Kredit Konsumtif Perbankan Di Sumatera Utara Variabel Produk Domestik Regional Bruto PDRB

Berdasarkan data diatas, jumlah kantor cabang bank yang paling banyak adalah di Kota medan yaitu sebanyak 175 kantor cabang bank dan kota Pematang Siantar yaitu sebanyak 14 kantor cabang, sedangkan kantor cabang yang paling sedikit adalah di Kabupaten Mandailing Natal sebanyak 2 kantor cabang dan Kabupaten Dairi sebanyak 3 kantor cabang.

4.1.3 Kredit Konsumtif Perbankan Di Sumatera Utara

Perkembangan kredit konsumtif perbankan di Sumatera Utara cukup meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan karena adanya permintaan masyarakat terhadap kredit konsumtif yang digunakan untuk keperluan pembelian rumah baru, renovasi rumah, pembelian kenderaan baru seperti mobil, sepeda motor. Permintaan kredit konsumtif ini meningkat hingga tahun 1997 dan pada tahun 1998 mengalami penurunan permintaan kredit konsumtif disebabkan adanya krisis ekonomi yang melanda perekonomian Indonesia. Kredit konsumtif dalam perjalanan setelah tahun 1998 mengalami peningkatan permintaan. Hal ini disebabkan karena banyaknya jumlah pemohon dan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia khusunya di Sumatera Utara sehingga posisi permintaan kredit konsumtif meningkat. Hal ini dapat dilihat pada grafik 4.1. perkembangan kredit konsumtif sebagai berikut. Mohammad Yusuf : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Kredit Konsumtif Bank Pemerintah Di Sumatera Utara, 2009 Perkembangan Kredit Konsumtif Di Sumut Tahun 1980-2004 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000 5500 6000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1 1 2 1 3 1 4 1 5 1 6 1 7 1 8 1 9 2 2 1 2 2 2 3 2 4 2 5 2 6 TAHUN Kr ed it Ko n s u m ti f Gambar 4.1 Perkembangan Kredit Konsumtif di Sumut Tahun 1980 - 2004

4.1.4 Variabel Produk Domestik Regional Bruto PDRB

Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara dapat dianggap berasal dari dua komponen. Pertama , ekonomi tumbuh sebagai akibat dari peningkatan produktivitas modal dan tenaga kerja serta penerapan teknologi. Ini dapat dianggap sebagai pertumbuhan alami natural growth, termasuk akibat pertumbuhan penduduk. Kedua, pertumbuhan ekonomi terjadi sebagai akibat dari kebijakan-kebijakan atau variabel eksternal yang mempengaruhi pengeluaran oleh pelaku-pelaku ekonomi. Perekonomian Sumatera Utara yang dicerminkan oleh pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan trend yang meningkat secara konsisten hingga tahun 1997 yang merupakan tahun krisis ekonomi yang melanda negara-negara di Asia. Gambar4.1 PDRB yaitu : Mohammad Yusuf : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Kredit Konsumtif Bank Pemerintah Di Sumatera Utara, 2009 Perkembangan PDRB di Sumut Tahun 1980-2004 5000 10000 15000 20000 25000 30000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1 1 2 1 3 1 4 1 5 1 6 1 7 1 8 1 9 2 2 1 2 2 2 3 2 4 2 5 2 6 TAHUN PDR B Gambar 4.2 Grafik Perkembangan PDRB di Sumut Tahun1980-2004 Selama periode 1980 – 2004 PDRB Sumatera Utara mengalami pertumbuhan yang cukup baik, tahun 2004 PDRB Sumatera Utara sebesar 25.925 miliar naik miliar menjadi 27.087 miliar pada tahun 2004.4,3 persen. PDRB mengalami penurunan pada tahun 1999 sebesar 11,7 sebagai dampak dari krisis yang melanda Indonesia umumnya dan Sumatera Utara khususnya pada tahun 1997. Mulai tahun 1988, PDRB mulai menampakkan trend menaik kembali, sehingga pertumbuhan ekonomi mencatat angka positif kembali pada tahun 1999. Pertumbuhan PDRB hingga tahun 1997 menunjukkan angka positif. Pertengahan tahun 1990 mencatat pertumbuhan ekonomi mencapai lebih 9 persen, hanya menurun pada tahun 1997 menjadi 6,69 persen, hingga mencapai puncak dampak resesi krisis ekonomi pada tahun 1998 dengan pertumbuhan minus 10,9 persen dan tahun 1999 pertumbuhan mulai tampak kembali positif sebesar 2,53 persen. Secara Mohammad Yusuf : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Kredit Konsumtif Bank Pemerintah Di Sumatera Utara, 2009 rata-rata ekonomi Sumatera Utara tumbuh sebesar 5,76 persen selama dasawarsa 1990-an, jauh lebih rendah dari keadaan tahun 1980-an dengan rata-rata pertumbuhan 25,78 persen, yang menandai booming ekonomi regional. Perekonomian Sumatera Utara masih didominasi oleh sektor pertanian termasuk perkebunan, kendati kontribusinya terhadap PDRB tidak sampai sepertiga yakni 31,78, sementara industri menempati urutan kedua dengan kontribusi sebesar 21,96 pada tahun 1999. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran juga merupakan sektor penting dengan kontribusi sebesar 17,30 persen. Sektor-sektor lain memberi kontribusi dibawah 10 persen. Jika dilihat dari faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi jangka pendek, maka peningkatan pengeluaran mendorong pertumbuhan yang tinggi pada tahun-tahun tertentu. Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto tertinggi terjadi pada tahun 1983 dan 1993. Pertumbuhan dipicu oleh pengeluaran konsumsi rumah tangga yang naik drastis dari Rp.3,189 miliar pada tahun 1992 menjadi Rp.9,640 miliar pada tahun 1993, pembentukan modal dari Rp.2,373 miliar tahun 1992 menjadi RP.5,390 miliar dan ekspor dari Rp.1,971 miliar menjadi Rp.5,401 miliar pada tahun- tahun itu.

4.1.5 Variabel Suku Bunga Pinjaman