Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

Dan semua nilai moralitas yang disadari dan dilakukan itu bertujuan untuk membantu manusia menjadi manusia yang lebih utuh. Nilai itu adalah nilai yang membantu orang dapat lebih baik hidup bersama dengan orang lain dan dunianya learning to live together untuk menuju kesempurnaan. Nilai itu menyangkut berbagai bidang kehidupan seperti hubungan sesama orang lain, keluarga, diri sendiri learning to be, hidup bernegara, alam dunia, dan Tuhan. Dalam penanaman nilai moralitas tersebut unsur kognitif pikiran, pengetahuan, kesadaran, dan unsur afektif perasaan juga unsur psikomotor perilaku. Dewasa ini pendidikan budi pekerti di sekolah banyak dibicarakan kembali dalam konteks pembangunan kembali moral bangsa. Sedemikian gencarnya pembicaraan tentang topik ini, sehingga sebagian orang ada anggapan seakan-akan budi pekerti sebagai sesuatu yang baru atau merupakan binatang yang baru. Padahal tidak seperti itu. Sebagai suatu materi pendidikan maupun mata pelajaran pendidikan budi pekerti timbul tenggelam dalam kurikulum pendidikan nasional Indonesia. Ada saatnya budi pekerti tampil sebagai mata pelajaran yang dominan dalam kurikulum, kemudian disatukan dengan mata pelajaran lain, lalu terpisah lagi. Pada saat materi budi pekerti disisipkan ke dalam mata pelajaran lain, maka mata pelajaran yang mendapatkan titipan itu adalah yang paling dekat dengan sifat, karakter, atau misi mata pelajaran ini, seperti Pendidikan Agama, Pendidikan Moral Pancasila, dan Pendidikan Kewarganegaraan. Perubahan ini mencerminkan pandangan bangsa ini terhadap arti pendidikan budi pekerti, dan sekaligus merefleksikan terjadinya pergulatan pemikiran yang berlangsung sejak Indonesia merdeka hingga saat ini. Hal tersebut juga menggambarkan perubahan kepedulian bangsa ini terhadap pendidikan yang bernuansa etika-moral yang diwakili oleh struktur kurikulumnya. Seperti yang kita ketahui bahwa mata pelajaran pendidikan budi pekerti pada saat ini sudah tidak ada dan sudah tidak masuk kedalam kurikulum pemerintah, karena sesungguhnya Pendidikan Budi Pekerti selama ini telah diterapkan lewat Pendidikan Agama. Pendidikan agama khususnya Islam. Di sekolah-sekolah telah diberikan dalam berbagai aspek, yakni Keimanan, Ibadah, Syariah, Akhlak, Al- Quran, Muamalah, dan Tarikh. Di dalam materi yang terkait langsung dengan Pendidikan Budi Pekerti adalah akhlak. Dengan demikian pendidikan akhlak secara langsung berhubungan dengan Pendidikan Budi Pekerti. Disebabkan karena berbagai faktor, maka aktualisasi Pendidikan Agama di sekolah belum menunjukkan hasil yang menggembirakan. Hal ini disebabkan antara lain karena: Pertama, terlalu kognitif, pendekatan yang dilakukan terlalu berorientasi pengisian otak, memberi tahu mana yang baik dan mana yang buruk, yang sepatutnya dilakukan dan yang tidak sepatutnya, dan seterusnya. Aspek afektif dan psikomotornya tidak tersinggung, kalaupun tersinggung sangat kecil sekali. Kedua, problema yang bersumber dari anak didik sendiri, yang berdatangan