Perlindungan Hukum Terhadap Saksi Sebelum dan setelah Berlakunya

Muhammad Ayodia Rizaldi : Perlindungan Terhadap Saksi Dalam Proses Pemeriksaan Di Kepolisian Sebelum Dan Sesudah Berlakunya Uu Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi Dan Korban Studi di Kepolisian Daerah Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 Dari data-data diatas dapat kita lihat bersama bahwa setiap tahun di wilayah Kepolisian Daerah Sumatera Utara tren kejahatan semakin meningkat, lama-kelamaan hal ini akan sangat berpengaruh terhadap iklim Sumatera Utara yang sangat kondusif dari segi keamanan maupun sosial masyarakatnya.

B. Perlindungan Hukum Terhadap Saksi Sebelum dan setelah Berlakunya

UU No.13 Tahun 2006 Sebelum berlakunya Undang-undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban sebenarnya pada tahun 2002 telah diberlakukan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2002 yang mengatur tentang Perlindungan terhadap Saksi dan Korban pada Pelanggaran Hak Asasi Manusia Berat, tetapi Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2002 tersebut ternyata tidak dapat berjalan dengan maksimal dan ternyata tidak mampu dan tidak cukup memadai dalam memberikan perlindungan hukum terhadap saksi dan korban bahkan hak-hak korban yang secara jelas diatur dalam peraturan pemerintah tersebut tidak dapat diberikan. 65 Tidak diberikannya hak-hak saksi dan korban yang secara tegas telah diatur dalam peraturan perundang-undangan dapat menimbulkan ketidak percayaan saksi dan korban bahwa hak-hak mereka akan dilindungi bahkan diberikan ketika mereka berpartisipasi dalam proses penegakkan hukum. Hal ini menunjukkan bahwa Negara tidak saja gagal dalam mewujudkan suatu system 65 http:www.prakarsarakyat.orgdownloadHAMKampanye20ELSAM20RUU20P erlindungan20Saksi201.pdf, Perlindungan Saksi dan Korban, Catatan atas Pelanggaran HAM Berat Timor-timur oleh Supriyadi Widodo Eddyono dari ELSAM. Diakses tanggal 20 Januari 2008. Muhammad Ayodia Rizaldi : Perlindungan Terhadap Saksi Dalam Proses Pemeriksaan Di Kepolisian Sebelum Dan Sesudah Berlakunya Uu Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi Dan Korban Studi di Kepolisian Daerah Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 hukum yang berkompeten dan adil tetapi Negara juga telah mengurangi hak-hak saksi dan korban yang telah diakui oleh dunia internasional. 66 Keengganan saksi untuk bersaksi terutama saksi korban adalah alasan keamanan. Alasan keamanan secara fisik memang telah dpat dipenuhi oleh aparat penegak hukum terutama pihak Kepolisian tetapi pengamanan atas psikologi saksi dan korban jelas belum memadai sebagai contoh masih sangat banyak saksi yang tidak leluasa memberikan kesaksiannya dikarenakan tekanan Psikologis. 67 Untuk itu diperlukan suatu koordinasi yang baik diantara aparat penegak hukum dalam memberikan perlindungan terhadap saksi dan korban. Akil Mochtar, salah seorang anggota DPR-RI mengusulkan agar Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban ditempatkan dibawah Kepolisian, hal ini agar koordinasinya lebih baik dan agar lembaga ini bisa langsung bekerja, tetapi untuk menjaga independensinya harus ada juga unsure lain diluar Kepolisian yang duduk di lembaga tersebut. Karena jika lembaga dibuat terpisah maka akan membutuhkan waktu yang sangat lama untuk rekrutmen anggota sedangkan penegakan hukum di Indonesia sangat membutuhkan kehadiran lembaga tersebut dan walaupun dibuat terpisah tetapi tetap saja pihak Kepolisian akan menjadi ujung tombak terdepan dalam pemberian perlindungan terutama keamanan. 68 66 Barda Nawawi Arief, Beberapa Kebijakan dan Pengembangan Hukum Pidana, Citra Aditya Bakti, Bandung, halaman 67. 67 http:www.prakarsarakyat.orgdownloadHAMKampanye20ELSAM20RUU20P erlindungan20Saksi201.pdf, Perlindungan Saksi dan Korban, Catatan atas Pelanggaran HAM Berat Timor-timur oleh Supriyadi Widodo Eddyono dari ELSAM, diakses tanggal 20 Januari 2008. 68 http:www.tempointeraktif.comhgnasional20060308brk,20060308-74872,id.html Muhammad Ayodia Rizaldi : Perlindungan Terhadap Saksi Dalam Proses Pemeriksaan Di Kepolisian Sebelum Dan Sesudah Berlakunya Uu Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi Dan Korban Studi di Kepolisian Daerah Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 Selama ini bahkan sebelum diberlakukannya UU No.13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban pihak Kepolisian telah melakukan perlindungan secara otomatis kepada para saksi terutama kepada pihak saksi korban dengan menggunakan unit khusus seperti Polisi berpakaian preman ataupun bagian intel yang bertugas diluar untuk menghindari intimidasi dari tersangka atau keluarga tersangka terhadap saksi dan korban maupun keluarganya terhadap keterangan saksi tersebut. 