Sarana dan Prasarana Tugas dan fungsi kepolisian

4. Sarana dan Prasarana

Membicarakan sarana dan prasarana tidak terlepas dari anggaran yang diperoleh kesatuan tersebut. Sarana dan prasarana yang dimiliki Polri untuk menangani kehidupan dunia siber hanya ada di unit cybercrime Bareskrim Mabes Polri, sedangkan di seluruh Polda jajaran masih belum mempunyai sarana dan prasarana yang digunakan untuk menangani kehidupan dunia siber. Sarana dan prasarana yang dimiliki Polri sangat berhubungan dengan anggaran yang diterima oleh Polri dari Pemerintah. 162 Dalam salah satu program Polri yang membahas masalah sarana dan prasarana adalah program penerapan kepemerintahan yang baik. Dalam rincian perhitungan biaya per kegiatan Tahun Anggaran 2008 tingkat Kepolisian Resor untuk Program Penerapan Kepemerintahan yang baik adalah sebagai berikut : 163 a. Pengelolaan gaji, honorarium dan tunjangan. b. Penyelenggaraan Operasional dan Pemeliharaan perkantoran. c. Pembinaanpenyusunan program, rencana kerja dan anggaran. d. Perawatanpemeliharaan sarana dan prasarana Dalam program tersebut hanya dibicarakan masalah yang berhubungan dengan perawatan sarana dan prasarana yang telah ada, yaitu meliputi : alat utama alut dan alat khusus alsus serta alat tulis kantor ATK saja. Rincian kegiatan yang ada dalam Rencana Kerja Anggaran Kementrian dan Lembaga sudah 162 RKA-KL Polres Deli Serdang T.A 2008. 163 Ibid 140 ditentukan oleh pemerintah pusat, sehingga pengadaan sarana dan prasarana yang menyangkut masalah dunia siber praktis tidak ada.

5. Anggaran

Anggaran yang diterima Polri adalah anggaran yang sudah ditentukan oleh pemerintah pusat yang sudah dibuat Tahun Anggaran Berjalan sebelumnya TAB -1. 164 Alokasi anggaran yang diterima Polri sebagian besar hanya dipakai untuk membayar gaji anggota Polri saja. Polri tidak memiliki anggaran khusus untuk penanganan kehidupan dunia siber. Sarana dan prasarana yang saat ini ada di Mabes Polri sebagian besar berasal dari hibah berkat kerja sama dengan Polisi negara lain. Karena dunia siber masih tergolong dunia baru bagi anggota Polri, maka rencana anggaran yang diajukan ke Pemerintah juga masih belum berbasis informatika. 164 Ibid. 141

