5.2. Instrumen Indikator dan Pengendali Kinerja Pelayanan
RS. Haji melakukan kontrol kinerja pelayanan dengan menggunakan berbagai indikator-indikator yang sudah menjadi standar di Indonesia. Tujuan dari indikator ini
salah satu diantaranya untuk mengetahui dan mengendalikan masalah efektifitas dan efisiensi pelayanan jasa rumah sakit apakah bermanfaat sesuai dengan norma-norma
standar. Instrumen indikator seperti pelaporan nilai-nilai analisis kinerja keuangan akuntansi, Statistik Barber Johnson, indikator mutu pelayanan dipakai konsisten
minimal 1 kali per tahun. Khusus sebagai indikator kinerja keuangan RS. Haji memakai jasa akuntan
pihak ketiga Public Accountant sebagai mitra kerja. Akuntan eksternal ini secara konsisten menerbitkan analisis-analisis keuangan untuk dapat dipakai oleh pihak
manajemen RS. Haji sebagai masukan kinerja keuangan. Pada Tabel 4.4 Bab 4 telah diperlihatkan bahwa RS. Haji memiliki prestasi
cukup baik per standar RS di Indonesia yaitu tingkat utilisasi unit rawat inap selalu di daerah yang efisien, bermutu dan efektif 2004 sd 2007. Untuk menjadi tanda
perkembangan mutu, RS. Haji memiliki beberapa prestasi yang baik seperti: 1. Sertifikasi Rumah Sakit Haji Medan Lulus Akreditasi dengan Status Akreditasi
Tingkat Dasar 5 Pelayanan oleh Menteri Kesehatan dengan No. YM.00.03.2.2.835 tertanggal 1 Juni 2001.
2. Juara I Rumah Sakit Kelas B di Sumatera Utara dalam hal Kinerja terbaik yang dinilai oleh Dinas Kesehatan Sumatera Utara 2003 dan tahun 2005.
Jamaludin : Penerapan Strategi Manajemen Pengembangan Mutu Dan Hubungannya Dengan Kinerja Utilisasi Fasilitas Serta Kinerja Keuangan Di Rs. Haji Medan 2002 – 2007, 2009
USU Repository © 2008
5.2.1. Keterangan Indikator Utilisasi Unit Rawat Inap Grafik Barber Johnson
RS. Haji 2002 sd 2007 Indikator dalam kelompok Statistik Barber Johnson menunjukkan kenaikan
rasio hunian rata-rata dalam periode tahunan BOR – Bed Occupancy Rate tahun 2005 yaitu 97,87 Rasio normal dari BOR berkisar di angka 60 sd 85 Rujuk
Gambar 4.2. Visualisasi Grafik Barber Johnson sebagai indikator efisiensi dan efektifitas utilisasi unit rawat inap RS Haji, 2002, sd 2007.
Bila dikaitkan dengan adanya gerakan peningkatan mutu RS. Haji mengikuti pola Self Assessment anjuran Depkes RI dapat dinalar bahwa ada peningkatan utilisasi
rawat inap sesudah tahun 2004 dan seterusnya. Kenaikan rasio utilisasi serta indikator mutu lain-nya di unit rawat inap bersamaan waktunya dengan kegiatan gerakan
peningkatan mutu pelayanan dalam proses akreditasi. Dengan membaca fakta keberhasilan meningkatkan utilisasi fasilitas rumah
sakit, maka dapat diterima secara logis bahwa RS. Haji pada tahun 2002 sd 2007, sebenarnya telah memberi kontribusi tugas sebagai promotor tim kerja sama gerakan
peningkatan efektifitas pelayanan rumah sakit. Bukti-bukti keberhasilan adalah peningkatan rasio utilisasi fasilitas rawat inap RS Haji.
Kenaikan utilisasi pelayanan RS. Haji dapat dikaitkan erat dengan kebijakan Pemerintah RI, menyantuni biaya perawatan kesehatan keluarga misikin Gakin
sebagai kompensasi kenaikan harga bahan bakar minyak di tahun 2004. Ketika kebijakan tersebut dicanangkan berlaku di RS. Haji rasio utilisasi pelayanan rumah
Jamaludin : Penerapan Strategi Manajemen Pengembangan Mutu Dan Hubungannya Dengan Kinerja Utilisasi Fasilitas Serta Kinerja Keuangan Di Rs. Haji Medan 2002 – 2007, 2009
USU Repository © 2008
sakit oleh pihak umum dengan pihak Gakin bergerak dari titik terendah 2 tahun 2004 sd 35 di tahun 2007 Rujuk Tabel 4.5.
Dengan fakta tersebut di atas sebenarnya Rumah Sakit Haji Medan telah mengemban tugas pelayanan sosial kepada masyarakat pada umumnya. Implementasi
dari visi dan misi rumah sakit tetap dipegang erat. Pelayanan ini Gakin diakomodasi oleh RS. Haji dengan segala konsekwensi di mana kaum miskin yang yang
memerlukan pelayanan rumah sakit, disantuni secukupnya oleh Pemerintah.
