Muhammad Ayodia Rizaldi : Perlindungan Terhadap Saksi Dalam Proses Pemeriksaan Di Kepolisian Sebelum Dan Sesudah Berlakunya Uu Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi Dan Korban Studi di
Kepolisian Daerah Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009
BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI MENURUT
UNDANG UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN
A. Latar Belakang Lahirnya UU Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Perlindungan Saksi dan Korban
Keberhasilan suatu proses peradilan pidana sangat bergantung pada alat bukti yang berhasil diungkap atau ditemukan. Dalam proses persidangan, terutama
yang berkenaan dengan Saksi, banyak kasus yang tidak terungkap akibat tidak adanya Saksi yang dapat mendukung tugas penegak hukum. Padahal, adanya
Saksi dan Korbanmerupakan unsur yang sangat menentukan dalam proses peradilan pidana. Keberadaan
Saksi dan Korban dalam proses peradilan pidana selama ini kurang mendapat perhatian masyarakat dan penegak hukum. Kasus-kasus yang tidak
terungkap dan tidak terselesaikan banyak disebabkan oleh Saksi dan Korban takut memberikan kesaksian kepada penegak hukum karena mendapat ancaman dari
pihak tertentu.
Muhammad Ayodia Rizaldi : Perlindungan Terhadap Saksi Dalam Proses Pemeriksaan Di Kepolisian Sebelum Dan Sesudah Berlakunya Uu Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi Dan Korban Studi di
Kepolisian Daerah Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009
Dalam rangka menumbuhkan partisipasi masyarakat untuk mengungkap tindak pidana, perlu diciptakan iklim yang kondusif dengan cara memberikan
perlindungan hukum dan keamanan kepada setiap orang yang mengetahui atau menemukan suatu hal yang dapat membantu mengungkap tindak pidana yang
telah terjadi dan melaporkan hal tersebut kepada penegak hukum. Pelapor yang demikian itu harus diberi perlindungan hukum dan
keamanan yang memadai atas laporannya, sehingga ia tidak merasa terancam atau terintimidasi baik hak maupun jiwanya. Dengan jaminan perlindungan hukum dan
keamanan tersebut, diharapkan tercipta suatu keadaan yang memungkinkan masyarakat tidak lagi merasa takut untuk melaporkan suatu tindak pidana yang
diketahuinya kepada penegak hukum, karena khawatir atau takut jiwanya terancam oleh pihak tertentu.
Perlindungan Saksi dan Korban dalam proses peradilan pidana di Indonesia belum diatur secara khusus. Pasal 50 sampai dengan Pasal 68 Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana hanya mengatur perlindungan terhadap tersangka atau terdakwa untuk mendapat perlindungan dari
berbagai kemungkinan pelanggaran hak asasi manusia. Oleh karena itu, sudah saatnya perlindungan Saksi dan Korban diatur dengan undang-undang tersendiri.
Berdasarkan asas kesamaan di depan hukum equality before the law yang menjadi salah satu ciri negara hukum, Saksi dan Korban dalam proses
peradilan pidana harus diberi jaminan perlindungan hukum. Adapun pokok materi muatan yang diatur dalam Undang-Undang tentang Perlindungan Saksi dan
Korban meliputi:
Muhammad Ayodia Rizaldi : Perlindungan Terhadap Saksi Dalam Proses Pemeriksaan Di Kepolisian Sebelum Dan Sesudah Berlakunya Uu Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi Dan Korban Studi di
Kepolisian Daerah Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009
1. Perlindungan dan hak Saksi dan Korban; 2. Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban;
3. Syarat dan tata cara pemberian perlindungan dan bantuan; dan 4. Ketentuan pidana.
41
Seharusnya pembahasan UU ini kelar pada April 2006 lalu. Namun, molor hingga 13 Juli 2006. Pembahasan pertama RUU ini di Panja dimulai pada 24
Januari 2006. Setelah melakukan pembahasan dan sinkronisasi pasal-pasal, pada 13 Juni 2006, Komisi III melakukan Raker dengan Menkum dan HAM rapat
tingkat I untuk mengambil keputusan RUU Perlindungan Saksi dan Korban.. Dengan disahkannya UU Perlindungan Saksi dan Korban ini bukan hanya
melegakan para anggota DPR yang mengusulkan pada Juni 2002 silam. Namun, UU Perlindungan Saksi dan Korban ini diharapkan mampu membuka kebuntuan
yang selama ini menjadi kendala Komisi Pemberantasan Korupsi KPK dalam mengungkap tindak pidana korupsi karena selama ini, kesaksian dalam proses
peradilan tindak pidana korupsi sangat minim. Selain itu, keberadaan UU Perlindungan Saksi dan Korban ini diharapkan
menjadi terobosan di dunia peradilan Indonesia. Salah satu alasan diajukannya UU ini karena ketentuan hukum acara pidana atau perundang-undangan lainnya
belum memberikan perlindungan hukum bagi saksi dan korban untuk dapat menyampaikan sendiri apa yang ia dengar, ia lihat sendiri, dan ia alami sendiri.
42
41
Penjelasan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban
42
http:hukumonline.comdetail.asp?id=15179cl=Berita, judul DPR Setujui RUU Perlindungan Saksi dan Korban., diakses tanggal 17 Oktober 2007.
Muhammad Ayodia Rizaldi : Perlindungan Terhadap Saksi Dalam Proses Pemeriksaan Di Kepolisian Sebelum Dan Sesudah Berlakunya Uu Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi Dan Korban Studi di
Kepolisian Daerah Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009
Untuk masalah krusial yang muncul selama pembahasan di antaranya mengenai mengenai substansi pelapor telah dirumuskan bahwa terhadap kesaksian
yang akan, sedang atau telah diberikan oleh saksi korban dan pelapor tidak dapat dituntut secara hukum baik pidana maupun perdata. Namun ketentuan tersebut
tidak berlaku bila yang bersangkutan dalam memberikan keterangan tidak dengan itikad baik. Artinya, ”Saat memberikan kesaksian, yang bersangkutan
memberikan keterangan palsu, sumpah palsu atau permufakatan jahat,” jelasnya. Dalam proses pengungkapan suatu kasus pidana mulai dari tahap
penyelidikaan sampai dengan pembuktian di persidangan, keberadaan dan peran saksi sangatlah diharapkan. Bahkan menjadi faktor penentu dan keberhasilan
dalam pengungkapan kasus pidana dimaksud. Tanpa kehadiran dan peran dari saksi, dapat dipastikan suatu kasus akan
menjadi DARK NUMBER mengingat dalam sistem hukum yang berlaku di
Indonesia yang menjadi referensi dari para penegak hukum adalah TESTIMONY
yang hanya dapat diperoleh dari saksi atau ahli. Berbeda dengan sistem hukum yang berlaku di Amerika yang lebih mengedepankan SILENT EVIDENCE
barang bukti.
43
a. penghargaan atas harkat dan martabat manusia;
Adapun asas dari Undang-undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang perlindungan saksi dan korban terdapat dalam pasal 3 yaitu perlindungan saksi
dan korban berasaskan pada :
43
http:www.parlemen.netsiteldetails.php?guid=baee06da68922a888206f829c46d0af8 docid=tpakar, Urgensi Perlunya Undang-undang Perlindungan Saksi, di tulis oleh Muhammad
Yusuf , diakses tanggal 17 Oktober 2007
.
Muhammad Ayodia Rizaldi : Perlindungan Terhadap Saksi Dalam Proses Pemeriksaan Di Kepolisian Sebelum Dan Sesudah Berlakunya Uu Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi Dan Korban Studi di
Kepolisian Daerah Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009
b. rasa aman;
c. keadilan;
d. tidak diskriminatif; dan
e. kepastian hukum.
44
Penghargaaan atas harkat dan martabat manusia berarti bahwa Peran Saksi dan Korban selama ini tidak pernah mendapat perhatian yang memadai dari
penegak hukum, walaupun Saksi dan Korban yang bersangkutan berperan besar mengungkap suatu tindak pidana.
Rasa aman adalah suatu hak yang dalam hak ini termasuk pula hak untuk tidak disiksa atau diperlakukan secara kejam dan tidak manusiawi, sesuai dengan
konvensi menentang penyiksaan yang telah diratifikasi oleh Pemerintah Indoenesia.
Tersangka dan terdakwa telah diberikan seperangkat hak dalam KUHAP dan seharusnya Saksi dan Korban mendapat pula keadilan.
Yang dimaksud dengan tidak diskriminatif” adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan
tidak diskriminatif tentang kinerja Lembaga Perlindungan Saksi dalam menjalankan tugas dan kewenangannya.
Yang dimaksud dengan “kepastian hukum” adalah asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan
dan keadilan dalam setiap kebijakan menjalankan tugas dan wewenang Lembaga Perlindungan Saksi.
44
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2006.
Muhammad Ayodia Rizaldi : Perlindungan Terhadap Saksi Dalam Proses Pemeriksaan Di Kepolisian Sebelum Dan Sesudah Berlakunya Uu Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi Dan Korban Studi di
Kepolisian Daerah Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009
Sedangkan tujuan dari Undang-undang Nomor 13 Tahun 2006 terdapat dalam Pasal 4 yaitu perlindungan terhadap saksi dan korban bertujuan
memberikan rasa aman kepada saksi danatau korban dalam memberikan keterangan pada setiap proses peradilan pidana.
45
B. Perlindungan dan Hak-hak Saksi