Perspektif keuangan Perspektif pelanggan Perspektif proses bisnis internal Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan sumber daya manusia

dicairkan dengan anjuran yang kemudian dikenal dengan istilah PDCA Plan Do Check Action. PDCA yang dikenal dengan Deming’s Cycle adalah suatu lingkaran proses yang kontinum berkelanjutan seperti putaran roda. Budaya perbaikan mutu yang berkelanjutan di Jepang kemudian populer dengan istilah Kaizen Cane, 1998: 24.

2.2.2. Strategi Focus Organization

Konsep BSC pertama kali dipublikasikan dalam artikel Robert S. Kaplan dan David P. Norton di Harvard Business Review tahun 1992 dalam sebuah artikel berjudul “Balanced Scorecard Measures that Drives Performance”. Artikel tersebut merupakan laporan serangkaian riset dan eksprimen terhadap beberapa perusahaan di Amerika untuk mengembangkan model pengukuran kinerja. Dalam perkembangannya BSC kemudian digunakan untuk selalu memperhitungkan keseimbangan dari 4 perspektif di dalam peta perjalanan mapping. Dijelaskan oleh Yuwono dkk 2004 bahwa beberapa perusahaan seperti Rockwater, Apple Computer dan Advanced Micro Devices memiliki pengalaman sukses menggunakan jalinan mapping BSC dengan komponen komponen yang bertahap perspektif sebagai berikut:

a. Perspektif keuangan

Strategy Maps. BSC meletakkan posisi pencapaian keuangan di puncak tujuan jangka panjang organisasi. Jamaludin : Penerapan Strategi Manajemen Pengembangan Mutu Dan Hubungannya Dengan Kinerja Utilisasi Fasilitas Serta Kinerja Keuangan Di Rs. Haji Medan 2002 – 2007, 2009 USU Repository © 2008

b. Perspektif pelanggan

Strategy Maps meletakkan perspektif kepuasan pelanggan di bawah perspektif keuangan. Artinya bahwa sebelum mencapai keberhasilan perolehan nilai keuangan jangka panjang, organisasi terlebih dahulu memberikan kepuasan pelanggan ditahapan sebelumnya.

c. Perspektif proses bisnis internal

Strategy Maps menganjurkan organisasi sebaiknya mempersiapkan perspektif pertumbuhan dan pengembangan organisasi internal secara efektif dan efisien untuk dapat memberi kepuasan pada semua pihak. Tujuan dari tahap ini adalah memberi kepuasan pada pelanggan dari jasa organisasi.

d. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan sumber daya manusia

Strategy Maps meletakkan prioritas pemberdayaan SDM di tingkat dasar sebagai fondasi pengembangan strategi bisnis.

