Deskripsi Hasil Penelitian

B. Deskripsi Hasil Penelitian

Eksploitasi seksual komersial anak merupakan potret realita terburuk yang dialami oleh banyak anak di Indonesia pada umumnya. Dampak dan resiko yang ditimbulkan dari eksploitasi seksual komersial ini sangat buruk, sehingga keberadaanya merupakan wujud pelanggaran hak asasi manusia, karena bagaimanapun anak sebagai seorang manusia juga mempunyai hak-hak yang harus dihormati keberadaannya.

1. Gambaran Terjadinya Eksploitasi Seksual Komersial Anak di

Surakarta

Surakarta merupakan salah satu kota dimana fenomena ESKA berkembang, dan jumlah anak korban ESKA semakin lama semakin meningkat karena adanya kebutuhan dan permintaan yang kian meningkat.

Untuk mengembalikan/mengeluarkan anak yang berada pada situasi ESKA bukan merupakan hal yang mudah, karena merupakan masalah yang dilematis. Dari data yang masuk di yayasan KAKAK dari September 2008 sampai Untuk mengembalikan/mengeluarkan anak yang berada pada situasi ESKA bukan merupakan hal yang mudah, karena merupakan masalah yang dilematis. Dari data yang masuk di yayasan KAKAK dari September 2008 sampai

Keterangan

Jenis

Total Sep 08-Juni

Dalam prosentase

Asal daerah

Sumber Data: Yayasan KAKAK

Dari data tersebut diatas tidak semua korban terdampingi hanya beberapa saja korban yang dapat didampingi di yayasan KAKAK. Data tersebut tidak mewakili seluruhnya karena kemungkinan masih banyak yang tidak terjangkau. Jumlah anak korban paling banyak di wilayah Solo yaitu 49 anak, dengan prosentase 65.33%. Banyak faktor yang membuat anak terjerat ESKA, salah satu penyebabnya karena remaja perkotaan yang cenderung bergaya hidup hedonis . Gaya hidup hedonis atau bermewah-mewahan mendorong generasi muda di kota Solo untuk berperilaku konsumtif. Sekarang ini banyak anak-anak yang memenuhi gaya hidup sesuai dengan tuntutan lingkungan yang membuat mereka memaksakan diri untuk mendapatkan sesuatu yang sebenarnya hanya merupakan keinginan seperti barang-barang mewah yaitu hand phone, baju, sepatu mahal, motor dan sebagainya. Sedangkan dari kondisi ekonomi anak-anak tersebut tergolong kurang mampu. Situasi inilah yang sering dimanfaatkan oleh orang- orang tertentu yang berniat jahat untuk melakukan eksploitasi seksual komersial terhadap mereka dengan imbalan-imbalan kebutuhan yang dijanjikan.

Hal yang pertama kali dilakukan yayasan KAKAK untuk mengetahui adanya kasus ESKA tersebut mereka menggunakan beberapa metode ketika Hal yang pertama kali dilakukan yayasan KAKAK untuk mengetahui adanya kasus ESKA tersebut mereka menggunakan beberapa metode ketika

Eksploitasi seksual komersial anak dibagi dalam tiga bentuk yaitu prostitusi anak, pornografi anak dan perdagangan anak untuk tujuan seksual. Ketiga bentuk ini dalam berbagai kasus terkait satu sama lain. Berdasarkan kategorinya dapat dilihat dalam tabel berikut ini: Tabel 4. Kategori ESKA

Keterangan

Jenis

Total Sep 08-Juni

Dalam prosentase

Kategori ESKA:

trafficking tujuan seksual

Sumber Data: Yayasan KAKAK Dari tabel tersebut di atas diketahui bahwa yang menduduki peringkat paling atas adalah ESKA dalam bentuk prostitusi anak yaitu sebanyak 44 kasus dengan prosentase 58.67%, kemudian perdagangan anak untuk tujuan seksual dan terakhir pornografi. Di Surakarta bentuk eksploitasi yang paling sering terjadi adalah perdagangan anak untuk tujuan seksual, anak-anak tersebut diperjual belikan sebagai komoditas kemudian dijadikan pelacur hingga masuk ke dunia prostitusi yang menghasilkan banyak uang. Mereka didorong oleh keadaan, struktur sosial dan pelaku-pelaku individu kedalam situasi-situasi dimana orang dewasa memanfaatkan kerentanan mereka serta mengeksploitasi dan melakukan kekerasaan seksual kepada mereka.

anak perempuan tetapi juga anak laki-laki, saat ini korban yang paling banyak adalah anak perempuan. Pelakunya itu bisa orang tua kandungnya sendiri, orang tua tiri, saudara, teman bahkan pacar. Kemudian yang mendominasi pada tahun 2011 ini adalah pacar. Anak laki-laki bukan tidak mungkin menjadi korban ESKA, beberapa kasus memang korbannya adalah anak laki-laki yang pelakunya itu adalah homo seksual (sesama jenis) tapi dalam beberapa kasus juga ditemui pelakunya adalah heteroseksual. Prosentasenya ada dalam tabel di bawah ini: Tabel 5. Jenis Kelamin Anak Korban ESKA di Surakarta

Keterangan

Jenis

Total Sept 08- Juni 2011 Jumlah

anak

Dalam prosentase

Jumlah anak

Sumber Data: Yayasan KAKAK Berdasarkan data di atas baik anak perempuan maupun anak laki-laki dapat menjadi korban eksploitasi seksual komersial, akan tetapi memang kecenderungan anak perempuan menjadi korban itu lebih banyak yaitu ada sebanyak 71 anak perempuan dengan prosentase 94.67%. Anak perempuan memang lebih beresiko karena terkait erat dengan posisi lemah mereka dalam masyarakat. Sedangkan bagi anak laki-laki, eksploitasi seksual komersial dipergunakan secara khusus sebagai bentuk intimidasi dimana anak laki-laki melakukannya atas dasar dipaksa. Bagi orang-orang dewasa penting untuk menyadari bahwa anak laki-laki juga membutuhkan perlindungan.

Usia anak korban ESKA di Surakarta, untuk kategori anak sebagaimana dijelaskan pada BAB II sebelumnya, bahwa yang dimaksud dengan anak adalah setiap orang yang usianya dibawah 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah menikah. Batasan anak korban ESKA adalah anak yang berusia dibawah 18 tahun. Rinciannya dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Sumber Data: Yayasan KAKAK Dari data tersebut di atas, anak korban ESKA dilihat dari batasan umurnya memang tidak bisa dipatok, ada kasus bahkan anak 9 tahun menjadi korban, dalam tiga tahun terakhir ini yang paling banyak menduduki adalah anak usia 15 dan 16 tahun dengan prosentase masing-masing 24.00%. Anak-anak usia tersebut memang secara psikologis masih labil, mudah untuk terpengaruh karena masih dalam perkembangan emosi yang belum stabil.

Keberadaan anak korban ESKA, sebagian juga dikarenakan rendahnya tingkat pendidikan. Rendahnya pendidikan ditambah dengan usia yang masih tergolong anak, kurang membekali seseorang dengan pengetahuan yang cukup dalam menjalani kehidupan. Faktor penyebab rendahnya pendidikan anak yang terlibat dalam situasi ESKA didominasi oleh faktor ekonomi keluarga.

Latar belakang pendidikan anak korban ESKA di Surakarta sangat beragam mulai dari jenjang pendidikan SD, SMP, dan SMA tetapi ada juga yang sama sekali belum pernah menikmati pendidikan secara formal. Beberapa dari anak korban ESKA tersebut ada yang masih aktif bersekolah dan sebagian lainnya sudah berhenti sekolah.

Selanjutnya mengenai tingkat pendidikan anak korban ESKA yang berhasil dipantau dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Keterangan

Jenis

Total Sep 08-Juni 2011 Jumlah

Anak

Dalam prosentase

Usia anak menjadi korban ESKA

Belum ada info

14 18.67%

TOTAL

75 100.00%

Keterangan

Jenis

Total Sep 08-Juni

Dalam prosentase

berdasarkan tingkat pendidikan:

tidak pernah sekolah

Lulus SD

DO SMP

9 12.00%

Masih sekolah SMP

9 12.00%

Lulus SMP

4 5.33%

DO SMA /SMK

6 8.00%

masih sekolah SMA/

SMK

32 42.67%

Lulus SMA

belum ada info

Sumber Data: Yayasan KAKAK

Dari data tersebut diketahui bahwa anak dari tingkat pendidikan SMA/SMK memang jauh lebih banyak terjerat dalam situasi ESKA yaitu sebanyak 32 anak dengan prosentase 42.675%. Hal ini berkaitan erat dengan lingkungan pergaulan, hubungan pertemanan, gaya berpacaran yang tidak sehat sampai hubungan seks bebas. Dengan asumsi bahwa anak-anak usia sekolah memang lebih mudah untuk dibujuk dan dirayu dengan imbalan-imbalan kebutuhan dan barang-barang mewah. Entah itu secara sukarela maupun terpaksa. Hingga anak-anak ini jatuh ke dunia ESKA. Korban ESKA sebagian besar juga anak-anak putus sekolah, yaitu karena drop out SD, SMP, maupun SMA. Jadi anak-anak dari tingkat pendidikan apapun sama-sama beresiko terhadap ESKA.

2. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Anak Berada Pada Situasi

Eksploitasi Seksual Komersial

Banyak faktor yang menyebabkan anak berada pada situasi ESKA. Faktor-faktor yang mempunyai pengaruh besar (dominan) yang menyebabkan anak berada pada situasi eksploitasi seksual komersial di Surakarta, antara lain:

Nilai-nilai yang hidup dalam keluarga, masyarakat maupun lingkungan sekitar mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan perilaku seseorang dalam kesehariannya. Ketidakharmonisan keluarga, perceraian dan penelantaran anak beresiko menjadikan anak-anak terjebak dalam situasi ESKA. Suasana rumah yang tidak harmonis seringkali mengakibatkan anak lari dari rumah dan mencari suasana baru yang berbeda di luar rumah. Banyak orang tua yang gagal memberikan pendidikan dan teladan yang baik untuk anak-anaknya, kesibukan orang tua seringkali menyebabkan mereka tidak memiliki cukup waktu untuk mengenal anak- anaknya. Faktor dari keluarga juga dikarenakan anak merasa prihatin dengan keadaan keluarga mereka, mereka ingin membantu orang tuanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mendapatkan uang dengan cepat dan mudah. Seperti yang diungkapkan oleh Kak Siswi Yuni Pratiwi, S.Psi selaku Penjangkau dan Pendamping Anak Korban ESKA:

Faktor internal dari si anak. Bicara anak, psikisnya itu masih labil dipengaruhi masih gampang apalagi dengan bujuk rayu, ini itu, diiming- imingi hal yang wah. Dari faktor eksternal biasanya anak ini berasal dari keluarga yang kurang kondusif, broken home ataupun bercerai, atau bisa orang tuanya tinggal pisah rumah atau ada yang setiap hari berantem terus. Si anak yang dalam kondisi rumah seperti itu merasa tertekan dan kurang kasih sayang. Faktor lain yaitu lingkungan pergaulan. Banyak kasus di rumah itu sudah sangat baik, tetapi di sekolah maupun teman- temannya justru malah memberi pengaruh yang sangat kuat. (Catatan Lapangan 1)

Begitu pula dengan lingkungan terdekat anak, seperti teman. Lingkungan pergaulan yang tidak sehat sangat berdampak buruk bagi anak- anak. Anak-anak yang sifatnya masih labil, akan sangat mudah terpengaruh untuk terjun ke dunia prostitusi, perdagangan seksual maupun pornografi. Mereka terbujuk temannya yang terlebih dahulu masuk ke dunia itu. Pengaruh teman ini disebabkan karena mereka salah memilih teman, pengaruh teman ini juga berkaitan erat dengan penggunaan obat-obatan terlarang dan minuman keras. Kemudian dari situ anak akan mulai mengenal hubungan seksual yang Begitu pula dengan lingkungan terdekat anak, seperti teman. Lingkungan pergaulan yang tidak sehat sangat berdampak buruk bagi anak- anak. Anak-anak yang sifatnya masih labil, akan sangat mudah terpengaruh untuk terjun ke dunia prostitusi, perdagangan seksual maupun pornografi. Mereka terbujuk temannya yang terlebih dahulu masuk ke dunia itu. Pengaruh teman ini disebabkan karena mereka salah memilih teman, pengaruh teman ini juga berkaitan erat dengan penggunaan obat-obatan terlarang dan minuman keras. Kemudian dari situ anak akan mulai mengenal hubungan seksual yang

Pada awalnya saat anak kelas 2 SMK, anak mendapat kekerasan seksual oleh pacarnya. Anak dirayu dan diajak untuk mabuk, sehingga saat itu anak juga mulai mengkomsumsi miras dan pil dixtro dengan pacar dan teman-temannya. Dalam kondisi setengah sadar anak mendapat kekerasan seksual dari pacarnya. Ternyata setelah itu pacarnya meninggalkan anak, anak merasa sakit hati dan merasa sudah tidak berharga sehingga anak berpacaran dengan beberapa laki-laki dan melakukan aktivitas ESKA dan anak meminta imbalan untuk bersenang- senang dan membeli miras dan pil dixtro, anak juga pernah dipaksa melakukan hubungan seksual ketika anak bermain di kos-kosan temannya yang memang bebas. (Catatan Lapangan 2)

Umumnya pengaruh teman maupun kelompok sangat besar. Seseorang yang telah merasa cocok dengan teman atau kelompoknya, akan cenderung mengikuti gaya teman atau kelompoknya tersebut. Sangat sulit apabila dia tidak mau mengikuti gaya kelompoknya yang dirasakan buruk, dengan tetap mempertahankan diri di dalam kelompoknya tersebut, tentu ia akan diasingkan karena tidak mau mengikuti gaya kelompoknya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kondisi keluarga dan lingkungan pergaulan membawa peranan penting bagi seorang anak. Orang tua perlu memberikan teladan yang baik bagi anaknya. Selain itu anak-anak harus berhati-hati dalam memilih teman di lingkungan pergaulannya, karena pergaulan mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi seorang anak, baik secara positif maupun negatif.

b. Faktor Teknologi Informasi dan Komunikasi

Meningkatnya teknologi informasi dan komunikasi secara langsung maupun tidak langsung menjadi salah satu faktor yang menyebabkan anak berada pada situasi ESKA. Anak-anak zaman sekarang sangat dekat sekali dengan media informasi seperti internet dengan berbagai layanannya seperti jejaring sosial facebook, twitter, youtube dan sebagainya. Disamping itu dunia maya menawarkan seribu satu macam cara untuk melakukan transaksi seksual sampai hubungan seksual dengan kontrol yang sangat minim atau bisa Meningkatnya teknologi informasi dan komunikasi secara langsung maupun tidak langsung menjadi salah satu faktor yang menyebabkan anak berada pada situasi ESKA. Anak-anak zaman sekarang sangat dekat sekali dengan media informasi seperti internet dengan berbagai layanannya seperti jejaring sosial facebook, twitter, youtube dan sebagainya. Disamping itu dunia maya menawarkan seribu satu macam cara untuk melakukan transaksi seksual sampai hubungan seksual dengan kontrol yang sangat minim atau bisa

Kemudian televisi yang menampilkan tayangan yang tidak memiliki nilai edukasi, akan mempengaruhi anak untuk bersifat konsumtif terhadap sesuatu yang telah dilihatnya, anak-anak tersebut disuguhi barang-barang mewah yang hanya dapat mereka lihat tanpa bisa mereka miliki. Hal itu tentu saja akan sangat membawa pengaruh bagi anak untuk memiliki gaya hidup hedonis . Seperti yang dialami oleh Melati (nama samaran):

Anak di sekolah merasa sedih karena teman-temannya memiliki hp yang bagus, barang mewah, naik motor dan sering pamer. Sementara dia merasa tidak punya apa-apa dan tidak mungkin menyampaikan itu ke keluarganya. Untuk biaya makan dan hidup sehari-hari saja orangtuanya harus banting tulang sehingga tidak mungkin membelikan anak barang-barang mewah. (Catatan Lapangan 3)

Selain itu banyak kasus yang muncul akibat adanya penyalahgunaan teknologi informasi dan komunikasi seperti munculnya jual beli anak untuk tujuan seksual dalam sejumlah website yang terselubung, sebagian ada pula pornografi anak. Sama halnya dengan yang diungkapkan oleh Kak Siswi Yuni Pratiwi, S.Psi:

Faktor yang lain adalah media, facebook, televisi. Sangat disayangkan mungkin filter-filter itu kurang yang penyajian enak dilihat tapi tidak ada unsur pendidikan, jadi anak cuma meniru tapi tidak tahu resikonya apa. Selain itu di tempat-tempat seperti sekolah, kafe, diskotik, pembangunan mall, secara tidak langsung mendorong anak-anak untuk memiliki gaya hidup hedonis (gaya hidup mewah). (Catatan Lapangan 1)

Jadi dapat disimpulkan bahwa penggunaan teknologi informasi tidak hanya berdampak positif tapi juga negatif. Melalui website, televisi, facebook Jadi dapat disimpulkan bahwa penggunaan teknologi informasi tidak hanya berdampak positif tapi juga negatif. Melalui website, televisi, facebook

c. Faktor Sosial dan Ekonomi

Di Surakarta faktor sosial ini erat kaitannya dengan gaya hidup remaja perkotaan yang konsumtif. Akan tetapi sebagian besar anak korban ESKA memiliki latar belakang sosial ekonomi yang relatif rendah. Kondisi dan latar belakang ekonomi keluarga yang pas-pasan tersebut tidak memungkinkan bagi anak-anak tersebut untuk dapat hidup dengan gaya hura- hura dan mewah sebagaimana layaknya orang-orang yang berkecukupan.

