Sistem Usaha Ternak Sapi Potong Dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus : Desa Cinta Rakyat, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang)

(1)

SISTEM USAHA TERNAK SAPI POTONG DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA

(Studi Kasus : Desa Cinta Rakyat, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang)

MAYANG DAMAYANTI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N


(2)

SISTEM USAHA TERNAK SAPI POTONG DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA

(Studi Kasus : Desa Cinta Rakyat, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

MAYANG DAMAYANTI 050309036

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanain

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N


(3)

Judul Skripsi : Sistem Usaha Ternak Sapi Potong dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus : Desa Cinta Rakyat, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang)

Nama : Mayang Damayanti Nim : 050309036

Departemen : Agribisnis

Program Studi : Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

Ir.AT. Hutajulu, MS

NIP. 194606181980032001 NIP. 1972111819980220012 Emalisa SP.M,Si

Mengetahui,

Ketua Departemen Agribisnis

NIP . 132 005 055 Ir. Luhut Sihombing, MP


(4)

RINGKASAN

MAYANG DAMAYANTI (050309036), dengan judul “SISTEM USAHA TERNAK SAPI POTONG DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA” (di Desa Cinta Rakyat, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini dibimbing oleh ibu Ir. A. T. Hutajulu, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Emalisa, SP, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk: mengetahui pelaksanaan sistem pemeliharaan ternak sapi potong di daerah penelitian, untuk mengetahui besar pendapatan usaha ternak sapi potong di daerah penelitian, untuk mengetahui besar kontribusi usaha ternak sapi potong terhadap pendapatan keluarga, untuk mengetahui kendala yang ada dalam menjalankan usaha ternak sapi potong di daerah penelitian dan untuk mengetahui solusi yang dilakukan dalam penyelesaian kendala – kendala tersebut di daerah penelitian.

Metode penentuan daerah penelitian yang digunakan adalah secara purposive karena dari kegiatan pra survey menunjukkan bahwa daerah tersebut masih berpotensi tinggi sebagai produsen sapi potong. Sampel dalam penelitian ini adalah 22 orang peternak yang mengikuti kelompok ternak di daerah penelitian, seluruh metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif.

Adapun yang menjadi hasil dari penelitian ini adalah : Sistem pemeliharaan usaha ternak sapi potong di daerah penelitian masih tergolong sederhana atau tradisional (ekstensif), rataan pendapatan bersih usaha ternak sapi potong adalah Rp. 22.573.523 per peternak / tahun, kontribusi pendapatan dari usaha ternak sapi potong terhadap pendapatan keluarga adalah lebih besar dari 30 % yakni sebesar 69,3 %, masalah-masalah yang dihadapi oleh peternak sapi potong di daerah penelitian pada umumnya adalah kurangnya pengetahuan masyarakat tentang sistem pemeliharaan ternak sapi potong yang lebih baik (intensif) dan kurang tersedianya modal untuk meningkatkan sistem usaha ternak sapi potong tersebut, upaya-upaya yang dilakukan oleh peternak dalam mengatasi masalah yang dihadapi oleh peternak sapi potong adalah mengadakan kerjasama dengan peternak sapi potong lainnya dalam bentuk kelompok usaha ternak agar dapat diskusi untuk memecahkan setiap masalah yang dihadapi oleh peternak sapi potong tersebut.


(5)

RIWAYAT HIDUP

Mayang Damayanti dilahirkan di Lhokseumawe, 23 Maret 1987 sebagai anak keempat dari Bapak M. Noer Hati dan Ibu Sudareni.

Pendidikan yang pernah penulis tempuh adalah :

1. Sekolah Dasar (SD) Tahun 1993 – 1999 di SD Negeri 1 Cunda Lhokseumawe.

2. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Tahun 1999 – 2002 di Pondok Pesantren Al-Kautsar Al-Akbar Medan.

3. Sekolah Menengah Atas (SMA) Tahun 2002 – 2005 di SMA Negeri 6 Medan.

4. Tahun 2005 diterima di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan melalui jalur SPMB.

5. Pada bulan Juni – Juli 2009, penulis mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa mbinanga, Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi.

6. Pada bulan Desember 2009 – Februari 2010 penulis melaksanakan penelitian skripsi di Desa Cinta Rakyat, Kecamatan Percut Sei Tuan dan Kabupaten Deli Serdang.

Selama perkuliahan penulis pernah mengikuti Organisasi Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP) dan Forum Silaturahmi Mahasiswa Muslim Sosial Ekonomi Pertanian (FSMMSEP) pada Tahun 2005 sampai sekarang.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul skripsi ini adalah “Sistem Usaha Ternak Sapi Potong dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga”. Penelitian ini dilakukan di desa Cinta Rakyat, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.

Pada Kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada Ibu Ir.A.T.Hutajulu, MS selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Emalisa, SP, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan

motivasi, arahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik, juga kepada Bapak Tumiadi selaku Ketua Kelompok Ternak Desa Cinta Rakyat atas informas dan bantuannya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, kepada Bapak Ir.Luhut Sihombing, MP selaku Ketua Departemen Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Sumatera Utara, kepada seluruh staf pengajar dan pegawai di Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Kepada seluruh instansi dan para responden yang terkait dalam penelitian ini atas bantuannya selama penulis mengambil data penelitian.

Segala hormat dan terima kasih yang setulus-tulusnya secara khusus penulis ucapkan kepada yang tercinta Ayahanda M. Noer Hati dan Ibunda Sudareni serta abang - abangku Awaluddin Noer, Noerizky dan Andi Afriadi Noer untuk doa dan semangat yang diberikan dengan tulus. Terima kasih juga penulis ucapkan buat yang terkasih Kakanda Sahreza Nasution untuk doa, dukungan dan semangatnya yang tulus selama ini dan teman-teman Sosial Ekonomi Pertanian stambuk 2005 yang tidak dapat penulis sebutkan satu


(7)

persatu. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dengan harapan skripsi ini dapat berguna untuk kita semua.

Medan, Juni 2010


(8)

DAFTAR ISI

RINGKASAN ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN... vii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Identifikasi Masalah ... 6

Tujuan Penelitian ... 6

Kegunaan Penelitian ... 6

Hipotesis Penelitian ... 6

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka ... 7

Landasan Teori ... 11

Kerangka Pemikiran ... 14

METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 19

Metode Pengambilan Sampel ... 19

Metode Pengumpulan Data... 20

Metode Analisis Data ... 20

Defenisi dan Batasan Operasional ... 22

Defenisi... 22

Batasan Operasional ... 24

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETERNAK Deskripsi Daerah Penelitian ... 25

Luas Wilayah dan Batasan Desa Cinta Rakyat ... 25

Keadaan Penduduk ... 27

Sarana dan Prasarana ... 28

Karakteristik Sosial Ekonomi Peternak ... 30

HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem Pemeliharaan Usaha Ternak Sapi Potong d Daerah Penelitian ... 32

Pendapatan Usaha Ternak Sapi Potong di Daerah Penelitian ... 39

Kontibusi Usaha Ternak Sapi Potong Terhadap Pendapatan Keluarga... 42

Masalah-masalah yang Dihadapi Peternak Sapi Potong di Daerah Penelitian... 44


(9)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 49 Saran ... 50 DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR TABEL

No Judul Tabel Hal

1. Spesifikasi pengumpulan data... 20 2. Jenis penggunaan lahan di desa Cinta Rakyat tahun 2008... 26 3. Keadaan penduduk di desa Cinta Rakyat tahun 2008... 27 4. Distribusi penduduk menurut jenis mata pencaharian di desa penelitian

tahun 2008... 27 5. Sarana dan prasarana di desa Cinta Rakyat tahun 2008... 28 6. Karakteristik peternak sampel di desa Cinta Rakyat tahun 2008... 30

7 . Rata – rata biaya produksi usaha ternak sapi potong (Rp/tahun/peternak)…...

39 8. Rata – rata penerimaan pada usaha ternak sapi potong pada daerah

penelitian(Rp/tahun/peternak)……….. 41 9. Rata – rata pendapatan bersih usaha ternak sapi potong(Rp/tahun/peternak).. 42

10.

Kontribusi pendapatan usaha ternak sapi potong terhadap pendapatan keluarga di desa penelitian tahun 2009………... 43


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Gambar Hal.


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Lampiran Hal

1. Perkembangan populasi ternak sapi potong menurut kabupaten/kota di Sumatera

Utara mulai tahun 2004-2008………. 4

2. Jumlah sapi potong di kabupaten Deli Serdang per kecamatan 2008... 4

3. Jumlah Sapi Potong di kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2008... 4

4. Karakteristik peternak sampel tahun 2009... 30

5. Biaya kandang dan penyusutan kandang (per tahun)……….. 39

6. Biaya obat – obatan pada usaha ternak sapi potong (per tahun)... 39

7. Penerimaan usaha ternak dari kotoran ternak sapi potong (per bulan)……… 41

8. Penerimaan usaha ternak sapi potong dari penjualan kotoran sapi potong (per tahun)……… 41

9. Penerimaan usaha ternak sapi potong dari penjualan ternak sapi potong (Juli 2008 – Juli 2009)... 41

10. Keadaan pada awal tahun (Juli 2008 – Juli 2009)... 41

11. Keadaan ternak sapi potong pada akhir tahun (Juli 2008 – Juli 2009)... 41

12. Penerimaan usaha ternak sapi potong dari pertambahan nilai ternak sapi potong (per tahun)………... 41

13. Penerimaan usaha ternak sapi potong (per tahun)……….. 41

14 Pendapatan bersih usaha ternak sapi potong (per tahun)... 42

15. Produksi usahatani padi (Pendapatan non usaha ternak) per tahun... 43

16. Kontribusi usaha ternak sapi potong terhadap pendapatan keluarga……….. 43

17. Spesifikasi masalah yang dihadapi peternak sapi potong di daerah penelitian, tahun 2009……… 46

18. Spesifikasi upaya masalah yang dilakukan peternak sapi potong di daerah penelitian, tahun 2009……… 47


(13)

RINGKASAN

MAYANG DAMAYANTI (050309036), dengan judul “SISTEM USAHA TERNAK SAPI POTONG DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA” (di Desa Cinta Rakyat, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini dibimbing oleh ibu Ir. A. T. Hutajulu, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Emalisa, SP, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk: mengetahui pelaksanaan sistem pemeliharaan ternak sapi potong di daerah penelitian, untuk mengetahui besar pendapatan usaha ternak sapi potong di daerah penelitian, untuk mengetahui besar kontribusi usaha ternak sapi potong terhadap pendapatan keluarga, untuk mengetahui kendala yang ada dalam menjalankan usaha ternak sapi potong di daerah penelitian dan untuk mengetahui solusi yang dilakukan dalam penyelesaian kendala – kendala tersebut di daerah penelitian.

Metode penentuan daerah penelitian yang digunakan adalah secara purposive karena dari kegiatan pra survey menunjukkan bahwa daerah tersebut masih berpotensi tinggi sebagai produsen sapi potong. Sampel dalam penelitian ini adalah 22 orang peternak yang mengikuti kelompok ternak di daerah penelitian, seluruh metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif.

Adapun yang menjadi hasil dari penelitian ini adalah : Sistem pemeliharaan usaha ternak sapi potong di daerah penelitian masih tergolong sederhana atau tradisional (ekstensif), rataan pendapatan bersih usaha ternak sapi potong adalah Rp. 22.573.523 per peternak / tahun, kontribusi pendapatan dari usaha ternak sapi potong terhadap pendapatan keluarga adalah lebih besar dari 30 % yakni sebesar 69,3 %, masalah-masalah yang dihadapi oleh peternak sapi potong di daerah penelitian pada umumnya adalah kurangnya pengetahuan masyarakat tentang sistem pemeliharaan ternak sapi potong yang lebih baik (intensif) dan kurang tersedianya modal untuk meningkatkan sistem usaha ternak sapi potong tersebut, upaya-upaya yang dilakukan oleh peternak dalam mengatasi masalah yang dihadapi oleh peternak sapi potong adalah mengadakan kerjasama dengan peternak sapi potong lainnya dalam bentuk kelompok usaha ternak agar dapat diskusi untuk memecahkan setiap masalah yang dihadapi oleh peternak sapi potong tersebut.


