Keterangan Saksi sebagai Alat Bukti yang Sah dalam Pembuktian

Muhammad Ayodia Rizaldi : Perlindungan Terhadap Saksi Dalam Proses Pemeriksaan Di Kepolisian Sebelum Dan Sesudah Berlakunya Uu Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi Dan Korban Studi di Kepolisian Daerah Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 tahun 2006, dan faktor-faktor yang menjadi penghambat dan pendukung dalam pemberian perlindungan hukum terhadap saksi. BAB V : Bab ini berisikan rangkuman kesimpulan dari bab-bab yang telah di bahas sebelumnya dan saran-saran yang mungkin berguna bagi saya khususnya dan bagi para pembaca umumnya. BAB II KEDUDUKAN SAKSI DALAM PEMBUKTIAN PERKARA PIDANA

A. Keterangan Saksi sebagai Alat Bukti yang Sah dalam Pembuktian

Perkara Pidana Bahwa saksi memiliki posisi penting dalam pembuktian perkara pidana sebagaiman terlihat dalam penempatannya pada Pasal 184 KUHAP, yang Muhammad Ayodia Rizaldi : Perlindungan Terhadap Saksi Dalam Proses Pemeriksaan Di Kepolisian Sebelum Dan Sesudah Berlakunya Uu Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi Dan Korban Studi di Kepolisian Daerah Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 menyatakan bahwa saksi adalah alat bukti utama. Pentingnya kedudukan saksi telah dimulai pada saat proses awal pemeriksaan, begitu pula dalam proses selanjutnya di Kejaksaan maupun di Pengadilan, keterangan saksi menjadi acuan bagi Hakim dalam memutus bersalah atau tidaknya terdakwa. Jadi jelas bahwa saksi mempunyai kontribusi yang sangat besar dalam upaya penegakkan hukum di Indonesia. Hanya ada satu pasal yang secara normatif khusus memeberikan hak pada saksi yaitu Pasal 229 KUHAP. Akan tetapi dalam prakteknya sangat mengecewakan yaitu dimana hak saksi untuk memperoleh penggantian biaya setelah hadir memenuhi panggilan di semua tingkat pemeriksaan ini tidak dapat dilaksanakan dengan alasan klasik yaitu ketiadaan dana. 30 1. Keterangan Saksi Pentingnya kedudukan saksi dapat dilihat dari Pasal 184 ayat 1 KUHAP bahwa alat bukti yang sah ialah : 2. Keterangan Ahli 3. Surat 4. Petunjuk 5. Keterangan Terdakwa. 31 Jenis-jenis saksi adalah : 32 1. Saksi a charge Saksi a charge, adalah saksi-saksi yang memberikan keterangan yang menguatkan pihak Jaksa melemahkan pihak Terdakwa. 30 www.MAPPIFHUI.com, Perlindungan saksi dan Korban sebagai Sarana Menuju Proses Peradilan Pidana yang Jujur dan Adil, oleh Surastini Fitriasih, SH, MH. Diakses tanggal 20 Januari 2008. 31 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana. 32 Samidjo, Responsi Hukum Acara Pidana, Armico, Bandung; 1988, hal 247-248. Muhammad Ayodia Rizaldi : Perlindungan Terhadap Saksi Dalam Proses Pemeriksaan Di Kepolisian Sebelum Dan Sesudah Berlakunya Uu Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi Dan Korban Studi di Kepolisian Daerah Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 2. Saksi a de charge Saksi a de charge, adalah saksi-saksi yang memberikan keterangan yang menguatkan pihak Terdakwa melemahkan pihak Jaksa . 3. Saksi Mahkota Saksi Mahkota kroon Getuige atau saksi utama adalah saksi korban yaitu yang melapor atau saksi yang mengadu Pasal 160 ayat 1 a, b KUHAP. 4. Saksi relatief onbevoegd Saksi relatief onbevoegd mereka yang tidak mampu secara nisbi atau relatief, mereka ini boleh didengar, tetapi tidak sebagai saksi. Termasuk mereka yang boleh didengar, tetapi tidak sebagai saksi ialah : a anak-anak yang belum mencapai umur 15 tahun Pasal 145 ayat1 sub 3 jo ayat 4 HIR. b orang gila, meskipun kadang-kadang ingatannya terang atau sehat Pasal 145 ayat 1 sub 4 HIR. Mereka yang diletakkan dibawah pengampuan curatele, pengawasan karena boros. 5. Saksi absolut onbevoegd Saksi absolut onbevoegd mereka yang tidak mampu secara mutlak atau absolut, hakim dilarang untuk mendengar mereka ini sebagai saksi. Mereka itu adalah : a keluarga sedarah dan keluarga semenda menurut keturunan yang lurus dari salah satu pihak Pasal 145 ayat 1 sub 1 HIR alasan pembentuk Undang-undang memberi pembatasan ini adalah : Muhammad Ayodia Rizaldi : Perlindungan Terhadap Saksi Dalam Proses Pemeriksaan Di Kepolisian Sebelum Dan Sesudah Berlakunya Uu Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi Dan Korban Studi di Kepolisian Daerah Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 1. Bahwa mereka ini umumnya dianggap tidak cukup obyektif apabila didengar sebagai saksi; 2. Untuk menjaga hubungan kekeluargaan yang baik, yang Mungkin akan retak apabila mereka ini memberi kesaksian; 3. Untuk mencegah timbulnya tekanan batin setelah memberi keterangan. b suami atau istri dari salah satu pihak, meskipun sudah bercerai Pasal 145 ayat1 sub 2 HIR. 6. Saksi ahli Saksi ahli deskundigenbericht; espertise atau keterangan ahli adalah keterangan pihak ketiga yang obyektif dan bertujuan untuk membantu Hakim dalam pemeriksaan guna menambah pengetahuan Hakim sendiri. Saksi ahli atau keterangan ahli diatur dalam Pasal 154 HIR, yang menentukan bahwa apabila pengadilan berpendapat bahwa perkaranya dapat dijelaskan oleh seorang ahli, maka atas permintaan salah satu pihak karena jabatannya pengadilan dapat mengangkat seorang ahli. Sedangkan saksi menurut sifatnya dapat dibagi atas : 33 a Saksi a charge memberatkan terdakwa: Saksi a charge adalah saksi dalam perkara pidana yang dipilih dan diajukan oleh penuntut umum, dikarenakan kesaksiannya yang memberatkan terdakwa. Dalam hal saksi yang memberatkan terdakwa, 33 Darwan Prints, Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar, Djambatan, Jakarta:1989. halaman 111-112 Muhammad Ayodia Rizaldi : Perlindungan Terhadap Saksi Dalam Proses Pemeriksaan Di Kepolisian Sebelum Dan Sesudah Berlakunya Uu Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi Dan Korban Studi di Kepolisian Daerah Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 yang tercantum dalam surat pelimpahan perkara atau yang diminta oleh terdakwa atau penasehat hokum atau penuntut umum selama berlangsungnya sidang atau belum dijatuhkannya putusan, Hakim Ketua sidang wajib mendengar keterangan saksi tersebut b Saksi a de charge menguntungkan terdakwa: Saksi a de charge adalah saksi yang dipilih atau diajukan oleh penuntut umum atau terdakwa atau penasehat hukum yang sifatnya menguntungkan terdakwa. Menurut Pasal 160 1 c KUHAP, bahwa Hakim Ketua sidang wajib mendengar saksi yang demikian baik tercantum dalam surat pelimpahan perkara atau yang diminta oleh terdakwa atau penasehat hukum atau penuntut umum selama berlangsungnya sidang atau sebelum dijatuhkannya putusan. Saksi a de charge yang tercantum dalam surat pelimpahan perkara pemanggilannya dilakukan oleh penuntut umum. Akan tetsapi saksi a de charge yang dimintakan oleh terdakwa atau penasehat hukum pemanggilannya dilakukan oleh terdakwa atau penasehat hukum itu sendiri, karena terdakwa atau penasehat hukum dapat saling menghadapkan saksi. Hal ini sering membawa kesulitan, dalam hal saksi a de charge tersebut berada dalam tahanan yang berwajib. Atau apabila saksi a de charge tersebut telah dipanggil atau diundang oleh terdakwa atau penasehat hukum dua kali berturut-turut secara patut, tetapi tidak mengindahkannya. Apakah ada sanksi hukum yang dapat dikenakan terhadap Muhammad Ayodia Rizaldi : Perlindungan Terhadap Saksi Dalam Proses Pemeriksaan Di Kepolisian Sebelum Dan Sesudah Berlakunya Uu Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi Dan Korban Studi di Kepolisian Daerah Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 saksi ? pada hal menjadi saksi dalam perkara pidana adalah kewajiban dari setiap orang, yang artinya apabila saksi tersebut tidak mau hadir dimuka persidangan , maka ia dapat dihadirkan dimuka persidangan secara paksa.Pasal 159 2 KUHAP.