Kondisi ekonomi yang sulit dapat memaksa seseorang untuk memilih pekerjaan yang tidak memerlukan keterampilan tetapi bisa menghasilkan banyak uang, salah satunya adalah dengan menjadi pelacur. Hal ini yang banyak ditemukan anak yang terjerat prostitusi. Keinginan untuk memiliki barang-barang mewah yang juga berkaitan erat dengan pengaruh teman dengan kondisi ekonomi yang tidak memadai memaksa mereka untuk berada pada situasi ESKA misalnya prostitusi. Seorang anak korban perdagangan seksual yang berhasil ditemui yaitu Mawar (nama samaran), dalam observasi peneliti:

Mawar dan adiknya mengaku melakukan aktivitas ESKA karena himpitan ekonomi. Ingin senang-senang dan untuk membantu ekonomi keluarga. Dia sedih melihat ibunya harus banting tulang mencari uang sendirian untuk dia, adiknya dan neneknya. (Catatan Lapangan 4)

Pengaruh kondisi ekonomi sebagai faktor penyebab terjadinya eksploitasi seksual komersial anak, juga diungkapkan oleh Kak Siswi Yuni Pratiwi, S.Psi:

Faktor ekonomi memang sangat berpengaruh biasanya mereka pendidikannya rendah, mereka drop out sekolah, karena tidak ada biaya sementara mereka masih ingin tetap sekolah, mereka menjadi tulang punggung keluarga, bingung mau kerja apa, apa-apa ga ngerti. Untuk mendapatkan uang banyak sulit mereka terdorong melakukan itu. (Catatan Lapangan 1) Faktor ekonomi memang sangat berpengaruh biasanya mereka pendidikannya rendah, mereka drop out sekolah, karena tidak ada biaya sementara mereka masih ingin tetap sekolah, mereka menjadi tulang punggung keluarga, bingung mau kerja apa, apa-apa ga ngerti. Untuk mendapatkan uang banyak sulit mereka terdorong melakukan itu. (Catatan Lapangan 1)

d. Faktor Pengalaman Seksual Dini

Hubungan seksual dini menjadi salah satu faktor penyebab anak berada pada situasi ESKA. Anak yang sudah terbiasa melakukan aktivitas seksual biasanya anak lebih mudah masuk ke dalam situasi ESKA, hal ini disebabkan mereka belum mampu berpikir jauh ke depan, karena kapasitas mereka masih anak-anak, sehingga tidak memikirkan dampaknya seperti apa ke depannya. Sedangkan dari data yang dihimpun yayasan KAKAK faktor- faktor itu meliputi: Tabel 8. Faktor Pendorong Anak Terjerumus ESKA

Keterangan

Jenis

Total Sep 08-Juni 2011 Jumlah Anak

Dalam prosentase

faktor pendorong anak terjerumus

ESKA

a. kekerasan seks oleh pacar (melakukan aktivitas sex

dengan pacar )

b. kekerasan seks oleh teman / orang yang sudah dikenal

c. dijual oleh ibu / saudara

d. ditipu

e. pengaruh teman f. Ekonomi /kurang mampu

(pertama melakukan aktivitas

sex dgn user)

g. orientasi seksual h. kekerasan seksual dgn

perlawanan (awalnya diperkosa kemudian ESKA)

i. Belum ada info

TOTAL

Hubungan seksual dini yang menjadi salah satu faktor penyebab anak terjerat dalam situasi ESKA, dalam hal ini pelakunya adalah pacar menduduki peringkat teratas yaitu sebanyak 58 anak dengan prosentase 77.33%. Hal ini perlu mendapatkan perhatian dari berbagai pihak secara mendalam.

Pengalaman seksual dini menjadi penyebab seorang anak berada pada situasi eksploitasi seksual komersial. Karena sudah terlanjur merasa tidak berharga lagi, malu dan tertipu maka anak ini meneruskan dengan terjun ke ESKA, akhirnya anak mendapat stigma atau cap buruk di mata masyarakat. Pandangan masyarakat yang menggangap mereka sampah masyarakat, menyebabkan anak sulit untuk menarik diri dari dunia ESKA. Selain itu ada yang dampak yang harus ditanggung anak-anak yang berada pada situasi ESKA. Dampak dari ESKA bermacam-macam ada dampak fisik, psikis maupun seksual yang mana itu yang akan dialami oleh semua anak, yang berada pada situasi ESKA, seperti yang diungkapkan oleh Astri Purwakasari, S.H:

Akibat pastinya tekanan psikologis itu pasti, anak itu akan berbeda sekali ketika ia menjadi korban dengan sebelum ia jadi korban ada yang lebih pendiam, ada juga kebalikannya dia jadi lebih berani. Bahkan ada juga yang sampai ia dikeluarkan dari sekolah karena itu menjadi aib dan diminta untuk mengundurkan diri, itu akan mengakibatkan anak mengalami tekanan lagi. Ada juga sampai kehamilan yang tidak dikehendaki. Akibat lain yang paling kita hindari yaitu setelah dia menjadi korban kekerasan seksual ia bisa menjadi korban ESKA. Itu sebenarnya yang pendampingan perlu kita intens itu untuk menghindarkan anak ini menjadi korban ESKA. Korban yang mendapat kekerasan seksual itu ia mengalami sampai luka fisik yang luar biasa Akibat pastinya tekanan psikologis itu pasti, anak itu akan berbeda sekali ketika ia menjadi korban dengan sebelum ia jadi korban ada yang lebih pendiam, ada juga kebalikannya dia jadi lebih berani. Bahkan ada juga yang sampai ia dikeluarkan dari sekolah karena itu menjadi aib dan diminta untuk mengundurkan diri, itu akan mengakibatkan anak mengalami tekanan lagi. Ada juga sampai kehamilan yang tidak dikehendaki. Akibat lain yang paling kita hindari yaitu setelah dia menjadi korban kekerasan seksual ia bisa menjadi korban ESKA. Itu sebenarnya yang pendampingan perlu kita intens itu untuk menghindarkan anak ini menjadi korban ESKA. Korban yang mendapat kekerasan seksual itu ia mengalami sampai luka fisik yang luar biasa

Saat ini banyak sekali modus yang digunakan pelaku untuk menjerat para korbannya, dengan kondisi psikologis anak yang mudah dirayu dan dipengaruhi menyebabkan anak sangat rentan terjebak dalam ESKA. Seperti yang diungkapkan oleh Kak Siswi Yuni Pratiwi, S.Psi: “Kalau modus tren yang sekarang kedoknya pacaran tapi terselubung, jadi

tidak kelihatan, kedua menipu dengan dijanjikan pekerjaan dengan gaji yang tinggi, dirayu, diiming- imingi, akhirnya mereka jadi korban”. (Catatan Lapangan 1)

Hal ini juga yang dialami oleh Melati (nama samaran) anak korban perdagangan seksual dalam observasi peneliti: Melati ditawari pekerjaan dan dijanjikan akan mendapat penghasilan

yang besar oleh X (broker/ pelaku). Pada awalnya dia menolak, namun temannya terus merayunya kemudian dengan alasan diajak main ke rumah temannya, akhirnya anak mau. Sampai di rumah temannya, Melati dikenalkan dengan teman-teman X dan kemudian Melati ditipu dibawa ke hotel dan dikunci dari luar. Kemudian user masuk dan memaksa anak melayani secara seksual. Melati diberi imbalan oleh user namun dibawa oleh X. (Catatan Lapangan 3)

Dari faktor-faktor tersebut diatas yang paling banyak mendominasi adalah faktor pengalaman seksual dini, hal ini yang membuat anak merasa dirinya sudah tidak berharga kemudian malah menjatuhkan diri ke dunia ESKA. Ini merupakan langkah awal yang harus dicegah.

