Pengertian Pendidikan Budi Pekerti

dan warga negara yang baik. Indikator manusia yang baik, warga masyarakat dan warga negara yang baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum didasarkan atas nilai-nilai sosial tertentu yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat atau bangsa tersebut. Oleh karena itu, hakikat pendidikan budi pekerti dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi muda.

C. Kerangka Berfikir

Sikap adalah kecenderungan seseorang untuk merespons sesuatu orang atau benda lain, baik itu respons positif maupun respons negatif. Di dalam pengertian lain, sikap adalah kecenderungan subyek menerima atau menolak suatu obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek yang berharga atau tidak berharga, dalam sikap terdapat aspek kognitif dan aspek afektif. Sikap siswa terhadap mata pelajaran pendidikan budi pekerti berarti kecenderungan siswa tersebut dalam merespons mata pelajaran, apakah kearah positif atau negatif. Pendidikan budi pekerti adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah, yang membahas tentang bagaimana seharusnya kita sebagai manusia bersikap, berperilaku dan berakhlak serta berbudi pekerti yang luhur dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan budi pekerti merupakan jiwa dari pendidikan agama Islam. Pendidikan agama Islam akan berkesan dan berhasil apabila seluruh lingkungan disekitar siswa yaitu orang tua, sekolah dan masyarakat ikut memberikan motivasi yang baik. Adapun tujuan dari pendidikan budi pekerti pada dasarnya adalah untuk membentuk siswa agar mempunyai akhlak yang mulia. Baik dalam hubungannya dengan Allah, sesama manusia maupun alam lingkungan. Dengan adanya pendidikan budi pekerti diharapkan siswa dapat mempunyai pengetahuan tentang akhlak yang baik dan buruk dan dengan pengetahuan tersebut mereka dapat berpersepsi dan bersikap yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Karenanya dalam menanamkan pendidikan budi pekerti, bukan hanya aspek kognitif pengetahuan tentang budi pekerti semata yang harus diberikan, tetapi yang terpenting adalah aspek afektif, artinya bagaimana pengetahuan tersebut dapat diaplikasikan dengan penuh kesadaran dalam diri peserta didik, sehingga dengan pengetahuan yang dimilikinya mereka dapat bersikap dan bertindak yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Baik dalam hubungannya dengan Allah, sesama manusia maupun alam lingkungan. Sikap seseorang biasanya terbentuk karena adanya pengetahuan, karena dengan pengetahuan yang diperoleh dari pendidikan maka seseorang dapat berpersepsi yang benar tentang sesuatu serta dapat membedakan perbuatan yang baik yang harus dilakukan dan perbuatan buruk yang harus ditinggalkan. Dengan demikian seseorang dapat bersikap sesuai dengan pengetahuan dan persepsi yang dimilikinya. Dengan pengetahuan seseorang dapat menginterpretasikan tentang suatu hal atau makna. Sedangkan sikap adalah kecenderungan seseorang untuk bertindak bereaksi secara tertentu terhadap hal-hal tertentu. Oleh karena itu, bila kita menghubungkan antara pengetahuan siswa tentang pendidikan budi pekerti dengan sikap siswa ini sangat erat hubungannya. Hal ini dapat kita lihat orang yang mempunyai pengetahuan, mengetahui dan sadar serta memahami pengetahuan tentang akhlak yang baik dan yang buruk, maka ia akan berupaya berakhlakul karimah dan menjauhi akhlak yang buruk serta akan bersikap yang mulia, baik terhadap Allah, sesama manusia maupun alam lingkungan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan siswa tentang pendidikan budi pekerti terhadap sikap siswa.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori diatas, maka dirumuskan suatu hipotesis. Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Hipotesis akan di uji di dalam penelitian dengan pengertian bahwa uji statistik selanjutnya yang akan membenarkan atau menolaknya. Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah: Hipotesa Alternatif Ha : Ada korelasi yang signifikan antara mata pelajaran pendidikan budi pekerti terhadap sikap siswa. Hipotesa Nol Ho : Tidak ada korelasi yang signifikan antara mata pelajaran pendidikan budi pekerti terhadap sikap siswa. 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP PGRI 1 Depok. Penelitian tentang peranan mata pelajaran pendidikan budi pekerti terhadap sikap siswa ini dilaksanakan pada tanggal 22 Oktober 2012 sampai dengan 17 Desember 2012.

B. Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. 1 Adapun variabel dalam penelitian ini adalah: a. Independent Variabel, yaitu pendidikan budi pekerti yang di simbolkan dengan huruf X. b. Dependent Variabel, yaitu variabel sikap siswa, yang disimbolkan dengan huruf Y.

C. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode Analisis Korelasi Metode Korelasional, dalam ilmu statistik istilah korelasi diberi pengertian hubungan antar dua variabel atau lebih. 2 Penelitian korelasi ini bermaksud mengetahui sejauh mana suatu variabel mempengaruhi variabel lain. 1 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 1996, Cet. Ke-10, h. 99 2 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006, Cet. 6, h. 179.