Pemerintah sebagai regulator Peran Polri Dalam Penanggulangan Kejahatan Hacking Terhadap Bank

dipunyai Indonesia juga harus dilakukan perubahan revolusioner untuk mengatur kegiatan di dunia siber cyberspace dengan memperluas pengertian-pengertian yang terkait dengan kegiatan-kegiatan di cyberspace.

b. Hukum Formil

Dalam perangkat hukum formil yang digunakan juga belum memadai sehingga penyidik melakukan kegiatan pembuktian masih belum optimal. Pengumpulan bahan-bahan untuk pembuktian yang menyangkut bukti-bukti digital digital evidence sangat sulit diterapkan apabila penyidik mengikuti hukum formil yang saat ini berlaku di Indonesia, sehingga kesenjangan terhadap sebuah pemahaman antara PenyidikPenyidik Pembantu dengan Jaksa Penuntut Umum akan semakin lebar. Jaksa Penuntut Umum pun akan menemui kendala yang sama dengan penyidik saat melakukan penuntutan karena sistem pembuktian di yang berlaku Indonesia bahwa alat bukti harus dihadirkan oleh Jaksa Penuntut Umum pada sidang pengadilan.

2. Pemerintah sebagai regulator

Meskipun dalam Undang-Undang ITE dimunculkan peran pemerintah dalam memfasilitasi pemanfaatan teknologi informasi, namun dalam 117 pelaksanaannya dilapangan dirasakan sangat kurang sekali. Regulasi pengaturan tentang warung-warung internet yang begitu banyaknya muncul di Indonesia khususnya tentang apabila ada kejahatan hacking yang ditemukanterjadi tidak ada sama sekali. Regulasi warnet dari pemerintah hanya sebatas kepada bagaimana warnet tersebut memberikan kontribusi yang bersifat perekonomian dari dan kepada masyarakat. Sehingga apabila dibiarkan terlalu lama akan menimbulkan ketidaktertiban penggunaan internet di Indonesia. Seorang Polisi akan kesulitan melacak keberadaan seorang hacker ketika kejahatan hacking tersebut berada diwilayah kerjanya, meskipun secara otomatis sebuah IP. Adress akan terekam dalam data base server namun menemukan sebuah warnet di suatu kota besar yang banyak bermunculan bisnis warnet di daerah tersebut akan sangat-sangat membuat pusing seorang polisi untuk menemukan warnet yang digunakan oleh sang hacker. 129 129 Ada 2 dua model yang diusulkan oleh Mieke untuk mengatur kegiatan-kegiatan di cyberspace, yaitu: 129 1. Model Ketentuan Payung Umbrella Provisions sebagai upaya harmonisasi hukum yang dapat memuat : a. Materi-Materi Pokok saja yang perlu di atur dengan memperhatikan semua kepentingan, antara lain seperti pelaku usaha, konsumen, pemerintah, penegak hukum; dan b. Keterkaitan hubungan dengan peraturan Perundang-Undangan yang telah ada terlebih dahulu dan yang akan datang agar tercipta suatu hubungan sinergis. 2. Model Triangle Regulations sebagai upaya mengantisipasi pesatnya laju kegiatan-kegiatan di cyberspace yang merupakan upaya yang lebih menitik beratkan kepada permasalahan manakah yang perlu lebih dahulu diberikan prioritas. Berdasarkan skala prioritas 3 tiga regulasi yang dapat disusun terlebih dahulu, yaitu: a. Pengaturan sehubungan dengan Transaksi Perdagangan Elektronika e-commerce atau online transaction, yang di dalamnya memuat antara lain tentang Digital signature dan certification of authorithy, aspek pembuktian, perlindungan konsumen, anti monopoli dan persaingan sehat, perpajakan serta asuransi; 118 Negara dalam hal ini pemerintah selaku pemegang regulator dalam penentuan kebijakan yang menyangkut dunia siber belum berperan maksimal dan bekerja sesuai jalurnya, hal ini dapat dilihat dari belum dilakukannya pembuatan peraturan pelaksanaan sebagai penjabaran penanggulangan kejahatan dunia siber cybercrime untuk menampung atau mensingkronkan beberapa Perundang-Undangan agar supaya kejahatan hacking tidak dapat lolos dari jerat hukum. Departemen Informasi dan Komunikasi Dep Infokom dalam hal ini tangan kanan pemerintah yang khusus menangani kegiatan dunia siber belum melakukan bekerja sama dengan Polri dan instansi terkait lainnya membentuk tim untuk menampung keluhan, pelayanan, keluhan masyarakat dunia siber seperti yang dilakukan oleh negara-negara yang sudah lebih dulu maju dalam penanganan kegiatan masyarakat dunia siber. 130 Pemerintah juga belum membentuk sebuah Komite Nasional yang bertugas pemantauan kejahatan dunia siber cybercrime, dimana Komite tersebut bisa cepat berkoordinasi dengan instansi yang terkait dengan dunia b. Pengaturan sehubungan Privacy Protection terhadap pelaku bisnis dan konsumen, yang ada di dalamnya memuat antara lain perlindungan electronic database, individualcompany records; dan c. Pengaturan sehubungan cybercrime, yang di dalamnya memuat antara lain yuridiksi dan kompetensi dari badan peradilan terhadap kasus-kasus yang terjadi dalam cyberspace, penipuan melalui komputer atau melalui jaringan telekomunikasi, ancaman dan pemerasan, fitnah atau penghujatan defamation, kegiatan transaksi atas substansi yang berbahaya, eksploitasi seksual dari anak-anak, substansi yang tidak layak untuk ditransmisikan. 130 Di Amerika Serikat, FBI bekerja sama dengan National White Collar Crime Centre Amerika Serikat telah membentuk sebuah lembaga dengan nama The Internet Fraud Complaint Center yang bertugas untuk menerima pengaduan semua korban kejahatan komputer. 119 siber antara lain Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan PPATK yang dibentuk dalam rangka mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang dan Lembaga Penjamin Simpanan. Kerja sama dengan PPATK dan LPA ini sangat berguna sekali untuk mengakomodir baik itu uang nasabah bank yang menjadi korban kejahatan hacking maupun uang dari hasil kejahatan hacking.

3. Bank Indonesia dalam Perbankan