3. Partisipasi Yayasan “KAKAK” dalam Mencegah Eksploitasi Seksual

Komersial Anak

Berkaitan dengan munculnya isu ESKA, yayasan KAKAK berupaya memulai program dalam kegiatan pencegahan, penangganan dan rehabilitasi anak korban ESKA. Selain itu yayasan KAKAK juga berupaya untuk mewujudkan visi

Koordinator Program Pengembangan Sistem Perlindungan Anak yaitu:

Kita melakukan pemberdayaaan dengan terjun langsung ke masyarakat kita melakukan sosialisasi-sosialisasi kita juga melakukan advokasi untuk perubahan kebijakan-kebijakan. Semua itu kita sesuaikan dengan visi, misi yayasan KAKAK yaitu untuk mewujudkan masyarakat yang peduli dan mau memberikan perlindungan serta memenuhi hak-hak anak. (Catatan Lapangan 6)

Dari wawancara di atas yayasan KAKAK menunjukkan kepedulian yang besar dalam perlindungan anak. Juga sangat memperhatikan kebutuhan mereka seperti pengetahuan, keterampilan, hiburan, perkembangan kesehatan reproduksi, maupun kejiwaan (psikologis) mereka dengan menyediakan berbagai fasilitas dan pelayanan yang tersedia.

a. Kegiatan-Kegiatan yang Dilakukan Yayasan KAKAK Secara Umum

Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan yayasan KAKAK secara umum berkaitan dengan penanggulangan ESKA meliputi:

1) Pendekatan, Penjangkauan dan Pendampingan Pendekatan dilakukan dengan cara menjangkau anak korban kekerasan seksual maupun ESKA. Dengan langsung turun ke lokasi dimana anak-anak tersebut akrab dengan lingkungan kesehariannya, misalnya sekolah, tempat nongkrong, tempat bermain maupun kunjungan langsung ke rumah/home visit.

Kegiatan yang dilakukan antara lain dengan mendampingi korban dan keluarganya dalam menghadapi masalah yang mereka hadapi, misalnya dengan dukungan moril bagi anak yang bersangkutan. Pendampingan di yayasan KAKAK ini ada pendamping psikologis korban kekerasan seksual dan ESKA juga ada pendamping hukum yang mendampingi anak dalam berproses hukum. Dengan melakukan pendampingan terhadap anak korban kekerasan seksual maupun ESKA diharapkan dapat membantu agar anak dapat kembali menjalani kehidupan mereka secara normal. Proses awalnya seperti yang dikemukakan oleh Kegiatan yang dilakukan antara lain dengan mendampingi korban dan keluarganya dalam menghadapi masalah yang mereka hadapi, misalnya dengan dukungan moril bagi anak yang bersangkutan. Pendampingan di yayasan KAKAK ini ada pendamping psikologis korban kekerasan seksual dan ESKA juga ada pendamping hukum yang mendampingi anak dalam berproses hukum. Dengan melakukan pendampingan terhadap anak korban kekerasan seksual maupun ESKA diharapkan dapat membantu agar anak dapat kembali menjalani kehidupan mereka secara normal. Proses awalnya seperti yang dikemukakan oleh

Dari hasil wawancara peneliti dapat menyimpulkan bahwa, dari melalui proses penjangkauan, pendekatan, kemudian pendampingan. Yayasan KAKAK akan mengetahui hal-hal apa saja yang dibutuhkan oleh korban dan berusaha untuk memfasilitasi dengan harapan bahwa anak ini dapat keluar dari situasi ESKA. Setelah anak dewasa dan sudah menginjak usia 18 tahun, pendampingan tidak akan berhenti begitu saja tetapi masih yang dipantau secara terus-menerus meskipun sudah tidak intens tetapi masih dilakukan komunikasi dengan korban. Karena ketika ia sudah dewasa apa-apa yang dilakukannya adalah sebuah pilihan. Dimana ia sudah mampu berpikir lebih dewasa dan bukan lagi anak-anak.

2) Pemberian Layanan Dalam kegiatannya yayasan KAKAK juga berupaya memberikan pelayanan-pelayanan bagi anak korban ESKA maupun kekerasan seksual, meliputi:

a) Pelayanan Medis Kegiatan ini memiliki tujuan untuk menyediakan pengobatan medis dan penanganan secara medis bagi korban. Seperti yang diungkapkan oleh Kak Siswi Yuni Pratiwi, S.Psi:

Menjangkau dulu kalau memang anak ini korban ESKA kita mendampingi dengan melakukan observasi dan assessment ini kita akan tahu anak ini butuhnya apa dia butuh rujukan secara medis. Biasanya mereka bermasalah dengan reproduksi. Kalau Menjangkau dulu kalau memang anak ini korban ESKA kita mendampingi dengan melakukan observasi dan assessment ini kita akan tahu anak ini butuhnya apa dia butuh rujukan secara medis. Biasanya mereka bermasalah dengan reproduksi. Kalau

Kegiatan ini dilakukan apabila anak membutuhkan penanganan secara medis maka yayasan KAKAK berusaha untuk memfasilitasi dengan melakukan lobby ke instansi terkait misalnya puskesmas. Layanan ini diberikan yayasan KAKAK dengan mengadakan kerjasama dengan lima puskesmas induk jadi ada puskesmas di Manahan, Pajang, Sangkrah, Ngoresan dan Kratonan, hal ini dilakukan untuk mengantisipasi jika anak memerlukan pemeriksaan lebih lanjut. Dengan adanya kerjasama ini diharapkan anak-anak memperoleh keringanan biaya.

b) Pelayanan Psikologis Kegiatan ini diberikan pada saat anak membutuhkan dukungan moral maupun spiritual, dimana anak mempunyai permasalahan cukup kompleks dalam kehidupannya, mulai dari masalah keluarga, teman, sekolah maupun pacar. Hal ini dilakukan selama pendampingan, dalam memberikan layanan psikologis pendamping mempertimbangkan kepentingan yang terbaik untuk anak. Layanan ini bisa dilakukan dimana saja dan kapanpun anak memerlukan bantuan psikologis.

c) Pelayanan Hukum Layanan ini diberikan pada saat anak telah benar-benar berproses hukum. Yayasan KAKAK melakukan pendampingan hukum pada korban ESKA maupun kekerasan seksual mulai dari proses awal di kepolisian, kejaksaan, di pengadilan sampai vonis dijatuhkan. Dimana seorang anak ini dengan keterbatasan pengetahuan mereka akan merasa takut dan bingung ketika berhadapan dengan hukum. Fungsinya pendamping untuk mendampingi anak berproses hukum serta sebagai penyambung lidah antara anak dengan petugas yang c) Pelayanan Hukum Layanan ini diberikan pada saat anak telah benar-benar berproses hukum. Yayasan KAKAK melakukan pendampingan hukum pada korban ESKA maupun kekerasan seksual mulai dari proses awal di kepolisian, kejaksaan, di pengadilan sampai vonis dijatuhkan. Dimana seorang anak ini dengan keterbatasan pengetahuan mereka akan merasa takut dan bingung ketika berhadapan dengan hukum. Fungsinya pendamping untuk mendampingi anak berproses hukum serta sebagai penyambung lidah antara anak dengan petugas yang

memperjuangkan hak-hak anak itu sendiri. Ketika anak berproses hukum anak mendapatkan keadilan. Hak-hak dalam hal ini pelaku dihukum sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku. Kalau korbannya anak-anak misalnya kasus kasus kekerasan seksual dengan Undang-Undang Perlindungan Anak sanksinya ada di situ minimal 3 tahun, maksimal 15 tahun. Nah kita mengawal apakah hak-hak anak itu sudah terpenuhi dan mendapatkan keadilan, yaitu pelaku mendapatkan ganjaran yang setimpal dengan perbuatannya. Proses hukum seperti itu. Anak itu juga mendapatkan hak perlindungan dari aparat penegak hukum. Kadang-kadang ada aparat penegak hukum yang tidak berprespektif terhadap anak, yang bertanyanya membuat anak itu ketakutan, membuat trauma dan sebagainya. Nah itu kita mendampingi untuk melindungi anak-anak dari aparat penegak hukum yang sewenang-wenang. Jadi anak tersebut tidak merasa ketakutan meskipun berhadapan dengan aparat penegak hukum ia tetap merasa nyaman dan aman. (Catatan Lapangan 5)

Jadi fungsi dari pendamping hukum disini sangat vital ketika anak menjalani proses hukum supaya anak mendapatkan hak-haknya. Pendampingan hukum dalam memberikan pelayanan hukum yayasan KAKAK anggotanya dipilih yang mempunyai kompetensi professional dalam bidangnya.