B. Syarat-syarat Keterangan Saksi

Dokumen yang terkait

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PEMERKOSAAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR.13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN (Studi Pada Kepolisian Resort Kota Bandar Lampung)

0 9 46

Eksistensi Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban dalam Sistem Peradilan Pidana di Indonesia

4 107 95

PENULISAN HUKUM / SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DALAM PROSES PERADILAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DALAM PROSES PERADILAN PIDANA SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN.

0 2 11

PENDAHULUAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DALAM PROSES PERADILAN PIDANA SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN.

0 2 12

PENUTUP PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DALAM PROSES PERADILAN PIDANA SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN.

0 3 8

TINJAUAN TENTANG PROBLEMATIK NORMATIF UNDANG UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN SERTA URGENSI KEBERADAAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN (LPSK ) DI DAERAH

0 5 99

Optimalisasi Perlindungan Saksi dan Korban oleh Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban ( Berdasarkan Undang - Undang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban).

0 0 6

PERLINDUNGAN TERHADAP SAKSI DALAM PROSES PEMERIKSAAN KEPOLISIAN SEBELUM DAN SESUDAH BERLAKUNYA UU NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN (Studi di Kepolisian Daerah Sumatera Barat).

0 2 12

UU 13 2006 perlindungan saksi dan korban

0 1 19

UU No 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban

0 0 18