatan terdakwa sampai sembuh atas biaya Negara, untuk
selanjutnya setelah sembuh dihadapkan ke persidangan.
79
79
Kaligis, O.C, Perlindungan Hukum atas hak Asasi Tersangka, terdakwa dan Terpidana, P.T. alumni, Bandung, 2006, Hal 328.
9
Berdasarkan hasil rapat Jaksa Agung RI, Wakil Jaksa Agung RI dan para Jaksa Agung Muda dengan Tim Dokter Pemeriksa Kesehatan terdakwa H.M
Soeharto alias Soeharto mantan Presiden RI pada hari kamis tanggal 11 Mei 2006 jam 10.00 WIB di ruang rapat Jaksa Agung RI, sebagai berikut:
1. Berdasarkan kesimpulan pendapat Tim Dokter penilaian kesehatan yang
menyatakan Afasia nonfluent campuran yang menghambat komunikasi
terdakwa secara verbal dan tulisan , mengingat faktor usia terdakwa, dapat ditarik kesimpulan kemungkinan kecil dapat disembuhkan sehingga tidak
dapat dihadapkan ke persidangan 2.
Dari segi kemanusiaan dan moral mengingat kondisi kesehatan terdakwa yang pada saat ini sedang menjalani pengobatan di Rumah Sakit Umum
Pusat Pertamina Jakarta. Untuk merealisasikan hasil rapat tersebut maka Jaksa Agung Muda Tindak
Pidana Khusus membuata Nota Dinas kepada Jaksa Agung Muda Intelijen Nomor: ND-60RFt.1052006 tanggal 11 Mei 2006, mengusulkan agar cekal
terhadap terdakwa H.M Soeharto alias Soeharto berdasarkan keputusan Jaksa Agung RI Nomor: KEP-334DDsp.3102005 tanggal 10 Oktober 2005,
seyogyanya dicabut. Dan pada saat itu juga Jaksa Agung Muda Intelijen atas Nama Jaksa Agung RI telah mencabut cekal terhadap terdakwa H.M Soeharto
berdasarkan keputusan Jaksa Agung RI Nomor: Kep-193Dsp.3052006 tanggal 11 Mei 2006 tentang Pencabutan Pencegahan Dalam Perkara Pidana. Kemudian
Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus sesuai petunjuk Jaksa Agung RI dengan Surat Nomor : R-316F.3Ft.1052006 tanggal 11 Mei 2006 yang
ditujukan kepada Kepala Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta memerintahkan Kepala Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan untuk menerbitkan Surat Ketetapan Penghentian
10
Penuntutan Perkara SKPPP atas nama terdakwa H.M Soeharto alias Soeharto demi hukum berdasarkan:
1. Ketentuan-ketentuan di dalam Pasal 14 n jo Pasal 140 ayat 2 KUHAP
2. Pasal 46 ayat 1 b KUHAP
3. Pasal 75, Pasal 76, Pasal 77 dan Pasal 78 KUHAP.
Setelah itu pada tanggal 11 Mei 2006 Kepala Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan mengeluarkan Surat Ketetapan Penghentian Penuntutan Perkara SKPPP
atas nama terdakwa H.M Soeharto alias Soeharto sesuai Surat Ketepan Penghentian Penuntutan Nomor : TAP-01O.1.14Ft.1052006 tanggal 11 Mei
2006, yang menetapkan: 1.
Menetapakan penuntutan perkara pidana atas nama terdakwa H.M. Soeharto alias Soeharto karena perkara ditutup demi hukum
2. Benda sitaanbarang bukti berupa sebagaimana terlampir dalam berkas perkara
tetap terlampir dalam berkas perkara 3.
Surat Ketetapan ini dapat dicabut kembali apabila dikemudian hari terdapat alasan baru yang diperoleh Penuntut Umum
4. Turunan dari Surat Ketetapan ini diberikan kepada yang bersangkutan untuk
dipergunakan sebagaimana mestinya.
B. Analisa Kasus