3) Pemberian Beasiswa Pendidikan Program ini menyediakan beasiswa bagi para korban, jadi yayasan KAKAK berusaha untuk memfasilitasi. Hal ini diungkapkan oleh Kak Siswi Yuni Pratiwi, S.Psi:

Kalau mereka butuh intervensi pendidikan kita berusaha untuk menfasilitasi dengan beasiswa jadi di KAKAK itu ada beasiswa baik formal maupun nonformal. Kalau formal itu spp kalau non formal untuk keterampilan-keterampilan seperti membuat flanel, aksesoris, kan tidak semua anak minat di akademik. Kalau memang anak-anak tidak ada dana kita berusaha ke instansi yang lain siapa sih yang bisa mensupport ini gitu. Kita melakukan lobby advokasi ke pemerintah. (Catatan Lapangan 1) Kalau mereka butuh intervensi pendidikan kita berusaha untuk menfasilitasi dengan beasiswa jadi di KAKAK itu ada beasiswa baik formal maupun nonformal. Kalau formal itu spp kalau non formal untuk keterampilan-keterampilan seperti membuat flanel, aksesoris, kan tidak semua anak minat di akademik. Kalau memang anak-anak tidak ada dana kita berusaha ke instansi yang lain siapa sih yang bisa mensupport ini gitu. Kita melakukan lobby advokasi ke pemerintah. (Catatan Lapangan 1)

4) Training Melihat banyaknya permasalahan yang ada pada anak, maka training ini diadakan dengan tujuan untuk memberikan keterampilan, pemahaman, serta pengetahuan mengenai hal-hal yang sangat dekat dengan mereka. Training yang pernah diselenggarakan oleh yayasan KAKAK adalah:

a) Training Hak Anak dan Kesehatan Reproduksi Materi yang diberikan mengenai hak-hak anak. Anak-anak diberikan bekal pengetahuan dan pemahaman mengenai hak mereka sebagai anak, sehingga ketika anak tahu dan paham diharapkan akan diterapkan dalam kehidupannya. Materi kesehatan reproduksi bertujuan untuk bisa memberikan pengetahuan kepada anak-anak tentang bagaimana menjaga organ reproduksinya.

b) Training Motivasi Materi motivasi juga diberikan untuk terus menjaga, memupuk, serta mengembangkan kepercayaan diri anak dan upaya ketahanan hidup secara psikis agar lebih baik lagi.

c) Training Pengembangan Media Dalam training ini anak-anak belajar untuk mengembangkan media. Misalnya dalam proses pembuatan film dokumenter, anak-anak tidak hanya belajar teorinya saja, tetapi praktek dalam membuat film. Dalam proses tersebut anak-anak benar-benar langsung berperan sebagai cameramen, sutradara, dan pemainnya. Adapun tema yang diangkat dalam film tersebut memang tidak jauh dari permasalahan c) Training Pengembangan Media Dalam training ini anak-anak belajar untuk mengembangkan media. Misalnya dalam proses pembuatan film dokumenter, anak-anak tidak hanya belajar teorinya saja, tetapi praktek dalam membuat film. Dalam proses tersebut anak-anak benar-benar langsung berperan sebagai cameramen, sutradara, dan pemainnya. Adapun tema yang diangkat dalam film tersebut memang tidak jauh dari permasalahan

d) Training Manajemen Konflik dan Pengembangan Organisasi

Materi manajemen konflik diberikan untuk memberikan wawasan mengenai bagaimana cara mengatasi permasalahan- permasalahan yang mereka hadapi di lingkungannya. Disamping itu, masyarakat juga dibekali materi pengembangan organisasi, yang diharapkan dapat menumbuhkan pengetahuan tentang bagaimana proses dan cara kerja organisasi serta bagaimana mengembangkan sebuah organisasi.

e) Training Pemetaan Situasi Anak Dalam rangka peningkatan peranan orang tua, masyarakat, guru dalam menangani permasalahan terkait dengan anak khususnya persoalan yang terkait dengan kekerasan dan ESKA, serta peningkatan keterampilan masyarakat maupun sekolah agar terpetakan situasi anak di adakan training pemetaan situasi anak di wilayah dan sekolah. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Wahyuningsih, S.Pd:

Kita ada training pemetaan masalah siswa itu kemarin di Hotel Riyadi Palace. Terus ada diskusi tingkat kota rutin setiap bulan ada 1 perwakilan dari sekolah. Kalau diskusi pemetaan itu digabung dengan SMP N 17. Kegiatanya meliputi diskusi, training terus mading juga. (Catatan Lapangan 7)

Training ini terselenggara atas kerjasama yayasan KAKAK dengan pihak-pihak yang ditunjuk. Dalam training ini masyarakat maupun sekolah mendapatkan materi yang nantinya bisa diaplikasikan di wilayah maupun sekolah, diantaranya bagaimana memetakan masalah-masalah anak yang terjadi di di situ, mulai dari penyebab, akibat dan pemecahan masalah yang bisa dilakukan bersama. Selain itu, juga belajar untuk menganalisa kecenderungan yang terjadi dari waktu ke waktu sampai pada situasi paling akhir.

Hasil yang diperoleh dari training ini adalah terpetakan Hasil yang diperoleh dari training ini adalah terpetakan

5) Incoming Generating Merupakan upaya untuk memfasilitasi korban atau keluarga korban dalam upaya meningkatkan pendapatan antara lain dengan kegiatan kursus pembuatan flanel, aksesoris, selain itu ada kursus menjahit, salon dan komputer. Misalnya dengan memfasilitasi anak-anak yang ingin belajar menjahit dengan menyediakan mesin jahit beserta bahan-bahan yang diperlukan sekaligus staff pengajar. Seperti ketika peneliti melakukan observasi di rumah korban yaitu Mawar (nama samaran):

Mawar sebenarnya ingin sekolah lagi, namun karena tidak ada biaya, maka keinginan itu dipendam anak. Kejar paket yang ada di Klaten juga jauh dari rumah, anak tidak ada biaya untuk transport untuk berangkat seandainya ikut kejar paket. Akhirnya Mawar dan adiknya memutuskan untuk saat ini ingin cari kerja dulu. Namun ijazah SMP saja tanpa ketrampilan tidak cukup dijadikan modal untuk mencari kerja. Mawar menyambut baik ketika KAKAK memberikan tawaran untuk mendapatkan life skill sebagai modal. Mawar memilih kursus menjahit karena ingin bekerja di pabrik tekstil dan ingin punya usaha sendiri. (Catatan Lapangan 4)

Ketika peneliti datang ke rumah korban, pendamping yayasan KAKAK juga menawarkan mesin jahit agar korban lebih rajin untuk mengikuti kursus. Begitu pula dengan Melati (nama samaran), Melati mengaku senang ketika yayasan KAKAK menawarkan ada life skill sebagai modal untuk anak mengikuti kursus kerajinan dari flanel, seperti yang diungkapkan oleh Melati:

Buat flanel kayak gini lho mbak, kalau disini jualinnya agak susah. Udah tak titipin konter, semingu sekali aku lihat katanya belum laku gitu. Enaknya bisa dikerjain dirumah, kalau ikut kursus jahit tempatnya jauh, kalau naik bus aku mabuk mbak. (Catatan Lapangan 3)

Keseluruhan kegiatan yang dilakukan di atas sebagai upaya penanggulangan eksploitasi seksual komersial anak di Surakarta di pantau dan evaluasi yayasan KAKAK dengan pihak-pihak yang terkait. Dari Keseluruhan kegiatan yang dilakukan di atas sebagai upaya penanggulangan eksploitasi seksual komersial anak di Surakarta di pantau dan evaluasi yayasan KAKAK dengan pihak-pihak yang terkait. Dari

b. Program Pencegahan ESKA yang Dilakukan Yayasan KAKAK

Program pencegahan ini bertujuan agar anak tidak terjebak ke dalam ESKA. Sasarannya adalah anak-anak yang dinilai rentan terhadap ESKA dan wilayah-wilayah rentan ESKA. Mengenai pencegahan ESKA Kak Rita Hastuti, S.P memberikan penjelasan bahwa:

Teman-teman di KAKAK memang kita siapkan untuk melakukan pencegahan maupun penanganan dan rehabilitasi. Pencegahan ini dapat dilakukan kapan saja. Misalnya kalau di wilayah ada dua kelurahan Semanggi dan Jebres dan dua sekolah SMP N 17 dan SMP N 26 kita memang rutin bersama-sama mengajak masyarakat karena kita pengennya masyarakat yang bergerak dan masyarakat yang memiliki. (Catatan Lapangan 6)

Untuk waktu kegiatan pencegahan ini Kak Atur Fitri Adiati, S.Sos menjelaskan bahwa: “Langkah pencegahan tidak terjadwal tapi harus ada target yang harus

tercapai. Proyeknya selama tiga tahun. Teknisnya tidak ada jadwal khusus jadi menyesuaikan dengan waktu mereka”. (Catatan Lapangan 8)

Jadi pencegahan ESKA yang dilakukan yayasan KAKAK di fokuskan di dua wilayah yaitu Semanggi dan Jebres dan dua sekolah yaitu SMP N 26 Surakarta dan SMP N 17 Surakarta. Dalam melakukan pencegahan ESKA memang tidak terjadwal jadi disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan. Adapun kegiatan pencegahan tersebut meliputi:

1) Sosialisasi-Sosialisasi Pencegahan ESKA Dalam rangka untuk mencegah Eksploitasi Seksual Komersial Anak (ESKA) yayasan KAKAK melakukan sosialisasi-sosialisasi ke wilayah dan sekolah.