(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peternakan di Indonesia sejak zaman kemerdekaan sampai saat ini sudah semakin berkembang dan telah mencapai kemajuan yang cukup pesat. Sebenarnya, perkembangan kearah komersial sudah ditata sejak puluhan tahun yang lalu, bahkan pada saat ini peternakan di Indonesia sudah banyak yang berskala industri. Perkembangan ini tentu saja harus diimbangi dengan pengelolaan yang profesional dan disertai dengan tata laksana yang baik. Tanpa pengelolaan dan tata laksana yang baik, produksi ternak yang akan dihasilkan tidak akan sesuai dengan harapan, bahkan peternak bisa mengalami kerugian yang cukup besar (AAK, 1991).

Usaha ternak merupakan suatu proses mengkombinasikan faktor – faktor produksi berupa lahan, ternak, tenaga kerja, dan juga modal untuk menghasilkan produk peternakan. Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga unsur yaitu bibit, pakan, dan manajemen atau pengelolaan. Manajemen mencakup pengelolaan perkawinan, pemberian pakan, perkandangan, dan kesehatan ternak. Manajemen juga mencakup penanganan hasil ternak, pemasaran, dan pengaturan tenaga kerja (Santoso, 2001).

Usaha ternak juga merupakan suatu kegiatan peternakan dimana peternak dan keluarganya melakukan pemeliharaan ternak yang bertujuan memperoleh hasil dan pendapatan, sedangkan sistem usaha ternak sapi potong adalah suatu sistem usaha yang terdiri dari komponen – komponen yang saling berkaitan terhadap usaha pemeliharaan sapi potong. Peternak memilih mengusahakan ternak sapi dengan beberapa tujuan. Bagi peternak, ternak sapi berfungsi sebagai sumber pendapatan, protein hewani, dan tenaga kerja serta penghasil pupuk. Fungsi lain adalah sebagai penghasil bibit dan tabungan. Besarnya


(15)

kontribusi ternak sapi terhadap pendapatan bergantung pada jenis sapi yang dipelihara, cara pemeliharaan, dan alokasi sumber daya yang tersedia di masing – masing wilayah.

Namun, pemeliharaan ternak secara ekstensif (tradisional) menyebabkan produktivitasnya rendah sehingga pendapatan juga menjadi rendah. Sapi merupakan hewan yang potensial dan secara genetik mempunyai kemampuan adaptasi tinggi terhadap lingkungan tropis. Produktivitas ternak dapat ditingkatkan dengan memperbaiki efesiensi produksi, antara lain meningkatkan kelahiran pedet, memperpendek jarak beranak, memperpanjang masa produksi, serta mengoptimalkan pengelolaan perkawinan guna menyediakan bakalan (Santoso, 1997).

Usaha ternak sapi potong merupakan usaha yang saat ini banyak dipilih rakyat untuk dibudidayakan. Kemudahan dalam melakukan budidaya serta kemampuan ternak untuk mengkonsumsi limbah pertanian menjadi pilihan utama. Sebagian besar skala kepemilikan sapi potong di tingkat rakyat masih kecil yaitu antara 5 sampai 10 ekor. Hal ini dikarenakan usaha ternak yang dijalankan oleh rakyat umumnya hanya dijadikan sampingan yang sewaktu – waktu dapat digunakan jika petani peternak memerlukan uang dalam jumlah tertentu ( Y.B. Sugeng, 1992)

Pada sistem pemeliharaan yang kurang baik umumnya peternak memberikan pakan yang tidak menentu, peternak umumnya tidak mengerti nilai padang penggembalaan dan peternak biasanya tidak mengusahakan lahan yang cukup untuk memungkinkan peternak menanam tanaman khusus sebagai pakan ternak, sapi – sapi dibiarkan merumput mencari makan pada semak – semak. Mereka mungkin diberi berbagai konsentrat sisa pabrik seperti dedak padi, tetapi pada banyak negara, makanan seperti itu diberikan untuk makanan ayam. Padahal sistem pemeliharaan yang baik akan memberikan hasil produksi yang jauh lebih baik pula (Bambang, 1990).


(16)

Usaha peternakan sapi potong didominasi oleh peternakan rakyat yang berskala kecil. Peternakan bukanlah suatu hal yang jarang dilaksanakan. Hanya saja skala pengelolaanya masih merupakan usaha sampingan yang tidak diimbangi dengan permodalan dan pengelolaan yang memadai. Hampir semua rumah tangga (terutama di pedesaan) yang mengusahakan ternak sebagai bagian kegiatan sehari – hari (Siregar, 1996).

Pengembangan sapi potong sebagai salah satu ternak potong yang masih banyak mengalami hambatan karena pemeliharaannya. Pemeliharaan sapi potong yang masih tradisional jelas kurang menguntungkan karena tidak diharapkan berproduksi secara maksimal, hal ini disebabkan karena tidak adanya pengaawasan yang baik tentang makanan, pemberian pakannya hanya sekedarnya, tanpa mempehitungkan kebutuhan standar gizi, bahkan seing dijumpai sapi potong dilepas begitu saja untuk mencari makanan sendiri, tata laksana pemeliharaannya juga tidak terprogram dengan baik dan kandangnya hanya dibuat sekedar untuk tempat berlindung dari teriknya matahari diwaktu siang dan udara yang dingin diwaktu malam (Santoso, 2008).

Peternak sapi potong merupakan orang yang mengusahakan ternak sapi dimulai dari pemeliharaan bibit hingga sapi tersebut dewasa dan siap untuk dijual pada konsumen. Usaha ternak sapi potong secara langsung berpengaruh terhadap pendapatan keluarga, karena pendapatan yang diperoleh dari usaha ternak sapi potong dapat memberikan kontribusi yang cukup baik terhadap pendapatan keluarga, dimana kontribusi pendapatan keluarga adalah seberapa besar kontribusi atau sumbangan pendapatan bersih usaha ternak sapi potong terhadap pendapatan keluarga sedangkan pendapatan bersih adalah selisih antara total penerimaan dengan total biaya usaha ternak sapi tersebut (Anonimous, 2010)

Jumlah populasi sapi potong di Sumatera Utara yang tertinggi adalah di kabupaten Langkat yaitu sebanyak 88.838 ekor dari jumlah populasi sapi potong di Sumatera Utara,


(17)

dimana kabupaten Deli Serdang berada di urutan ke 7 sebagai salah satu daerah yang memiliki populasi sapi potong sebanyak 23.188 ekor dapat dilihat pada lampiran 1 (terlampir). Salah satu kecamatan di Kabupaten Deli Serdang provinsi Sumatera Utara yang mempunyai populasi ternak sapi potong yang cukup tinggi setelah Kecamatan Hamparan Perak adalah kecamatan Percut Sei Tuan yaitu sebesar 3280 ekor (lampiran 2) dan desa Cinta rakyat memiliki jumlah ternak sapi potong yang terbesar yakni 385 ekor dari jumlah populasi ternak sapi potong yang ada di kecamatan Percut Sei Tuan. Sebagaimana dapat dilihat pada lampiran 3 (terlampir).

Penelitian ini dilakukan di daerah Kabupaten Deli Serdang, tepatnya di Desa Cinta Rakyat, Kecamatan Percut sei Tuan karena dari hasil kegiatan pra survei dapat dilihat bahwa potensi daerah tersebut masih cukup baik sebagai produsen sapi potong, tetapi dari lampiran 1 jumlah populasi di Kabupaten Deli Serdang mengalami penurunan setiap tahunnya. Keadaan tersebut yang menjadi fokus penelitian yaitu bagaimana sistem usaha ternak sapi potong yang telah dilaksanakan di daerah tersebut sehingga berpengaruh terhadap jumlah populasi sapi potong yang dihasilkan.

Pada kabupaten Deli serdang, khususnya di desa Cinta rakyat kecamatan Percut sei tuan, usaha ternak sapi potong yang dilakukan oleh masyarakat peternak di daerah tersebut sebagian besar merupakan sebagai mata pencaharian sampingan peternak, dimana usaha utamanya adalah bertani, usaha dagang, berkebun dan berbagai usaha lainnya, padahal dengan menerapkan sistem usaha ternak yang baik dapat memberikan hasil produksi yang baik pula.

Sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa usaha ternak sapi potong juga dapat memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pendapatan keluarga dalam memenuhi kebutuhan ekonomi serta kesejahteraan keluarga, tetapi dengan masih dilakukannya sistem


(18)

usaha ternak sapi potong secara tradisional, maka hal tersebut dapat mempengaruhi produktivitas ternak sapi potong tersebut.

Oleh karena itu, selain untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan sistem usaha ternak sapi potong yang telah dilaksanakan oleh peternak, kontribusi usaha tersebut terhadap pendapatan keluarga peternak juga menjadi fokus perhatian dari penelitian ini.

Identifikasi Masalah

Masalah – masalah dalam penelitian adalah bagaimana pelaksanaan sistem pemeliharaan ternak sapi potong, berapa besar pendapatan usaha ternak sapi potong, berapa besar kontribusi usaha ternak sapi potong terhadap pendapatan keluarga, apa kendala yang dihadapi dalam menjalankan usaha ternak sapi potong, dan solusi yang dapat dilakukan dalam penyelesaian kendala yang ada dalam menjalankan usaha ternak sapi potong di daerah penelitian.

Tujuan Penelitian

Mengetahui pelaksanaan sistem pemeliharaan ternak sapi potong, besar pendapatan usaha ternak sapi potong, besar kontribusi usaha ternak sapi potong terhadap pendapatan keluarga, kendala yang ada dalam menjalankan usaha ternak sapi potong dan solusi yang dilakukan dalam penyelesaian kendala – kendala tersebut di daerah penelitian.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyusunan skripsi yang menjadi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan, dan diharapkan dapat pula berguna untuk pihak – pihak yang berkepentingan dalam usaha ternak sapi potong


(19)

Hipotesis Penelitian

Usaha ternak sapi potong memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap total pendapatan keluarga


(20)

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka

Sapi adalah hewan ternak terpenting dari jenis – jenis hewan ternak yang dipelihara manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia lainnya. Ternak sapi menghasilkan sekitar 50 % kebutuhan daging di dunia, 95 % kebutuhan susu, dan kulitnya menghasilkan sekitar 85 % kebutuhan kulit untuk sepatu. Sapi potong adalah salah satu genus dari famili Bovidae. Ternak atau hewan – hewan lainnya yang termasuk famili ini adalah bison, banteng (bibos), kerbau (babalus), kerbau Afrika (Syncherus), dan anoa (Abidin Zainal, 2002).

Sapi potong asli Indonesia adalah sapi potong yang sejak dahulu kala sudah terdapat di Indonesia, sedangkan sapi local adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia, tetapi sudah berkembang biak dan dibudidayakan lama sekali di Indonesia, sehingga telah mempunyai ciri khas tertentu. Bangsa sapi potong asli Indonesia hanya sapi Bali (Bos Sondaicus), sedangkan yang termasuk sapi local adalah sapi Madura dan sapi Sumba Ongole (SO) (Anonimous, 2010).

