13. Hasil strategi pengembangan
Rumah Sakit Haji memiliki komitmen yang kuat untuk tetap berkembang menjadi lebih baik selaras dengan falsafah menyiarkan dakwah Islami yang menjadi
pedoman. RS. Haji mengikuti standar Dep Kes RI secara penuh yaitu menstandarkan pelaksanaan pelayanan dan kegiatan perumah sakitan menurut
pola akreditasi rumah sakit yang dianjurkan. Bila dikaitkan dengan tema penelitian ini tentang peranan Komite Medis di dalam
peningkatan mutu, maka dapat dibuktikan bahwa organisasi Komite Medis di RS Haji dengan sepenuhnya telah melaksanakan pedoman kerja Komite Medis
seperti untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit. Sudah ada organisasinya lengkap dengan sub komite untuk aktif melaksanakan kegiatan
peningkatan mutu.
14. Tanda-tanda penghargaan kualitas pelayanan
Indikator lain-lain yang dapat menunjukkan tentang perkembangan mutu pelayanan yang dilakukan di RS Haji Medan dengan pemeran utama Komite
Medik adalah antara lain. 1. Sertifikasi Rumah Sakit Haji Medan Lulus Akreditasi dengan Status
Akreditasi Tingkat Dasar 5 Pelayanan oleh Menteri Kesehatan dengan No. YM.00.03.2.2.835 tertanggal 1 Juni 2001.
2. Juara I Rumah Sakit Kelas B di Sumatera Utara dalam hal Kinerja terbaik yang dinilai oleh Dinas Kesehatan Sumatera Utara 2003 dan tahun 2005.
Jamaludin : Penerapan Strategi Manajemen Pengembangan Mutu Dan Hubungannya Dengan Kinerja Utilisasi Fasilitas Serta Kinerja Keuangan Di Rs. Haji Medan 2002 – 2007, 2009
USU Repository © 2008
4.2. Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS. Haji
Gerakan Peningkatan Mutu di rumah sakit yang populer disebut gerakan uji akreditasi, memiliki tujuan membuat rumah sakit dapat memberikan pelayanan
standar dan bermutu kepada masyarakat pengguna jasa rumah sakit. Mutu standar selalu dapat diukur dengan indikator-indikator yang distandarisasi oleh Pemerintah RI
melalui tim Komite Akreditasi Rumah Sakit Depkes RI. Satu indikator disebut Grafik Barber Johnson dapat dipakai untuk mengukur apakah rumah sakit telah
efektif dan efisien meningkatkan kualitas pelayanan atau sebaliknya. Grafik ini adalah suatu memadukan 4 indikator efisiensi pelayanan unit rawat
inap yaitu : 1 Tingkat BOR Bed Occupancy Rate – Rasio Hunian Tempat Tidur per periode; 2 ALOS Average Length of Stay – Berapa hari rata-rata pasien tinggal
di RS; 3 TOI Turn Over Interval – Berapa hari rata-rata 1 tempat tidur kosong sebelum diisi kembali, 4 BTO Bed Turn Over – Berapa kali rata-rata 1 tempat
tidur dihuni dalam rentang relatif 1 tahun. Angka rata-rata BOR 75 - 90 , ALOS 3-6 hari; TOI 1 – 3 hari dan BTO 40 kali per tahun Soejadi; 1989.
4.2.1. Indikator Utilisasi Unit Rawat Inap RS. Haji 2004 sd 2006
RS Haji memantau tingkat efektifitas dan efisiensi utilisasi unit rawat inap di rumah sakit dari waktu ke waktu. Standar Barber Johnson telah dipakai secara
nasional dan dianjurkan oleh melalui Self Assessment. Model dibawa oleh Dr. Soejadi dari Inggris dan diterapkan secara luas di Indonesia. Rujuk pada Gambar 4.2.
Jamaludin : Penerapan Strategi Manajemen Pengembangan Mutu Dan Hubungannya Dengan Kinerja Utilisasi Fasilitas Serta Kinerja Keuangan Di Rs. Haji Medan 2002 – 2007, 2009
USU Repository © 2008
Average of Length of Stay ALOS
Turn Over Interval TOI
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
2 4
6 8
10 12
14 16
18 20
22 24
26 28
30
2 4
6 8
10 12
14 16
18 20
22 24
26 28
30
Daerah Effisien
B O
R 7
5
BO R
50 B
O R
7 B
O R
8 B
O R
9
BT O 3
BT O 2
BT O 1
5 BT
O1 2,5
2005 2006
2004
2007 Gambar 4.2 Visualisasi Grafik Barber Johnson Sebagai Indikator Efisiensi
dan Efektifitas Utilisasi Unit Rawat Inap RS Haji dari Tahun 2002 sd tahun 2007
4.2.2. Keterangan Indikator Utilisasi Unit Rawat Inap Grafik Barber Johnson
RS. Haji 2004 sd 2006 Indikator dalam kelompok Statistik Barber Johnson menunjukkan kenaikan
rasio hunian rata-rata dalam periode tahunan BOR – Bed Occupancy Rate tahun 2005 yaitu 97,87. Rasio normal dari BOR berkisar di angka 70 sd 80. Untuk
mengatasi hal-hal yang tidak berimbang di mana tingkat BOR sudah berlebihan, pihak Komite Medik mengajukan usulan kepada pihak Direktur dan pemilik agar
2003 2002
Jamaludin : Penerapan Strategi Manajemen Pengembangan Mutu Dan Hubungannya Dengan Kinerja Utilisasi Fasilitas Serta Kinerja Keuangan Di Rs. Haji Medan 2002 – 2007, 2009
USU Repository © 2008
menambah fasilitas unit rawat inap sejumlah tempat tidur untuk mengimbangi pertambahan rasio hunian tersebut.
Pada tahun 2006 penambahan sejumlah tempat tidur di unit rawat inap RS. Haji dari 135 menjadi 250 tempat tidur. Dengan penambahan tempat tidur angka
BOR turun menjadi 73,17. Kondisi tersebut pada saat tertentu masih aman untuk menjamin efektifitas dan efisiensi layanan unit rawat inap rumah sakit dalam kondisi
baik. Selanjutnya, tingkat BOR pada tahun 2007 adalah tetap dapat bertahan di jenjang 76,5
berada di tingkat efisiensi yang baik per standar nasional. Informasi selanjutnya yang dapat dibaca dalam kelompok Barber Johnson
LOS, TOI dan BTO cukup menguatkan interpretasi bahwa RS Haji telah beroperasi efektif dan efisien dalam kondisi baik yaitu LOS dalam rentang yang normal begitu
juga TOI. BTO yang berfungsi menyatakan berapa kali tempat tidur secara rata-rata dipakai dalam periode 1 tahun, menunjukkan bahwa unit rawat inap RS Haji telah
beroperasi secara efektif dan efisien. Angka di atas 40 sudah cukup membuktikan frekuensi pemakaian tempat tidur rata-rata dalam 1 tahun cukup baik.
Angka GDR Gross Death Rate dan NDR Net Death Rate adalah cukup wajar menurut rata-rata nasional
GDR berada dalam kondisi wajar. Hasil kinerja yang sebelumnya dapat dibaca dari hasil-hasil analisis mata rantai chain value. Dari
informasi tersebut dapat diakui bahwa hasil yang telah dicapai oleh RS Haji dalam gerakan peningkatan mutu dengan Komite Medik sebagai penanggung jawab utama
adalah baik dan memuaskan baik terhadap: 1 RS Haji karena peningkatan utilisasi fasilitas pelayanan rumah sakit, juga 2 Peningkatan kepercayaan pada para
Jamaludin : Penerapan Strategi Manajemen Pengembangan Mutu Dan Hubungannya Dengan Kinerja Utilisasi Fasilitas Serta Kinerja Keuangan Di Rs. Haji Medan 2002 – 2007, 2009
USU Repository © 2008
pelanggan pasien serta rekanan kerja kelompok perusahaan. Hal tersebut dibuktikan oleh semakin banyaknya frekuensi pemakaian jasa pelayanan terpakai.