BAB IV UPAYA POLRI DALAM MENANGGULANGI

KEJAHATAN HACKING TERHADAP BANK

A. Upaya penegakkan hukum kejahatan hacking terhadap bank

Penyidik Polri memulai penyidikan tindak pidana menggunakan parameter alat bukti yang sah sesuai dengan Pasal 184 KUHAP yang dikaitkan dengan segitiga pembuktian triangle evidence untuk memenuhi aspek legalitas dan aspek legitimasi untuk membuktikan tindak pidana yang terjadi, namun hanya beberapa Perundang- Undangan di Indonesia yang mengatur tentang digital evidence yaitu: a. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan, pemerintah berusaha untuk mengatur pengakuan atas mikrofilm dan media lainnya sebagai alat bukti yang sah. 165 b. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 tentang perubahan Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2003 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang TPPU mengatur mengenai alat bukti elektronik digital evidence yaitu alat bukti lain berupa informasi yang diucapkan, dikirimkan, diterima atau disimpan secara elektronik dengan alat optik atau yang serupa dengan itu. 166 165 Lihat Pasal 12 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan yang menyatakan bahwa alat penyimpan informasi bukan kertas dan mempunyai tingkat pengamanan yang dapat menjamin keaslian dokumen yang dialihkan atau ditransformasikan, misalnya CD-ROM dan WORM. 166 Lihat Pasal 38 huruf b Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 tentang perubahan Undang- Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang. 142 c. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme menjadi Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme yang mengatur mengenai alat bukti elektronik yaitu alat bukti lain berupa informasi yang diucapkan, dikirimkan, diterima atau disimpan secara elektronik denga alat optik atau yang serupa dengan itu. 167 d. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi menyatakan bahwa bukti permulaan yang cukup dianggap telah ada apabila ditemukan sekurang-kurangnya dua alat bukti, termasuk dan tidak terbatas pada informasi atau data yang diucapkan, dikirim, diterima atau disimpan baik secara biasa maupun elektronik atau optik. 168 e. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang juga ada mengatur tentang bukti elektronik digital evidence. 169 167 Lihat Pasal 27 huruf b Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme menjadi Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme. 168 Lihat Pasal 44 ayat 2 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. 169 Pasal 29 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 menyatakan bahwa alat bukti selain sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang hukum formil pidana, dapat pula berupa: informasi yang diucapkan, dikirimkan, diterima atau disimpan secara elektronik dengan alat optik atau yang serupa dengan itu; dan data, rekaman atau informasi yang dapat dilihat, dibaca, danatau didengar, yang dapat dikeluarkan dengan atau tanpa bantuan suatu sarana, baik yang tertuang di atas kertas, benda fisik apapun selain kertas, atau yang terekam secara elektronik, termasuk tidak terbatas pada 143 f. Dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, secara komprehensif mengakui alat bukti elektronik sebagai perluasan alat bukti yang ada dalam hukum formil baik pidana maupun perdata dan sebagai perluasan alat bukti dalam hukum formil yang ada pada saat ini. Dalam Undang–Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001, untuk setiap orang yang didakwa melakukan tindak pidana korupsi, wajib membuktikan, sebaliknya terhadap harta benda miliknya yang belum didakwakan tetapi juga diduga berasal dari tindak pidana korupsi. Dalam hal terdakwa tidak dapat membuktikan bahwa harta bendanya diperoleh bukan karena tindak pidana korupsi, harta benda tersebut dianggap diperoleh juga dari tindak pidana korupsi, maka hakim berwenang memutuskan seluruh atau sebagian harta benda tersebut dirampas untuk negara. Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jelas terlihat bahwa pembuktian terbalik oleh terdakwa dilakukan dalam proses perkara pidana dan dikaitkan dengan proses pidana itu sendiri. Untuk mengejar hasil-hasil kejahatan hacking terhadap bank perlu diperkenalkan suatu aturan yang mengatur penyitaan aset secara perdata atau pidana dengan hukum acara khusus atau luar biasa, misalnya dengan memberikan beban pembuktian mengenai harta kekayaan yang berasal dari tulisan, suara atau gambar, peta, rancangan, foto, atau sejenisnya; atau huruf, tanda, simbol atau perforasi yang memiliki makna atau dapat dipahami oleh orang yang mampu membaca atau memahaminya. 144 kejahatan hacking terhadap bank kepada terdakwa. Hukum acara luar biasa extraordinary ini diperlukan karena tindak pidana yang dihadapi juga bersifat luar biasa. 170