Memelihara sapi sangat menguntungkan, karena tidak hanya menghasilkan daging atau susu, tetapi juga menghasilkan pupuk kandang dan sebagai potensi tenaga kerja. Sapi potong sebagai penghasil daging, persentase karkas (bagian yang dapat dimakan) cukup tinggi, yaitu berkisar antara 45% - 55% yang dapat dijual pada umur 4-5 tahun (Rianto dan Purbowati, 2006).

Dewasa ini terdapat banyak bangsa sapi yang jumlahnya cukup banyak. Sehubungan dengan itu, peternak yang maju pasti akan selalu mengikuti perkembangan dunia peternakan, khususnya perkembangan bangsa sapi potong. Usaha peternakan sapi


(21)

potong mayoritas masih dilakukan dengan pola tradisional dan skala usaha sambilan. Hal ini disebabkan oleh besarnya investasi jika dilakukan secara besar dan modern, dengan skala usaha kecilpun akan mendapatkan keuntungan yang baik jika dilakukan dengan prinsip budidaya modern (Basya Sori, 2009).

Usaha ternak sapi secara tradisional dikelola petani – peternak dan anggota keluarganya secara sederhana dan menjadi tumpuan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Pengembangan usaha ternak sapi sebagai usaha keluarga dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling terkait, antara lain pendidikan, penggunaan input, pemasaran, kredit, kebijakan, perencanaan, penyuluhan, dan penelitian. Sebagai ciri dari suatu usaha produksi yang belum maju adalah cara seorang pengusaha atau peternak mengadakan perhitungan biaya dalam perusahaannya serta dalam memanfaatkan produksi ternaknya (Samad, 1981).

Ternak sapi dapat memberikan manfaat yang lebih luas dan bernilai ekonomis lebih besar daripada ternak lain. Beberapa manfaat sapi dapat dipaparkan dibawah ini karena bernilai ekonomi yang tinggi, yaitu sebagai berikut

1. Sapi merupakan salah satu ternak yang berhubungan dengan kebudayaan masyarakat, misalnya sapi untuk keperluan sesaji, sebagai ternak karapan di Madura, dan sebagai ukuran martabat manusia dalam masyarakat (social standing).

2. Sapi sebagai tabungan para petani di desa – desa pada umumnya telah terbiasa bahwa pada saat – saat panen mereka menjual hasil panenan, kemudian membeli beberapa ekor sapi. Sapi – sapi tersebut pada masa paceklik atau pada berbagai keperluan bisa dilepas atau dijual lagi.

3. Mutu dan harga daging atau kulit menduduki peringkat atas bila dibanding daging atau kulit kerbau, apalagi kuda.


(22)

4. Memberikan kesempatan kerja, banyak usaha ternak sapi di Indonesia yang bisa dan mampu menampung tenaga kerja cukup banyak sehingga bisa menghidupi banyak keluarga pula.

5. Hasil ikutannya masih sangat berguna, seperti kotoran bagi usaha pertanian, tulang – tulang bisa digiling untuk tepung tulang sebagai bahan baku mineral atau dibuat lem, darah bisa direbus, dikeringkan, dan digiling menjadi tepung darah yang sangat bermanfaat bagi hewan unggas dan lain sebagainya, serta kulit bisa dipergunakan dalam berbagai maksud di bidang kesenian, pabrik dan lain – lain.

(Sugeng, 2008).

Tetapi pada kenyataannya, risiko kerugian pada ternak sapi potong juga lebih besar dibandingkan pada ternak kecil lainnya apabila tata laksana pemeliharaannya tidak dapat berjalan dan dilakukan dengan baik. Hal ini dapat dimengerti karena keadaan – keadaan sebagai berikut :

a. Harga seekor ternak sapi lebih mahal daripada harga seekor jenis ternak lainnya. Oleh karena itu, apabila terjadi kematian atau ada sapi yang sakit akan menyebabkan kerugian yang besar.

b. Produksi anak yang dihasilkan per tahun rata – rata hanya satu ekor dari seekor induk produktif.

c. Tenaga ternak sapi lebih besar sehingga kerusakan yang mungkin akan ditimbulkan pun akan lebih besar pula.

d. Waktu pemeliharaan dan masa produksi memerlukan waktu yang relatif lama.

Dengan demikian, hadirnya tenaga pengelola peternakan sapi yang terampil dengan pemahaman berbagai aspek teoritis tata laksananya sangat dibutuhkan dan mempunyai peranan yang penting bagi kelangsungan usaha ternak sapi potong. Tujuan utama


(23)

pemeliharaan sapi potong adalah untuk menghasilkan daging. Sapi dipelihara dengan baik, setelah tumbuh besar dan gemuk dapat langsung dijual atau disembelih dahulu kemudian dijual dalam bentuk daging (Suharsono dan Nazaruddin, 2006).

Oleh karena itu, keberhasilan pemeliharaan sapi ini sangat ditentukan oleh kualitas sapi bakalan atau bibit yang dipilih serta sistem usaha dan pemeliharaan ternak sapi potong yang dikelola oleh peternak tersebut yang meliputi seleksi jenis bibit, sistem perkandangan, pemberian pakan hijau, pemberian air minum, kebersihan ternak sapi potong dan kandang serta pemberian obat - obatan (Santoso, 2008)

Adapun jenis - jenis sapi yang terdapat di Indonesia antara lain adalah sapi bali, sapi madura, sapi ongole, sapi american brahman dan sapi australia. Di daerah penelitian, jenis sapi yang banyak diternak adalah jenis sapi rambon atau jenis sapi lokal. Pada saat kurban tepatnya pada saat Hari Raya umat muslim, permintaan ternak sapi di daerah tersebut sangat meningkat, tetapi hasil produksi ternak sapi belum dapat memenuhi akan permintaan tersebut, karena di daerah tersebut jumlah ternak yang dimiliki masih sangat terbatas. Sehingga para peternak di daerah tersebut banyak yang memperoleh bakalan (bibit) sapi dari daerah – daerah luar seperti di daerah Sawit Sebrang dan daerah lainnya.

Landasan teori

Sistem pemeliharaan usaha ternak sapi potong merupakan sistem pemeliharaan ternak sapi potong yang berupaya untuk memanfaatkan sumberdaya sebaik mungkin. Dimana sistem adalah kumpulan hal atau komponen – komponen yang tersusun dalam suatu tatanan yang mempunyai keterkaitan yang teratur dari bagian – bagiannya dan diorganisir untuk mencapai tujuan tertentu. Usaha ternak adalah kegiatan atau usaha dimana peternak dan keluarganya memelihara suatu ternak yang bertujuan memperoleh hasil atau pendapatan.


(24)

Untuk menjaga kelangsungan hidup ternak sapi yang sehat dan berpertumbuhan yang baik, kita harus memelihara dan merawat ternak sapi itu dengan baik pula (AAK, 1991).

Dalam hal ini, setiap peternak pasti telah memiliki sasaran dan tujuan tertentu yang hendak dicapai. Misalnya, peternak sapi kerja memelihara sapi untuk memperoleh tenaga kerja yang tangguh, peternak sapi perah menginginkan produksi susu yang volume dan mutunya baik, dan peternak sapi potong menginginkan hasil akhir berupa daging atau karkas yang persentase dan mutunya bagus. Agar usaha tersebut bisa tercapai, ternak sapi harus dirawat dengan baik (Susilorini, 2009).

Untuk memperoleh sukses, peternak harus bisa melewati setiap tahap pemeliharaan dengan selamat. Semua sapi yang diusahakan harus bisa mencapai kondisi yang sehat. Sebab hanya sapi yang sehatlah yang bisa mempertahankan kelangsungan pertumbuhan. Kesehatan sapi potong bisa dicapai dengan tindakan sanitasi lingkungan, vaksinasi, pemberian pakan, dan teknis yang tepat (Anonimuos, 2010).

Salah satu sistem usaha ternak sapi potong yang masih banyak dilakukan di daerah – daerah di Indonesia adalah secara ekstensif (tradisional), yaitu dengan cara sapi – sapi tersebut dilepaskan di padang penggembalaan dan digembalakan sepanjang hari untuk mencari makan, mulai siang sampai sore hari. Selanjutnya ternak tersebut di giring ke kandang terbuka, yakni kandang tanpa atap ataupun kandang beratap. Di dalam kandang, sapi tidak diberi pakan tambahan lagi. Peternak sistem tradisional adalah peternak yang dalam tata pelaksanaan usahataninya tidak terprogram, kandangnya hanya dibuat sekedar untuk tempat berlindung dari teriknya matahari diwaktu siang dan udara yang dingin di waktu malam, dalam pengembalaannya sapi potong hanya dilepas di lapangan atau padang rumput (Sugeng, 2008).


(25)

Keberhasilan usaha ternak dimulai dari awal yaitu penentuan tujuan yang diinginkan karena segala kegiatan harus mengarah pada tujuan – tujuan tersebut. Namun demikian seringkali peternak karena kesibukannya tidak menganggap terlalu penting penentuan tujuan tersebut. Peternak menganggap mengelola usaha ternak adalah kewajiban dan pekerjaan sehari – hari yang dari dulu hingga saat ini hanya begitu – begitu saja, tidak berubah dan tanpa tujuan yang jelas, dengan demikian untuk mengukur keberhasilan atau

pendapatan yang diperoleh di kemudian hari akan mengalami kesulitan (Bambang, A. M, 1990).

Usaha apapun yang dilakukan dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar – besarnya. Dalam hal ini termasuk pada usaha ternak sapi potong. Suatu usaha dikatakan untung jika jumlah pendapatan yang diperoleh lebih besar dari total pengeluaran. Sebaliknya jika perolehan pendapatan yang diperoleh lebih rendah daripada pengeluaran berarti usaha itu mengalami kerugian (Suratiyah, 2008).

Pendapatan kotor suatu usaha didefinisikan sebagai nilai produk total usaha dalam jangka waktu tertentu atau ukuran hasil perolehan total sumber daya yang digunakan dalam usaha tersebut, sedangkan pendapatan bersih (Net income) adalah pendapatan kotor usaha dikurangi total biaya, dimana biaya usaha adalah seluruh pengeluaran yang terjadi dalam perusahaan dalam jangka waktu tertentu biasanya ditetapkan dalam dua belas bulan atau dapat dikatakan juga biaya adalah semua pengeluaran yang dinyatakan dengan uang yang

diperlukan untuk menghasilkan sesuatu produk dalam suatu periode produksi (Soekartawi, 1995).

Dari hasil pendapatan usaha ternak tersebut dapat diperoleh besar kontribusi terhadap pendapatan keluarga, dimana pendapatan keluarga dari usaha ternak adalah pendapatan bersih usaha ternak ditambah dengan nilai input bidang lain yang diusahakan


(26)

sendiri oleh peternak. Kontribusi adalah seberapa besar sumbangan yang diberikan dari hasil usaha ternak terhadap pendapatan keluarga.

Sedangkan total pendapatan keluarga adalah pendapatan keluarga yang berasal dari usaha ternak sapi potong, non usaha ternak sapi potong dan non usaha ternak yang diusahakan. Kontribusi pendapatan usaha ternak sapi yaitu pendapatan yang diterima dari usaha ternak sapi potong dibagi dengan pendapatan keluarga dan dikalikan dengan 100 %. Sehingga dapat diketahui seberapa besar kontribusi usaha ternak sapi potong terhadap pendapatan keluarga.

Oleh karena itu maka, pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya maka dirumuskan sebagai berikut:

Pd = TR-TC Dimana :

Pd = Pendapatan usahatani TR = Total penerimaan TC = Total biaya (Soekartawi, 1995)

Kerangka Pemikiran

Peternak sapi potong merupakan orang yang mengusahakan ternak sapi mulai dari pemeliharaan bibit hingga sapi tersebut siap untuk dijual. Salah satu faktor yang mempengaruhi peningkatan produktivitas sapi potong adalah sistem pemeliharaan usaha ternak yang digunakan oleh peternak. Meningkatnya permintaan daging membuat peluang usaha ternak sapi potong semakin terbuka.