4.2.3. Rasio Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap Antara Pasien Regular dengan Pasien Gakin
Tabel 4.5. Rasio Utilisasi oleh Pasien Gakin Relatif terhadap Utilisasi Total oleh Pasien Gabungan Gakin dan Non Gakin Thn 2004 sd 2007
N o
Unit Pelayanan
Kate gori
Thn 2004
Rasio Gaki
n Tha
2005 Rasio
Gaki n
Thn 2006
Rasio Gaki
n Thn
2007 Rasio
Gaki n
Gakin 128 3889
11854 19268
Total Gakin
Total 93044
150 5555
50286 1208
7800 55356
2791 9173
60420 3383
10185 1
2 Rawat
Jalan Unit
Gawat Darurat
UGD Unit
Rawat Inap dan
Intensif Care Unit
ICU 1,4
2,7
7800 7,73
15,48
9173 21.41
30,42
10185 31,89
33,22
Sumber Data: Rekam Medis RS. Haji Medan 2008
Rumah Sakit Haji Medan mengemban tugas pelayanan sosial kepada masyarakat pada umumnya. Implementasi dari visi dan misi rumah sakit tetap
dipegang erat. Pada awal tahun 2004, saat Pemerintah RI menyatakan mendukung penuh biaya pelayanan kesehatan pada kaum duafa miskin. Pelayanan ini Gakin
diakomodasi oleh RS. Haji dengan segala konsekwensi di mana kaum miskin yang yang memerlukan pelayanan rumah sakit, disantuni secukupnya oleh Pemerintah.
Artinya bahwa mereka yang memiliki status miskin dapat memakai pelayanan rumah sakit tanpa membayar. Pelayanan yang diberikan tetap standar minimal dan
Jamaludin : Penerapan Strategi Manajemen Pengembangan Mutu Dan Hubungannya Dengan Kinerja Utilisasi Fasilitas Serta Kinerja Keuangan Di Rs. Haji Medan 2002 – 2007, 2009
USU Repository © 2008
kelas perawatan rawat inap kelas III. Tingkat Rasio dari seluruh fasilitas perawatan rawat inap yang dipersiapkan untuk pelayanan kelas III kuota Gakin berjumlah 87
tempat tidur atau 35. Kuota ini lebih besar dari ketentuan standar rasio fasilitas pelayanan sosial rumah sakit kelas III di Indonesia sebesar 25.
Selanjutnya untuk menjadi bahan masukan apakah dominasi pasien Gakin memiliki pengaruh langsung terhadap rasio utilisasi unit rawat inap, dan kemudian
kinerja keuangan. Biaya pelayanan perawatan rumah sakit untuk Gakin yang ditetapkan oleh PemerintahAskeskin memiliki keterbatasan biaya.
Pada Tabel 4.5 ditampilkan tabulasi khusus data-data terkait yang berlangsung dari era 2004, 2005 dan 2006, 2007 pada saat mana pelayanan terhadap Gakin mulai
berlaku intensif. Faktor tarip pelayanan pasien yang dibatasi oleh pemerintah cukup
berpengaruh terhadap akumulasi nilai laba. Tabel 4.6. Nilai Pencapaian Mutu RS. Haji per Self Assessment Periode 2002 sd
2007
PERIODE PENGUJIAN SELF ASSESSMENT
No Nama Pokja
2002 2003 2004 2005 2006 2007 1
2 3
4 5
Admin Umum Plyn Medik
Plyn Kprawatan Unt Gw Darurat
Unit Rkm Medik 85
70 80
78 80
80 75
89 80
80 85
70 80
70 80
80 62
86 60
70 75
65 70
70 60
60 55
50 45
60
Sumber: Panitia Peningkatan Mutu RS. Haji Medan Analisis Khusus terhadap Dokumen Penilaian Self Assessment Tahun 2002 sd 2007
Panitia Peningkatan Mutu Pelayanan RS. Haji sejak tahun 2001 telah bekerja secara teratur melaksanakan kegiatan peningkatan mutu pelayanan dipandu oleh Self
Assessment Depkes RI. Pada tahun 2001 RS. Haji memakai panduan uji akreditasi
Jamaludin : Penerapan Strategi Manajemen Pengembangan Mutu Dan Hubungannya Dengan Kinerja Utilisasi Fasilitas Serta Kinerja Keuangan Di Rs. Haji Medan 2002 – 2007, 2009
USU Repository © 2008
Self Assessment versi tahun 2000. Mereka dinyatakan lulus penuh yang diakui dengan sertifikat dari No. YM.00.03.2.2.626 9 Tgl Mei 2001 ditandatangani oleh Pejabat
Departemen Kesehatan RI. Gerakan peningkatan mutu adalah gerakan yang berkesinambungan yang
harus pula diuji ulang oleh minimal 3 tahun kemudian. Uji akreditasi dinalar memerlukan sejumlah biaya. Pihak RS. Haji tidak melakukan uji akreditasi formal
dalam tahun 2004 ataupun 2007 oleh karena pertimbangan biaya yang harus dihemat. Walaupun demikian, untuk kesinambungan peningkatan mutu pelayanan, pihak
Kelompok Kerja Pokja di RS. Haji tetap secara periode melaksanakan pemantuan gerakan peningkatan mutu secara mandiri. Dokumen penilaian setiap tahun 2002 sd
2007 oleh panitia dianalisis dan dipakai sebagai peringatan pada masing-masing Pokja. Buku Panduan Self Assessment yang dipakai adalah terbitan Depkes RI 2002
dengan judul ”Pedoman Survei Akreditasi, Instrumen 5 Pelayanan Versi 2002”. Hampir sama dengan versi-versi sebelum-nya Self Assessment ini mengandung 5
bagian penting yaitu pedoman-pedoman pemeriksaan terhadap 5 Pokja dasar. Lima Pokja Dasar tersebut adalah: 1 Pokja Administrasi Umum; 2 Pokja Pelayanan
Medis Dokter; 3 Pokja Keperawatan; 4 Pokaja Unit Gawat Darurat; dan 5 Pokja Rekam Medis.
Setiap unit ”Self Assessment” memiliki 7 buah Standar Pelayanan yaitu: 1 Falsafah dan Tujuan; 2 Administrasi dan Pengelolaan; 3 Staf dan Pimpinan;
4 Fasilitas dan Peralatan; 5 Kebijakan dan Prosedur; 6 Pengembangan Staf dan Program Pendidikan; dan 7 Evaluasi dan Pengendalian Mutu. Setiap Standar
Jamaludin : Penerapan Strategi Manajemen Pengembangan Mutu Dan Hubungannya Dengan Kinerja Utilisasi Fasilitas Serta Kinerja Keuangan Di Rs. Haji Medan 2002 – 2007, 2009
USU Repository © 2008
memiliki secara bervariasi sejumlah pertanyaan tentang keberadaan rumah sakit dan pelayanannya. Jawaban terhadap masing-masing pertanyaan dapat dinilai berdasarkan
skala penilaian 0 sd 5. Masing-masing skala tersebut dipandu berdasarkan syarat- syarat standar yang sudah dibakukan.
Sistem penilaian adalah menjumlahkan semua nilai-nilai yang diperoleh pada setiap pertanyaan. Jumlah nilai tersebut kemudian dibandingkan dengan
kemungkinan jumlah maksimum yang dapat diperoleh dari seluruh pertanyaan. Hasil perbandingan rasio dalam persen dinyatakan sebagai hasil pencapaian setiap Pokja.