2.2.3. Akreditasi Rumah Sakit dan Strategi Pengembangan Mutu

Mutu adalah “outcome” dari proses peningkatan mutu yang kemudian diuji dengan proses akreditasi yang dilaksanakan oleh badan tertentu ditunjuk oleh Departemen Kesehatan. Falsafah dan tujuan akreditasi sebenarnya agar rumah rumah sakit yang menjalankannya secara terus menerus dan bersungguh-sungguh meningkatkan mutu pelayanannya kesemua kelompok yang berkepentingan. Secara komersil peningkatan mutu untuk dapat memuaskan pelanggan akan selalu mendapat ganjaran yaitu semakin banyak produkjasa yang akan terjual sehingga dengan demikian sisa hasil usaha akan menjadi lebih besar pula. Artinya Jamaludin : Penerapan Strategi Manajemen Pengembangan Mutu Dan Hubungannya Dengan Kinerja Utilisasi Fasilitas Serta Kinerja Keuangan Di Rs. Haji Medan 2002 – 2007, 2009 USU Repository © 2008 bila proses peningkatan mutu berjalan secara baik dan terus menerus maka hasilnya aaakan memberi dampak positif pada institusi pelayanan menjalankannya. Dasar hukum dari akreditasi rumah sakit di Indonesia adalah: 1. SK Men Kes RI. No. 436MenkesSKVI1993 tgl 3 Juni 1993 tentang berlakunya Standar Pelayanan RS dan Standar Yan Med di Indonesia; 2. Kep Men Kes RI. No. 1333MenkesSK121999 tgl 8 Desember 1999 tentang penerapan Standar Pelayanan RS, Struktur Organisasi dan Tata Laksana Seksi Akreditasi Dep Kes RI” supaya dilaksanakan dan 3 Permenkes Men Kes RI. No. 159 Menkes Per II 1988 yang memuat tentang pengaturan cara-cara akreditasi rumah sakit. Pelaksanaan tahapan uji akreditasi yang yang pertama dan seterusnya adalah : Uji akreditasi 5 Pokja dasar yaitu Administrasi Umum Admin, Pelayanan Medik Yan Med, Pelayanan Keperawatan Yan Per, Unit Gawat Darurat UGD dan Pelayanan Informasi dan Rekam Medis RM. Pada masing-masing Pokja di Self Assessment ada 7 kelompok Standar yaitu: 1 Standar Falsafah dan Tujuan; 2 Standar Administrasi dan Pengelolaan; 3 Standar Staf dan Pimpinan; 4 Standar Fasilitas dan Perlengkapan; 5 Standar Kebijakan dan Prosedur; 6 Standar Pengembangan Staf dan Program Pendidikan dan 7 Standar Evaluasi dan Pengendalian Mutu. Jamaludin : Penerapan Strategi Manajemen Pengembangan Mutu Dan Hubungannya Dengan Kinerja Utilisasi Fasilitas Serta Kinerja Keuangan Di Rs. Haji Medan 2002 – 2007, 2009 USU Repository © 2008

