yang akan dipakai untuk membeli saat ini. Miraza 2006 menyatakan bahwa pada dasarnya setiap orang yang melakukan pembelian secara kredit berarti
telahmenggunakan pendapatan masa mendatang income rational expectation untuk pengeluaran saat ini today expenditure.
Dalam hal ini, bila pendapatan masyarakat semakin besar maka akan semakin besar pula pengeluaran konsumsi. Bila pengeluaran konsumsi dilakukan dengan
menggunakan sistem kredit maka cara seperti inilah yang menyebabkan tingginya permintaan kredit konsumsi; dengan kredit konsumsi inilah maka permintaan akan
barang-barang terpenuhi. Pada tahun 1999 dan 2000 menunjukkan bahwa PDRB menurun sebagai akibat dari krisis moneter tahun 1998. Kondisi tersebut
mengakibatkan permintaan kredit konsumsi juga mengalami peurunan yang ditunjukkan oleh perubahan permintaan kredit konsumsi turun sebesar 19,40 persen
tahun 1998 dan 10,43 persen tahun 1999.
4.4.2 Suku Bunga Pinjaman SBP
Berdasarkan hasil estimasi, permintaan kredit konsumsi dipengaruhi oleh tingkat suku bunga kredit konsumsi dengan pengaruh negatif yang nyata signifikan.
Artinya: bila tingkat bunga kredit konsumsi rendah maka permintaan akan kredit konsumsi akan meningkat; sebaliknya, jika tingkat bunga kredit konsumsi tinggi
maka permintaan akan kredit konsumsi akan cenderung menurun. Pada model permintaan kredit konsumsi PKK ditunjukkan bahwa nilai
taksiran koefisien tingkat bunga kredit konsumsi SBP adalah negatif 0,991. Hal ini
Mohammad Yusuf : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Kredit Konsumtif Bank Pemerintah Di Sumatera Utara, 2009
sesuai dengan teori, dimana penurunan tingkat bunga kredit konsumsi akan meningkatkan permintaan kredit konsumsi di Sumatera Utara. Dengan ilustrasi
bahwa permintaan kredit konsumsi sebagai produkbarang yang diminta dan tingkat bunga kredit sebagai harga, maka dalam membahas permintaan suatu barang yang
berkaitan dengan harga diperoleh hasil bahwa semakin rendah harga suatu barang maka semakin banyak jumlah barang yang diminta; sebaliknya semakin tinggi harga
suatu barang, maka semakin sedikit jumlah barang yang diminta. Miller dan Meiners 2000 menambahkan bahwa kaidah permintaan dapat dinyatakan dalam cara berikut:
a. Pada harga tinggi, lebih sedikit barang yang akan diminta ketimbang pada harga rendah, asalkan hal-hal lain sama, atau dengan cara lain;
b. Pada harga rendah, lebih banyak barang yang akan diminta ketimbang pada harga tinggi asalkan hal-hal lain sama.
Jadi, kaidah permintaan mengatakan bahwa kuantitas yang diminta untuk suatu barang berhubungan terbalik dengan harganya, asalkan hal-hal lain sama pada setiap
tingkat harga.
4.4.3 Inflasi INF
Berdasarkan hasil estimasi, permintaan kredit konsumsi dipengaruhi oleh Inflasi dengan pengaruh positif yang nyata signifikan. Artinya: bila tingkat inflasi
rendah maka permintaan akan kredit konsumsi akan menurun; sebaliknya, jika inflasi tinggi maka permintaan akan kredit konsumsi akan cenderung menaik. Hal ini terjadi
karena masyarakat pada umumnya melakukan pinjaman kredit konsumsi untuk membiayai kehidupannya, dimana apabila terjadi inflasi yang tinggi mengakibatkan
Mohammad Yusuf : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Kredit Konsumtif Bank Pemerintah Di Sumatera Utara, 2009
daya beli masyarakat menurun, sementara kebutuhan hidup mereka adalah tetap, sehingga terpaksa mereka melakukan pinjaman untuk memnuhi kebutuhan hidup
mereka. Lebih lanjut, lonjkan inflasi yang beawal pada kelompok barang perumahan,
listrik, gas air dan bahn bakar tersebut terus menggelinding seperti bola salju menyentuh seluruh lapisan kelompok barang lainnya. Tekanan psikologis dari
kenaikan harga berbagai kebutuhan pokok masyarakat tersebut mendorong ekspektasi inflasi yang lebih besar lagi overshooting. Pada akhirnya dampak langsung first
round inflasi terus terakumulasi dan berimbas pada seluruh kelompok barang second round dan mengalami lonjakan tingkat harga yang sangat tinggi dari
perkiraan awal tahun 2005. Penyebab tingginya tekanan tingkat harga di wilayah Provinsi Sumatera Utara
dapat dikelompokkan menjadi beberapa faktor utama antara lain faktor fundamental psikologis masyarakat terhadap tingginya ekspektasi inflasi, sebagai realisasi
kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga BBM administered price, serta kendala distribusi pasokan menghadapi pelaksanaan puasa dan hari raya idul Fitri
yang jatuh di pertengahan triwulan IV, serta persiapan menghadapi perayaan Natal dan Tahun Baru di akhir tahun.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Mohammad Yusuf : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Kredit Konsumtif Bank Pemerintah Di Sumatera Utara, 2009