Di dalam penelitian, penilaian rasio rata-rata setiap Pokja dalam pencapaian nilai Self Assessment langsung dipakai sebagai data pada variabel 5 Pokja.
4.3. Statistik Perspektif Keuangan RS. Haji Periode 2002 sd 2007
Perspektif keuangan di RS. Haji seperti layaknya pada suatu perusahaan jasa modern, secara universal otomatis memiliki manajemen keuangan yang dikontrol
oleh sistem standar akuntansi yang berlaku di Indonesia accrual based. Sistem manajemen umumkeuangan RS. Haji dikepalai oleh seorang Wadir III yaitu seorang
ekonom yang diangkat berdasarkan Surat Keputusan Direktur RS. Haji Medan. Selain melaksanakan sendiri sitem pembukuan yang dikerjakan oleh staf ahli, RS. Haji pada
periode tertentu memakai jasa firma akuntansi pihak ketiga indpendent yang terakreditasi untuk mengadakan audit kelayakan laporan keuangan. Praktek seperti ini
menunjukkan bahwa pihak manajemen memiliki suatu prinsip yang transparan dan
Jamaludin : Penerapan Strategi Manajemen Pengembangan Mutu Dan Hubungannya Dengan Kinerja Utilisasi Fasilitas Serta Kinerja Keuangan Di Rs. Haji Medan 2002 – 2007, 2009
USU Repository © 2008
bertanggung jawab terhadap organisasi tentang kinerja administrasi umum terutama kinerja manajemen keuangan.
Pada penelitian ini penulis memakai berkas-berkas ”Laporan Keuangan RS. Haji” sebagai sumber data yang mengandung neraca laba rugi rumah sakit mulai dari
tahun 2002 sd 2007. Penulis memakai berkas-berkas pelaporan tersebut atas dasar keyakinan bahwa data-data di dalam berkas adalah benar dan akurat serta telah
diterima secara terpercaya oleh pihak pemilik yaitu Yayasan RS. Haji Medan.
4.4. Rasio-rasio dalam Perspektif Keuangan RS Haji
Tabel 4.7. Laporan Rasio Keuangan RS Haji 2002 – 2007 No
Nilai – Nilai 2002
2003 2004
2005 2006
2007
1 2
3 4
5 6
7 8
Rt Crt Liqwdts Quick Ratio
Debt to Equity Margin of Sales
Return of Investm Beban Pokok
Beban Ussaha Pdptn Lain-lain
350,7 152,7
10,85 0,19
0,21 79,18
22,26 1,25
415,1 162.2
9,46 0,17
0,22 79,96
23,68 3,47
394,3 161,8
11,49 0,17
0,21 77,80
27,76 5,38
146,6 16,85
23,57 0,19
0,33 79,0
23,71 2,90
130,4 26,71
32,72 0,03
0,07 82,42
21,9 4,41
136,9 122,5
57,86 0,03
0,06 84,13
20,62 4,78
Sumber: Data Dokumentasi Bagian Keuangan RS. Haji
Pemaparan data tabel nilai-nilai rasio keuangan ke dalam model grafik X-Y
Data-data yang tertulis dalam laporan hasil audit oleh Firma Akuntansi Publik tersebut ditabulasi pada Tabel 4.7 di atas. Laporan keuangan RS. Haji dipaparkan ke
dalam bentuk grafik grafik garis lusus X-Y dengan menempatkan periode tahun di sisi horizontal “X” dan nilai masing-masing rasio di sisi vertikal “Y”. Delapan 8
Jamaludin : Penerapan Strategi Manajemen Pengembangan Mutu Dan Hubungannya Dengan Kinerja Utilisasi Fasilitas Serta Kinerja Keuangan Di Rs. Haji Medan 2002 – 2007, 2009
USU Repository © 2008
item rasio ditempatkan terpisah pada 3 kelompok grafik untuk memudahkan pembacaan.
Grafik Rasio Likuiditas RS. Haji cenderung menurun sejak tahun 2005 sd 2007. Hal yang serupa terlihat pada grafik Rasio Cepat pada 2005 tetapi merayap
naik setelah 2006. Rasio hutang RS. Haji mendatar dari 2002 – 2003, kemudian meningkat mulai tahun 2005 sd 2007.
Grafik dibuat berdasarkan Tabel 4.7
Gambar 4.3. Grafik Gerakan Naik Turun Rasio Likuiditas Kode RCLIQ –
Current Ratio, Rasio Cepat Kode QUICKR – Quick Ratio dan Rasio Hutang terhadap Harta Kode DEBTEQ – Debt to Equity
Ratio dari RS. Haji 2002 sd 2007
Grafik Current, Quick Liquidity Debt to Equity
100 200
300 400
500
1 2
3 4
5 6
Periode Tahun 2002 - 2007 P
e rs
en tase
RCLIQ QUICKR
DEBTEQ
Hal yang dapatlayak dibahas dari fenomena Likuiditas dan Rasio Cepat diatas adalah bahwa sejak tahun 2005 RS. Haji, tidak dapat meningkatkan
kemampuan mereka untuk membayar kewajiban-kewajiban hutang jangka pendek.
Jamaludin : Penerapan Strategi Manajemen Pengembangan Mutu Dan Hubungannya Dengan Kinerja Utilisasi Fasilitas Serta Kinerja Keuangan Di Rs. Haji Medan 2002 – 2007, 2009
USU Repository © 2008
Fenomena ini diperlihatkan juga oleh grafik pergerakan rasio hutang RS. Haji yang bergerak secara simultan menjadi lebih tinggi di awal 2005 sd 2007.
Kinerja keuangan RS. Haji dapat dikatakan baik konsisten bergerak mendatar sd 2004 kemudian meningkat di tahun 2005, menurun di tahun 2006 sd
2007. Kinerja keuangan seperti ini memiliki konsistensi terhadap fenomena Rasio Likuiditas dan Rasio Cepat pada tahun yang sama tergambar pada Gambar 4.4
di bawah.
Grafik dibuat berdasarkan Tabel 4.7
Gambar 4.4. Grafik Gerakan Naik Turun Nilai Keuntungan Series 1 - Margin of Sales, Rasio Pengembalian Investasi Series 2 – Return of
Investment dari RS. Haji 2002 sd 2007
Grafik ROI Margin of Sales
-0.3 -0.2
-0.1 0.1
0.2 0.3
0.4
1 2
3 4
5 6
Periode Tahun 2002 - 2007 P
e rs
en ta
se
MARSAL ROI
Beban Biaya Pokok kelihatan-nya sulit untuk ditekan menjadi lebih kecil dibandingkan dengan Beban Biaya Usaha yang nilainya relatif lebih kecil. Alasan
kesulitan pengendalian tersebut terkait dengan kondisi harga pasar yang menjadi
Jamaludin : Penerapan Strategi Manajemen Pengembangan Mutu Dan Hubungannya Dengan Kinerja Utilisasi Fasilitas Serta Kinerja Keuangan Di Rs. Haji Medan 2002 – 2007, 2009
USU Repository © 2008
mitra kerja rumah sakit cenderung naik di setiap tahun. Bila Beban Biaya Pokok terkait langsung dengan kondisi fluktuasi biaya di luar rumah sakit, biaya beban
usaha yang relatif lebih kecil, terkait erat dengan biaya internal operasional rumah sakit Rujuk Gambar 4.5.
