Identifikasi Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penalitian Tinjauan Pustaka

Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang, 2010. Manfaat sapi yang luas dan nilai ekonominya yang tinggi dapat dilihat dari Mutu dan harga daging atau kulit menduduki peringkat atas bila dibandingkan dengan daging atau kulit kerbau atau kuda. Sapi juga merupakan salah satu ternak yang berhubungan dengan kebudayaan masyarakat, misalnya sapi untuk keperluan sesaji, sebagai ternak karapan di madura, dan sebagai ukuran martabat manusia dalam masyarakat sosial standing. Sapi juga biasa digunakan sebagai tabungan para petani di desa-desa, yang pada umumnya telah terbiasa bahwa pada saat-saat panen mereka menjual hasil panenan, kemudian membeli beberapa ekor sapi, sapi-sapi tersebut pada masa panceklik atau pada berbagai keperluan bisa di lepas atau di jual lagi. Hasil ikutannya masih sangat berguna, seperti kotoran bagi usaha pertanian, tulang-tulang bisa digiling untuk tepung tulang sebagai bahan baku mineral atau dibuat lem, darah bisa direbus, dikeringkan, dan digiling menjadi tepung darah yang sangat bermanfaat bagi hewan unggas dan lain-lain, serta kulit bisa dipergunakan dalam berbagai produk di bidang kesenian, pabrik, dan lain-lain. Memberikan kesempatan kerja, banyak usaha ternak sapi di Indonesia dan mampu menampung tenaga kerja cukup banyak sehingga dapat menghidupi banyak keluarga. Suharsono, B. 1994

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana ketersediaan input bibit, kandang, pakan, modal, tenaga kerja untuk usaha ternak sapi potong didaerah penelitian ? Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang, 2010. 2. Apakah usaha ternak sapi potong layak dikembangkan secara ekonomis di daerah penelitian ? 3. Bagaimana strategi ternak sapi potong di masa depan ?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi ketersediaan input bibit, kandang, pakan, modal, tenaga kerja untuk usaha ternak sapi potong didaerah penelitian. 2. Mengetahui apakah usaha ternak sapi potong tersebut layak atau tidak untuk dikembangkan secara ekonomis di daerah penelitian. 3. Menentukan strategi usaha ternak sapi potong di masa depan.

1.4. Kegunaan Penalitian

Adapun kegunaan penelitian adalah sebagai berikut : 1. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang mengembangkan ternak sapi potong di Kecamatan Namorambe untuk mengembangkan usahanya. 2. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi penelitian lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini. Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang, 2010. II.TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Tinjauan Pustaka

Menurut para ahli memperkirakan bangsa sapi berasal dari Asia Tengah, kemudian menyebar ke Eropa, sedangka Amerika, Australia, dan Selandia Baru yang saat ini merupakan gudang bangsa sapi potong dan sapi perah jenis unggul tidak terdapat turunan sapi asli. Melainkan hanya mendatangkannya dari Eropa. Hardjosubroto.1994 Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang, 2010. Dalam sistematika taksonomi hewan, kedudukan sapi diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Mammalia Ordo : Artiodactyla Famili : Bovidae Sub famili : Bovinae Genus : Bos Sub Genus : Bos Bibos Sapi sebagai salah satu hewan piaraan, disetiap daerah atau Negara berbeda sejarah penjinakkannya, di Mesir, India, Mesopotamia 8000 tahun SM telah mengenal sapi piaraan. Akan tetapi, di daratan Eropa dan Cina baru dikenal pada sekitar 6000 tahun SM. Hal ini disebabkan karena disetiap daerah atau Negara perkembangannya berbeda-beda. Pada umumnya bangsa sapi yang tersebar di seluruh penjuru belahan dunia berasal dari bangsa sapi primitive yang telah mengalami domestikasi penjinakkan. Pada garis besarnya sapi dapat digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu : 1. Bos indicus zebu sapi berponok Bos indicus berkembang di India dan akhirnya menyebar ke berbagai Negara, terlebih daerah tropis seperti Asia tenggara termasuk Indonesia , Afrika, Amerika, dan Australia. Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang, 2010. 