Wilayah yang dimaksud yaitu kelurahan Semanggi dan Jebres. Seperti yang diungkapkan oleh Kak Nur Hidayah, S.E: Kalau untuk pencegahan Eksploitasi Seksual Komersial Anak

(ESKA) KAKAK melakukan sosialisasi pencegahan ESKA di sekolah, di wilayah. Dan juga kita melibatkan masyarakat. Jadi sosialisasi itu selain anak-anak juga ke masyarakat.

(Catatan Lapangan 9)

Sosialisasi dilakukan di wilayah tersebut dikarenakan wilayah tersebut merupakan lingkungan tempat tinggal yang sangat rawan yang dapat mempengaruhi perkembangan dan memungkinkan untuk terjadinya eksploitasi seksual komersial pada anak. Sosialisasi di wilayah untuk anak-anak dilakukan oleh teman sebaya. Jadi sosialisasi dari anak untuk anak-anak, sebelumnya anak-anak ini sudah mendapatkan pengarahan dari yayasan KAKAK. Untuk yang dewasa itu dilakukan dengan membentuk kader-kader, mereka yang ditunjuk menjadi kader inilah yang akan melakukan sosialisasi di lingkungan masyarakatnya. Hal ini yang juga disampaikan oleh Kak Nur Hidayah, S.E:

Untuk wilayah yaitu dari anak-anak itu sendiri diperuntukkan untuk anak-anak. Jadi melalui peer education bagaimana sosialisasi dilakukan oleh teman sebaya. Kalau untuk masyarakat dilakukan oleh masyarakat itu sendiri yang pernah mengikuti pelatihan di KAKAK. (Catatan Lapangan 9)

Dalam melakukan sosialisasi di wilayah, mereka bertemu secara rutin, yaitu untuk anak sendiri dan dewasa sendiri. Saat ini yayasan KAKAK juga mulai merintis PPT (Pos Pelayanan Terpadu) di kelurahan pada masing-masing wilayah. Yang mana juga diungkapkan oleh Kak Rita Hastuti, S.P:

Di wilayah ada di Semanggi dan Jebres, mereka bertemu secara rutin, jadi ada pertemuan untuk anak sendiri dan dewasa sendiri. Harapannya mereka bisa saling berkoordinasi kira-kira ada permasalahan apa dan mau melakukan apa gitu. Untuk saat ini kita lagi buat kayak PPT (Pos Pelayanan Terpadu) di dua

Kota Surakarta) kalau misalnya ada kasus-kasus di masyarakat mereka yang akan bergerak dan nanti setelah mereka bergerak kalau tidak bisa menangani kita merujuk ke PTPAS. (Catatan Lapangan 6)

Jadi dengan melakukan sosialisasi di wilayah diharapkan semua masyarakat memperoleh informasi penting dan mau mencegah ESKA di lingkungannya. Selain itu diharapkan juga mereka mau peduli dan berempati ketika terjadi kasus ESKA, sehingga masyarakat ini dapat ikut serta dalam melakukan penangganan dengan kerjasama melalui PPT di kelurahan.

b) Sosialisasi di Sekolah Sekolah yang dimaksud adalah SMP N 26 Surakarta dan SMP N 17 Surakarta. Sosialisasi yang dilakukan di sekolah dilakukan oleh guru kepada murid-murid, yang mana sebelumnya guru ini sudah mendapatkan training

dari yayasan KAKAK, kemudian disosialisasikan kepada seluruh siswa. Begitu pula dengan di sekolah, anak-anak usia sekolah beresiko terhadap kekerasan seksual dan ESKA. Selain itu berdasarkan pemetaan masalah yang dilakukan yayasan KAKAK tiga tahun terakhir ini bahwa wilayah dan sekolah itu yang dinilai sangat rentan terhadap ESKA karena dulu ada beberapa kasus yang terjadi disitu. Banyak kegiatan yang dilakukan yayasan KAKAK dalam mencegah ESKA, seperti yang diungkapkan oleh Ibu Wahyuningsih, S.Pd selaku Guru Bimbingan Konseling di SMP N 26 Surakarta yaitu:

Kemarin kegiatannya ada peringatan Hari Anak, acaranya lomba- lomba ada 7 macam lomba kalau ga salah, kita ada training pemetaan masalah siswa itu di Hotel Riyadi Palace. Terus ada diskusi tingkat kota rutin setiap bulan ada 1 perwakilan dari sekolah. Kalau diskusi pemetaan itu digabung dengan SMP N 17. Kegiatanya meliputi diskusi, training terus mading juga. Pelatihan mading untuk anak-anak dari bulan Desember ada dana dari KAKAK, kita disuruh buat masing sebanyak 12 kali terbitan. Temanya macam-macam dari budaya, lingkungan sekolah, Kemarin kegiatannya ada peringatan Hari Anak, acaranya lomba- lomba ada 7 macam lomba kalau ga salah, kita ada training pemetaan masalah siswa itu di Hotel Riyadi Palace. Terus ada diskusi tingkat kota rutin setiap bulan ada 1 perwakilan dari sekolah. Kalau diskusi pemetaan itu digabung dengan SMP N 17. Kegiatanya meliputi diskusi, training terus mading juga. Pelatihan mading untuk anak-anak dari bulan Desember ada dana dari KAKAK, kita disuruh buat masing sebanyak 12 kali terbitan. Temanya macam-macam dari budaya, lingkungan sekolah,

Selain itu mengenai media sosialisasi di sekolah Kak Nur Hidayah, S.E mengungkapkan: “Ada lagi melalui media lain yaitu mading tapi memang lebih fokus ke

sekolah yang bertemakan tentang perlindungan anak dan ESKA pastinya”. (Catatan Lapangan 9)

Jadi mading sebagai sebagai salah satu media sosialisasi di sekolah. Materi yang diberikan dan informasi yang perlu disampaikan dalam melakukan sosialisasi-sosialisasi adalah tentang pengertian anak, hak dan kewajiban anak, sosialisasi Undang-Undang Perlindungan Anak, dampak dari ESKA, serta bagaimana cara memerangi ESKA. Materi-materi selanjutnya bisa dilihat pada lampiran 8. Dalam hal ini informasi yang diberikan di wilayah maupun sekolah sama. Selain itu pentingnya sosialisasi dilakukan karena perlindungan anak adalah tanggung jawab bersama, seperti yang diungkapkan oleh Kak Nur Hidayah, S.E bahwa:

Perlindungan anak adalah tanggung jawab kita bersama bukan satu pihak saja, misalnya di sekolah bukan hanya tugas guru Bimbingan Konseling, tetapi itu menjadi tugas bersama baik itu kepala sekolah, guru mata pelajaran, anak itu sendiri dan pastinya orang tua dan itu harus bersinergi. Di wilayah pun sama jadi informasi diberikan itu bahwa tanggung jawab perlindungan anak bukan hanya orang tua anak tapi juga masyarakat dan juga pemerintah berdasarkan Undang-Undang. (Catatan Lapangan 9)

Jadi dapat penulis simpulkan bahwa perlindungan anak itu dalam lingkungan sekolah adalah tanggung jawab semua warga sekolah.

2) Kampanye-Kampanye Pencegahan ESKA Kampanye ini dilakukan melalui teater, pembuatan film dokumenter, peringatan Hari Anak Nasional, dan media massa.