Grafik dibuat berdasarkan Tabel 4.7
Gambar 4.5. Grafik gerakan kemampuan Bagian Keuangan Mengendalikan Beban Biaya Pokok BEBPOK dan Mengendalikan Beban Biaya
Usaha BEBUSA di RS. Haji 2002 sd 2007
Beban Pokok, Usaha Pendapatan Lain-lain
20 40
60 80
100
1 2
3 4
5 6
Periode Tahun 2002 - 2007 P
e rse
n tase
BEBPOK BEBUSA
PENDLA
Dari grafik tampak bagaimana Beban Biaya Pokok bergerak naik sejak tahun
2004, sementara Beban Biaya Usaha lebih dapat ditekan pada periode yang serupa menjadi lebih kecil. Kondisi ini dapat menggambarkan adanya efektifitas dari pihak
manajemen mengendalikan efisiensi penggunaan biaya operasional.
Jamaludin : Penerapan Strategi Manajemen Pengembangan Mutu Dan Hubungannya Dengan Kinerja Utilisasi Fasilitas Serta Kinerja Keuangan Di Rs. Haji Medan 2002 – 2007, 2009
USU Repository © 2008
Nilai Pendapatan lain-lain dapat disamakan dengan biproduk pendapatan sampingan pada bisnis pada umumnya. Perolehan ini sering tidak dapat diprediksi
sehingga keberadaan-nya nilai tambahan keuangan yang tak terduga. Tidak dapat diramalkan tetapi selalu ada. RS. Haji menunjukkan fenomena memiliki pendapatan
lain-lain yang konsistenselalu ada. Selanjutnya pada Tabel 4.8 berikut ditampilkan tabel pergerakan nilai laba
yang dihasilkan disepanjang periode 2002 sd 2007.
Tabel 4.8. Tabulasi data Laba sebelum pajak RS. Haji periode 2002 sd 2007 No. Tahun
Pelayanan dihitung
Laba sebelum
pajak Rupiah
Nilai dalam
jutaan rupiah
Keterangan
1 2
3 4
5 6
2002 2003
2004 2005
2006 2007
21.445.418 22.484.633
21.172.151 40.143.776
9.786.327 10.237.340
21.45 22.48
21.17 40.14
9.79 10.24
Merugi Merugi
Merugi Laba +
Laba turun Laba naik
Pergerakan nilai labarugi sebelum dipotong pajak kinerja RS Haji disepanjang tahun 2002 – 2007 bergerak dinamis. Pada periode tahun 2002 sd tahun
2004 RS. Haji mengalami kerugian yang jelas di atas Rp. 20.000.000,- per tahun.. Berikutnya pada tahun 2005 nilai laba tersebut menjadi positif dengan nilai positif
Rp. 40.143.776,-. Tingkat laba kemudian turun ke tingkat positif Rp. 9.786.327 pada tahun 2006, dan kemudian naik menjadi positif Rp. 10.237.340,- pada tahun 2007.
Bila dibandingkan dengan nilai investasi yang sedemikian besar – secara bisnis
Jamaludin : Penerapan Strategi Manajemen Pengembangan Mutu Dan Hubungannya Dengan Kinerja Utilisasi Fasilitas Serta Kinerja Keuangan Di Rs. Haji Medan 2002 – 2007, 2009
USU Repository © 2008
komersil yang lazim - maka nilai pertambahan laba dari tahun ke tahun sangatlah
kecil. Rujuk pada Gambar 4.6 di bawah ini.
Laba Periode
-30000000 -20000000
-10000000 10000000
20000000 30000000
40000000 50000000
1 2
3 4
5 6
7
Periode Tahun 2002 - 2007 R
upi a
h
Laba Periode
Grafik dibuat berdasarkan Tabel 4.8
Gambar 4.6. Grafik Nilai Laba per Periode Tahun 2002 sd 2007 Rupiah
4.5. Tabulasi Variabel Pencapaian 5 Pokja per Self Assessment, BOR dan
Niliai Laba RS. Haji Periode 2002 sd 2007
Tabulasi berikut ini dibuat untuk menyediakan data-data yang akan diproses menjadi penentu hasil korelasi dari variabel-variabel yang terkait penelitian. Nilai
Self Assessment adalah nilai-nilai dari 5 Pokja dalam periode 6 tahun 2002 sd 2007. Perlu dijelaskan bahwa cara hitung nilai masing-masing Pokja dibuat berdasarkan
nilai ordinal dari sejumlah ukuran yang dipertanyakan khusus untuk setiap Pokja. Jumlah nilai peerolehan dari setiap Pokja kemudian dijhitung ke dalam hitungan rasio
Jamaludin : Penerapan Strategi Manajemen Pengembangan Mutu Dan Hubungannya Dengan Kinerja Utilisasi Fasilitas Serta Kinerja Keuangan Di Rs. Haji Medan 2002 – 2007, 2009
USU Repository © 2008
dalam rentang 0 sd 100. Penilaian tersebut telah dibuat setiap akhir tahun di sepanjang 2002 sd 2007.
Nilai BOR Bed Occupancy Rate adalah nilai rasio hunian tempat tidur rata rata setiap tahun. Nilai tersebut termasuk di dalam hitungan Barber Johnson dengan 3
variabel lain yang keseluruhannya mengindikasikan tingkat efisiensi dan efektifitas utilisasi unit rawat inap RS. Haji. Nilai BOR setiap tahun sengaja dipilih karena lebih
lazim dipakai sebagai indikator langsung efektifitas peningkatan utiliasi unit rawat inap. Satuan-nya adalah persen . Ada suatu catatan perlu dibuat di dalam tabulasi
yaitu data di tahun 2006 dan 2007. Pada tahun 2006, untuk mengimbangi peningkatan jumlah pasien unit rawat inap disediakan tambahan jumlah tempat tidur menjadi 250
unit. Karena hitungan BOR dibuat otomatis berdasarkan penyebut yang bertambah menjadi 250 pada periode tersebut, maka angka BOR yang berlaku di tahun 2006 dan
2007 perlu dimodifikasi seimbang. Artinya nilai BOR yang dicantumkan pada Grafik Barber Johnson pada tahun 2006 dan 2007 berturut-turut 73,1 dan 76,5, setelah
dimodifikasi sebesar 250 per 135 kali menjadi 135,5 dan 141,6. Nilai hasil
modifikasi dimasukkan kedalam tabulasi di bawah. Tabulasi dari nilai-nilai laba dalam periode 2002 sd 2007 juga dimasukkan
sekaligus ke dalam Tabel 4.9. Angka yang besar sampai jutaan direduksi dengan cara membaginya ke dalam unit juta. Tujuan pengecilan dengna cara membagi jumlah
laba dengan nilai 1 juta adalah untuk menyederhanakan cara penulisan.
Jamaludin : Penerapan Strategi Manajemen Pengembangan Mutu Dan Hubungannya Dengan Kinerja Utilisasi Fasilitas Serta Kinerja Keuangan Di Rs. Haji Medan 2002 – 2007, 2009
USU Repository © 2008
Tabel 4.9. Tabulasi Data 5 Pokja per Self Assessment, BOR dan Nilai Laba RS. Haji Periode 2002 sd 2007
Variabel Pencapaian 5 Pokja per Self Assessment SA
Variabel Kinerja
Utilisasi Variabel
Laba
No Periode Tahun
Ad min
Yan med
Yan kep
Uge de
Rek Med
BOR Laba Conversi
1 2
3 4
5 6
2002 2003
2004 2005
2006 2007
85 80
85 80
75 60
70 75
70 62
65 55
80 89
80 86
70 50
78 80
70 60
70 45
80 80
80 70
60 60
60 62
64 97,9
135,5 141,6
21.45 22.48
21.17 40.14
9.79 10.24
Tabel dimodifikasi berdasarkan data temuan. Keterangan Tabel : Admin = Administasi; Yan Med = Pelayanan Medis; Yan Kep =
Pelayanan Keperawatan; Ugede = Unit Gawat Darurat; Rek Med = Rekam Medis; BOR Rasio Utilisasi Rwt Inap; Laba Conversi = Angka Laba setelah dibagi dengan
nilai 1 juta rupiah.