B. Upaya lain penanggulangan kejahatan hacking terhadap bank

1. Tugas dan fungsi kepolisian

a. Upaya Pre-emtif

Upaya pre-emtif diemban oleh fungsi intelijen dan binamitra. Langkah-langkah yang dilakukan untuk menanggulangi kejahatan hacking terhadap bank adalah : 1 Fungsi Intelijen. Sebagai fungsi yang menyediakan bahan-bahan keterangan yang diperlukan organisasi Polri, yaitu sebagai early warning dan early detection, maka dalam menghadapi kejahatan hacking terhadap bank fungsi intelijen harus mampu mencari dan mengumpulkan informasi, untuk menetapkan beberapa alternatif tindakan yang akan dilakukan dalam sebuah perencanaan yang matang. 171 170 Yunus Husein, Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang di Indonesia, makalah disampaikan dalam ceramah Program Pascasarjana S2 bidang Kajian Utama Hukum Pidana Universitas Pandjajaran, Jakarta, 8 Mei 2004. 171 Y. Wahyu Saronto dan Jasir Karwita, Intelijen: Teori, Aplikasi dan Modernisasi Jakarta : Ekalaya Saputra, 2001, hlm. 10. 145 Salah satu strategi dalam menanggulangi kejahatan hacking terhadap bank, dengan mengedepankan Polsek sebagai basis deteksi dan ujung tombak penanggulangannya dengan menggunakan langkah-langkah antara lain : 172 a Kapolsek berperan sebagai penanggung jawab, pengendali, membagi habis tugas, memberikan pengarahan dan mengadakan analisa singkat dengan mengklasifikasi baket. Kapolse menilai apakah sebuah informasi perlu disampaikan kepada atasan atau hanya untuk kepentingan polseknya saja. b Kataud berperan sebagai penanggung jawab administrasi, menentukan sasaran selektif dan rencana kegiatan polsek. c Unit Patroli melaksanakan pengamatan dan penggambaran route patroli, melakukan pulbaket terhadap pengelola warnet, satpam bank, dll. d Unit Reskrim melakukan pulbaket secara terbuka dan secara tertutup, menghimpun dan mengolah data, melakukan pengkartuanpendataan dalam KDU terbatas, biodata pelaku kejahatan, anatomi kejahatan hacking terhadap bank dan mengisi panel data. 172 Ibid, hlm. 107. 146 e Petugas Polmas melakukan wawancara dan eliciting dengan kepala lingkungan tempat bank berada, satpam bank dan pimpinan bank di wilayah binaannya. Kegiatan-kegiatan fungsi intelijen yang dilakukan selama ini adalah kegiatan yang dilakukan di dunia nyata dalam hal kegiatan untuk meminimalisir kejahatan hacking terhadap bank. 2 Fungsi Binamitra. Dalam mengedepankan upaya pre-emtif melalui fungsi Binamitra, Polri mengandalkan program Polmas Community Policing dengan menempatkan masyarakat bukan semata-mata sebagai objek, tetapi mitra kepolisian dan pemecahan masalah pelanggaran hukum lebih merupakan kepentingan dari pada sekedar proses penanganan yang formalprosedural. 173 Polisi dan masyarakat bekerja sama sebagai mitra untuk mengidentifikasi, menentukan skala prioritas dan memecahkan berbagai masalah yang sedang dihadapi. Sehingga tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup di wilayah tempat polmas diterapkan bisa tercapai. 174 Sebenarnya polmas sejalan dengan nilai-nilai yang 173 Polri, Buku Pedoman Pelatihan Perpolisian Masyarakat, Jakarta : Mabes Polri, 2006, hlm. 9. 174 Ibid, hlm. 10. Masyarakat yang dalam konteks Polmas berarti : a. Masyarakat atau komunitas yang berada di dalam suatu wilayah kecil yang jelas batasnya geographic community. Dalam menentukan batas wilayah komunitas ini harus diperhatikan keunikan karakteristik geografis dan sosial dari lingkungan tersebut, terutama efektivitas pemberian pelayanan kepada warga masyarakat. Wilayah tersebut 147 terkandung dalam konsep sistem keamanan swakarsa siskam swakarsa, suatu sistem keamanan Indonesia yang muncul dari inisiatif warga. Konsep ini kemudian disesuaikan dengan trend perpolisian dalam masyarakat mandani masa kini. Dengan demikian konsep tersebut tidak semata-mata merupakan penjiplakan dari konsep umum Polmas. 175 Kemitraan adalah kunci dari proses pembentukan polmas. Para mitra dalam perpolisian harus dibimbing untuk membentuk struktur dan proses yang mendukung kemitraan dengan Polisi. Hal ini penting untuk menjamin tercapainya pemecahan masalah kejahatan hacking terhadap bank. Tujuan Polmas adalah mencegah dan menangani kejahatan dengan cara mempelajari karakteristik maupun permasalahan yang ada dalam lingkungan tertentu. Hasil yang diperoleh akan dianalisis dan dipecahkan secara bersama- sama, melalui kemitraan yang dibangun oleh Polisi dan masyarakat. Dalam menanggulangi kejahatan hacking terhadap bank, kegiatan yang bisa dilakukan baik oleh Bagian Binamitra maupun dapat berbentuk rukun tetangga, rukun warga, desa, banjar, dukuh, gampong, mukim, kelurahan ataupun berupa pasarpusat perbelanjaanbank dan lain-lain. b. Dalam pengertian yang luas, masyarakat dalam pendekatan Polmas juga meliputi sekelompok orang yang hidup dalam suatu wilayah yang lebih luas seperti kecamatan bahkan kabupaten dan kota, sepanjang mereka memiliki kepentingan yang sama. 175 Ibid, hlm.11. 148 polsek-polsek adalah dengan melakukan pembentukan FKPM dilikungan warnet-warnet dan membentuk sistem kerja dan pelaporan sesuai tahapan yang sudah ditentukan. Kegiatan- kegiatan yang dilakukan oleh fungsi binamitra dengan polmasnya ini masih dalam kapasitas kegiatan di dunia nyata yang tujuannya mengeliminir kejahatan hacking terhadap bank. Dalam literatur yang dipelajari dan diajarkan di Polri belum ada bentuk-bentuk upaya pre-emtif yang kegiatannya sudah masuk di dalam dunia siber.