2.2.4. Matrik Penelitian TerdahuluReferensi

Tabel 2.2. Matriks Penelitian Terdahulu Sumber: Data Diolah No Ta Hun Nama Peneliti Institusi Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian 1 2 3 4 5 6 2008 2007 2007 2006 2001 1991 Nizarni Yuhayani Pasca Sarjana USU Amruddin Pasca Sarjana USU Cut Yoliza Pasca Sarjana USU Lagut Sutandra Pasca Sarjana USU Muhamad Rozi Pasca Sarjana UI Henni Djuhaeni Pasca arjana UI Pengaruh Implementsi Desentralisasi Fiskal Terhadap Kinerja Pemerintah Kab Aceh Tengah Dengan Pendekatan Balanced Scorecard Analisa Program Kerja Komite Medik dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006 Analisis Kinerja dengan Pendekatan Balanced Scorecard di Rumah Sakit Martha Friska Medan Strategi Pola Pengem bangan Usaha Kecil Menengah Pada Pusat Industri Kecil PIK Medan Analisis Proses Manajemen Keuangan di Puskesmas Merdeka dan Talang Betutu Dinas Kesehatan Kota Palembang Tahun 2001. Pengembangan Sistem Penganggaran untuk Mening at an Manajemen Ke- uangan di RSU R. Samsudin SH Sukabumi 5 Kewenangan Penetapan Basis Pajak dan Restribusi Serta 4 Peerspektif Balanced Scorecard 1. Manajemen Mutu 2. Str Organisasi 3. Stand Yan Kes 4. Koordinasi 5. Pelatihan 6. Monitoring 7. Perencanaan 8. Analisis 9. Pengarahan 10. Perekrutan 11. Evaluasi 12. Kesiapan Petugas Empat Perspektif Balanced Scorecard Visi, Misi, Komponen SWOT, Strategi Kebutuhan dana, Kondisi Keuangan. Laba, Analisa Resiko Penganggaran, Akuntansi, Pengawasan Pengadaan Pelaksanaan Sisa Hasil Usaha Desentralisasi tidak mempengaruhi kinerja pelayanan, Desentralisasi Fiskal belm berpengaruh karena belum efisien, Aspek finansial tidak tepat mengukur kinerja organisasi politik Desentralisasi berpe ngaruh terhadap bisnis internal, pembelajaran dan pertumbuhan Kewenangan desentralisasi fiskal masih rendah Ditemukan ada peningkatan utilisasi fasilitas unit rawat inap RS. Haji berkaitan dengan intensifikasi kegiatan Komite Medik meningkatkan, menganalisis kinerja dan memonitor peningkatan mutu pelayanan di rumah sakit. Peningkatan Kinerja Keuangan untuk Revenue + Pengembangan Kinerja Umum Rumah Sakit Ada kelemahan in ternal. Perlu Perba ikan Internal Informasi keuangan seragam. Ada peren canaan melalui loka karya membahas rancangan Permintaan sering tertunda Laba tidak jelas Proses pertanggung jawaban keuangan dianggap sudah sesuai Mekanisme peng anggaran berman faat. Sistem infor masi membantu efisiensi. Kelemahan pada sistem dan SDM pelaksana. Jamaludin : Penerapan Strategi Manajemen Pengembangan Mutu Dan Hubungannya Dengan Kinerja Utilisasi Fasilitas Serta Kinerja Keuangan Di Rs. Haji Medan 2002 – 2007, 2009 USU Repository © 2008 Konsep strategi pengembangan mutu yang komprehensif dan koheren di dalam organisasi pelayanan masyarakat dan kesehatan telah banyak ditulis. Target yang ingin dicapai oleh mayoritas adalah bagaimana nilai-nilai pengaruh strategi pengembangan mutu terhadap kinerja pelayanan dapat memberi pengaruh positif terhadap target yang dituju. Pada Tabel 2.2 dicantumkan berturutan dari yang terakhir sampai yang terawal jenis penelitian yang dibuat kelompok peneliti Pascasarjana tentang pengelolaan keuangan di aneka rupa institusi pelayanan kesehatan di Sumatera Utara. Hasil penelitian, Yuliza di RSU Martha Friska tahun 2007 dengan judul, Analisis Kinerja dengan Pendekatan Balanced Scorecard di Rumah Sakit Martha Friska Medan diperoleh pertumbuhan revenue rawat jalan meningkat 1234, revenue rawat inap menurun 45,42, cost meningkat 86,21 dan profit meningkat 71,32. Kinerja pelanggan memperoleh tingkat kepuasan pasien 73,4. Kinerja bisnis internal menunjukkan tingkat efisiensi pelayanan rendah, nilai BOR 57,4, ALOS 5 hari, BTO 32,2 kali, TOI 4 hari. Mutu pelayanan kurang dengan nilai NDR 3,38 dan GDR 6,42. Kinerja pertumbuhan dan pembelajaran menunjukkan rendahnya kepuasan terhadap atasan dan gaji yaitu 46,8 dan 54,5. Pengembangan SDM melalui pelatihan baik, mencakup 75,3. Kondisi utilisasi fasilitas rawat inap RS. Haji menurut Amruddin 2007: 82 jelas dipengaruhi efek positip peningkatan mutu sejak tahun 2004 sd booming pada 2006. Ledakan booming BOR mulai di sekitar rasio 65 tahun 2004 menanjak ke puncak booming melebihi kapasitas over utilized dengan BOR di sekitar 97 sd Jamaludin : Penerapan Strategi Manajemen Pengembangan Mutu Dan Hubungannya Dengan Kinerja Utilisasi Fasilitas Serta Kinerja Keuangan Di Rs. Haji Medan 2002 – 2007, 2009 USU Repository © 2008 100 atau bahkan lebih di tahun 2005. BOR relatif turun kembali ke zona aman Barber Johnson setelah ada penambahan tempat tidur unit rawat inap. BOR kembali turun ke angka sekitar 75 pada tahun 2006. Menurut Amruddin kondisi yang efisien utilisasi unit rawat inap terkait erat dengan kegiatan Komite Medis yang pada waktu itu efektif meningkatkan mutu pelayanan.

2.3. Landasan Teori