(27)

Namun, peluang tersebut belum bisa dimanfaatkan sepenuhnya oleh para peternak, karena kebanyakan peternak masih mengelola usaha ternak sapi potong mereka secara sederhana atau tradisional. Misalnya seperti pengadaan bibit, perkandangan, pemberian pakan, dan sistem pemeliharaan belum banyak yang menggunakan teknologi modern. Bahkan, dalam usaha pemeliharaan tersebut tanpa dilandasi ilmu pengetahuan yang memadai.

Usaha sapi potong, sebenarnya memiliki peluang yang cukup besar sebagai lapangan kerja, terutama karena melimpahnya limbah pertanian. Tetapi sampai sekarang pada umumnya usaha sapi potong masih banyak yang bersifat tradisional dan dilakukan sebagai usaha sampingan dengan kepemilikan sapi rata – rata sebanyak 5 – 10 ekor. Di Desa Cinta Rakyat , Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang sebagian besar peternak sapi potongnya juga masih menjalankan sistem usaha ternak sapi potong tersebut secara sederhana, tentu saja berbagai hal – hal di dalam sistem usaha ternak dan pemeliharaan tersebut sangat berhubungan erat terhadap tingkat keberhasilan ternak sapi potong yang diusahakan. Dimana keberhasilan suatu peternakan sangat tergantung kepada tata laksana atau pemeliharaan yang dilakukan, tanpa tata laksana yang teratur dan baik, produksi yang akan dihasilkan ternak tidak akan sesuai dengan harapan.

Didalam suatu usaha ternak sapi potong, faktor produksi juga mempunyai peranan yang penting dalam melaksanakan usaha ternak sapi potong tersebut seperti dalam melaksanakan usahatani lainnya. Untuk menghasilkan suatu hasil produksi yang baik diperlukan kerjasama beberapa faktor produksi yang meliputi lahan, modal, tenaga kerja , dan keahlian peternak, tentunya kombinasi faktor – faktor produksi tersebut perlu digunakan secara efisien sehingga dapat memberikan keuntungan yang baik bagi para peternak.


(28)

Dalam pengelolaan usaha ternak sapi potong, setiap peternak menggunakan beberapa faktor produksi (input) dalam usaha ternak tersebut. Salah satu faktor produksi yang dipergunakan adalah lahan. Lahan bagi usaha ternak sapi potong dimanfaatkan untuk tempat pelaksanaan usaha ternak ataupun untuk tempat menggembalakan ternak memperoleh makanan.

Sementara itu faktor produksi lainnya yang dipergunakan adalah modal dan tenaga kerja yang juga mempunyai peranan yang penting. Modal dalam usahatani biasanya diperoleh dari modal sendiri atau oranglain, modal dipergunakan untuk pembiayaan usaha ternak seperti pembuatan kandang, pembelian bibit ternak, obat – obatan, pakan tambahan , peralatan dan upah tenaga kerja. Sedangkan tenaga kerja dalam menjalankan usaha ternak lebih banyak menggunakan tenaga kerja dalam keluarga, yang kebanyakan digunakan untuk menyabit rumput, membersihkan kandang, memandikan ternak sapi potong dan lain – lain. Penggunaan tenaga kerja dari luar keluarga biasanya untuk menggembalakan ternak sapi potong (mengangon) dan pengobatan sapi potong yang terkena penyakit tertentu dan membantu persalinan ternak sapi potong.

Bagi para peternak, pengetahuan dan keahlian yang baik akan pemeliharaan sapi potong juga sangat berpengaruh terhadap kualitas produksi yang dihasilkan, tentunya apabila hasil produksi usaha yang diperoleh sangat baik, maka akan baik pula pengaruhnya terhadap pendapatan yang diperoleh, sehingga diperkirakan bahwa usaha ternak sapi potong tersebut dapat memberikan kontibusi atau pemasukan yang cukup besar terhadap pendapatan keluarga.

Salah satu faktor yang juga mempengaruhi peningkatan produktivitas sapi potong adalah sistem pemliharaan usaha ternak yang digunakan oleh peternak, yang termasuk dalam sistem pemeliharaan usaha ternak tersebut adalah sistem perkandangan, seleksi jenis bibit,


(29)

pemberian pakan hijau, pemberian pakan konsentrat, pemberian air minum, kebersihan ternak sapi potong dan kandang, serta pemberian obat – obatan. Hal tersebut merupakan faktor utama yang saling menunjang dan saling berhubungan dalam usaha peternakan. Faktor – faktor ini perlu diperhatikan agar ternak yang dihasilkan dapat memenuhi permintaan pasar baik untuk dalam negeri maupun untuk di eksport nantinya.

Sumber pendapatan peternak yang ada di daerah penelitian adalah dari usaha ternak sapi potong dan non usaha ternak. Namun didaerah ini dominan masyarakat mengusahakan ternak sapi potong sebagai usaha sampingan dan non usaha ternak seperti bertani yaitu menanam padi. Hasil yang didapat dari tanaman padi merupakan pendapatan utama bagi keluarga, sedangkan ternak sapi potong hanya sebagai pendapatan sampingan bagi keluarga.

Dalam operasionalisasi usahataninya, peternak akan memperoleh penerimaan dan pendapatan usahatani. Dimana pendapatan usaha ternak sapi potong tersebut diharapkan dapat memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap total pendapatan keluarga.

Untuk lebih jelasnya secara skematis kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :


(30)

Kerangka Pemikiran

→ : Menyatakan hubungan

Gambar 1 . Skema kerangka pemikiran sistem usaha ternak sapi potong dan kontribusinya terhadap pendapatan keluarga

Peternak Sapi Potong

Usaha Ternak Sapi Potong

Pendapatan Keluarga Sistem Usaha Ternak :

•Input: Lahan, Modal, Tenaga kerja serta Keahlian (pengetahuan) •Sistem Pemeliharan

Usaha Non Ternak Sapi potong

Produksi

Pendapatan Usaha Ternak Sapi potong

Pendapatan Usaha Non Ternak Sapi potong


(31)

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penentuan Lokasi

Daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja), yaitu di desa Cinta Rakyat, kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, karena dari kegiatan kunjungan yang sebelumnya telah dilakukan menunjukkan bahwa daerah tersebut masih berpotensi tinggi sebagai produsen sapi potong, tetapi dari data sekunder yang diperoleh (lampiran 1) bahwa jumlah populasi sapi potong di Kabupaten Deli serdang mengalami penurunan setiap tahunnya. Keadaan tersebut yang menjadi fokus penelitian yaitu bagaimana sistem usaha ternak sapi potong yang dijalankan di daerah tersebut dan seberapa besar kontribusinya terhadap pendapatan keluarga peternak.

Metode Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah anggota kelompok peternak sapi yang melakukan usaha ternak sapi potong yang berada di desa Cinta Rakyat, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. Pengambilan sampel untuk penelitian ini dilakukan secara sensus artinya seluruh populasi peternak sapi potong yang mengikuti Kelompok Petani Peternak di desa tersebut dijadikan sampel yaitu sebanyak 22 KK. Usaha ternak ini adalah usaha ternak keluarga dan bukan dikelola oleh perusahaan swasta maupun pemerintah. Dimana total jumlah populasi ternak sapi potong di daerah penelitian sebesar 385 ekor (lampiran 3).


(32)

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari peternak sapi potong melalui metode wawancara dengan menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi atau lembaga - lembaga yang terkait seperti Kantor Camat, Kantor Kepala Desa dan Badan Pusat Statistik. Jenis dan sumber data yang dikumpulkan dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut.

Tabel 1. Spesifikasi pengumpulan data

Jenis data Sumber data Metode dan alat yang digunakan Wawancara Kuesioner Observasi Identifikasi peternak Peternak

Responden

Sistem usaha ternak Peternak Responden

Besar pendapatan usaha ternak sapi potong

Peternak Responden

Masalah-masalah yang dihadapi dan upaya mengatasinya

Peternak Responden

Metode Analisis Data

Untuk tujuan 1 digunakan analisis deskriptif berdasarkan survei dan data yang diperoleh di daerah penelitian, informasi yang dikumpulkan adalah sistem usaha ternak sapi potong mengenai :

- Penyediaan bibit - Sistem perkandangan - Pemberian pakan - Pemberian air minum


(33)

X 100 %

- Jumlah dan jenis pakan konsentrat yang diberikan serta cara pemberiannya - Cara pencegahan dan pengobatan penyakit.

Adapun yang dimaksud dengan penelitian deskriptif disini adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat pencatatan (deskripsi) mengenai situasi – situasi atau kejadian yang terjadi didaerah penelitian kemudian dijabarkan sesuai dengan tujuan penelitian.

Untuk tujuan 2 mengetahui besar pendapatan usaha ternak sapi potong yaitu dengan perhitungan selisih antara penerimaan dan semua biaya maka dirumuskan sebagai berikut:

Pd = TR-TC Dimana :

Pd = Pendapatan Usahatani TR = Total Penerimaan TC = Total Biaya

Untuk hipotesis, dianalisis secara deskriptif yaitu dengan mengetahui besar kontribusi ternak sapi potong terhadap pendapatan keluarga dengan menggunakan rumus perhitungan sebagai berikut :

Kontribusi Pendapatan Usaha Ternak Sapi Potong : Pendapatan Usaha Ternak Sapi Potong Total Pendapatan Keluarga


(34)

Keterangan :

- Apabila kontribusi pendapatan usaha ternak sapi potong > 30 % → kontribusinya besar - Apabila kontribusi pendapatan usahaternak sapi potong < 30 % kontribusinya rendah.

Untuk tujuan 4, dianalisis secara deskriptif yaitu dengan mengumpulkan informasi masalah apa saja yang dihadapi dalam pelaksanaan usaha ternak sapi potong di daerah penelitian, kemudian dijabarkan sesuai dengan tujuan penelitian.

Untuk tujuan 5, dianalisis secara deskriptif yaitu dengan mengetahui upaya apa saja yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan usaha ternak sapi potong, kemudian dijabarkan sesuai dengan tujuan penelitian.

Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman mengenai pengertian tentang istilah – istilah dalam usulan penelitian ini, maka dibuat definisi dan batasan operasional mengenai apa yang akan diteliti sebagai berikut :

Defenisi

1. Peternak sampel adalah peternak yang mengusahakan ternak sapi potong skala rumah tangga yang mengikuti kelompok peternak di Desa Cinta Rakyat, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang

2. Sistem adalah kumpulan hal atau komponen yang tersusun dalam suatu tatanan yang mempunyai keterkaitan yang teratur dari bagian – bagiannya dan diorganisir untuk mencapai tujuan tertentu

3. Usaha ternak adalah kegiatan atau usaha dimana peternak dan keluarganya memelihara ternak yang bertujuan memperoleh hasil dan pendapatan


(35)

4. Sistem usaha ternak sapi potong adalah suatu sistem usaha yang terdiri dari komponen – komponen yang saling berkaitan terhadap usaha pemeliharaan sapi potong dimulai dari pengadaan bibit sampai dengan ternak dapat dipasarkan

5. Usaha non ternak sapi potong adalah usaha utama yang dilakukan peternak diluar usaha ternak sapi potong

6. Sistem pemeliharan ternak adalah sistem pemeliharaan budidaya ternak yang berupaya untuk memanfaatkan sumberdaya sebaik mungkin sehingga diperoleh produksi yang diinginkan

7. Peternak sapi potong adalah individu yang mengusahakan sapi potong skala rumah tangga dari mulai anakan hingga dapat berproduksi

8. Sapi potong adalah ternak sapi pedaging yang siap dijual pada saat masih hidup dengan bobot dan usia tertentu

9. Total pendapatan keluarga adalah total pendapatan yang berasal dari usaha ternak sapi potong dan total pendapatan usaha yang dilakukan diluar usaha ternak sapi potong

10.Pendapatan bersih adalah selisih antara total penerimaan dengan total biaya produksi dalam waktu tertentu

11.Kontribusi adalah seberapa besar sumbangan atau masukan yang diberikan dari hasil pendapatan usaha ternak sapi potong tersebut

12.Kontribusi pendapatan keluarga adalah seberapa besar sumbangan atau masukan pendapatan usaha ternak sapi potong terhadap pendapatan keluarga

13.Hasil produksi sapi potong adalah hasil akhir yang diperoleh dari produksi kegiatan usaha ternak sapi potong.