4.6. Hitung Korelasi Non-Parametrik Spearman Pencapaian 5 Pokja per
Self Assessment, BOR dan Niliai Laba RS. Haji periode 2002 sd 2007
Di dalam proses menganilisis kemungkinan ada atau tidak keterkaitan dalam bentuk hubungan diantara variabel-variabel kinerja keuangan dengan kinerja utilisasi
fasilitas rumah sakit serta dengan nilai-nilai pencapaian 5 Pokja per Self Assessment, ditetapkan analisis korelasihubungan non-parametrik Spearman sebagai instrumen.
Yang difokus adalah tingkat korelasi dan signifikansi dari semua hubungan tersebut.
Jamaludin : Penerapan Strategi Manajemen Pengembangan Mutu Dan Hubungannya Dengan Kinerja Utilisasi Fasilitas Serta Kinerja Keuangan Di Rs. Haji Medan 2002 – 2007, 2009
USU Repository © 2008
Alasan pemakaian instrumen ini adalah karena jumlah sampel eksak dianggap kurang mampu memenuhi persyaratan data untuk dihitung dengan instrumen regresi
multivariat.
4.6.1. Uji Statistik Korelasi
Pada perhitungan statsitik korelasi dipakai data dari nilai-nilai rasio persentase pencapaian dari 5 pokja: 1 Administrasi kode: “admin”;
2 Pelayanan Medis kode: “yanmed”; 3 Pelayanan Keperawatan kode “yankep”; 4 Unit Gawat Darurat kode “ugede”; dan 5 Rekam Medis kode “medrek”. Nilai
lain yang juga menjadi variabel-variabel pencapaian rumah sakit disepanjang 2002 sd 2007 adalah variabel BOR Bed Occupancy Rate dengan kode “bor”, variabel
konversi nilai laba nilai laba dibagi 1 juta dengan kode “conver”, variabel ROI Return of Investment dengan kode ROI.
Tabel 4.10. Statistik Deskriptif Data-data Ratio Variabel-variabel Dihitung
Nama Atribut
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation admin
yanmed yankep
ugede medrek
bor conver
ROI 6
6 6
6 6
6 6
6 62
55 50
45 60
60
-22.48 6.00
85 75
89 80
80
141 40.14
33.00 77.83
66.17 76.33
67.17 72.17
93.33
-.8225 18.33
8.612 7.627
14.459 12.968
9.174 37.575
25.38 10.23
Data diolah.
Di dalam Tabel 4.10 di atas diperlihatkan atribut-atribut proses hitung statistik deskriptif. Tidak ada data yang hilang. Hasil dari perhitungan deskriptif dapat
Jamaludin : Penerapan Strategi Manajemen Pengembangan Mutu Dan Hubungannya Dengan Kinerja Utilisasi Fasilitas Serta Kinerja Keuangan Di Rs. Haji Medan 2002 – 2007, 2009
USU Repository © 2008
menggambarkan nilai minimum, maksimum nilai rata-rata dan penyimpangan standar dari seluruh variabel yang dihitung. Data adalah data ratio persen dan nilai numerik
pada dasarnya dapat dipakai menjadi masukan pada statistik parametrik, tetapi jumlah set data “N” hanya 6 karena rentang waktu serial-nya hanya 6 tahun. Minimnya
jumlah data “N” hanya 6, membuat data yang dikumpulkan tidak dapat dipakai
menjadi materi perhitungan statistik parametrik. Sebenarnya ada peluang menghasilkan informasi trend dari regresi variabel dependent
s BOR, Conver dan ROI terhadap variabel independent yaitu pencapaian 5 Pokja. Perhitungan dengan
sampel eksak kecil N 30 tersebut lazim dipakai pada proses menghitung peramalan forecasting tentang pengaruh variabel–variabel independent terhadap
variabel dependent, tetapi kurang nyaman untuk suatu perhitungan regresi multivariat untuk menghasilkan suatu teori generalisasi terhadap lingkup populasi yang lebih
luas. Masalahnya adalah jumlah data sangat kecil N= 6 sementara normalitas dari distribusi data populasi sulit diketahui kenormalan-nya karena jumlah data terlalu
sedikit N 30. Kondisi tersebut membuat pilihan analisis jatuh pada model hitung statistik korelasi non-parametrik model Spearman’s Correlation Rujuk Tabel 4.11
berikut.
Jamaludin : Penerapan Strategi Manajemen Pengembangan Mutu Dan Hubungannya Dengan Kinerja Utilisasi Fasilitas Serta Kinerja Keuangan Di Rs. Haji Medan 2002 – 2007, 2009
USU Repository © 2008
Tabel 4.11. Korelasi Spearman dari 6 set Data RS. Haji Medan
Variabel dikaitkan
Ad min Yan med
Yan kep Ugede
MedRek BOR
Conver ROI
Adminis rasi
Yan-med Med Rek
Yan Kepr UGD
BOR Conver
ROI CorCoef
Sig. 2-t CorCoef
Sig. 2-t CorCoef
Sig. 2-t CorCoef
Sig. 2-t CorCoef
Sig. 2-t CorCoef
Sig. 2-t CorCoef-
Sig2-t CorCoef
Sig.2-t 1.000
. .647
.165 .844
.035 .500
.312 .552
.256 -.853
.031 -.500
.312 .508
.304 .647
.165 1.000
. .759
.080 .657
.156 .986
.000 -.886
.019 -.943
.005 .406
.425 .500
.312 .657
.156 .638
.173 1.000
. .638
.173 -.714
.111 -.429
.397 .928
.008 .552
.256 .986
.000 .647
.165 .638
.173 1.000
. -.841
.036 -.928
.008 .368
.473 .844
.035 .759
.080 1.000
. .638
.173 .647
.165 -.880
.021 -.698
.123 .524
.286 -.853
.031 -.886
.019 -.880
.021 -.714
.111 -.841
.036 1.000
. .771
.072 -.551
.257 -.500
.312 -.943
.005 -.698
.123 -.429
.397 -.928
.008 .771
.072 1.000
. -.116
.827 .508
.304 .406
.425 .524
.286 .928
.008 .368
.473 -.551
.257 -.116
.827 1.000
Data dicopy dari tabulasi proses statistik SPSS
Pada Tabel 4.11 Korelasi Spearman di atas dapat dibaca tingkat korelasi hubungan antara nilai Pokja Administrasi dengan variabel BOR 0,853 . Nilai
tersebut menandakan ada korelasi yang cukup kuat dengan tanda negatif serta dibubuhi 1 tanda astrid. Artinya ada hubungan yang arahnya berlawanan yang
kuat diantara kenaikan nilai Pokja Administrasi dengan nilai BOR. Tanda adalah tanda bahwa signifikansi kebermaknaan korelasi ada pada satu ekor. Nilai
signifikansi korelasi kedua variabel ini diterima karena nilai 0,031 adalah 0,05. Selanjutnya nilai korelasi antara Pokja Administrasi dengan nilai “Conversi” laba dan
Jamaludin : Penerapan Strategi Manajemen Pengembangan Mutu Dan Hubungannya Dengan Kinerja Utilisasi Fasilitas Serta Kinerja Keuangan Di Rs. Haji Medan 2002 – 2007, 2009
USU Repository © 2008
juga dengan ROI adalah di titik tengah antara kuat dengan lemah yaitu masing- masing: - 0,500 dan 0,508. Tingkat signifikansinya menerima hipotesa nol atau
berarti tidak signifikan. Nilai 0,312 dan 0,304 pada Significancy 2 ekor adalah 0,05. Nilai korelasi hubungan diantara variabel Pokja Yan Med dokter dengan
nilai-nilai BOR, Conver dan ROI. Nilai korelasi diantara Yan Med dengan BOR adalah – 0,886 dan dengan tingkat Signifikansi 2 ekor sebesar 0,010. Artinya ada
korelasi yang berlawanan arah diatara keduanya serta bermakna pada tingkat 2 ekor. Hubungan yang kuat juga ditunjukkan antara Pokja Yan Med dengan nilai Conver
laba sebesar 0,943 serta signifikansi setingkat 0,005 pada 2 ekor. Nilai ini menerima tingkat signifikansi setara 0,01. Nilai-nilai tersebut sangat kuat. Korelasi
antara nilai pencapaian Pokja Yan Med dengan ROI adalah lemah 0,406.
Kelemahan ini dinyatakan juga tidak signifikan dengan nilai signifikansi 0,425 yaitu jauh 0,05. Hipotesa nol diterima.
Nilai korelasi antara variabel Pokja Pelayanan Keperawatan Yan Kep dengan variabel BOR, Conver serta nilai ROI menunjukkan bahwa hubungan Yan
Kep dengan BOR cukup kuat di tingkat – 0,714 tetapi signifikansinya menerima hipotesa nol tidak signifikan. Begitu pula hubungan Yan Kep dengan Conver
conversi nilai laba – 0,429 serta tingkat signifikansi sebesar 0,397. Selain lemah nilai signifikansinya ditolak. Berlainan dengan 2 variabel tersebut di atas, nilai
korelasi diantara Pokja Yan Kep dengan ROI sangat kuat yaitu 0,928 serta signifikansinya 0,008. Nilai tersebut menerima batas akurasi 0,01 yang jauh 0,05.
Jamaludin : Penerapan Strategi Manajemen Pengembangan Mutu Dan Hubungannya Dengan Kinerja Utilisasi Fasilitas Serta Kinerja Keuangan Di Rs. Haji Medan 2002 – 2007, 2009
USU Repository © 2008
Nilai korelasi antara nilai Variabel Pokja UGD Unit Gawat Darurat “Ugede” dengan variabel BOR adalah – 0,841 dengan nilai signifikansi 0,036.
Nilai ini bertanda negatif, artinya berlawanan arah satu dengan lain-nya. Tanda 1 asterisk artinya memiliki signifikansi dibatas 0,05 pada kebermaknaan 2 ekor. Nilai
signifikansi = 0,036 yaitu 0,05. Kekuatan serupa dimiliki dengan nilai – 0,928 dan signifikansi 0,008 0,05 terhadap variabel Conver laba. Signifikansi ini
bermakna penyimpangan hanya akan ada di kisaran 0.01. Nilai korelasi variabel Pokja UGD dengan nilai variabel ROI Return of Investment adalah lemah dan
signifikansi-nya di batas 0,05 ditolak. Nilai korelasi yang dimiliki adalah 0,368 dengan tingkat signifikansi 0,473 adalah 0,05.
Berikutnya rujuk tabel Korelasi Spearman Bagian 2 di atas adalah korelasi antara variabel Pokja Medical Record “Medrek” dengan variabel BOR senilai –
0,880 dengan nilai signifikansi pada 2 ekor sebesar 0,021. Signifikansi ini baik untuk batas 0,05. Nilai korelasi-nya UGD dengan nilai Conver laba -,698.
Signifikansi-nya 0,123 0,05. Korelasi ini tidak signifikan pada batas 0,05. Korelasi Medrek terhadap nilai ROI lemah sebesar 0,524 dan tidak signifikan. Nilai
signifikansinya sebesar 0,286 jauh 0,05. Tingkat korelasi antara variabel BOR terhadap variabel Conver kuat. Besar
nya 0,771 dengan signifikansi 0,072. Nilai korelasi BOR dengan nilai ROI sebesar - 0,551 berlawanan arah diatas batas 0,5. Nilai signifikansinya 0,257 jauh lebih besar
dari batas 0,05. Nilai korelasi Conver laba dengan ROI sangat lemah -0,116 dan nilai signifikansi-nya 0,827 jauh lebih besar dari 0,05.
Jamaludin : Penerapan Strategi Manajemen Pengembangan Mutu Dan Hubungannya Dengan Kinerja Utilisasi Fasilitas Serta Kinerja Keuangan Di Rs. Haji Medan 2002 – 2007, 2009
USU Repository © 2008
Tabel 4.12. Nonparametric Correlations Nilai-Nilai Rerata Self Assessment dari 5 Pokja Dasar pada Uji Akreditasi Self Assessment dengan BOR dan
Laba
BOR LABA
SA KARS Corr Coef
1.000 .771 -.943
BOR Sig. 2-tailed
. .072 .005
Corr Coef .771
1.000 -.829 LABA
Sig. 2-tailed .072
. .042
Corr Coef -.943
-.829 1.000
Spearman’s Rank Corre
lation SA KARS
Rerata SA 5 Pokja
Sig. 2-tailed .005
.042 .
Untuk memperkaya ulasan dan mengingat bahwa pada dasarnya 5 grup Self Asessment yang dibuat KARS pada aplikasi uji akreditasi selalu dihitung sebagai
suatu kesatuan, pada Tabel 4.12 dihitung bagaimana korelasi jumlah rata-rata pencapaian 5 Pokja dengan nilai BOR dan nilai Laba. Ulasannya sebagai berikut:
1. Nilai korelasi antara BOR dengan LABA = 0,771, termasuk tinggi tetapi
tingkat signifikansinya sedikit di atas nilai signifikansi untuk menolak hipotesa nol pada nilai probabilitas 0,05. Artinya bahwa secara statistik nilai
signifikansi korelasi ini lemah. 2.
Nilai korelasi antara BOR dengan Self Assessment rerata nilai SA 5 Pokja sebesar - 0,943 dengan tanda bintang 2. Nilai koefisien ini tinggi walau
dengan simbol negatif. Simbol negatif pada korelasi berarti ada pertentangan arah diantara kedua variabel yang dikaitkan. Bila BOR naik positif, maka
nilai Self Assessment menurun negatif dan sebaliknya. Nilai signifikansinya
Jamaludin : Penerapan Strategi Manajemen Pengembangan Mutu Dan Hubungannya Dengan Kinerja Utilisasi Fasilitas Serta Kinerja Keuangan Di Rs. Haji Medan 2002 – 2007, 2009
USU Repository © 2008
kuat untuk menolak hipotesa nol yaitu dengan 0,005 yang jauh lebih kecil dari batas probabilitas 0,05.
3. Nilai korelasi antara LABA dengan Self Assessment juga besar yaitu – 0,829
dengan bintang 1. Nilai negatif mengartikan adanya pertentangan arah yaitu: pada peningkatan satu variabel ada penurunan pada variabel pasangan-nya
atau sebaliknya. Nilai signifikansinya kuat yaitu 0,042 atau sedikit lebih kecil dari batas probabilitas 0,05. Nilai ini mengartikan hipotesa nol ditolak.
Jamaludin : Penerapan Strategi Manajemen Pengembangan Mutu Dan Hubungannya Dengan Kinerja Utilisasi Fasilitas Serta Kinerja Keuangan Di Rs. Haji Medan 2002 – 2007, 2009
USU Repository © 2008
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1.
Profil RS. Haji Medan
Rumah Sakit Haji Medan memiliki riwayat nilai-nilai strategis yang selaras dengan visi dan misi serta filosofi yang telah ditentukan sejak masa pendirian yaitu
pelayanan rumah sakit pada semua unsur masyarakat berdasarkan nilai-nilai standar dan dakwah Islamiah.