2. Bos Taurus Bos Taurus adalah bangsa sapi yang menurunkan bangsa-bangsa sapi potong dan perah di Eropa. Golongan ini akhirnya menyebar ke seluruh penjuru dunia, terlebih Amerika, Australia, dan Selandia Baru. Belakangan ini keturunan Bos Taurus telah banyak diternakkan dan dikembangkan di Indonesia. 3. Bos sondaicus Bos bibos Golongan sapi ini merupakan sumber asli bangsa-bangsa sapi di Indonesia. Sapi yang kini ada merupakan keturunan banteng Bos bibos , dewasa ini kita kenal dengan nama sapi Bali, sapi Madura, sapi Jawa, sapi Sumatera, dan sapi lokal lainnya. Wariyanto, A. 1986 Bedasarkan iklimnya, sapi dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu sapi tropis dan subtropis, setiap kelompok sapi berbeda satu dengan yang lainnya kelompok sapi tropis secara umum memiliki ciri-ciri mencolok yang sangat mudah dibedakan dengan kelompok sapi yang lain. Adapun ciri-ciri dari bangsa sapi tropis sebagai berikut : a. Pada umumnya sapi memiliki ponok. b. Pada bagian ujung telinga meruncing. c. Kepalanya longgar dan tipis, kurang lebih 5-6 mm. d. Timbunan lemak terdapat di bawah maupun dalam kulitnya dan otot-ototnya rendah. e. Garis punggung pada bagian tengah berbentuk cekung. f. Bahunya pendek, halus, dan rata. Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang, 2010. g. Kakinya panjang sehingga gerakannya lincah. h. Pertumbuhannya lambat sehingga pada umur 5 tahun baru bisa dicapai berat maksimal. i. Bentuk tubuh sempit dan kecil serta berat timbangan sekitar 250-650 kg. j. Ambingnya kecil sehingga produksi susu rendah. k. Tahan terhadap suhu tinggi dan kehausan. l. Pada umumnya badannya tahan terhadap gigitan nyamuk dan serangga lainnya. Bangsa sapi tropis memiliki ciri-ciri yang sangat berbeda dengan sapi subtropis hal tersebut disebabkan karena adanya pengaruh genetik. Adapun ciri-ciri dari bangsa sapi subtropis adalah sebagai berikut : a. Sapi subtropis tidak memiliki ponok. b. Ujung telinga berbentuk tumpul atau bulat. c. Kepala pendek dan berdahi lebar. d. Kulit tebal yang rata-ratanya 7-8 mm. e. Garis punggung lurus dan rata. f. Tulang pinggang lebar dan menonjol keluar, serta rongga dada berkembang baik. g. Memiliki bulu panjang dan kasar. h. Kaki pendek sehingga gerakannya lambat. i. Sapi ini cepat tumbuh dewasa kerena umur 4 tahun bisa dicapai pertumbuhan maksimal. j. Tidak tahan terhadap suhu tinggi, relatif banyak minum, dan kotorannya basah. Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang, 2010. k. Sapi dewasa bisa mencapai 800-900 kg. Sosroamidjojo, S. 1986 Di Indonesia terdapat beberapa jenis sapi dari bangsa tropis, beberapa jenis sapi tropis yang sudah cukup popular dan banyak berkembangbiak di Indonesia adalah sebagai berikut : 1. Sapi Bali Sapi Bali merupakan keturunan dari sapi liar yang disebut banteng Bos Bibos Bos atau sondaicus yang telah mengalami proses penjinakkan domestikasi berabad-abad lamanya. Sapi Bali termasuk tipe sapi pedaging dan pekerja. Sapi Bali memiliki bentuk tubuh menterupai banteng, tetapi ukuran tubuh lebih kecil akibat proses domestikasi, dadanya dalam, dan badannya padat. warna tubuh pada masih pedet sawo matang atau merah bata. Akan tetapi, setelah dewasa warna pada bulu berubah menjadi kehitaman. Tanduk pada jantan tumbuh ke bagian luar kepala, sedangkan pada betina tumbuh kebagian dalam kepala. Tinggi sapi dewasa mencapai 130 cm dan berat rata-rata sapi jantan 450 kg, sedangkan pada betina beratnya mencapai 300-400 kg. 2. Sapi Madura. Sapi Madura merupakan hasil persilanngan antara Bos Sondaicus dan Bos Indicus. Daerah atau lokasi penyebaran terutama di pulau Madura dan Jawa Timur. Sapi ini termasuk sapi pedaging dan pekerja, sapi Madura memiliki warna merah bata baik pada jantan maupun pada yang betina. Sapi jantan memiliki tanduk yang pendek dan beragam lebih kurang 15-20 cm, sedangkan pada yang betina tanduk lebih kecil Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang, 2010. dan pendek lebih kurang 10 cm. Panjang badan mirip sapi Bali tetapi berponok kecil, dengan tinggi badan kira-kira 118 cm dan berat 350 kg. 3. Sapi Ongole Bangsa sapi ini berasal dari India Madras yang beriklim tropis dan bercurah hujan rendah. Sapi ongole ini di Eropa disebut zebu, sedangkan