(36)

Batasan operasional

a. Lokasi penelitian adalah di desa Cinta rakyat, Kecamatan Percut sei tuan, Kabupaten Deli serdang

b. Sampel penelitian adalah peternak perbanyakan sapi potong yang ikut dalam kelompok ternak dan juga sebagai petani yang mengusahakan tanaman padi yang berada di daerah penelitian


(37)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETERNAK SAMPEL

Deskripsi Daerah Penelitian a. Luas dan Letak Geografis

Desa Cinta rakyat adalah salah satu desa yang terletak di kecamatan Percut sei tuan Kabupaten Deli serdang. Desa ini memiliki areal seluas 152,6 Ha, dengan batas – batas wilayah sebagai berikut :

 Sebelah Utara berbatasan dengan desa Percut  Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Saentis  Sebelah Barat berbatasan dengan desa Saentis  Sebelah Timur berbatasan dengan desa Sei Jernih

Jarak desa penelitian dengan ibukota kecamatan sekitar 22 Km sementara jarak desa penelitian dengan ibukota kabupaten sekitar 46 Km dan jarak desa penelitian dengan ibukota provinsi daerah tingkat I Sumatera Utara (Medan) sekitar 20 Km. Desa Penelitian ini terdiri dari 11 dusun.

Desa Cinta rakyat terletak pada ketinggian 11 km dari permukaan laut dengan curah hujan rata – rata 2000 mm/thn. Desa ini bertopografi dataran rendah dengan suhu udara rata – rata 25° C.

b. Penggunaan Lahan

Luas wilayah desa penelitian yakni desa Cinta rakyat menurut fungsinya dapat dibagi menjadi areal perkebunan, perumahan, peternakan, pertanian/sawah dan lapangan


(38)

bola. Untuk lebih jelasnya tabel 2 di bawah ini akan dapat menggambarkan bagaimana sebaran penggunaan lahan di desa Cinta rakyat .

Tabel 2. Jenis penggunaan lahan di desa Cinta Rakyat tahun 2008 No Jenis penggunaan lahan Luas (ha) Persentase (%) 1.

2. 3. 4.

Perkebunan Pertanian / sawah Pemukiman Peternakan

57 40 25,6 30

37,35 26,21 16,78 19,66

Jumlah 152,6 100

Sumber : Data monografi desa penelitian, 2008

Pada Tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa jenis penggunaan lahan untuk perkebunan seluas 57 Ha, sedangkan lahan pertanian/sawah 40 Ha, lahan yang digunakan sebagai pemukiman seluas 25,6 Ha (16,78 %) dan lahan yang digunakan untuk peternakan adalah 30 Ha. Menurut kepala desa Cinta Rakyat, peternakan inilah yang sedang dimanfaatkan dengan sebaik - baiknya karena merupakan investasi yang paling baik terutama bila ada kebutuhan mendadak yang membutuhkan uang, ternaklah yang paling mudah untuk dijual. Keadaan ini sebenarnya menjadi peluang yang besar bagi masyarakat jika ingin beternak dan mengelolanya dengan baik. Hal ini juga membuktikan bahwa desa ini memiliki lahan yang luas dan masih dapat dimanfaatkan untuk lahan peternakan.

c. Keadaan Penduduk

Penduduk daerah penelitian berjumlah 10.600 jiwa atau 2511 KK, seperti tertera pada Tabel 3 berikut.


(39)

Tabel 3. Keadaan penduduk di desa Cinta Rakyat tahun 2008

No Jenis Kelamin Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1

Laki-laki 5.467 51,58

2

Perempuan 5.133 48,42

Jumlah 10.600 100

Sumber: Data monografi desa penelitian, 2008

Tabel 3 menunjukkan keadaan penduduk di daerah penelitian terdiri dari laki-laki berjumlah 5.467 Jiwa ( 51,58 %) dan perempuan berjumlah 5133 jiwa (48,42 %), ini menunjukkan bahwa di desa ini jumlah penduduk laki-laki lebih banyak daripada jumlah penduduk perempuan.

Mata pencaharian ataupun jenis pekerjaan penduduk di desa penelitian terdiri dari petani, PNS (Pegawai Negeri Sipil), wiraswasta buruh dan nelayan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.

Tabel 4. Distribusi penduduk menurut jenis mata pencaharian di desa penelitian tahun 2008 No Uraian Jumlah penduduk (KK) Persentase (%)

1 PNS/Pensiunan 77 6,26

2 Bertani 188 15,3

3 Buruh 584 47,52

4 Beternak 105 8,54

5 Wiraswasta 275 22,38

Total 1.229 100

Sumber: Data monografi desa penelitian, 2008

Tabel 4 menunjukkan bahwa mayoritas penduduk desa penelitian adalah bermata pencaharian sebagai buruh yaitu 584 KK, penduduk yang bertani adalah sebanyak 188 KK, sementara penduduk yang mempunyai mata pencaharian wiraswasta adalah 275 KK, yang


(40)

mempunyai mata pencaharian sebagai peternak sebesar 105 KK dan penduduk yang bermata pencaharian sebagai PNS / pensiunan sekitar 77 KK atau 6,26% dari total jumlah penduduk.

2. Sarana dan Prasarana Desa

Ketersediaan sarana dan prasarana desa menjadi faktor yang sangat penting dalam pembangunan masyarakat desa, serta sangat mempengaruhi perkembangan dan masyarakat di daerah tersebut. Semakin baik sarana dan prasarana akan mengakibatkan penyediaan sarana produksi dan pemasaran hasil peternakan/pertanian lancar, yang secara tidak langsung akan mempercepat laju pembangunan. Keadaan sarana dan prasarana yang terdapat di desa penelitian dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini :

Tabel 5. Sarana dan prasarana di desa Cinta Rakyat, 2008

No Fasilitas Sarana dan prasaran Jumlah Bangunan 1 Pendidikan  SD

 SMP  SMA

4 1 1 2 Kesehatan  Posyandu

 Klinik

1 7 3 Peribadatan  Mesjid

 Surau  Gereja  Wihara

2 9 - - Sumber: Data monografi desa penelitian, 2008

Tabel 5 menunjukkan ketersediaan sarana dan prasarana desa penelitian dibidang pendidikan, kesehatan, peribadatan, dan sosial cukup baik, akan tetapi masih perlu dibenahi bidang pendidikan, dimana di desa ini telah tersedia fasilitas pendidikan seperti SD (Sekolah Dasar) dan SMP (Sekolah Menengah Pertama) sedangkan SMA (Sekolah Menengah Atas) ada di ibukota Kecamatan dengan jarak tempuh biasanya berjalan kaki biasanya 1 jam atau


(41)

menggunakan jasa angkutan yang ada di desa ini. Dengan cara demikian maka akan semakin meningkatkan minat anak desa ini untuk sekolah.

Di desa ini hanya memiliki satu unit Posyandu dan tujuh Klinik, padahal pusat kesehatan masyarakat ini sangat diperlukan oleh masyarakat untuk berobat maupun untuk mendapatkan penyuluhan maupun informasi kesehatan. Sarana kesehatan masih kurang memadai, harapan masyarakat kepada pemerintah agar menyediakan fasilitas kesehatan dan tenaga medis yang memadai supaya kesehatan masyarakat akan terjamin karena hal ini berkaitan dengan kualitas hidup penduduk desa tersebut.

Fasilitas peribadatan dan sosial keberadaannya cukup tersedia bagi masyarakat, namun perlu diperhatikan dalam pemakaiannya dimana mesjid sebagai tempat beribadah dan balai desa adalah tempat pertemuan bagi masyarakat jikalau ada rapat/perkumpulan masyarakat. Daerah ini telah dapat di capai dengan angkutan umum atau angkutan roda empat. Jadi, dapat disimpulkan bahwa peternak tidak mengalami kesulitan dalam memperoleh sarana produksi dan juga dalam hal penjualan hasil, karena sarana transportasi sudah cukup tersedia dengan baik.

3. Karakterisitik Peternak Sampel

Karakterisitik petani sampel pada penelitian ini meliputi umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga dan skala usaha yang dikelola. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini.


(42)

Tabel 6. Karakteristik peternak sampel di desa Cinta Rakyat tahun 2008 No Uraian Range Rataan

1 Umur (Tahun) 30-56 44,90

2 Tingkat pendidikan (Tahun) 9-12 7,40 3 Pengalaman beternak (Tahun) 7-20 8,40 4 Jumlah tanggungan (jiwa) 2 -7 3,60

5 Skala usaha (ekor) 3-15 11,4

Sumber : Data diolah dari lampiran 4

Dari Tabel 6 diketahui bahwa umur rata-rata peternak adalah 44,90 % dengan range 30-56 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa peternak sampel masih tergolong pada usia produktif, karena dilihat dari segi umur, tenaga kerja peternak sapi potong masih sangat potensial untuk mengerjakan dan mengelola usaha ternaknya masing – masing.

Tingkat pendidikan peternak sampel hanya pada tingkat SMA adalah 7,40 % dengan range 9-12 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang dimiliki oleh peternak cukup tinggi, pendidikan peternak ini sangat berpengaruh terhadap keahlian, wawasan, pengetahuan dan pola pikir dalam melakukan tindakan terhadap kegiatan usaha ternaknya.

Pengalaman beternak tiap peternak yaitu rata – rata 8,40 % dengan range 7-20 tahun. Hal ini akan berpengaruh pada keahlian dan pengetahuannya didalam mengatasi masalah-masalah dalam mengusahakan ternak sapi potong tersebut untuk meningkatkan hasil produksi ternaknya.

Jumlah tanggungan peternak sapi potong rata – rata sebanyak 3,60% dengan range 2 – 7 orang, jumlah tanggungan keluarga akan bepengaruh terhadap distribusi pendapatan dan ketersediaan tenaga kerja. Semakin banyak jumlah tanggungan maka semakin besar pula pengeluaran keluarga. Sementara tanggungan yang sudah masuk dalam kategori usia produktif dapat dijadikan sebagai tenaga kerja di dalam keluarga peternak.


(43)

Jumlah ternak sapi potong yang dimiliki oleh peternak dapat pula menunjukkan tingkat perkembangan populasi ternak di daerah penelitian tersebut. Jumlah populasi ternak sapi potong peternak yaitu rata-rata 11,4 % dengan range 3-15 ekor yang dipelihara pada lahan – lahan di daerah penelitian tersebut.


(44)

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Sistem Pemeliharaan Usaha Ternak Sapi Potong Di Daerah Penelitian

Di daerah penelitian, mayoritas peternak sapi potong masih mengusahakan ternak sapinya secara sederhana yaitu bentuk pemeliharaan dengan tata pelaksanaannya tidak terprogram dengan baik, kandangnya hanya dibangun dengan sekedarnya saja hanya untuk tempat berlindung dari teriknya matahari diwaktu siang dan untuk melindungi ternak dari udara yang dingin diwaktu malam, dalam pengembalaannya ternak sapi potong hanya dilepas di lapangan atau hamparan padang rumput yang agak jauh dari pemukiman peternak.