dari latar belakang keluarga yang beraneka ragam yang sebagiannya ada yang sudah tertata dengan baik akhlaknya di rumah dan ada yang belum. Ketiga, terkesan bahwa tanggung jawab Pendidikan Agama tersebut berada di pundak Guru Agama saja. Keempat, keterbatasan waktu yang tersedia dengan bobot materi Pendidikan Agama yang dirancangkan. Pendidikan Budi Pekerti sebagai bagian yang memperkaya Pendidikan Agama bertujuan untuk mengembangkan nilai, sikap dan prilaku siswa yang memancarkan akhlak muliabudi pekerti luhur. 13 Namun yang terpenting, dalam menerapkan pendidikan tersebut anak didik bukan hanya dituntut untuk memahami pengetahuan tentang akhlak semata, melainkan diharapkan mereka dapat menerapkan dan mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya Pendidikan Budi Pekerti sebagai suatu mata pelajaran tersendiri diharapkan siswa dapat mempunyai pengetahuan tentang akhlak dan dengan pengetahuan tersebut mereka dapat berpersepsi yang baik dan benar tentang akhlak mahmudah dan akhlak mazmumah. Sehingga dengan pengetahuan yang dimilikinya mereka dapat bersikap dan berbudi pekerti yang luhur dalam kehidupan sehari-hari. Karenanya Pendidikan Budi Pekerti di SMP PGRI 1 Depok, kemungkinan pendidikan tersebut dapat mempengaruhi pengetahuan siswa dan sikapnya, sehingga dengan pengetahuan yang dimilikinya mereka dapat bersikap dalam kehidupan 13 Haidar Putra Daulay, Op.Cit., h. 220 sehari-hari, baik dalam hubungannya dengan Allah, sesama manusia maupun alam lingkungan. Melihat permasalahan di atas, akhirnya penulis tertarik untuk membahasnya dalam skripsi dengan judul “PERANAN MATA PELAJARAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI TERHADAP SIKAP SISWA DI SMP PGRI 1 DEPOK”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis uraikan diatas, maka dapat diidentifikasi masalah yang berkaitan dengan peranan mata pelajaran pendidikan budi pekerti terhadap sikap siswa adalah sebagai berikut: 1. Adanya anggapan bahwa persoalan pendidikan budi pekerti adalah persoalan klasik yang penanganannya adalah sudah menjadi tanggung jawab guru agama dan guru PPKn. 2. Rendahnya pengetahuan dan kemampuan guru dalam mengembangkan dan mengintegrasikan aspek-aspek moralbudi pekerti ke dalam setiap mata pelajaran yang diajarkan. 3. Proses pembelajaran mata pelajaran yang berorientasi pada akhlak dan moralitas serta pendidikan agama cenderung bersifat transfer of knowledge dan kurang diberikan dalam bentuk latihan-latihan pengalaman untuk menjadi corak kehidupan sehari-hari. 4. Kurangnya jam mata pelajaran pendidikan agama mengenai akhlak. 5. Kurangnya perhatian orang tua dalam mendidik anak di rumah maupun di masyarakat. 6. Masuknya unsur-unsur kebudayaan yang negatif yang mengakibatkan pengaruh negatif pada remaja.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, masalah dalam penelitian perlu dibatasi. Adapun masalah dalam penelitian ini hanya difokuskan pada sikap siswa. Apakah mata pelajaran Pendidikan Budi Pekerti itu dapat mempengaruhi sikap siswa kelas VII di SMP PGRI 1 Depok?