Pencegahan ESKA dilakukan melalui teater. Teater ini dipakai sebagai salah satu media terapi bagi anak-anak, sekaligus mempunyai tiga fungsi, yaitu sebagai media pendidikan, media partisipasi bagi anak untuk berekspresi, sekaligus sebagai upaya pencegahan ESKA dimana cerita dalam seni teater ini mempunyai pesan moral agar tersampaikan ke dalam masyarakat. Dalam hal ini Kak Nur Hidayah, S.E memberikan keterangan bahwa:

Kalau untuk pencegahan Eksploitasi Seksual Komersial Anak (ESKA) KAKAK melakukan sosialisasi pencegahan ESKA di sekolah, di wilayah. Dan juga kita melibatkan masyarakat. Jadi sosialisasi itu selain anak-anak juga ke masyarakat. Selain sosialisasi juga ada kampanye juga misalnya melalui teater jadi bagaimana caranya teater itu bisa berbunyi terhadap perlindungan anak sendiri. (Catatan Lapangan 9)

Teater berisikan kampanye mengenai kegiatan sehari-hari yang kadang kala terjadi di sekitar kita mengenai hak-hak anak yang dilanggar dan bagaimana mengatasinya. Kegiatan teater dilakukan di wilayah rentan, difasilitasi oleh yayasan KAKAK demikian pula dengan pembuatan film dokumenter.

b) Pembuatan Film Dokumenter Kegiatan pembuatan film dokumenter melatih anak-anak mengembangkan media yang ada selain sebagai salah satu media kampanye. Dalam proses pembuatan film dokumenter, anak-anak tidak hanya belajar teorinya saja, tetapi praktek dalam membuat film. Dalam proses tersebut anak-anak benar-benar langsung berperan sebagai cameramen , sutradara, dan pemainnya. Adapun tema yang diangkat dalam film tersebut memang tidak jauh dari permasalahan yang muncul dalam kehidupan anak korban eksploitasi seksual komersial.

Dengan kesempatan yang diberikan kepada anak-anak ternyata memberikan banyak pembelajaran untuk anak-anak, bagaimana anak-anak menjadi lebih berani tampil, percaya diri,

Dalam rangka mewujudkan Hari Anak Nasional dua SMP yaitu SMP N 26 dan SMP N 17 Surakarta dan dua wilayah Semanggi dan Jebres pada tanggal 23 Juli memperingati Hari Anak Nasional sebagai wujud tanggung jawab, partisipasinya dalam pemenuhan atas hak-hak anak tersebut. Peringatan Hari Anak ini tentu saja di harapkan bukan hanya sekedar ceremonial atau perayaan saja yang dilakukan setiap tahunnya, tetapi yang terpenting adalah makna yang terkandung dan tujuan dari pokok dari peringatan Hari Anak Nasional itu sendiri. Bapak Sutopo Wihadi, S.Pd selaku Kesiswaan di SMP N 26 dalam rangka Hari Anak Nasional menyatakan bahwa:

Kegiatan pentas seni Hari Anak Nasional ini dilakukan dalam waktu 2 tahun terakhir ini. Tahun kemarin diisi dengan lomba- lomba tahun ini ada lomba-lomba pentas seni. Kegiatan seperti ini bagus sekali karena untuk menyalurkan bakat siswa. (Catatan Lapangan 10)

Dengan adanya peringatan Hari Anak Nasional ini diharapkan dapat menjadi peristiwa yang penting untuk mengugah kepedulian dan partisipasi dari semua pihak dalam menghormati dan menjamin hak-hak anak tanpa diskriminasi, memberikan yang terbaik bagi anak, menjamin semaksimal mungkin kelangsungan hidup dan perkembangan anak serta menghargai pendapat anak.

Hal ini juga yang peneliti amati ketika observasi di SMP N

17 Surakarta, hari itu adalah peringatan Hari Anak Nasional, SMP N

17 Surakarta bekerjasama dengan Yayasan KAKAK atas dukungan terre des hommes menyelenggarakan acara tersebut dengan tema “Anak Indonesia Belajar Untuk Masa Depan (Anak Indonesia Sehat, Kreatif dan Berakhlak Mulia)”. Dari hasil observasi menunjukkan

bahwa: Acara Hari Anak Nasional dimulai pukul 15.00, meskipun baru

bisa dilaksanakan pada tanggal 29 Juli, tidak menyurutkan siswa- siswi SMP N 17 Surakarta untuk berkreasi. Pesertanya adalah bisa dilaksanakan pada tanggal 29 Juli, tidak menyurutkan siswa- siswi SMP N 17 Surakarta untuk berkreasi. Pesertanya adalah

Sedangkan tujuan secara umum diselenggarakan Hari Anak Nasional adalah untuk meningkatkan komitmen semua pihak dan menyebarluaskan informasi tentang pentingnya hak-hak anak pada para pengambil kebijakan, orang tua dan masyarakat umum. Selain itu untuk mendukung Solo sebagai Kota Layak Anak.

d) Media massa Selain itu kampanye yang dilakukan juga melalui media massa yaitu poster, stiker, iklan layanan masyarakat, surat kabar maupun radio. Hal tersebut untuk menghimbau masyarakat agar peduli terhadap perlindungan anak. Yayasan KAKAK juga mempunyai agenda rutin siaran radio setiap hari kamis jam 10.00-11.00 di Radio PTPN. Dengan membahas isu-isu yang berkaitan dengan kekerasan dan ESKA. Seperti yang diungkapkan oleh Kak Rita Hastuti, S.P:

Yang kita lakukan sosialisasi-sosialisasi seperti yang kemarin yang mbak Dewi lihat. Ada anak-anak sendiri, orang dewasa, sekolah-sekolah, kita juga melakukan siaran radio setiap hari kamis jam 10.00-11.00 di Radio PTPN. Ini kita membahas isu- isu yang berkaitan dengan kekerasan dan ESKA itu memang yang bisa kita lakukan saat ini, selain itu ada leaflet, buku-buku. (Catatan Lapangan 6)

Ada juga buletin yang setiap satu bulan sekali diterbitkan oleh yayasan KAKAK yang menyajikan berbagai macam informasi yang diperlukan tentang anak, kekerasan maupun ESKA dengan tema yang berbeda-beda. Isi dari buletin tersebut ada rubrik untuk konsultasi dan berbagai macam tips yang berguna bagi anak. Anak-anak juga diberikan kesempatan untuk menyalurkan hobinya menulis, membuat cerpen maupun puisi dan karyanya akan dimuat di buletin sahabat. Melalui berbagai media massa ini diharapkan dapat menjangkau

Komunitas Dalam rangka mewujudkan partisipasi anak, komunitas anak di wilayah Semanggi maupun Jebres membentuk suatu komunitas anak yang diberi nama Community education (Comed). Comed ini dilakukan dengan melibatkan pendidik sebaya. Pendidik sebaya menjadi media anak untuk bisa berpartisipasi dan lebih mudah diterima informasinya jika dilakukan dalam usia yang sebaya. Kegiatan ini di fokuskan di kelurahan Semanggi dan Jebres, dengan pertimbangan bahwa wilayah tersebut adalah wilayah yang rentan terhadap ESKA. Di Semanggi RW RT 1,2,3,7 dengan banyaknya anak-anak putus sekolah dan dekat dengan tempat dimana merebaknya prostitusi. Sedangkan Jebres RW 33,34,35 dengan banyaknya anak-anak yang akrab dengan minum-minuman keras. Kegiatan anak-anak dalam komunitas ini sosialisasi perlindungan anak terhadap kekerasan dan ESKA. Materi dan informasi yang disampaikan adalah mengenai hak dan kewajiban anak, Undang-Undang Perlindungan Anak, Dampak dari kekerasan dan ESKA dan sebagainya. Tujuan dari kegiatan ini adalah sebagai upaya pencegahan ESKA di komunitas anak. Dengan demikian anak-anak dapat melakukan tindakan pencegahan minimal terhadap diri mereka sendiri dan selanjutnya dapat menyebarkan informasi tersebut kepada anak lain di sekitarnya. Seperti yang peneliti amati sendiri ketika mengikuti kegiatan Comed anak-anak di wilayah Semanggi deskripsi singkatnya sebagai berikut:

Peserta pada hari itu dihadiri oleh 18 orang anak serta 2 anak sebagai moderator, umur mereka bekisar antara 10-16 tahun. Sedangkan Kak Atur dari Yayasan KAKAK sebagai fasilitator. Sebelum acara dimulai penulis sempat berkenalan satu-persatu dengan anak-anak tersebut, dan ternyata benar sebagian peserta adalah anak putus sekolah yang sedang ikut kejar paket A. Mereka ini memang sehari- harinya bekerja sebagai pemulung. Acara dimulai pukul 15.30, acara tersebut dibuka dengan salam oleh Kak Atur dilanjutkan oleh dek Putri dan Septi sebagai moderator. Materi yang diberikan adalah penyampaian informasi tentang definisi anak, hak-hak yang dimiliki oleh seorang anak, kekerasan terhadap anak, hal-hal yang perlu

(Catatan Lapangan 12)

Dari hasil observasi yang peneliti lakukan, kegiatan tersebut sangat mendidik, selain itu anak-anak wawasannya juga lebih luas, mendidik anak sejak dini menghindarkan diri dari resiko eksploitasi seksual komersial. Kegiatan tersebut dilakukan secara rutin meskipun tidak terjadwal.