di Jawa sapi ini disebut sapi benggala. Sapi ini termasuk tipe sapi pedaging dan pekerja, sapi ongole memiliki tubuh besar dan panjang, ponoknya besar, leher pendek, dan kaki panjang. Warna putih, tetapi yang jantan pada leher dan ponok sampai kepala berwarna putih keabu- abuan, sedangkan lututnya hitam. Ukuran kepala panjang dan ukuran telinga sedang. Tanduk pendek dan tumpul yang pada bagian pangkal berukuran besar, tumbuh ke arah luar belakang. Berat sapi jantan sekitar 550 kg, sedangkan yang betina sekitar 350 kg. 4. Sapi American Brahman Bangsa sapi yang awalnya berkembang biak di Amerika Serikat ini sekarang telah tersebar luas baik di daerah tropis maupun subtropics, yakni di Australia dan juga di Indonesia. Sapi ini termasuk tipe sapi pedaging yang baik di daerah tropis, walaupun di daerahnya kurang subur, tetapi sapi ini tmbuh cepat kerena pakannya sederhana. Sapi ini memiliki ukuran tubuh yang besar dan panjang dengan kedalaman tubuh sedang. Bagian punggung lurus, kaki panjang sampai sedang. Memiliki warna abu-abu muda tetapi adapula yang berwarna merah atau hitam. Warna pada jantan lebih gelap dari pada betina, ukuran tanduk sedang lebar dan besar. Kulit longgar, halus, dan lemas Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang, 2010. dengan ketebalan sedang.Ukuran ponok pada jantan besar, sedangkan pada betina kecil. Sapi ini tahan terhadap panas dan tahan terhadap gigitan nyamuk atau caplak. Wariyanto, A. 1986 Tujuan utama pemeliharaan sapi potong adalah untuk menghasilkan daging. Sapi dipelihara dengan baik, setelah tumbuh besar dan gemuk dapat langsung dijual atau disembelih terlebih dahulu kemudian dijual dalam bentuk daging. Oleh karena itu, keberhasilan pemeliharaan sapi ini sangat ditentukan oleh kualitas sapi bakalan yang dipilih. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih sapi bakalan untuk sapi potong adalah : 1. Jenis Sapi Sapi bakalan lokal yang cocok untuk sapi potong adalah sapi Bali. Jenis sapi ini selain pertumbuhannya cepat juga efisien dalam penggunaan pakan, karena mempunyai kemampuan yang tinggi menyerap semua pakan yang masuk dalam perut dan ususnya. Karena itu, sapi ini sering kali dijuluki sebagai sapi produktif. Jenis sapi lain yang cocok untuk sapi potong adalah PO peranakan Ongole , Brahman, Simental, dan Brangus. 2. Jenis Kelamin Untuk sapi potong sebaiknya dipilih sapi jantan, karena pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan sapi betina. Alasan lainnya adalah untuk menghindari penyusutan populasi sapi betina yang masih produktif. 3. Keadaan Fisik Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang, 2010. Untuk sapi potong sebaiknya dipilih sapi yang sehat dan tidak terlalu kurus. 4. Umur Dipilih sapi yang berumur antara 1-4 tahun. Sapi yang terlalu muda atau sudah tua kurang menguntugkan kerena pertumbuhan atau penambahan berat dagingnya relatif lambat. 5. Postur Tubuh Postur tubuh sapi bakalan yang baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut : a. Badannya panjang, bulat silindris, dan bila dilihat dari samping tampak membentuk segi empat. b. Dada depan lebar, dalam, dan menonjol. c. Kepala pendek dan dahinya relatif lebar. d. Kulit hallus, bersih, supel, tidak kering, dan tidak kendor. e. Kaki relatif besar dan kuat. f. Tinggi badan, panjang, dan proporsi bagian-bagian tubuh lainnya serasi serta seimbang. Siregar Djarijah, 1996 Landasan Teori Sektor peternakan sejak awal masa pembangunan merupakan salah satu sektor yang mampu menyerap tenaga kerja cukup besar. Mungkin hal tersebut disebabkan oleh besarnya penduduk yang tinggal di pedesaan dan berprofesi sebagai peternak. Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang, 2010. Santosa. U, 1997 Salah satu gejala ekonomi yang sangat penting bagi petani baik sebagai produsen maupun sebagi konsumen adalah harga. Suatu barang mempunyai harga karena dua sebab yaitu barang itu berguna dan jumlahnya terbatas. Suatu barang merupakan barang ekonomi dalam ilmu ekonomi dinyatakan barang tersebut mempunyai permintaan dan penawaran. Suatu barang mempunyai permintaan karena barang tersebut berguna, sedangkan barang tersebut mempunyai penawaran karena jumlahnya terbatas Untuk dapat merencanakan proyek yang efektif harus mempertimbangkan banyak aspek yang secara bersama-sama menentukan berbagai keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman investasi tertentu. Seluruh aspek-aspek ini saling berhubungan, suatu putusan mengenai suatu aspek akan mempengaruhi putusan- putusan terhadap aspek-aspek lainnya. Siregar, A.R. Dkk, 2000 Return Of Investment ROI merupakan analisa untuk mengetahui tingkat keuntungan usaha sehubungan dengan modal yang digunakan. Besar kecilnya ROI ditentukan oleh tingkat perputaran modal dan keuntungan bersih yang dicapai. ROI = Pendapatan Bersih Net Income Total Aset Modal x 100 Semakin besar keuntungan yang diterima maka semakin besar tingkat pengembalian modal, dan sebaliknya. Kelayakan usaha diketahui dengan membandingkan ROI dengan tingkat suku bunga pinjaman. Suatu usaha dikatakan layak apabila ROI lebih besar dari tingkat suku bunga pinjaman dan tidak layak apabila ROI lebih kecil dari tingkat suku bunga pinjaman. Soekartawi, 1993 Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang, 2010. Proses penyusunan perencanaan strategis melalui tiga tahap, yaitu : 1. Tahap pengumpulan data. 2. Tahap analisis. 3. Tahap pengambilan keputusan. Tahap pengumpulan data ini pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan pengumpulan data, tetapi juga suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra analisis. Data dibedakan menjadi dua yaitu data eksternal dan data internal yang diperoleh dari dalam perusahaan, model yang dapat digunakan pada tahap ini yaitu : - Matriks faktor strategi eksternal. - Matriks faktor strategi internal. Soepeno, B. 1997 Tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua informasi tersebut dalam model-model kuantitatif perumusan strategi. Model yang digunakan adalah matriks SWOT Strength, weakness, opportunity, treaths . Matriks ini menggambarkan dengan jelas peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi oleh perusahaan dan disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini menghasilkan empat sel alternative strategis, yaitu : 1. Strategi SO Strength-Opportunity Strategi berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. 2. Strategi ST Strength-Treaths Strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman. Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang, 2010. 3. Strategi WO Weakness-Opportunity strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. 4. Strategi WT Weakness-Treaths Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive bertahan dan meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. Gambar 1 : diagram matriks SWOT IFAS EFAS Strength S Kekuatan Weakness W Kelemahan Opportunity O Peluang Strategi SO Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang. Strategi WO Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang. Treaths T Ancaman Strategi ST Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman Strategi WT Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman Keterangan : Opportunity O : Tentukan 5-10 faktor peluang eksternal Treaths T : Tentukan 5-10 faktor peluang internal Purnomo Arbi : Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang, 2010. Strength S : Tentukan 5-10 faktor-faktor kekuatan eksternal Weakness W : Tentukan 5-10 faktor-faktor kekuatan internal Tahap akhir analisis kasus adalah memformulasikan keputusan yang akan diambil. Keputusan didasarkan atas justifikasi yang dibuat secara kualitatif maupun kuantitatif, terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dengan penggunaan model tercanggih maupun tradisional. Keputusan yang berbobot hanya dapat dibuktikan oleh waktu. Artinya keputusan yang akan diambil akan benar-benar terbukti setelah periode waktu tertentu. Beberapa hal yang ikut membantu kemungkinan perbaikan periode prospek suatu produk antara lain : kamampuan produsen untuk memenuhi permintaan pasar, jenis komoditi yang sesuai dengan keinginan konsumen, kemapuan memenuhi mutu sesuai keinginan pasar, menyadiakan komoditi yang sesuai dengan permintaan, ketetapan dalam pengiriman dan tingkat harga yang sesuai Soekartawi, 1993

2.3. Kerangka Pemikiran