Peroleh laba dalam nilai rupiah

6. Peroleh laba dalam nilai rupiah

Merujuk pada Tabel 4.8 ditampilkan tabel pergerakan nilai laba yang dihasilkan di sepanjang periode 2002 sd 2007. Sekalipun RS. Haji mencanangkan tidak mencari profit di dalam usaha pelayanan sosial mereka, RS. Haji memerlukan suatu sistem manajemen keuangan yang mampu mengendalikan usaha pelayanan mereka bertanggung jawab terhadap pemakaian dana yang mereka kelola. Pada organisasi komersil, nilai-nilai keuangan terutama jumlah rupiah sebagai ekspresi laba sisa hasil usaha, perlu dicapai dalam jumlah yang optimal atau selalu sesuai dengan usaha yang dilakukan. Nilai laba tersebut diperoleh sangat minim di organisasi RS. Haji atau bahkan minus pada periode tahun-tahun 2002 sd 2004. Pergerakan nilai labarugi sebelum dipotong pajak kinerja RS Haji disepanjang tahun 2002 – 2007 bergerak dinamis. Pada periode tahun 2002 sd tahun 2004 RS. Haji mengalami kerugian yang jelas di atas Rp. 20.000.000,- per tahun.. Berikutnya pada tahun 2005 nilai laba jadi positif bernilai Rp. 40.143.776,-. Laba kemudian turun ke tingkat Rp. 9.786.327 pada tahun 2006 dan naik sedikit menjadi Rp. 10.237.340,- pada tahun 2007. Bila dibandingkan dengan nilai investasi yang sedemikian besar, maka nilai laba dari tahun ke tahun, walaupun pada akhirnya berada di tingkat positif, sebenarnya sangatlah kecil. Rujuk pada Gambar 4.6 di bawah ini. Untuk memvisualisasi dari perolehan laba RS. Haji, pada Gambar berikut dikutip dari Gambar 4.6 ditampilkan kurva laba rugi sebagai berikut. Jamaludin : Penerapan Strategi Manajemen Pengembangan Mutu Dan Hubungannya Dengan Kinerja Utilisasi Fasilitas Serta Kinerja Keuangan Di Rs. Haji Medan 2002 – 2007, 2009 USU Repository © 2008 Laba Periode -30000000 -20000000 -10000000 10000000 20000000 30000000 40000000 50000000 1 2 3 4 5 6 7 Periode Tahun 2002 - 2007 R upi a h Laba Periode Gambar 5.2. Grafik Nilai Laba per Periode Tahun 2002 sd 2007 Rupiah Nilai laba yang minim seperti terlihat boleh jadi sangat tidak menarik investor komersil di luar RS. Haji. Untuk menanamkan investasi mereka di organisasi yang minim laba seperti itu. Tetapi betapapun kecil hasil laba yang diperoleh, bila dibandingkan pada visi, misi serta falsafah organisasi yang berupa usaha pelayanan sosial – not for profit - serta memberikan pelayanan kesehatan tanpa pamrih pada kaum duafa, sesuai dengan nilai-nilai dakwah Islamiah, nilai ini kelihatan cukup memberi kepuasan pada organisasi.

5.2.5. Pembahasan Khusus Mengapa Ada Korelasi Negatif Diantara Nilai Self

Assessment SA dengan BOR dan Laba Pertanyaan timbul ketika membaca mengapa ketika ada peningkatan BOR yang juga berkorelasi positif dengan nilai Laba, justru nilai korelasinya dengan SA Rerata Self Assessment dari 5 Pokja menurun. Nilai korelasinya diberi tanda negatif? Jawabnya adalah secara logis bahwa proses SA adalah suatu proses yang Jamaludin : Penerapan Strategi Manajemen Pengembangan Mutu Dan Hubungannya Dengan Kinerja Utilisasi Fasilitas Serta Kinerja Keuangan Di Rs. Haji Medan 2002 – 2007, 2009 USU Repository © 2008 menghabiskan porsi dana tertentu untuk tujuan membuat RS tampil beda differentiation process. Tujuan tampil beda sebenarnya untuk menarik lebih banyak pasien bersamaan meningkatnya mutu pelayanan yang semakin baik dan nilai positioning semakin tinggi. Tapi pada masa awal ketika BOR meningkat, terjadi pertambahan tiba-tiba booming volume kerja melayani pasien. Pada saat booming pasien tersebut, jumlah tenaga kerja dengan sendirinya relatif berkurang. Kekurangan tenaga tidak boleh menurunkan jam pelayanan pada pasien, tetapi bila perlu dapat mengurangi jam kegiatan pada SA. Jadi secara sederhana dapat dikaji bahwa booming pasien pada saat-saat tertentu, sebelum kecukupan jumlah SDM dapat ditambahkan secukupnya melalui rekrutmen, proses SA yang banyak dan konsisten menyita pekerjaan administratif, boleh saja dikurangi. Nilai pencapaian SA dengan sendirinya menurun.

5.4. Catatan dari Indepth Interviu yang Dipakai Sebagai Pendamping

Penelitian Memperoleh Data-data Kualitatif dari RS. Haji Medan Pada paragraf ini dismpaikan hasil pertanyaan yang dipakai mengulas tentang data-data sekunder yang diperoleh dari dokumen-dokumen peningkatan mutu. Laporan-nya sebagai berikut: Jamaludin : Penerapan Strategi Manajemen Pengembangan Mutu Dan Hubungannya Dengan Kinerja Utilisasi Fasilitas Serta Kinerja Keuangan Di Rs. Haji Medan 2002 – 2007, 2009 USU Repository © 2008

5.4.1. Ulasan Jawaban dari Pihak Wakil-Wakil 5 Pokja Diperoleh Per

Kuesioner JAWABAN KUESIONER 5 POKJA KELOMPOK KERJA 1. Berapa nilai pencapaian Pokja Kelompok Kerja = Task Force anda dari tahun ke tahun Masing-masing Pokja diwakili oleh 2 wakil mereka memberi masukan data yang mereka berikan berdasarkan apa yang sudah terdaftar di dalam dokumen di masing-masing Pokja yaitu hasil hasil evaluasi setiap tahun berjalan. Ada gejala fluktuasi naik dan turun dari nilai pada masing-masing Pokja, dan hal ini tetap dicatat secara konsiten tanpa perlu ditutupi. Ada gejala bahwa setiap kegiatan akan dilakukan lebih antusias bila saja hasil akhirnya dinilai secara resmi untuk sesuatu reward atau punishment. Kenyataan ini perlu dicermati dan diterima bahwa penilaian per periodik oleh pihak penilai yang berwenang KARS, tetap dilaksanakan seperti anjuran yaitu 1 kali per 3 tahun. Kelemahan RS. Haji terletak disini karena kegiatan uji akreditasi seperti itu tertunda. 2. Hitung berapa item yang dibawah ini ada di Pokja anda ?