Syarat-syarat menjadi saksi Perlindungan Terhadap Saksi Dalam Proses Pemeriksaan Di Kepolisian Sebelum Dan Sesudah Berlakunya UU Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi Dan Korban (Studi di Kepolisian Daerah Sumatera Utara)

Muhammad Ayodia Rizaldi : Perlindungan Terhadap Saksi Dalam Proses Pemeriksaan Di Kepolisian Sebelum Dan Sesudah Berlakunya Uu Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi Dan Korban Studi di Kepolisian Daerah Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009

C. Syarat-syarat menjadi saksi

Pada umumnya semua orang dapat menjadi saksi. Kekecualian menjadi saksi tercantum dalam Pasal 168 KUHAP berikut: 1. Keluarga sedarah atau semenda dalam garis lurus ke atas atau ke bawah sampai derajat ketiga dari terdakwa atau yang bersama- sama sebagai terdakwa; 2. Saudara dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai terdakwa, saudara ibu atau saudara bapak, juga mereka yang mempunyai hubungan perkawinan, dan anak-anak saudara terdakwa sampai derajat ketiga; 3. Suami atau istri terdakwa meskipun sudah bercerai atau yang sama-sama sebagai terdakwa. Dalam penjelasan Pasal 168 KUHAP dikatakan “cukup jelas”, padahal masih banyak masalah yang timbul berhubungan dengan ketentuan tersebut. Misalnya apa yang dimaksud dengan derajat ketiga? Apa yang dimaksud dengan “atau bersama-sama menjadi terdakwa”? apakah suami atau istri yang bersama- sama menjadi terdakwa, ataukah “orang lain” yang bersama-sama menjadi terdakwa? Disamping karena hubungan kekeluargaan sedarah atau semenda ditentukan oleh Pasal 170 KUHAP bahwa mereka yang karena pekerjaan, harkat, martabat atau jabatannya diwajibkan menyimpan rahasia, dapat minta dibebaskan dari kewajiban memberikan keterangan sebagai saksi. Menurut penjelasan pasal tersebut, pekerjaan atau jabatan yang menentukan adanya kewajiban untuk menyimpan rahasia ditentukan oleh peraturan perundang-undangan. Muhammad Ayodia Rizaldi : Perlindungan Terhadap Saksi Dalam Proses Pemeriksaan Di Kepolisian Sebelum Dan Sesudah Berlakunya Uu Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi Dan Korban Studi di Kepolisian Daerah Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 Selanjutnya dijelaskan bahwa jika tidak ada ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang jabatan atau pekerjaan yang dimaksud, maka seperti ditentukan oleh ayat ini , hakim yang menentukan sah atau tidaknya alasan yang dikemukakan untuk mendapatkan kebebasan tersebut. Orang yang harus menyimpan rahasia jabatan misalnya dokter yang harus merahasiakan penyakit yang diderita pasiennya. Sedangkan yang dimaksud karena marbatnya dapat mengundurkan diri adalah pastor agama Katolik Roma. Ini berhubungan dengan kerahasiaan orang-orang yang melakukan pengakuan dosa kepada pastor tersebut. Karena Pasal 170 KUHAP yang mengatur tentang hal tersebut diatas mengatakan “ dapat minta dibebaskan dari kewajiban untuk memberikan keterangan sebagai saksi...” maka berarti jika mereka bersedia menjadi saksi, dapat diperiksa oleh hakim. Oleh karena itulah maka kekecualian menjadi saksi karena harus menyimpan rahasia jabatan atau karena martabatnya merupakan kekecualian relatif. Dalam Pasal 171 KUHAP ditambahkan kekecualian untuk memberikan keterangan dibawah sumpah ialah: a. anak yang umurnya belum cukup lima belas tahun dan belum pernah kawin; b. orang sakit ingatan atau sakit jiwa meskipun ingatannya baik kembali. Dalam penjelasan pasal tersebut dikatakan bahwa anak yang belum berumur lima belas tahun demikian juga orang yang sakit ingatan, sakit jiwa, sakit gila meskipun kadang-kadang saja yang dalam ilmu pengakit jiwa disebut Muhammad Ayodia Rizaldi : Perlindungan Terhadap Saksi Dalam Proses Pemeriksaan Di Kepolisian Sebelum Dan Sesudah Berlakunya Uu Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi Dan Korban Studi di Kepolisian Daerah Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 psychopaat, mereka ini tidak dapat dipertanggung jawabkan secara sempurna dalam hukum pidana maka mereka tidak dapat diambil sumpah atau janji dalam memberikan keterangan, karena itu keterangan mereka hanya dipakai sebagai petunjuk saja. Dalam hal kewajiban saksi mengucapkan sumpah atau janji KUHAP masih mengikuti peraturan yang lama HIR, dimana ditentukan bahwa pengucapan sumpah merupakan syarat mutlak dalam suatu kesaksian sebagai alat bukti. Dalam Pasal 160 ayat 3 KUHAP dikatakan bahwa sebelum memberi keterangan saksi wajib mengucapkan sumpah atau janji menurut cara agamanya masing-masing, bahwa ia akan memberikan keterangan yang sebenarnya dan tidak lain daripada yang sebenarnya. Pengucapan sumpah itu merupakan syarat mutlak, dapat dibaca dalam Pasal 161 ayat 1 dan 2 KUHAP sebagai berikut: “ dalam hal saksi atau ahli tanpa alasan yang sah menolak untuk bersumpah atau berjanji sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 160 ayat 3 dan ayat\4, maka pemeriksaan terhadapnya tetap dilakukan, sedang ia dengan surat penetapan hakim ketua sidang dapat dikenakan sandera di tempat rumah tahanan negara paling lama empat belas hari” ayat 1. “ dalam hal tenggang waktu penyanderaan tersebut telah lampau dan saksi atau ahli tersebut tetap tidak mau disumpah atau mengucapkan janji maka keterangan yang telah diberikan merupakan keterangan yang dapat menguatkan keyakinan hakim” ayat 2. Penjelasan Pasal 161 ayat 2 tersebut menunjukkan bahwa pengucapan sumpah merupakan syarat mutlak. Muhammad Ayodia Rizaldi : Perlindungan Terhadap Saksi Dalam Proses Pemeriksaan Di Kepolisian Sebelum Dan Sesudah Berlakunya Uu Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi Dan Korban Studi di Kepolisian Daerah Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 “keterangan saksi atau ahli yang tidak disumpah atau mengucapkan janji, tidak dapat dianggap sebagai alat bukti yang sah, tetapi hanyalah merupakan keterangan yang dapat menguatkan keyakinan hakim”. Ini berarti tidak merupakan kesaksian menurut undang-undang, bahkan juga tidak merupakan petunjuk karena hanya memperkuat keyakinan hakim. Sedangkan kesaksian atau alat bukti yang lain merupakan dasar atau sumber keyakinan hakim. Ketentuan tersebut dapat dibandingkan dengan ketentuan dalam Undang-undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 17 dan 18 yang mengatakan apabila terdakwa tidak dapat membuktikan asal usul harta bendanya, maka itu akan memperkuat keterangan saksi lain bahwa ia telah korupsi. Agak lain bunyi Pasal 165 ayat 7 KUHAP yang menyatakan: “keterangan dari saksi yang tidak disumpah meskipun sesuai satu dengan yang lain, tidak merupakan alat bukti, namun apabila keterangan itu sesuai dengan keterangan dari saksi yang disumpah dapat dipergunakan sebagai tambahan alat bukti sah yang lain.” Keterangan tentang pengambilan sumpah terhadap saksi menurut KUHAP, berbeda dengan Ned. Sv. yang baru, dimana keterangan saksi yang disumpah dan tidak, tidak ada perbedaannya sebagai alat bukti yang sah. Ketentuan mereka dalam Pasal 284 hanya mengatakan saksi disumpah oleh ketua. Tetapi kalau tidak disumpah sama dengan yang disumpah. 35 35 Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta:2002. halaman 256-260 Menurut Pasal 168 KUHAP, bahwa yang tidak dapat di dengar keterangannya dan dapat mengundurkan diri sebagai saksi adalah: Muhammad Ayodia Rizaldi : Perlindungan Terhadap Saksi Dalam Proses Pemeriksaan Di Kepolisian Sebelum Dan Sesudah Berlakunya Uu Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi Dan Korban Studi di Kepolisian Daerah Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 a Keluarga sedarah atau semenda dalam garis lurus ke atas atau kebawah sampai derajat ketiga adari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai terdakwa; b Saudara dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai terdakwa, saudara ibu atau saudara bapak, juga mereka yang mempunyai hubungan karena perkawinan dan anak-anak saudara terdakwa sampai derajat ketiga; c Suami atau istri terdakwa, meskipun sudah bercerai atau yang bersama- sama sebagai terdakwa. Menurut Pasal 169 KUHAP, bahwa mereka sebagaimana dimaksud dalam Pasal 169 KUHAP, apabila menghendakinya dan penuntut umum serta terdakwa secara tegas menyetujuinya dapat memberikan keterangan tanpa disumpah. Sedangkan menurut Pasal 170 KUHAP, yang dapat mengundurkan diri sebagai saksi, adalah mereka yang karena pekerjaan, harkat martabat atau jabatannya diwajibkan menyimpan rahasia dapat minta dibebaskan dari kewajiban untuk memberikan keterangan sebagai saksi, yaitu tentang hal yang dipercayakan kepada mereka. Hakim menentukan sah atau tidaknya segala alasan untuk permintaan tersebut. Dan orang-orang yang boleh diperiksa untuk memberikan keterangan tanpa disumpah menurut Pasal 171 KUHAP, adalah: anak yang umurnya belum cukup lima belas 15 tahun dan belum pernah kawin,serta orang yang sakit ingatan atau sakit jiwa meskipun kadang-kadang ingatannya baik kembali. 36