Usaha ternak sapi potong yang dilakukan secara sederhana tidak terlalu memikirkan hasil produksinya karena peternak menganggap tingkat usaha seperti ini masih menonjolkan kepentingan keluarga, serta aspek kepuasan dipandang lebih utama, karena peternak dianggap telah memiliki tabungan berbentuk ternak yang dapat dijual pada saat dibutuhkan dalam keadaan tidak terduga. Proses sistem pemeliharaan yang dilakukan oleh peternak sapi potong di daerah penelitian adalah sebagai berikut :

a. Perkandangan

Di daerah penelitian, kandang dibangun dengan arah utara – selatan, agar sinar matahari pada waktu pagi hari tetap masuk kandang dan tidak begitu panas. Sinar matahari pada pagi hari mengandung sinar ultraviolet sangat penting untuk membasmi kuman dan membantu pembentukan vitamin pada ternak sapi potong. Kebutuhan kandang sangat penting sekali sebagai pelindung panas, hujan, dingin dan tiupan angin yang sangat kencang. Selain itu juga memudahkan pemeliharaan seperti pengontrolan penyakit dan pengobatan. Pembuatan ventilasi dibuat sehingga udara tetap bisa keluar masuk pada kandang.


(45)

Atap kandang kebanyakan terbuat dari rumbia atau nipah. Hal ini dipilih karena biayanya lebih murah dan sesuai dengan keadaan perekonomian peternak tersebut, rumbia atau nipah tersebut juga tidak begitu menyerap panas matahari sehingga kondisi kandang tidak terlalu panas pada siang hari dan tidak telalu dingin pada malam harinya. Dinding kandang terbuat dari papan dan kayu ataupun dari bambu, dan dengan adanya ventilasi untuk keluar masuknya udara dalam kandang, lantai kandang ternak tersebut juga masih terbuat dari tanah.

Perkandangan sapi potong dibangun berdekatan dengan rumah penduduk atau peternak agar para peternak dapat lebih mudah mengawasi usaha ternaknya tersebut. Ukuran dari masing – masing kandang disesuaikan dengan jumlah ternak dari setiap peternak. Tidak ada peternak yang memiliki dua kandang atau lebih yang berarti tidak ada peternak yang melakukan pemisahan kandang berdasarkan umur ternak sapi potong.

Kandang pemeliharaan ternak sapi potong tersebut tidak dipisahkan sesuai dengan umur ternak sapi potong, tetapi seluruh ternak tersebut dipelihara dalam satu kandang. Alasan peternak melakukan hal ini karena keterbatasan modal dan lahan untuk usaha ternak sapi potong tersebut, dan hal ini dianggap peternak masih sangat wajar, karena peternak masih dapat merasakan keuntungan dari hasil ternak sapi potongnya, walaupun hanya dipelihara dalam kandang yang seadanya saja.

b. Penyediaan Bibit

Para peternak di daerah penelitian memilih jenis bibit ternak sapi potong lokal. Cara perkawinan yang dilakukan oleh peternak adalah kawin secara alamiah yaitu proses pemasukan sperma pada alat kelamin betina yang dilakukan oleh pejantan itu sendiri atau secara kontak langsung dengan sapi betina. Perkawinan antara induk dan pejantan terjadi


(46)

dilokasi pemeliharaan maupun di lokasi penggembalaan tanpa diawasi dan ditangani secara khusus, tetapi ada juga peternak yang mencoba untuk menggunakan Inseminasi Buatan (IB) dengan biaya sekali suntuknya yaitu sebesar Rp. 50.000.

Umumnya jenis bibit ternak sapi potong sebagai pejantan adalah jenis sapi lokal, seperti sapi rambon atau sapi aceh. Para peternak ada juga yang memperoleh bibit dari daerah lain, peternak membeli bibit atau bakalan sapi lokal yang berumur 2,5 – 3 tahun, kemudian setelah berumur 4 – 5 tahun keatas sapi potong telah siap untuk dijual dengan bobot berkisar antara 300 – 400 Kg.

c. Pemberian pakan hijauan

Pakan hijau merupakan makanan pokok bagi ternak sapi potong. Ternak sapi potong dapat memperoleh pakan hijauan di lokasi penggembalaan, ternak sapi potong digiring dan ditunggui oleh penggembala sampai waktunya pulang sore hari atau setelah matahari terbenam. Biasanya ternak sapi potong diangon atau digembalakan pada siang hari sampai sore hari sekitar pukul 10.00 wib – 18.00 wib, untuk menghindari penyakit kembung pada sapi potong jika memakan rumput yang masih berembun pada pagi hari, sedangkan pemberian pakan hijauan di kandang pada sore hari ketika ternak sapi potong baru pulang dari lokasi penggembalaan hingga esok paginya yang diberikan secara bertahap. Jenis pakan hijauan yang diberikan untuk ternak sapi potong tersebut adalah jenis rumput lapangan dan rumput gajahan ( King Grass). Banyaknya pakan hijauan yang diberikan tergantung pada populasi ternak sapi potong yang dipelihara, biasanya sampai 2 – 4 goni dengan harga Rp.20.000/goni, tetapi kebanyakan peternak masih mengambil pakan rumput tersebut dari padang rumput tempat sapi di gembalakan yang dibawa pulang ketika sapi telah siap di angon.


(47)

d. Pemberian pakan konsentrat

Pakan konsentrat sering disebut makanan tambahan atau makanan penguat yang sangat berguna bagi ternak sapi potong, terutama ternak yang sedang hamil atau sedang menyusui untuk merangsang air susu yang baik dan bagi ternak yang dalam masa pertumbuhan, karena pemberian bahan konsentrat dapat menambah nafsu makan, contoh bahan – bahan konsentrat yaitu seperti dedak padi, bungkil kelapa sawit, tepung jagung, ampas tahu, kulit buah kakao, singkong, ubi jalar, tepung terigu dan lain sebagainya.

Menurut literatur (Tabloid Sinar Tani, 2010) bahwa pada setiap usaha peternakan, pakan merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas produksi ternak tersebut, selain pakan yang berupa hijauan, para peternak yang lebih maju pada umumnya juga telah memberikan pakan konsentrat, terutama pada usaha penggemukan ternak potong, tetapi peternak di daerah penelitian tidak memberikan pakan konsentrat tersebut selain disebabkan oleh keterbatasan modal yang mereka miliki, faktor pola pikir mereka yang masih menganggap pakan konsentrat tidak terlalu penting atau tidak dibutuhkan dalam usaha ternak sapi mereka juga, hal itu disebabkan karena pengetahuan peternak mengenai manfaat pakan konsentrat masih sangat kurang.

Konsentrat atau ransum, merupakan campuran dari dua atau lebih bahan pakan yang diberikan untuk ternak sapi potong. Ransum harus dapat memenuhi kebutuhan zat gizi yang diperlukan ternak sapi potong untuk berbagai fungsi tubuhnya, yaitu untuk hidup pokok, produksi maupun reproduksi.

Pada umumnya ransum untuk ternak terdiri dari pakan hijauan dan pakan konsentrat. Pakan pokok dapat berupa rumput, legume, perdu, pohon – pohonan serta tanaman sisa panen, sedangkan pakan konsentrat antara lain berupa biji – bijian, bungkil, bekatul dan tepung ikan. Ransum seimbang adalah ransum yang diberikan selama 24 jam


(48)

yang mengandung semua zat nutrisi dalam arti jumlah dan macam nutrisinya dalam perbandingan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi sesuai dengan tujuan pemeliharaan ternak.

Pakan seimbang bukan merupakan hal yang sulit untuk diwujudkan karena kita hanya dituntut untuk pintar mengkombinasikan bahan pakan yang ada di sekitar kita, dengan mengkombinasikan bahan pakan yang tersedia serta penggunaan suplemen dari bahan pakan lokal diharapkan akan tercipta ransum yang murah tetapi mampu memberikan hasil yang optimal, sehingga dapat diterapkan juga pada usaha ternak sapi potong yang ada di lokasi penelitian.

e. Pemberian air minum

Di daerah penelitian air minum untuk ternak sapi potong selalu disediakan dalam kandang yang diletakkan di tempat ember air minum. Pemberian air minum untuk sapi potong di daerah penelitian ini diberikan secukupnya dan dilakukan pada sore hari setelah sapi potong pulang dari penggembalaan. Sumber air minum untuk ternak sapi potong tersebut berasal dari air sumur di dekat pekandangan sapi potong tersebut dan di daerah penelitian ketersediaan air bersih masih sangat mencukupi.

f. Kebersihan sapi potong dan kandang

Di daerah penelitian kebersihan kandang dilakukan dengan cukup baik, dimana kebersihan kandang dilakukan setiap hari sekali yaitu pada siang hari sampai dengan sore hari pada saat sapi potong sedang digembalakan. Pada malam hari juga dilakukan pengasapan agar kondisi kandang tetap baik dan juga untuk mencegah datangnya lalat yang dapat mengganggu kesehatan sapi potong. Kebersihan kandang sangat perlu dilakukan untuk


(49)

menunjang kesehatan sapi potong, selain untuk menjaga kelembaban kandang, hal tersebut juga dilakukan untuk menghindari adanya lalat atau serangga lain yang sering terdapat pada kandang ternak sapi potong tersebut.

g. Pemberian obat - obatan

Peternak sapi potong yang berada di daerah penelitian, pada umumnya masih memberikan obat – obatan alami bila ternak sapi potong mereka terserang penyakit. Peternak memberikan obat – obatan alami untuk menyembuhkan penyakit yang sering timbul seperti diare dan masuk angin. Pemberian obat pada ternak sapi potong juga dapat dilakukan secara suntikan dengan bantuan dokter hewan atau juga dapat langsung diberikan melalui mulut ternak sapi oleh bantuan peternak sapi potong tersebut, bila sapi potong menderita penyakit diare atau masuk angin umumnya peternak memberikan obat suntikan teramisin atau dengan memberi makan obat ramuan dengan rempah – rempah, seperti kunyit, jahe dan bahan – bahan lainnya.

Dari penjelasan yang telah dijabarkan di atas yaitu mengenai sistem pemeliharaan usaha ternak sapi potong di desa Cinta Rakyat kecamatan Percut Sei Tuan kabupaten Deli Serdang, yaitu usaha ternak sapi potong di daerah penelitian pelaksanaan pemeliharaannya masih tergolong tradisional (ekstensif), hal ini dapat dibuktikan yaitu selama proses pemeliharaan ternak, perawatan ternak hingga ternak sapi potong tersebut dapat dijual, proses pemeliharaan tersebut dikerjakan secara sederhana atau tidak menggunakan kandang yang sesuai dengan umur ternak sapi potong dan pakan yang diberikan juga hanya mengandalkan pakan hijauan, tanpa ada dberikan pakan tambahan atau konsentrat dalam usaha ternak sapi potong tersebut.


(50)

Dimana menurut (Sugeng, 2008), usaha ternak sapi potong yang dilakukan secara ekstensif adalah usaha ternak yang dalam tahapan proses pemeliharaannya tidak dilakukan secara terprogram atau khusus serta tidak menggunakan pakan tambahan atau konsentrat.

Peternak masih menggunakan sistem tradisonal karena sistem tersebut dianggap masih sangat mudah dan sederhana untuk dijalankan tetapi dapat memberikan keuntungan yang cukup besar juga untuk membantu memenuhi kebutuhan peternak suatu saat, karena para peternak menganggap usaha tersebut hanya sebagai usaha sampingan atau cadangan saja, yang suatu saat bila diperlukan untuk keperluan mendesak, usaha ternak sapi yang dianggap sebagai tabungan itu dapat langsung dijual untuk memenuhi kebutuhan peternak.