5.1.1. Nilai-nilai Strategis RS. Haji di dalam Peningkatan Mutu Pelayanan
Rumah Sakit Haji memiliki dokumen tertulis tentang atribut-atribut strategis yang menjadi syarat standar rumah sakit modern dengan orientasi pelayanan medis
sosial. Data yang ada menunjukkan bahwa jumlah tempat tidur kelas III 35 dari jumlah total 250 tempat tidur. Sebagai rumah sakit modern RS. Haji juga
mempersiapkan 65 170 tempat tidur sebagai fasilitas pelayanan pilihan convenient service dan khusus lain-nya bagi pasien yang memiliki pilihan tingkat
kenyamanan fasilitas rawat inap sesuai dengan kemampuan mereka membiayai pelayanan rumah sakit.
Rumah Sakit Haji mempersiapkan sistem pengembangan mutu mengikuti pola kebijakan pelayanan rumah sakit seperti yang dianjurkan pemerintah RI. Mereka
melengkapi persyaratan-persyaratan standar di bidang sarana dan prasarana lain setara dengan standar rumah sakit tipe B.
Jamaludin : Penerapan Strategi Manajemen Pengembangan Mutu Dan Hubungannya Dengan Kinerja Utilisasi Fasilitas Serta Kinerja Keuangan Di Rs. Haji Medan 2002 – 2007, 2009
USU Repository © 2008
Di dalam strategi peningkatan mutu RS. Haji memiliki komitmen melaksanakan secara konsisten gerakan peningkatan mutu akreditasi yang telah
dimulai sejak awal tahun 2000. Gerakan ini berjalan konsisten melalui model pelaksanaan perbaikan dan evaluasi secara interna merujuk pada standar Self
Assessment SA yang dianjurkan Komisi Akreditasi Rumah Sakit di Indonesia. Peneliti melihat ada keterkaitan erat antara model pengembangan yang sedang
dipakai dengan model pengembangan strategis Balanced Scorecard BSC yang populer dipakai di organisasi bisnis pada umumnya. Ketika Self Assessment terfokus
pada pelaksanaan gerakan strategis dalam 7 standar secara komplet sebenarnya ia mengandung 4 perspektif Balanced Scorecard secara utuh dan mendetail. Sebagai
pembanding pada BSC dicantumkan 4 perspektif yaitu: Keuangan, Kepuasan Pelanggan, Organisasi Internal dan Pertumbuhan Pembelajaran.
5.1.2. Struktur Organisasi dan Fungsi Strategis
Merujuk pada tatanan struktur organisasi standar yang memperhatikan juga masalah perspektif keuangan untuk secara optimal dapat menjaga RS. Haji tetap eksis
di dalam iklim persaingan bisnis pelayanan yang mengglobal, RS. Haji memiliki bagian manajemen pemelihara bidang keuangan. Kelengkapan struktur dan fungsi
struktur organisasi RS. Haji disesuaikan dengan dengan standar Depkes RI untuk rumah sakit tipe B.
Jamaludin : Penerapan Strategi Manajemen Pengembangan Mutu Dan Hubungannya Dengan Kinerja Utilisasi Fasilitas Serta Kinerja Keuangan Di Rs. Haji Medan 2002 – 2007, 2009
USU Repository © 2008
5.2. Instrumen Indikator dan Pengendali Kinerja Pelayanan
RS. Haji melakukan kontrol kinerja pelayanan dengan menggunakan berbagai indikator-indikator yang sudah menjadi standar di Indonesia. Tujuan dari indikator ini
salah satu diantaranya untuk mengetahui dan mengendalikan masalah efektifitas dan efisiensi pelayanan jasa rumah sakit apakah bermanfaat sesuai dengan norma-norma
standar. Instrumen indikator seperti pelaporan nilai-nilai analisis kinerja keuangan akuntansi, Statistik Barber Johnson, indikator mutu pelayanan dipakai konsisten
minimal 1 kali per tahun. Khusus sebagai indikator kinerja keuangan RS. Haji memakai jasa akuntan
pihak ketiga Public Accountant sebagai mitra kerja. Akuntan eksternal ini secara konsisten menerbitkan analisis-analisis keuangan untuk dapat dipakai oleh pihak
manajemen RS. Haji sebagai masukan kinerja keuangan. Pada Tabel 4.4 Bab 4 telah diperlihatkan bahwa RS. Haji memiliki prestasi
cukup baik per standar RS di Indonesia yaitu tingkat utilisasi unit rawat inap selalu di daerah yang efisien, bermutu dan efektif 2004 sd 2007. Untuk menjadi tanda
perkembangan mutu, RS. Haji memiliki beberapa prestasi yang baik seperti: 1. Sertifikasi Rumah Sakit Haji Medan Lulus Akreditasi dengan Status Akreditasi
Tingkat Dasar 5 Pelayanan oleh Menteri Kesehatan dengan No. YM.00.03.2.2.835 tertanggal 1 Juni 2001.
2. Juara I Rumah Sakit Kelas B di Sumatera Utara dalam hal Kinerja terbaik yang dinilai oleh Dinas Kesehatan Sumatera Utara 2003 dan tahun 2005.
Jamaludin : Penerapan Strategi Manajemen Pengembangan Mutu Dan Hubungannya Dengan Kinerja Utilisasi Fasilitas Serta Kinerja Keuangan Di Rs. Haji Medan 2002 – 2007, 2009
USU Repository © 2008
5.2.1. Keterangan Indikator Utilisasi Unit Rawat Inap Grafik Barber Johnson
RS. Haji 2002 sd 2007 Indikator dalam kelompok Statistik Barber Johnson menunjukkan kenaikan
rasio hunian rata-rata dalam periode tahunan BOR – Bed Occupancy Rate tahun 2005 yaitu 97,87 Rasio normal dari BOR berkisar di angka 60 sd 85 Rujuk
Gambar 4.2. Visualisasi Grafik Barber Johnson sebagai indikator efisiensi dan efektifitas utilisasi unit rawat inap RS Haji, 2002, sd 2007.
Bila dikaitkan dengan adanya gerakan peningkatan mutu RS. Haji mengikuti pola Self Assessment anjuran Depkes RI dapat dinalar bahwa ada peningkatan utilisasi
rawat inap sesudah tahun 2004 dan seterusnya. Kenaikan rasio utilisasi serta indikator mutu lain-nya di unit rawat inap bersamaan waktunya dengan kegiatan gerakan
peningkatan mutu pelayanan dalam proses akreditasi. Dengan membaca fakta keberhasilan meningkatkan utilisasi fasilitas rumah
sakit, maka dapat diterima secara logis bahwa RS. Haji pada tahun 2002 sd 2007, sebenarnya telah memberi kontribusi tugas sebagai promotor tim kerja sama gerakan
peningkatan efektifitas pelayanan rumah sakit. Bukti-bukti keberhasilan adalah peningkatan rasio utilisasi fasilitas rawat inap RS Haji.
Kenaikan utilisasi pelayanan RS. Haji dapat dikaitkan erat dengan kebijakan Pemerintah RI, menyantuni biaya perawatan kesehatan keluarga misikin Gakin
sebagai kompensasi kenaikan harga bahan bakar minyak di tahun 2004. Ketika kebijakan tersebut dicanangkan berlaku di RS. Haji rasio utilisasi pelayanan rumah
Jamaludin : Penerapan Strategi Manajemen Pengembangan Mutu Dan Hubungannya Dengan Kinerja Utilisasi Fasilitas Serta Kinerja Keuangan Di Rs. Haji Medan 2002 – 2007, 2009
USU Repository © 2008
sakit oleh pihak umum dengan pihak Gakin bergerak dari titik terendah 2 tahun 2004 sd 35 di tahun 2007 Rujuk Tabel 4.5.
Dengan fakta tersebut di atas sebenarnya Rumah Sakit Haji Medan telah mengemban tugas pelayanan sosial kepada masyarakat pada umumnya. Implementasi
dari visi dan misi rumah sakit tetap dipegang erat. Pelayanan ini Gakin diakomodasi oleh RS. Haji dengan segala konsekwensi di mana kaum miskin yang yang
memerlukan pelayanan rumah sakit, disantuni secukupnya oleh Pemerintah.