Selain anak-anak juga ada pendidikan komunitas untuk dewasa, di Semanggi namanya FKAPAS (Forum Komunitas Peduli Anak Kelurahan Semanggi) merupakan wujud partisipasi masyarakat dalam penangganan dan pelayanan kasus kekerasan dan ESKA. Difokuskan juga di dua wilayah Semanggi dan Jebres. Pesertanya yaitu pekerja layak anak, PKK, Karang Taruna, perwakilan masyarakat, pekerja kantor kelurahan dan sebagainya. Kak Nur Hidayah, S.E mengungkapkan bahwa:

Untuk yang sekarang ini KAKAK membentuk PPT (Pos Pelayanan Terpadu) untuk penangganan korban kekerasan anak dan perempuan di kelurahan. Harapannya partisipasi dari masyarakat akan sangat lebih kondusif. Jadi partisipasi masyarakat melalui situ melibatkan banyak kegiatan seperti peringatan hari anak. (Catatan Lapangan 9)

Saat ini dimasing-masing kelurahan sudah dirintis yang namanya PPT (Pos Pelayanan Terpadu) dengan adanya PPT ini diharapkan masyarakat dapat berperan untuk mencegah, memantau, mengatasi apabila ada permasalahan terkait anak. Diharapkan masyarakat juga peka terhadap permasalahan yang terjadi di sekitar lingkungan tempat tinggal mereka untuk bersama-sama ditindaklanjuti bersama.

4) Mengadakan Diskusi-Diskusi dan Kerjasama dengan Pihak-Pihak Terkait Diskusi-diskusi yang dilakukan yaitu: diskusi regular untuk perlindungan anak untuk orang dewasa di dua wilayah, Semanggi dan Jebres, diskusi regular untuk perlindungan anak untuk anak di dua wilayah, Semanggi dan Jebres, diskusi berkala untuk monitoring dan upgrading sistem perlindungan ESKA di sekolah maupun di wilayah, dan 4) Mengadakan Diskusi-Diskusi dan Kerjasama dengan Pihak-Pihak Terkait Diskusi-diskusi yang dilakukan yaitu: diskusi regular untuk perlindungan anak untuk orang dewasa di dua wilayah, Semanggi dan Jebres, diskusi regular untuk perlindungan anak untuk anak di dua wilayah, Semanggi dan Jebres, diskusi berkala untuk monitoring dan upgrading sistem perlindungan ESKA di sekolah maupun di wilayah, dan

Yayasan KAKAK untuk penangganan ESKA secara nasional bekerjasama dengan ECPAT Nasional, lembaga ini adalah lembaga nasional yang fokus terhadap isu-isu ESKA di Indonesia, Yayasan KAKAK merupakan salah satu anggotanya. Selain itu yayasan KAKAK juga melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait yang memang terkait dengan isu ESKA, Kak Rita Hastuti, S.P memaparkan bahwa:

Kemudian saat ini sebagai bentuk sistem perlindungan anak yang ada di kota Solo untuk penanganan ESKA kita berkoordinasi dengan lembaga-lembaga yang memberikan penanganan, bersentuhan langsung dengan isu ESKA itu ada 27 lembaga tidak hanya dari pemerintah tapi juga masyarakat. Harapannya itu nanti mengkait dengan PTPAS (Pelayanan Terpadu Bagi Perempuan dan Anak Kota Surakarta) karena PTPAS ini merupakan Konsorsium yaitu gabungan dari beberapa institusi/lembaga/organisasi yang mempunyai kepedulian terhadap persoalan perempuan dan anak sejumlah sekitar 47 lembaga, tapi kalau nanti kita fasilitasi yang kita koordinasi ini hanya lembaga-lembaga yang terkonsen pada isu ESKA, jadi memang hanya beberapa dan lembaga tersebut sudah tergabung dengan PTPAS. (Catatan Lapangan 6)

Jadi yayasan KAKAK saat ini membentuk sistem perlindungan anak di kota Solo untuk penangganan ESKA, ada sejumlah 27 lembaga tidak hanya pemerintah tapi juga non pemerintah. Selain itu di kota Solo dengan adanya PTPAS (Pelayanan Terpadu Bagi Perempuan dan Anak Kota Surakarta) diharapkan isu ESKA ini bisa masuk dan mampu

PTPAS terdiri dari: Pelayanan Medis, Pelayanan Konseling, Pelayanan Hukum, Pelayanan Rehabilitasi, Rumah Aman/shelter.

5) Advokasi Kebijakan Salah satu kegiatan yang dilakukan yayasan KAKAK dalam mengupayakan segala bentuk penghapusan ESKA dan sebagai langkah pencegahan adalah melalui advokasi kebijakan, segala hal yang diupayakan oleh yayasan KAKAK akan sia-sia bila tidak mendapatkan respon dari pemerintah melalui kebijakan-kebijakan yang dibuat untuk menghapus segala bentuk ESKA sebagai upaya perlindungan anak.

Strategi-strategi advokasi dalam mempengaruhi kebijakan pemerintah dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan berpengaruh dalam melindungi anak-anak. Advokasi akan mengarahkan pemerintah untuk mengambil langkah penting untuk melakukan penghapusan segala bentuk ESKA serta perlindungan anak. Salah satu yang dilakukan Yayasan KAKAK kaitannya dengan advokasi kebijakan, yayasan KAKAK mencoba mengkaji ulang PERDA Penanggulangan Eksploitasi Seksual Komersial Nomor 3 Tahun 2006. Yang mana diungkapkan oleh Kak Rita Hastuti, S.P yaitu:

Salah satu yang dilakukan Yayasan KAKAK kita mengkaji ulang PERDA Penanggulangan Eksploitasi Seksual Komersial Nomor 3 Tahun 2006. Tetapi kenapa PERDA itu sampai tidak jalan itu kenapa, jadi memang masih menggangap bahwa mereka ESKA itu adalah pelaku, jadi kepeduliannya masih kurang, dan itu mesti yang harus dipupuk tidak bisa sekali jadi. Karena penanganan untuk prostitusi dewasa dengan anak itu harus dibedakan karena kalau prostitusi anak itu dia sebagai korban memang harus ada hal-hal yang bisa menunjukkan bahwa dia adalah korban. (Catatan Lapangan 6)

Selain mengkaji ulang PERDA yang ingin dilakukan yayasan KAKAK juga memantau lebih lanjut tentang Rencana Aksi Kota yang rencananya akan disahkan oleh pemerintah Kota Surakarta, hal ini dilakukan atas kerjasama dengan lembaga lain, berikut pengakuan dari Selain mengkaji ulang PERDA yang ingin dilakukan yayasan KAKAK juga memantau lebih lanjut tentang Rencana Aksi Kota yang rencananya akan disahkan oleh pemerintah Kota Surakarta, hal ini dilakukan atas kerjasama dengan lembaga lain, berikut pengakuan dari

Jadi dalam melakukan advokasi kebijakan yayasan KAKAK berkoordinasi dengan KIPAS (Komite Indipenden Perlindungan Perempuan dan Anak Surakarta) jadi KIPAS ini bertugas untuk melihat lebih dalam lagi kebijakan di kota Solo yang berkaitan dengan anak.

Sebetulnya yang berkewajiban mengatasi persoalan seputar eksploitasi seksual komersial terhadap anak adalah negara. Negara juga tidak mungkin mengatasi persoalan tersebut sendiri tetapi harus didukung oleh masyarakat, keluarga dan orang tua. Di Surakarta, pemerintah kota sudah membuat beberapa hal untuk mengatasi persoalan tersebut. Salah satunya adalah Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 3 Tahun 2006 tentang Penanggulangan Eksploitasi Seksual Komersial. Akan tetapi dalam PERDA tersebut tidak memuat hal-hal yang khusus tentang anak, di mana kebutuhan untuk anak sangat berbeda dan lebih spesifik sehingga membutuhkan perlakuan khusus dan berbeda dengan orang dewasa. Hal lain yang sudah dilakukan yaitu adanya Rencana Aksi Kota Penghapusan Eksploitasi Seksual Komersial terhadap Anak, tetapi saat ini belum bisa menjawab kebutuhan anak secara khusus.

4. Hambatan yang Dihadapi Yayasan “KAKAK” dalam Mencegah