Perlindungan nasabah bank yang menjadi korban kejahatan hacking 1. Hubungan

Perundang-Undangan lainnya yang berkaitan dengan kejahatan dunia siber cybercrime.

C. Perlindungan nasabah bank yang menjadi korban kejahatan hacking 1. Hubungan

hukum antara bank dan nasabah Basis hubungan hukum antara bank dengan para nasabah adalah hubungan kontraktual. Begitu seorang nasabah menjalin kontraktual dengan bank, maka perikatan yang timbul adalah perikatan atas dasar kontrak perjanjian. Hubungan hukum yang paling banyak terjadi di antara bank dengan nasabah adalah hubungan pemberian kredit. Bank bertindak sebagai kreditur dan nasabah bertindak sebagai debitur. Di antara mereka lazim ditanda tangani surat persetujuan membuka kredit. Pada dasarnya perjanjian pemberian kredit antara bank dengan nasabah tunduk pada ketentuan Pasal 1754 dan seterusnya dari KUH Perdata tentang pinjam-meminjam. 115 Seperti diketahui, bahwa kegiatan bank dibidang asset antara lain adalah pemberian kredit oleh bank kepada nasabah penerima kredit. Bila dilihat dari segi hukum, maka kegiatan pemberian kredit oleh bank termasuk kategori pinjam- 115 R.Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,Jakarta : Pradnya Paramita, 1996 hlm. 451-452. Namun hendaknya diperhatikan bahwa Undang-Undang memberikan pengaturan tersendiri tentang hutang yang timbul dari pinjam meminjam uang seperti yang tertuang dalam Pasal 1756. Hutang yang terjadi karena peminjam uang, hanyalah terdiri atas jumlah uang yang disebutkan dalam persetujuan. Apabila sebelum saat pelunasan terjadi perubahan nilai mata uang, maka pengembalian jumlah yang dipijam harus dilakukan dengan mata uang yang berlaku pada saat pelunasan dan resiko akibat turunnya nilai uang, berada ditangan kreditur. 101 meminjam yang di atur dalam KUH Perdata. Sedangkan kegiatan bank dibidang liabilities di antaranya adalah kegiatan yang berupa pengimpunan dana masyarakat dalam bentuk simpanan giro, deposito berjangka, tabungan dan transaksi-transaksi lainnya yang berupa penghimpunan dana masyarakat. Bila dilihat dari segi hukum, maka kegiatan transaksi simpanan uang seperti giro, deposito berjangka dan tabungan tentunya tunduk pada hukum penitipan yang di atur dalam KUH Perdata. Menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank dalam bentuk giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan danatau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu. Dengan demikian Undang- Undang Perbankan ini melihat hubungan hukum antara bank dan nasabah penyimpan dana adalah juga sebagai suatu fiduciary relation. 116 Terhadap hubungan hukum antara bank dan nasabah penyimpan dana, berlaku pula norma- norma hukum dan praktik perbankan banking practices dan telah dikenal didunia perbankan internasional. Sebagai suatu fiduciary relation, maka selain sekedar kewajiban-kewajiban umum yang berlaku bagi setiap perjanjian pada umumnya, bank juga mempunyai kewajiban-kewajiban khusus yang harus dilaksanakannya terhadap nasabah penyimpan dana. 116 James R. Butler, Jr, dalam artikelnya yang berjudul Is Lender Liability Now Absolute Liability mengemukakan bahwa suatu fiduciary relationship timbul di antara pemberi pinjaman dan para penerima pinjaman dan para penjamin manakala ada suatu relationship of confidence and trust. 102 Membicarakan perlindungan nasabah bank yang menjadi korban kejahatan hacking mengingatkan kepada saat negara Indonesia sedang menghadapi awal krisis moneter yang menimpa negara tercinta ini, dimana banyak bank yang terkena likuidasi. Meskipun bank korban kejahatan hacking tidak harus likuidasi, namun bank harus tetap melindungi hak-hak nasabah berikut dengan uang simpanannya. Menurut sistem perbankan Indonesia, perlindungan terhadap nasabah penyimpan dana, dapat dilakukan melalui 2 dua cara, yaitu: perlindungan secara implisit implicit deposit protection dan perlindungan secara eksplisit explicit deposit protection. 117 Penerapan prinsip kehati-hatian prudential banking principles oleh sementara kalangan masih dianggap memadai untuk melindungi kepentingan nasabah, namun kenyataan dalam praktek perbankan dewasa ini, penerapan prinsip kehati-hatian yang merupakan andalan bagi upaya pembinaan kepercayaan nasabah dan sekaligus sebagai sarana perlindungan masyarakat penyimpan, tampaknya masih perlu ditingkatkan untuk mencapai sasaran yang diharapkan. Sebab pertanggungjawaban bank terhadap keuangan nasabah belum 117 Opcit, hlm. 31. Disebutkan bahwa Perlindungan secara Implisit adalah perlindungan yang dihasilkan oleh pengawasan dan pembinaan bank yang efektif, yang dapat menghindarkan terjadinya kebangkrutan bank yang diawasi. Sedangkan yang dimaksud dengan perlindungan secara eksplisit adalah perlindungan melalui pembentukan suatu lembaga yang menjamin simpanan masyarakat sehingga apabila bank mengalami kegagalan, maka lembaga tersebut yang akan mengganti dana masyarakat yang disimpan pada bank yang gagal tersebut. 103 menunjukkan kepastian pengembalian dana nasabah bila bank tersebut menjadi korban kejahatan hacking. 118

2. Kewajiban dan pertanggungjawaban bank terhadap nasabah