5.2.2. Nilai Pencapaian Mutu RS. Haji per Self Assessment Periode 2002 sd
2007 Dibobot dalam Data Rasio
Data-data dalam Tabel 4.9 ditampilkan nilai hubungan korelasi antara nilai rasio pencapaian masing-masing Pokja dengan nilai rasio pencapaian BOR di setiap
tahun berjalan. Perbandingan tersebut dibuat demikian rupa untuk melihat bagaimana keterkaitan antara nilai-nilai dari Pokja - yang diukur dengan indikator Self
Assessment berkorelasi kuat selaras dengan BOR nilai rasio utilisasi unit rawat
inap oleh pasien. Data laba per tahun dipengaruhi hanya sedikit di atas batas lemah tetapi tidak signifikan secara statistik.
Kondisi tersebut tidak logis karena kenaikan nilai rasio utilisasi fasilitas, tidak membuat kenaikan nilai laba secara bermakna. Di duga kondisi tidak logis tersebut
timbul karena faktor laba sisa hasil usaha per unit pasien tidak konsisten bernilai laba. Biaya pelayanan yang dibayar pemerintah melalui program Askeskin pada masa
lalu relatif terbatas sementara harga pasar biaya yang diperlukan untuk proses pelayanan labil dan selalu naik. Margin laba jadi cukup terganggu karena tidak ada
Jamaludin : Penerapan Strategi Manajemen Pengembangan Mutu Dan Hubungannya Dengan Kinerja Utilisasi Fasilitas Serta Kinerja Keuangan Di Rs. Haji Medan 2002 – 2007, 2009
USU Repository © 2008
proses penyesuaian harga jual pelayanan untuk menjamin sisa hasil usaha terpelihara positif. Masalah penetapan harga bayar jasa dengan pihak pelanggan perlu dikaji
ulang supaya selalu cepat dapat disesuaikan dengan kondisi harga pasar.
5.2.4. Pembahasan Nilai-nilai Rasio Keuangan Laba RS. Haji Periode 2002
sd 2007 Dibobot dalam Data Rasio
Kutipan Tabel 4.7 : Laporan Rasio Keuangan RS Haji 2002 – 2007 No
Nilai – Nilai 2002
2003 2004
2005 2006
2007
1 Rt Crt Liqwdts
350,7 415,1
394,3 146,6
130,4 136,9
Sumber: Data Dokumentasi Bagian Keuangan RS. Haji 1.
Rasio Likuiditas Lancar Current Rasio RS. Haji bergerak dari tingkat 350,7
2002 415,1 2003
394,3 2004 turun menjadi 146,6
2005 130,4 2006 dan
naik sedikit ke 136,9 pada tahun 2007. Rasio lancar Kuswandi, 2006 adalah perbandingan antara harta lancar
current asset yang dapat dicairkan dalam kurun waktu kurang 1 tahun dengan kewajiban jangka pendek yang juga dapat jatuh tempo kurang dari 1
tahun. Rasio ini idealnya selalu menjadi lebih besar atau setidak-tidaknya melebihi 2 kali lipat
200 atau lebih. Merujuk pada kurva kemampuan likuiditas RS. Haji di atas bahwa sebenarnya mereka memiliki ambang
kemampuan likuiditas yang aman dengan kecenderungan menurun ke titik tidak ideal
200. Rasio ini menurut Kuswandi 2006 tidak bisa menjawab apakah perusahaan
masih memiliki kemampuan mengadakan dana operasional dan dana investasi
Jamaludin : Penerapan Strategi Manajemen Pengembangan Mutu Dan Hubungannya Dengan Kinerja Utilisasi Fasilitas Serta Kinerja Keuangan Di Rs. Haji Medan 2002 – 2007, 2009
USU Repository © 2008
dalam waktu dekat 1 bulan. Informasi ini penting ditonjolkan karena di dalam kegiatan peningkatan mutu yang terkait dengan program yang dipandu oleh
gerakan akreditasi, RS. Haji memerlukan sejumlah dana segar untuk melanjutkan investasi pengembangan mutu rumah sakit.
Kuswandi juga mengingatkan bahwa rasio likuiditas ini sebenarnya tidak dapat langsung menggambarkan apakah angka angka tersebut dibuat berdasarkan
prestasi organisasi yang sehat atau hanya sebagai jalan pintas sekedar menunjukkan suatu prestasi yang benar-benar likuid. Masalahnya pencairan
asset organisasi yang besar ke dalam bentuk uang tunai tidaklah mudah dilakukan dalam tempo yang pendek.
2. Rasio Cair Quick ratio adalah perbandingan antara akumulasi Aktiva lancar
dikurangi jumlah dari persedian dan pembayaran di muka terhadap kewajiban
jangka pendek. Kutipan Tabel 4.7. Tentang Quick Ratio 2002 – 2007
Nilai – Nilai 2002
2003 2004
2005 2006
2007
Quick Ratio
152,7 162.2 161,8 16,85 26,71 122,5
Kuswandi mengatakan bahwa rasio ini jauh lebih baik dipakai menjadi cermin kemampuan organisasi membayar kewajiban jangka pendek mereka. Sama
seperti rasio cair, maka rasio cepat meningkatkan angka ke tingkat yang lebih besar bila organisasi tersebut memiliki prestasi yang baik di dalam penerimaan.
Jamaludin : Penerapan Strategi Manajemen Pengembangan Mutu Dan Hubungannya Dengan Kinerja Utilisasi Fasilitas Serta Kinerja Keuangan Di Rs. Haji Medan 2002 – 2007, 2009
USU Repository © 2008
Untuk rasio ini Kuswandi menetapkan level minimal 100 untuk organisasi berprestasi baik.
Melihat kembali pada kurva rasio cepat RS. Haji, angka-angka statistik menunjukkan pergerakan dari tingkat 152,7 2002
naik ke 162,2 2003
161,8 2004 turun ke 16,8 pada tahun 2005
bertahan di level 26,71 2006 dan kemudian melonjak ke level 122,5 pada tahun 2007.
Dinamika gerakan kurva ini cukp labil naik dan turun di rentang yang cukup tinggi. Cukup tinggi di rentang tahun 2002 sd 2004, turun di tahun 2005 dan
2006 dan kemudian kembali naik ke level yang tinggi di tahun 2007. 3.
Rasio hutang per ekuitas Debt to Equity Ratio. Merujuk pada kutipan Tabel
4.7 , pada tabel di bawah ini diterakan nilai-nilai perbandingan tingkat hutang terhadap ekuita.
Kutipan Tabel 4.7. Tentang Rasio Likuiditas Cepat 2002 – 2007 Nilai – Nilai
2002 2003
2004 2005
2006 2007
Debt to Equity
10,85 9,46 11,49 23,57 32,72 57,86
Sejalan dengan berkurangnya kemampuan keuangan membayar sendiri biaya operasional sehari-hari terkait dengan biaya pengadaan material operasional
yang cenderung meningkat maka bertambahlah rasio hutang seperti yang dipaparkan pada kutipan tabel di atas. Rasio ini tidak memiliki sesuatu yang
terpisah dari rasio-rasio lain kecuali fokusnya memperlihatkan bagaimana hutang organisasi itu bertambah atau berkurang di dalam perjalanan waktu.
Jamaludin : Penerapan Strategi Manajemen Pengembangan Mutu Dan Hubungannya Dengan Kinerja Utilisasi Fasilitas Serta Kinerja Keuangan Di Rs. Haji Medan 2002 – 2007, 2009
USU Repository © 2008
4. Rasio Nilai Laba dari Penjualan Margin of Sales dan Rasio Nilai