2. Pendapatan Usaha Ternak Sapi Potong

Pendapatan usaha yang diperoleh dari ternak sapi potong adalah selisih antara total penerimaan usaha ternak sapi dengan total biaya produksi yang dikeluarkan peternak selama proses usaha pemeliharaan atau kegiatan budidaya ternak sapi tersebut.

a. Biaya produksi usaha ternak

Biaya produksi dalam pengelolaan usaha ternak sapi potong meliputi biaya penyusutan, biaya pemeliharaan, dan biaya tambahan. Biaya penyusutan terdiri dari biaya penyusutan kandang dan penyusutan peralatan. Biaya pemeliharaan terdiri dari biaya obat – obatan, dan biaya tenaga kerja (tenaga kerja dalam keluarga dan Luar Keluarga), namun di daerah penelitian peternak hanya menggunakan tenaga kerja dalam keluarga, kemudian biaya tambahan yang meliputi biaya IB (Inseminasi Buatan) dan biaya listrik. Biaya - biaya produksi yang dikeluarkan oleh peternak dapat dilihat pada Tabel 7 berikut.


(51)

Tabel 7. Rata – rata biaya produksi usaha ternak sapi potong (Rp/tahun/peternak) No. Uraian Biaya - biaya produksi

(Rp)

Persentase (%) 1 Biaya penyusutan

- Kandang - Alat - alat

1.748.863 247.045

11,5 1,6 2 Biaya pemeliharaan

- Obat – obatan - TKDK - TKLK 17.500 12.940.909 - 0,11 85,16 - 3 Biaya tambahan

- IB - Listrik 25.000 228.636 0,16 1,5 Total biaya produksi 15.194.317 100 Sumber : Data di olah dari lampiran 5 – 9

Rataan biaya produksi pada usaha ternak sapi potong per peternak pertahun mencakup biaya penyusutan kandang sebesar Rp.1.748.863 atau 11,5 % dari seluruh total biaya produksi, dan biaya penyusutan peralatan sebesar Rp.247.045 atau 1,6 % dari seluruh total biaya produksi, kemudian biaya pemeliharaan yang terdiri dari biaya obat – obatan sebesar Rp.17.500 atau 0,11 % dari total biaya produksi, dan biaya TKDK (Tenaga Kerja Dalam Keluarga) sebesar Rp.12.940.909 atau 85,16 % dari total biaya produksi usaha ternak sapi potong. Biaya tenaga kerja dalam usaha ternak sapi potong tersebut termasuk biaya produktif tidak tunai karena tidak dibayar langsung namun diperhitungkan sebagai biaya produktif dalam menganalisis pendapatan bersih usaha ternak sapi potong. Biaya – biaya tambahan lain yang terdiri dari biaya IB (Inseminasi Buatan) sebesar Rp.25.000 atau 0,16 % dari total biaya produksi, biaya listrik sebesar Rp228.636 atau 1,5 % dari total biaya produksi. Rata – rata total biaya produksi usaha ternak sapi potong tersebut sebesar Rp. 15.194.317.


(52)

b. Penerimaan usaha ternak sapi potong

Penerimaan adalah penjumlah dari penjualan kotoran ternak, pertambahan nilai ternak, dan hasil penjualan ternak sapi potong dalam satu proses produksi ternak sapi potong tersebut selama satu tahun. Rataan penerimaan usaha ternak sapi potong yang diperoleh peternak dapat dilihat pada Tabel 8 berikut.

Tabel 8. Rata – rata penerimaan pada usaha ternak sapi potong pada daerah penelitian (Rp/tahun/peternak)

No Uraian Jumlah penerimaan (Rp) 1 Pertambahan nilai ternak

sapi potong

6.363.636 2 Penjualan sapi potong 32.454.454 3 Penjualan kotoran sapi

potong

40.909 Total penerimaan 38.859.090 Sumber : Data di olah dari lampiran 10 – 14

Rataan pertambahan nilai ternak sapi potong yang diperoleh peternak di daerah penelitian adalah sebesar Rp 6.353.636 pertahun. Rataan penjualan sapi potong sebesar Rp.32.454.454 pertahun, serta rataan penerimaan yang diperoleh dari penjualan kotoran sapi potong adalah sebesar Rp.40.909 pertahun. Peternak menjual kotoran sapi potong dengan menggunakan wadah sorongan atau beko serta goni, dengan harga satu goni kotoran sapi potong sebesar Rp.3.000 – Rp.3500 dengan berat 30 Kg, yang dijual sebulan dua kali. Penjualan kotoran ini dikoordinir oleh satu orang yang diberi kepercayaan oleh peternak. Pembeli kotoran sapi potong ini datang ke lokasi dan kotoran tersebut dibawa ke Brastagi yang nantinya digunakan sebagai pupuk kandang bagi tanaman. Rataan total penerimaan peternak dari usaha ternak sapi potong adalah Rp 38.859.090 pertahun per peternak.


(53)

c. Pendapatan usaha ternak sapi potong

Pendapatan usaha ternak sapi potong yang diperoleh dari selisih antara total penerimaan usaha ternak sapi dengan total biaya yang dikeluarkan peternak selama proses pemeliharaan sapi tersebut dapat dilihat pada Tabel 9 sebagai berikut.

Tabel 9. Rata – rata pendapatan bersih usaha ternak sapi potong (Rp/tahun/peternak)

No. Uraian Jumlah (Rp/ tahun)

1 Penerimaan usaha ternak sapi potong

38.859.090 2 Biaya produksi usaha

ternak sapi potong

15.194.317 Pendapatan bersih usaha ternak

sapi potong

22.573.523 Sumber: Data di olah dari lampiran 15

Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa rataan penerimaan usaha ternak sapi potong per peternak/tahun adalah sebesar Rp 38.859.090 dan rataan total biaya produksi sebesar Rp 15.194.317. Maka rataan pendapatan bersih usaha ternak yang diterima oleh peternak sapi potong adalah sebesar Rp 22.573.523 (per peternak/tahun).

3. Kontribusi Usaha Ternak Sapi Potong Terhadap Pendapatan Keluarga

Total pendapatan keluarga adalah penjumlahan pendapatan usaha ternak sapi potong dan pendapatan luar usaha ternak sapi potong. Total pendapatan keluarga peternak berasal dari pendapatan luar usaha ternak sapi potong dan pendapatan dari usaha ternak sapi potong baik untuk dikembangkan untuk menambah pendapatan bagi keluarga sehingga tingkat pendapatan menjadi lebih baik. Sumber pendapatan keluarga di daerah penelitian adalah dari usahatani padi dan usaha ternak sapi potong.

Usahatani padi merupakan usahatani utama sementara usaha ternak sapi potong adalah sebagai usaha sampingan atau dianggap sebagai tabungan. Namun usaha ternak sapi


(54)

potong juga merupakan salah satu sumber pendapatan yang dapat diperoleh setiap setahun sekali, sehingga memberi sumbangan yang cukup besar terhadap pendapatan keluarga. Tanaman padi dapat dipanen dua kali dalam setahun yaitu panen biasanya pada bulan Mei- Juni. Namun nilai sosialnya tinggi karena hanya menunggu 5 bulan setelah ditanam hasilnya dapat dipanen dan dapat langsung digunakan untuk konsumsi keluarga dan juga untuk dijual. Total pendapatan keluarga peternak sapi potong di daerah penelitian diperoleh dari pendapatan usaha ternak sapi potong ditambah dengan pendapatan non usaha ternak yaitu usahatani padi pertahun seperti tertera pada Tabel 10 sebagai berikut.

Tabel 10.Kontribusi pendapatan usaha ternak sapi potong terhadap pendapatan keluarga di desa penelitian, 2009

No. Uraian Jumlah

(Rp/tahun)

Kontribusi (%) 1 Pendapatan usaha ternak

sapi potong 22.573.523 69,3

2 Pendapatan non usaha

ternak sapi 8.920.011 27,4

Total pendapatan keluarga 32.584.784 100 Sumber: Data di olah dari lampiran 16 -19

Kontribusi pendapatan dari usaha ternak sapi potong terhadap pendapatan keluarga adalah 69,3 % (lebih besar dari 30%), sedangkan kontribusi dari pendapatan non usaha ternak sapi potong (Usahatani Padi) adalah 27,4 % (lebih kecil dari 30%). Hal ini menunjukkan bahwa usaha ternak sapi potong memberikan kontribusi pendapatan yang jauh lebih besar dibandingkan kontribusi yang diperoleh dari usaha non ternak sapi potong (padi) terhadap total pendapatan keluarga peternak di daerah penelitian.

Dapat dilihat bahwa meskipun usaha ternak sapi potong di daerah penelitian hanya dianggap peternak sebagai usaha sampingan, tetapi pada kenyataannya usaha ternak sapi


(55)

potong tersebut dapat menyumbangkan pendapatan yang jauh lebih besar daripada pendapatan non usaha ternak sapi potong yaitu usahatani padi yang mereka anggap sebagai usaha pokok mereka. Sesuai dengan penjabaran mengenai besar kontribusi usaha tersebut, maka hipotesis diterima yaitu kontribusi usaha ternak sapi potong terhadap total pendapatan keluarga adalah besar yaitu sebesar 69,3 % (>30%).

3. Masalah Yang Dihadapi Peternak Dalam Usaha Ternak Sapi Potong

a. Kurangnya pengetahuan peternak tentang pemeliharaan sapi potong yang lebih baik

Masalah yang dihadapi oleh petenak di daerah penelitian merupakan masalah yang berasal dari peternak itu sendiri yaitu menyangkut kesulitan yang dihadapi dalam mengusahakan sapi potong tersebut. Kebiasaan-kebiasaan dalam melakukan usaha secara tradisonal ini sebenarnya menurut peternak karena di daerah tersebut belum pernah ada yang meneliti atau menginformasikan secara khusus kepada peternak mengenai usaha ternak sapi potong yang baik di daerah penelitian tersebut. Peternak juga kurang aktif mencari informasi tentang pemeliharaan ternak sapi potong yang lebih baik, para petani hanya mengusahakan sapi potong yang mereka kelola dengan pengalaman yang diperoleh dari lingkungan dan orang tua mereka secara turun-temurun.

Kesulitan peternak dalam memahami usaha ternak sapi potong secara modern atau intensif tersebut, merupakan kendala bagi peternak lainnya yang juga berniat untuk mengembangkan usaha ternak tersebut, karena kurangnya pengetahuan dan minat peternak untuk mempelajari mengenai pengelolaan usaha ternak sapi potong secara intensif tersebut. Peternak lebih memilih mengelola ternak sapi potong secara tradisional karena dianggap


(56)

lebih menguntungkan, karena tidak membutuhkan biaya yang terlalu besar, tetapi hasil pendapatan yang mereka peroleh tetap menjanjikan keuntungannya.

Kurangnya pengetahuan peternak tentang pengelolaan usaha ternak sapi potong yang baik ini yang akhirnya membuat peternak kurang memberikan perhatian terhadap usaha sapi potong ini secara intensif. Padahal jika diberikan perhatian khusus terhadap ternak sapi potong tersebut, maka akan semakin besar pula pendapatan yang diperoleh, dimana sistem usaha ternak sapi potong yang dilakukan secara intensif dapat mempercepat proses penambahan bobot sapi potong karena ternak diberikan pakan tambahan atau konsentrat, mengingat harga jual ternak sapi potong sampai saat ini masih cukup tinggi, sehingga pendapatan yang diperoleh dari ternak sapi potong ini tidak hanya lagi dianggap sebagai kontribusi bagi pendapatan keluarga saja, akan tetapi bila dikelola secara lebih baik dapat menjadi salah satu penghasilan utama bagi keluarga.

b. Kekurangan Modal

Persediaan modal yang cukup sangat dibutuhkan dalam mengusahakan ternak sapi potong, sesuai dengan hasil wawancara mengenai keadaan di lapangan ternyata salah satu kendala peternak yang tidak ingin merubah sistem pemeliharaan usaha ternaknya tersebut adalah karena peternak masih banyak yang merasakan kekurangan modal, sehingga peternak kurang memperhatikan kualitas dari pemeliharaan yang mereka lakukan, seperti kondisi kandang yang seadanya saja serta pemberian pakan ternak yang belum memenuhi kebutuhan nutrisi pada ternak sapi potong, hal ini berhubungan karena kurangnya modal peternak, padahal seperti yang diketahui bahwa pemberian pakan tambahan bagi ternak dapat meningkatkan bobot dan kualitas produksi ternak sapi potong tersebut.