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan di atas, maka permasalahan yang dirumuskan adalah “Apakah dengan adanya mata pelajaran pendidikan budi pekerti dapat mempengaruhi sikap siswa kelas VII di SMP PGRI 1 Depok? ”

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dari perumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peranan mata pelajaran pendidikan budi pekerti terhadap sikap siswa di SMP PGRI 1 Depok. Sedangkan manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Sekolah, sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam mengambil keputusan untuk meningkatkan pelaksanaan pendidikan agama dan budi pekerti sebagai proses pembinaan akhlak siswa menuju yang lebih baik. 2. Bagi Guru, sebagai motivasi untuk melaksanakan tugasnya sebagai pendidik sehingga dapat terus membimbing anak didiknya agar memiliki sikap atau budi pekerti yang luhur dalam kehidupan sehari-hari. 3. Bagi Penulis, untuk mengetahui cara-cara yang di tempuh dalam penelitian lapangan sekaligus untuk mencapai gelar sarjana Program Strata 1 SI pada jurusan Pendidikan Agama Islam. 9

BAB II KAJIAN TEORI

A. Sikap

1. Pengertian Sikap

Sikap dalam arti sempit adalah pandangan atau kecenderungan mental. Kata sikap dalam bahasa Inggris dinyatakan dengan kata attitude yang berasal dari bahasa latin yaitu aptus, keadaan siap secara mental yang bersifat subyektif untuk melakukan kegiatan. 1 Sedangkan berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia, “Sikap adalah perbuatan dan sebagainya yang berdasarkan pada pendirian pendapat atau keyakinan. 2 Menurut Bruno, sebagaimana yang dikutip oleh Muhibbin Syah mengatakan bahwa sikap Attitude adalah kecenderungan yang relatif menetap dengan cara yang baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu, yang pada prinsipnya dapat dianggap suatu kecenderungan seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu. 3 1 Rochman Natawidjaya, Memahami Tingkah Laku Sosial, Bandung: Firma Hasmar, 1978, Cet. 1, h. 38 2 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 1988, Cet. I, h. 81 3 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1997, Cet. ke-3, h. 120 Sedangkan menurut Zikri Neni mengatakan, sikap adalah kesiapankecenderungan seseorang untuk bertindak bereaksi secara tertentu terhadap hal-hal tertentu. 4 Sikap sosial adalah kecenderungan individu untuk bertindak terhadap obyek di sekitarnya yang berkaitan dengan orang lain, masyarakat dan negara. Berpijak pada kerangka berpikir uraian sikap sosial tersebut di atas maka dikemukakan oleh Azwar tentang beberapa indikator pengertian sikap sosial, yaitu: a. Kecenderungan individu untuk bertindak terhadap obyek di sekitarnya yang berkaitan dengan orang lain, masyarakat dan negara. b. Belum dapat dinilaimempunyai arti, jika belum diwujudkan dalam perilaku. c. Apa yang ia lakukan sesuai dengan pikiran, hati dan keyakinanya. d. Sikap berkaitan dengan aspek psikologis yang menunjuk ke arah positif dan negatif. 5 Setiap siswamanusia memiliki sikap yang berbeda-beda, hal ini disebabkan banyak faktor, yaitu faktor intern dalam dirinya dan faktor ekstern pengaruh dari luar seperti pengaruh pendidikan keluarga, sekolah, pergaulan di masyarakat dan pengalamannya. Pengaruh intern dan ekstern tersebut akan membentuk baik buruknya karakter dan kepribadian siswa. Ada beberapa ahli yang mengemukakan pendapat tentang sikap, diantaranya adalah Gulo yang mengemukakan: “Attitude sikap adalah kecenderungan untuk merespon, baik positif maupun negatif, terhadap orang- orang, benda-benda, atau situasi-situasi tertentu. 6 Pendapat Gulo ini lebih menekankan bahwa kecenderungan ini dilihat dari segi positif atau negatif. Seiring dengan pendapat Gulo ini, Sarwono pun mengemukakan: “Yang dimaksud sikap disini adalah kecenderungan atau 4 Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, Op. Cit., h. 109 5 Ibid., h. 155 6 Dali Gulo, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Bandung: Tonis, 1982, Cet. 1, h. 1-1 kesediaan seseorang untuk bertingkah laku tertentu yakni positif atau negatif kalau ia menghadapi suatu rangsangan tertentu. 7 Dalam arti yang sempit sikap menurut Bruno yang dikutip oleh Muhibbin Syah dilihat dari pandangan atau kecenderungan mental sikap attitude adalah kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu. Dengan demikian, pada prinsipnya sikap itu dapat kita anggap suatu kecenderungan siswa untuk bertindak dengan cara tertentu. Dalam hal ini perwujudan perilaku belajar siswa akan ditandai dengan munculnya kecenderungan-kecenderungan baru yang telah berubah lebih maju dan lugas terhadap suatu objek, tata nilai, peristiwa dan sebagainya. 8 Sehingga dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan perilaku, keadaan diri atau kecenderungan seseorang yang dilakukan terhadap suatu objek yang objeknya itu bisa orang atau benda dengan cara tertentu untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan menanggapi obyek situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya. Selain itu sikap juga memberikan kesiapan untuk merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap obyek atau situasi.

2. Ciri-ciri Sikap

Sikap itu dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif, dalam sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharap objek tertentu. Sedangkan dalam sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci dan tidak menyukai objek tertentu. Adapun ciri-ciri sikap yang dikemukakan oleh Sarlito Wirawan adalah sebagai berikut: a. Dalam sikap terdapat hubungan subyek-obyek. Tidak ada sikap yang tanpa obyek. Objek ini bisa berupa benda, orang, kelompok orang, nilai-nilai sosial, pandangan hidup, hukum lembaga masyarakat dan sebagainya. b. Sikap tidak dibawa sejak lahir, melainkan dipelajari dan dibentuk melalui pengalaman-pengalaman. 7 Sarlito Wirawan, Teori-teori Psikologi Sosial, Jakarta:Rajawali, 1984, Cet. 1, h. 20 8 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta: Logos, 1999, h. 111