5.2.2. Nilai Pencapaian Mutu RS. Haji per Self Assessment Periode 2002 sd
2007 Dibobot dalam Data Rasio
Data-data dalam Tabel 4.9 ditampilkan nilai hubungan korelasi antara nilai rasio pencapaian masing-masing Pokja dengan nilai rasio pencapaian BOR di setiap
tahun berjalan. Perbandingan tersebut dibuat demikian rupa untuk melihat bagaimana keterkaitan antara nilai-nilai dari Pokja - yang diukur dengan indikator Self
Assessment berkorelasi kuat selaras dengan BOR nilai rasio utilisasi unit rawat
inap oleh pasien. Data laba per tahun dipengaruhi hanya sedikit di atas batas lemah tetapi tidak signifikan secara statistik.
Kondisi tersebut tidak logis karena kenaikan nilai rasio utilisasi fasilitas, tidak membuat kenaikan nilai laba secara bermakna. Di duga kondisi tidak logis tersebut
timbul karena faktor laba sisa hasil usaha per unit pasien tidak konsisten bernilai laba. Biaya pelayanan yang dibayar pemerintah melalui program Askeskin pada masa
lalu relatif terbatas sementara harga pasar biaya yang diperlukan untuk proses pelayanan labil dan selalu naik. Margin laba jadi cukup terganggu karena tidak ada
Jamaludin : Penerapan Strategi Manajemen Pengembangan Mutu Dan Hubungannya Dengan Kinerja Utilisasi Fasilitas Serta Kinerja Keuangan Di Rs. Haji Medan 2002 – 2007, 2009
USU Repository © 2008
proses penyesuaian harga jual pelayanan untuk menjamin sisa hasil usaha terpelihara positif. Masalah penetapan harga bayar jasa dengan pihak pelanggan perlu dikaji
ulang supaya selalu cepat dapat disesuaikan dengan kondisi harga pasar.
5.2.4. Pembahasan Nilai-nilai Rasio Keuangan Laba RS. Haji Periode 2002
sd 2007 Dibobot dalam Data Rasio
Kutipan Tabel 4.7 : Laporan Rasio Keuangan RS Haji 2002 – 2007 No
Nilai – Nilai 2002
2003 2004
2005 2006
2007
1 Rt Crt Liqwdts
350,7 415,1
394,3 146,6
130,4 136,9
Sumber: Data Dokumentasi Bagian Keuangan RS. Haji 1.
Rasio Likuiditas Lancar Current Rasio RS. Haji bergerak dari tingkat 350,7
2002 415,1 2003
394,3 2004 turun menjadi 146,6
2005 130,4 2006 dan
naik sedikit ke 136,9 pada tahun 2007. Rasio lancar Kuswandi, 2006 adalah perbandingan antara harta lancar
current asset yang dapat dicairkan dalam kurun waktu kurang 1 tahun dengan kewajiban jangka pendek yang juga dapat jatuh tempo kurang dari 1
tahun. Rasio ini idealnya selalu menjadi lebih besar atau setidak-tidaknya melebihi 2 kali lipat
200 atau lebih. Merujuk pada kurva kemampuan likuiditas RS. Haji di atas bahwa sebenarnya mereka memiliki ambang
kemampuan likuiditas yang aman dengan kecenderungan menurun ke titik tidak ideal
200. Rasio ini menurut Kuswandi 2006 tidak bisa menjawab apakah perusahaan
masih memiliki kemampuan mengadakan dana operasional dan dana investasi
Jamaludin : Penerapan Strategi Manajemen Pengembangan Mutu Dan Hubungannya Dengan Kinerja Utilisasi Fasilitas Serta Kinerja Keuangan Di Rs. Haji Medan 2002 – 2007, 2009
USU Repository © 2008
dalam waktu dekat 1 bulan. Informasi ini penting ditonjolkan karena di dalam kegiatan peningkatan mutu yang terkait dengan program yang dipandu oleh
gerakan akreditasi, RS. Haji memerlukan sejumlah dana segar untuk melanjutkan investasi pengembangan mutu rumah sakit.
Kuswandi juga mengingatkan bahwa rasio likuiditas ini sebenarnya tidak dapat langsung menggambarkan apakah angka angka tersebut dibuat berdasarkan
prestasi organisasi yang sehat atau hanya sebagai jalan pintas sekedar menunjukkan suatu prestasi yang benar-benar likuid. Masalahnya pencairan
asset organisasi yang besar ke dalam bentuk uang tunai tidaklah mudah dilakukan dalam tempo yang pendek.
2. Rasio Cair Quick ratio adalah perbandingan antara akumulasi Aktiva lancar