69 Perlindungan tersebut diberikan pihak Kepolisian secara otomatis tanpa harus melalui permohonan khususnya pada saksi korban dan saksi pelapor dikarenakan ada 2 hal penting kenapa korban dan pelapor melaporkan adanya tindak pidana, yang pertama agar perkara tersebut di proses oleh pihak Kepolisian dan alasan yang kedua adalah agar mendapatkan perlindungan dari pihak kepolisian, sedangkan untuk saksi lainnya harus membuat permohonan kepada pihak Kepolisian disertai alasannya. 70 Menurut AIPTU. Helmy, perlindungan saksi dan korban dapat lebih jelas dilihat pada kasus narkotika dan psikotropika, dimana pada kasus-kasus tersebut identitas saksi pelapor jelas sangat dirahasiakan dan diperiksa secara rahasia oleh pihak kepolisian, bahkan pada sidang pengadilan Hakim sendiri tidak berhak menghadirkan saksi pelapor ke hadapan sidang karena kerahasiaan identitas pelapor sangat dilindungi oleh Undang-undang Nomor 5 tahun 1997 tentang Narkotika dan Undang-undang Nomor 22 tahun 1997 tentang Psikotropika. 71 69 Wawancara dengan AKP. K. Turnip SH, anggota DitReskrim Poldasu . 70 Wawancara dengan AKP. Poerwanto SH, anggota DitReskrim Poldasu. 71 Wawancara dengan AIPTU. Helmy, penyidik pada DitNarkoba Poldasu. Muhammad Ayodia Rizaldi : Perlindungan Terhadap Saksi Dalam Proses Pemeriksaan Di Kepolisian Sebelum Dan Sesudah Berlakunya Uu Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi Dan Korban Studi di Kepolisian Daerah Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 Selama ini di Kepolisian bentuk perlindungan yang dapat diberikan oleh pihak Kepolisian kepada para saksi dan korban adalah berupa perlindungan terhadap keamanan seperti melakukan pengawalan terhadap tempat tinggal saksi dan korban. 72 Dengan diberlakukannya Undang-undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban maka dituntut kesiapan semua pihak aparat penegak hukum dalam menjalankan undang-undang tersebut. Pihak Kepolisian Daerah Sumatera Utara sangat mendukung pemberlakuan Undang-undang tersebut karena dengan adanya peraturan tersebut maka para saksi sangat diharapkan dapat memberikan keterangan dalam pemeriksaan tanpa perlu takut akan adanya ancaman, intimidasi dan lainnya karena saat ini telah dijamin oleh Undang-undang. 73 Sesuai dengan tugas pokok polisi yang terdapat dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002, maka tugas polisi adalah mengayomi, membimbing dan melaksanakan penegakan hukum, jadi pihak kepolisian telah siap dalam pemberlakuan Undang-undang tersebut karena dengan diberlakukan perlindungan terhadap saksi dan korban maka hal ini akan menjadi suatu faktor positif dalam penegakan hukum di Indonesia tetapi hal tersebut akan lebih tergantung kepada pribadi oknum masing-masing baik terhadap aparat penegak hukum khususnya pihak Kepolisian maupun pribadi saksi masing-masing. 74 72 Wawancara dengan AKP. K. Turnip, anggota DitReskrim Poldasu 73 Wawancara dengan Kompol. Pfh. Tampubolon SH, anggota DitRekrim Poldasu. 74 Wawancara dengan AKP. K. Turnip, anggota DitReskrim Poldasu. Muhammad Ayodia Rizaldi : Perlindungan Terhadap Saksi Dalam Proses Pemeriksaan Di Kepolisian Sebelum Dan Sesudah Berlakunya Uu Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi Dan Korban Studi di Kepolisian Daerah Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 Sepertinya sudah menjadi karakter dari peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan Pemerintah dan DPR untuk memuat pasal-pasal yang tidak implementatif. Dalam peraturan mengenai perlindungan terhadap korban dan saksi ini tidak diatur tentang bagaimana cara penegak hukum, khususnya jaksa dalam memberikan perlindungan terhadap saksi dan korban, mengingat jaksa sendiripun dalam kenyataannya juga mengalami kerepotan untuk mengamankan diri dan keluarganya. Apalagi untuk memberikan perlindungan terhadap orang lain. Sedangkan jika berbicara tentang dukungan fasilitas sarana dan prasarana rasanya hanya Kepolisian Republik