D. Ketentuan Pidana terhadap Saksi

Dokumen yang terkait

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PEMERKOSAAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR.13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN (Studi Pada Kepolisian Resort Kota Bandar Lampung)

0 9 46

Eksistensi Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban dalam Sistem Peradilan Pidana di Indonesia

4 107 95

PENULISAN HUKUM / SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DALAM PROSES PERADILAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DALAM PROSES PERADILAN PIDANA SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN.

0 2 11

PENDAHULUAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DALAM PROSES PERADILAN PIDANA SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN.

0 2 12

PENUTUP PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DALAM PROSES PERADILAN PIDANA SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN.

0 3 8

TINJAUAN TENTANG PROBLEMATIK NORMATIF UNDANG UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN SERTA URGENSI KEBERADAAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN (LPSK ) DI DAERAH

0 5 99

Optimalisasi Perlindungan Saksi dan Korban oleh Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban ( Berdasarkan Undang - Undang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban).

0 0 6

PERLINDUNGAN TERHADAP SAKSI DALAM PROSES PEMERIKSAAN KEPOLISIAN SEBELUM DAN SESUDAH BERLAKUNYA UU NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN (Studi di Kepolisian Daerah Sumatera Barat).

0 2 12

UU 13 2006 perlindungan saksi dan korban

0 1 19

UU No 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban

0 0 18