(57)

Spesifikasi masalah untuk setiap peternak dapat dilihat pada lampiran 21 (terlampir) yang menunjukkan bahwa peternak yang mengalami masalah terhadap pengetahuan atau informasi mengenai manfaat pemeliharaan sapi potong yang lebih baik atau intensif yaitu sebesar 68,18 %, sedangkan peternak yang mengalami masalah terhadap ketersediaan modal yaitu sebesar 72,7 % dari total sampel peternak yang berjumlah 22 KK.

4. Upaya-Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Masalah Dalam Usaha Ternak Sapi Potong

a. Mencari informasi pada PPL / buku / kelompok ternak

Untuk mengatasi masalah yang dihadapi petani dimana peternak masih kesulitan dalam mengusahakan ternak sapi potong tersebut dengan cara yang lebih baik karena kurangnya pengetahuan dan informasi yang didapatkan adalah biasanya peternak berusaha belajar dari pengalaman peternak sapi potong lain yang telah sukses sebelumnya, mereka berdiskusi dan memecahkan masalah secara bersama-sama yang berkaitan dengan ternak sapi potong, dalam kelompok ternak yang ada di daerah penelitian.

Peternak juga mencari informasi dari daerah – daerah lain yang berada di sekitar daerah penelitian tentang pengembangan ternak sapi potong, sehingga mereka dapat lebih mandiri dalam mengusahakan ternaknya. Peternak hendaknya mempunyai kerjasama yang baik antara sesama peternak sapi potong di luar daerah mereka, supaya dapat saling berbagi tentang sistem pemeliharaan yang baik pada ternak sapi potong dan agar bisa mempraktekannya mulai dari pemilihan bibit sapi hingga ternak sapi tersebut dapat dijual.


(58)

b. Mencari pinjaman modal

Petani sulit mendapatkan modal karena di daearah ini belum tersedia CU atau Koperasi yang dapat dimanfaatkan sebagai peminjaman bagi peternak yang kekurangan modal. Untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh peternak yang berhubungan dengan kurangnya modal tersebut, biasanya peternak meminjam modal ke peternak yang lain, atau menyisihkannya dari pendapatan keluarga yang lain untuk memenuhi kebutuhan produksi bagi ternak sapi potong.

c. Menekan biaya produksi

Selain mencari pinjaman modal dari pihak lain, untuk mengatasi masalah kurangnya modal, para peternak juga melakukan penghematan biaya produksi, misalnya dengan tidak memakai tenaga kerja dari luar keluarga, hanya mengandalkan pakan hijau dari padang penggembalaan saja, hanya membiarkan ternak sapi potong mereka kawin secara alami di padang pengembalaan tanpa sepengatahuan peternak itu sendiri, artinya peternak menganggap beternak sapi potong tersebut hanya sebagai tabungan dalam bentuk ternak, bukan sebagai usaha ternak yang dikelola secara khusus dengan tujuan agar mendapatkan hasil produksi ternak sapi potong yang berkualitas baik.

Spesifikasi solusi masalah untuk setiap peternak dapat dilihat pada lampiran 22 (terlampir) yang menunjukkan bahwa peternak yang memilih solusi masalah untuk mencari informasi pada PPL /buku / kelompok ternak mengenai pengetahuan atau informasi mengenai manfaat pemeliharaan sapi potong yang lebih baik atau intensif yaitu sebesar 45,4 %, sedangkan peternak yang memilih untuk mencari pinjaman karena keterbatasan modal mereka yaitu sebesar 59,09%, kemudian peternak yang memilih untuk menekan biaya


(59)

produksi ternak sapi potong karena keterbatasan modal yang mereka miliki yaitu sebesar 54,5 % dari total sampel peternak yang berjumlah 22 KK.


(1)

Lampiran 13. Penerimaan usaha ternak sapi potong (per tahun) Nomor

Sampel

Pertambahan nilai ternak

(Rp)

Penjualan sapi potong

(Rp)

Penjualan kotoran

(Rp)

Penerimaan (Rp) 1 6.000.000 35.000.000 72.000 41.072.000 2 7.000.000 35.000.000 36.000 42.036.000 3 1.000.000 28.000.000 - 29.000.000 4 12.000.000 35.000.000 - 47.000.000 5 4.000.000 42.000.000 72.000 46.072.000 6 2.000.000 35.000.000 - 37.000.000 7 17.000.000 28.000.000 72.000 45.072.000 8 8.000.000 28.000.000 72.000 36.072.000 9 2.000.000 35.000.000 36.000 37.036.000 10 3.000.000 35.000.000 36.000 38.036.000 11 19.000.000 21.000.000 72.000 40.072.000 12 2.000.000 42.000.000 - 44.000.000 13 9.000.000 35.000.000 72.000 44.072.000 14 1.000.000 35.000.000 36.000 36.036.000 15 5.000.000 28.000.000 - 33.000.000 16 8.000.000 28.000.000 72.000 36.072.000 17 7.000.000 21.000.000 - 28.000.000 18 8.000.000 35.000.000 72.000 43.072.000 19 4.000.000 28.000.000 72.000 32.072.000 20 4.000.000 35.000.000 36.000 39.036.000 21 3.000.000 42.000.000 - 45.000.000 22 8.000.000 28.000.000 72.000 36.072.000 Total 140.000.000 714.000.000 900.000 854.900.000 Rataan 6.363.636 32,454,454 40.909 38.859.090


(2)

Lampiran 14. Pendapatan bersih usaha ternak sapi potong (per tahun) Nomor

sampel

Penerimaan (Rp)

Biaya produksi (Rp)

Pendapatan bersih (Rp)

1 41.072.000 18.100.000 22.972.000

2 42.036.000 14.413.333 27.622.667

3 29.000.000 13.900.000 15.100.000

4 47.000.000 12.330.000 34.670.000

5 46.072.000 17.891.666 28.180.334

6 37.000.000 12.750.000 24.250.000

7 45.072.000 17.881.666 27.190.334

8 36.072.000 18.160.000 17.912.000

9 37.036.000 13.766.666 23.269.334

10 38.036.000 13.916.666 24.119.334

11 40.072.000 18.193.333 21.878.667

12 44.000.000 12.380.000 31.620.000

13 44.072.000 14.440.000 29.632.000

14 36.036.000 14.016.666 22.019.334

15 33.000.000 13.756.666 19.243.334

16 36.072.000 18.190.000 17.882.000

17 28.000.000 12.920.000 15.080.000

18 43.072.000 14.550.000 28.522.000

19 32.072.000 18.000.000 14.072.000

20 39.036.000 14.096.666 24.939.334

21 45.000.000 12.625.000 32.375.000

22 36.072.000 17.996.666 18.075.334

Total 854.900.000 334.274.994 496.617.506 Rataan 38.859.090 15.194.317 22.573.523


(3)

Lampiran 15. Produksi usahatani padi (Pendapatan non usaha ternak) per tahun No.

Sampel

Luas lahan (Ha)

Produksi (Kg)

Penerimaan (Rp)

Total biaya (Rp)

Pendapatan (Rp) 1 1,6 1.800 12.600.000 2.056.000 10.544.000

2 0,94 1.200 8.400.000 1.692.000 6.708.000

3 1,15 1.800 12.600.000 2.158.500 10.441.500

4 1 1.590 11.130.000 1.206.000 9.924.000

5 1,15 1.485 10.395.000 2.068.500 8.326.500 6 0,6 1.665 11.655.000 1.539.000 10.116.000 7 1,022 1.058 7.406.000 1.980.500 5.425.500

8 1,13 1.380 9.660.000 2.108.000 7.552.000

9 0,75 1.395 9.765.000 1.921.000 7.844.000

10 1,28 1.575 11.025.000 1.901.500 9.123.500 11 1,01 1.470 10.290.000 1.908.000 8.382.000

12 1 1.605 11.235.000 2.084.000 9.151.000

13 1,05 1.425 9.975.000 1.667.000 8.308.000

14 0,91 1.650 11.550.000 1.598.500 9.951.500

15 1 1.470 10.290.000 1.719.000 8.571.000

16 0,9 1.650 11.550.000 1.472.250 10.077.750 17 0,48 1.455 10.185.000 1.770.500 8.414.500 18 0,75 1.440 10.080.000 1.671.500 8.408.500 19 0,26 1.515 10.605.000 1.366.500 9.238.500 20 0,25 1.650 11.550.000 1.802.000 9.748.000

21 0,6 1.575 11.025.000 1.907.000 9.118.000

22 0,81 1.755 12.285.000 1.418.500 10.866.500 Total 19,642 33.608 235.256.000 39.015.750 196.240250 Rataan 0,89281 1,527,636 10,693,454 1,773,443 8,920,011


(4)

Lampiran 16. Kontribusi usaha ternak sapi potong terhadap pendapatan keluarga (per tahun)

No. Sampel

Pendapatan non usaha ternak padi

(Rp)

Pendapatan usaha ternak sapi potong

(Rp)

Total pendapatan keluarga

(Rp)

Kontribusi (%)

1 10.544.000 22.972.000 33.516.000 68,5403

2 6.708.000 27.622.667 34.330.667 80,4606

3 10.441.500 15.100.000 25.541.500 59,1194

4 9.924.000 34.670.000 44.594.000 77,7458

5 8.326.500 28.180.334 36.506.834 77,1919

6 10.116.000 24.250.000 34.366.000 70,5639

7 5.425.500 27.190.334 32.615.834 83,3654

8 7.552.000 17.912.000 25.464.000 70,3424

9 7.844.000 23.269.334 31.113.334 74,7889

10 9.123.500 24.119.334 33.242.834 72,5549

11 8.382.000 21.878.667 30.260.667 72,3006

12 9.151.000 31.620.000 40.771.000 77,5551

13 8.308.000 29.632.000 37.940.000 78,1022

14 9.951.500 22.019.334 31.970.834 68,8731

15 8.571.000 19.243.334 27.814.334 69,1849

16 10.077.750 17.882.000 27.959.750 63,9562

17 8.414.500 15.080.000 23.494.500 64,1852

18 8.408.500 28.522.000 36.930.500 77,2315

19 9.238.500 14.072.000 23.310.500 60,3676

20 9.748.000 24.939.334 34.687.334 71,8975

21 9.118.000 32.375.000 41.493.000 78,0252

22 10.866.500 18.075.334 28.941.834 62,4540

Total 196.240250 496.617.506 716.865.256 1,578,8066


(5)

Lampiran 17. Spesifikasi masalah yang dihadapi peternak sapi potong di daerah penelitian, tahun 2009

No. Sampel Kurang pengetahuan tentang sapi potong

Kurang modal

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

Persentase (%) 68,18 72,72

Sumber : Data Primer dari peternak ,2009


(6)

Lampiran 18. Spesifikasi upaya masalah yang dilakukan peternak sapi potong di daerah penelitian, tahun 2009

No. Sampel

Mencari informasi pada PPL / buku / kelompok ternak

Mencari pinjaman modal

Menekan biaya produksi

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

Persentase (%)

45,4 59,09 54,5