dilakukan oleh 124 seratus dua puluh empat tersangka WNI yang melakukan aksinya di berbagai kota di Indonesia.
134
C. Kendala Internal
1. Instrumental
Kendala yang paling mendasar adalah kendala doktrin. Seluruh personel Polri dari Mulai Pangkat tertinggi sampai pangkat terendah saat ini
baru dihadapkan kepada dunia yang sebelumnya tidak pernah terpikir untuk dilakukan tindakan-tindakan kepolisian. Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia ini harus dilakukan pengembangan pemahaman dan penyatuan persepsi dilingkungan internal
Polri tentang dunia siber. Di dalam Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Pokok Kepolisian
menyebutkan bahwa:
135
Keamanan dan Ketertiban Masyarakat adalah suatu kondisi dinamis masyarakat sebagai salah satu prasyarat terselenggaranya
proses pembangunan nasional dalam rangka tercapainya tujuan nasional yang ditandai oleh terjaminnya keamanan, ketertiban dan tegaknya hukum, serta
terbinanya ketentraman yang mengandung kemampuan membina dan kekuatan masyarakat dalam menangkal, mencegah dan menanggulangi segala
bentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan masyarakat. Kemudian pada
134
Data Laporan Kriminal tahun 2002 Bareskrim Mabes Polri.
135
Lihat Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002.
124
angka 6 disebutkan pula bahwa keamanan dalam negeri adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terjaminnya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib
dan tegaknya hukum, serta terselenggaranya perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.
136
Apabila dilihat uraian tersebut di atas maka tidak perlu dipertanyakan dan dipersoalkan lagi apa yang dinamakan ketertiban masyarakat secara nyata
yang sama-sama kita alami, sehingga dalam penjelasan dari Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 ini tertulis cukup jelas sehingga tidak perlu mendapat
penjelasan lagi.
137
Namun apakah istilah tersebut juga sama dan berlaku di dunia siber? Perubahan dan pengembangan pemahaman seharusnya harus
sudah dijabarkan di dalam penjelasan Undang-Undang tersebut supaya diperoleh kesamaan persepsi tentang dunia siber.
Di dalam bab III Undang-Undang pokok Polri yang menyatakan tugas dan wewenang Polri belum dimasukkan hal-hal yang mengatur tentang
kehidupan dunia siber. Pasal 14 ayat 1 huruf a dijelaskan bahwa:
138
Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli terhadap kegiatan masyarakat dan
pemerintah sesuai dengan kebutuhan. Ini memerlukan perluasan pemahaman
136
Lihat Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002.
137
George L. Kelling dan Catherine M. Coles dalam bukunya Fixing Broken Windows, 1996, menjelaskan definisi dari ketertiban, yaitu: kesopanan, sikap lembut sesuai dengan adat dan perilaku
kehidupan masyarakat.
138
Lihat Pasal 14 ayat 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002.
125
dan tindakan dengan menambahkan tindakan yang dilakukan Polri dalam menghadapi perilaku masyarakat di dunia siber.
Patroli adalah suatu bentuk kegiatan bergerak dari suatu tempat ke tempat tertentu yang dilakukan oleh anggota Samapta Polri guna mencegah
terjadinya suatu tindak kriminal, memberikan rasa aman, perlindungan dan pengayoman kepada masyarakat.
139
Di dalam ketentuan umum dijelaskan jenis-jenis patroli, yaitu Patroli Jalan Kaki, Bersepeda, Bermotor, Berkuda,
Satwa Anjing, Perairan dan Patroli Multifungsi. Patroli ini bertujuan untuk:
140
a. Penampakan kesiapsiagaan dan kehadiran Polri di tengah-tengah
masyarakat. b.
Pencegahan bertemunya niat dan kesempatan yang memungkinkan timbulnya kriminalitas.
c. Pencegahan terjadinya gangguan kamtibmas.
d. Pemberian rasa aman, perlindungan dan pengayoman masyarakat.
e. Diperolehnya informasi tentang kemungkinan timbulnya gangguan
kamtibmas. f.
Pembatasan gerak provokator dan separatis di tengah-tengah masyarakat.
139
Lihat Lampiran Keputusan Kapolri No.Pol: SKEP249IV2004 tanggal 21 April 2004 tentang Buku Petunjuk Kegiatan Patroli.
140
Ibid, hlm. 6.
126
2. Struktur Organisasi