Indonesia POLRI yang mempunyai atau memenuhi persyaratan dimaksud. Namun jika dilihat dari kenyataan di Iapangan ternyata pihak atau institusi yang dianggap paling rentan bersentuhan dengan masalah pelanggaran HAM, maka tidak ada lain kecuali TNI dan POLRI. Berbicara tentang perlindungan saksi dan korban yang melibatkan institusi atau aparat POLRI sebagai pihak tersangka, maka sangat mungkin terjadinya konflik kepentingan bagi aparat pelaksana, yaitu antara menghormati sang atasan sebagai tersangka atau menjaga kepentingan saksi dan korban yang akan memberatkan atasannya tersebut. Masalah lainnya yang juga menjadi pokok bahasan dalam pemberian perlindungan terhadap saksi dan korban adalah belum adanya manajemen pengamanan yang penerapannya benar-benar memberikan keterangan dan jaminan akan keselamatan diri dan keluarganya. Contoh yang dapat dikemukakan adalah apa yang ditulis oleh Sylvia de Bertodano Barrister, London, Former Defence Counsel before the International Criminal Tribunal for Muhammad Ayodia Rizaldi : Perlindungan Terhadap Saksi Dalam Proses Pemeriksaan Di Kepolisian Sebelum Dan Sesudah Berlakunya Uu Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi Dan Korban Studi di Kepolisian Daerah Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 former Yugoslavia ICTY : Former member of the Public Defence Office East Timor : Member of the Journalist Editorial Committee yang mengutip laporan dari reporter khusus Perserikatan Bangsa-bangsa PBB untuk masalah HAM yang termuat dalam tulisannya Current Developments in Internationalized Courts East Timor Justice Denied, dimana dikatakan bahwa para saksi kasus pelanggaran HAM berat Timor Timur tidak berkenan datang ke pengadilan untuk bersaksi dengan alasan keamanan. Memang ada upaya untuk memberikan perlindungan, namun dirasa oleh mereka hal tersebut belum sepenuhnya. Kalaupun mareka pada saat berangkat dari Dilli ke Jakarta didampingi oleh Unit Kejahatan Khusus, namun pada saat mereka tiba di bandara nama mereka dipanggil dengan pengeras suara sebagai saksi dan mereka ditempatkan di rumah atau wisma yang ada tulisan Rumah perlindungan saksi dan korban. Kondisi lainnya yang juga dirasakan tidak nyaman oleh para saksi dimaksud adalah ketika mereka memberikan kesaksian di depan sidang, mereka merasa terintimidasi karena tempat duduk mereka tidak jauh dari terdakwa. 75 Berdasarkan catatan, pada tahun 2006 setidaknya masih terdapat saksi dan korban yang harus menjalani proses hukum pidana karena dilaporkan balik karena mencemarkan nama baik ataupun digugat secara perdata. Beberapa diantaranya 75 http:www.parlemen.netsiteldetails.php?guid=baee06da68922a888206f829c46d0af8 docid=tpakar Muhammad Ayodia Rizaldi : Perlindungan Terhadap Saksi Dalam Proses Pemeriksaan Di Kepolisian Sebelum Dan Sesudah Berlakunya Uu Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi Dan Korban Studi di Kepolisian Daerah Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 juga masih diproses pasca lahirnya UU No 13 tahun 2006. Selain itu, tercatat pula beberapa saksi yang mendapat kekerasan fisik. 76 Seorang perwira polisi aktif mengaku selama ini lembaganya tak berperan optimal dalam memberikan perlindungan terhadap saksi dan korban. Hal itu menyebabkan pengungkapan kasus yang ditangani aparat penegak hukum menjadi terkendala. Demikian pengakuan Komisaris Besar Rahardjo K, salah satu calon pimpinan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban LPSK kepada. “Kepolisian tak dapat menjangkau untuk melaksanakan tugas perlindungan saksi dan korban,” katanya. Karena tidak optimal, maka tugas perlindungan saksi dan korban kerap terabaikan. Kalaupun ada jumlahnya minim, Persentasenya kecil. Kepolisian tak mengenal bentuk perlindungan saksi dan korban secara khusus. Perlindungan bagi saksi dan korban adalah kewajiban setiap anggota kepolisian. “Kewajiban dan tugas polisi itu melindungi warga negara,” tegasnya. Menurutnya, jika aparat penegak hukum berperan optimal, tak akan ada lembaga-lembaga baru yang dibentuk negara. “Kalau kepolisian maksimal, LPSK tak akan dibentuk,” katanya. Pembentukan LPSK melandasi keyakinan selama ini bahwa perlindungan terhadap saksi dan korban dilakukan oleh negara. Dalam hal ini, kegagalan peran negara itu terwakili lemahnya fungsi lembaga penegak hukum memberikan perlindungan kepada saksi dan korban. 77

C. Faktor yang Menjadi Penghambat dan Pendukung dalam Pemberian

Dokumen yang terkait

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PEMERKOSAAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR.13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN (Studi Pada Kepolisian Resort Kota Bandar Lampung)

0 9 46

Eksistensi Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban dalam Sistem Peradilan Pidana di Indonesia

4 107 95

PENULISAN HUKUM / SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DALAM PROSES PERADILAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DALAM PROSES PERADILAN PIDANA SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN.

0 2 11

PENDAHULUAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DALAM PROSES PERADILAN PIDANA SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN.

0 2 12

PENUTUP PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DALAM PROSES PERADILAN PIDANA SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN.

0 3 8

TINJAUAN TENTANG PROBLEMATIK NORMATIF UNDANG UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN SERTA URGENSI KEBERADAAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN (LPSK ) DI DAERAH

0 5 99

Optimalisasi Perlindungan Saksi dan Korban oleh Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban ( Berdasarkan Undang - Undang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban).

0 0 6

PERLINDUNGAN TERHADAP SAKSI DALAM PROSES PEMERIKSAAN KEPOLISIAN SEBELUM DAN SESUDAH BERLAKUNYA UU NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN (Studi di Kepolisian Daerah Sumatera Barat).

0 2 12

UU 13 2006 perlindungan saksi dan korban

0 1 19

UU No 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban

0 0 18