b. Upaya Preventif

Upaya penanggulangan secara preventif terhadap kejahatan hacking terhadap bank ini diemban oleh fungsi samapta. Kegiatan preventif yang bisa dilakukan oleh Satuan Samapta adalah dengan cara melakukan patroli di setiap wilayah yang menjadi daerah patrolinya. 176 Anggota Polisi yang akan melaksanakan patroli harus memiliki kualifikasi kemampuan dasar berupa: a. Tindakan Pertama di Tempat Kejadian Perkara TPTKP. 176 Surat Keputusan Kapolri No. Pol :SKEP249IV2004 tanggal 21 April 2004 tentang buku petunjuk kegiatan Patroli, hlm. 1. Bentuk-bentuk patroli yang bisa dilaksanakan adalah dengan cara : Patroli jalan kaki, Patroli bersepeda, Patroli bermotor, Patroli berkuda, Patroli Satwa anjing, Patroli perairan dan Patroli multifungsi. 149 b. Pengaturan-pengaturan lalulintas dalam rangka pengamanan kegiatan masyarakat. c. Komunikasi verbal. d. Pengumpulan bahan keterangan Pulbaket. e. Memproses tipiring. f. Melakukan Tindakan represif tahap awal. g. Patroli di daerah konflik. Disamping memberikan rasa aman, perlindungan dan pengayoman masyarakat, tujuan dilaksanakannya patroli ini adalah untuk mencegah bertemunya niat dan kesempatan yang memungkinkan timbulnya kriminalitas. Dengan adanya patroli ke lokasi-lokasi yang bisa dijadikan tempat para hacker untuk melakukan aksinya diharapkan dapat membatasi kegiatan para hacker untuk melakukan aksinya. Secara umum setiap unit patroli yang telah berada di lapangan harus melaksanakan tindakan sebagai berikut: 177 a. Menjelajahi daerah dan route yang telah ditentukan dan melihat kemungkinan adanya kerawanan. b. Mendatangi tempat-tempat penyelenggaraan keamanan swakarsa untuk koordinasi dan saling tukar menukar informasi. c. Mendatangi sentra-sentra kegiatan masyarakat yang bersifat situasional. 177 Ibid, hlm. 8. 150 d. Berkomunikasi dengan masyarakat dengan maksud memperoleh informasi-informasi penting bagi tugas kepolisian. e. Memberikan perlindungan dan pengayoman yang diperlukan masyarakat. f. Mewaspadai kemungkinan berubahnya Police Hazard PH dan Ancaman Faktual AF. g. Memberikan peringatan kepada warga masyarakat yang lalai mengaman diri dan harta bendanya. h. Memberikan peringatan kepada masyarakat yang karena ketidaktahuannya melakukan pelanggaran. i. Melakukan Tindakan Pertama di Tempat Kejadian. j. Mengambil tindakan terhadap pelanggaran Tipiring. k. Melakukan tindakan represif tahap awal. l. Mencatat informasi yang di dapat di kawasan patroli. m. Melaporkan perkembangan situasi daerah patroli. Masyarakat yang menjadi tanggung jawab petugas patroli harus merupakan sebuah wilayah yang kecil dan secara geografis jelas batasannya. Daerah patroli Polisi harus diputuskan sedemikian rupa, sehingga karakteristik geografis dan sosial yang khas dari wilayah tersebut dapat dipertahankan. Dengan demikian memungkinkan Polisi bisa menanggulangi kejahatan hacking terhadap bank secara dini. 151 Petugas patroli merupakan penyedia utama layanan kepolisian dan paling banyak melakukan komunikasi dengan anggota masyarakat. Patroli yang dilakukan dengan metode patroli jalan kaki dapat memberikan suatu citra yang lebih lembut. Selain itu juga bagi masyarakat, dalam kesehariannya akan lebih mudah berhubungan, mendekati dan berinteraksi dengan Polisi. Petugas patroli bisa langsung berinteraksi kepada para pemilik warnet yang ada wilayah patrolinya sambil melakukan monitoring kepada seluruh pengunjung warnet tersebut. Patroli bersepeda, bersepeda motor atau berkuda juga akan membuat polisi lebih dekat dengan masyarakat. Petugas patroli yang bekerja di suatu daerah dalam jangka waktu yang lama dan tidak sering dimutasi akan memahami cara kerja dan kebiasaan masyarakat di daerah tersebut. Seringnya anggota Polisi berada ti tengah masyarakat merupakan langkah awal untuk membangun rasa percaya. Meskipun begitu, polisi pun harus memiliki strategi-strategi proaktif yang jelas untuk membangun rasa percaya dari masyarakat.

2. Upaya revisi Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik