Belajar dan Pembelajaran

B. Belajar dan Pembelajaran

Dalam rangka menumbuhkan toleransi di kalangan siswa di SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan, proses belajar dan mengajar memiliki peran yang sangat penting. Untuk itu memahami hal tersebut menjadi keharusan bagi setiap guru.

1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Dalam pandangan John W. Santrock, belajar dan pembelajaran didefinisikan sebagai suatu proses yang memungkinkan bagi makhluk untuk merubah perilakunya cukup cepat sehingga

perubahan yang terjadi di dalam dirinya cukup langgeng. 7 Sementara menurut pendapat Muhibbin Syah belajar lebih

cenderung pada pemberian pengetahuan pada aspek kognitif, tetapi masih dalam kerangka teoritis makna belajar ( 8 learning ).

6 Sumber diperoleh dari Zaenal Abidin, guru PAI SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan

7 John W. Santrock, Educational Psychology (New York: McGraw-Hill, 2004), 210. Bandingkan dengan Robert M. Gagne, Prinsip-prinsip Belajar untuk

Pengajaran , Penerjemah Abdillah Hanafi dan Abdul Manan (Surabaya: Usaha Nasional, 1988), 18.

8 Muhibbin Syah menilai belajar dari beberapa sudut pandang, yaitu: secara kuantitatif (ditinjau dari sudut jumlah), belajar berarti kegiatan pengisian

atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya, jadi belajar dipandang berapa banyak materi yang dikuasai siswa. Secara institusional (tinjauan kelembagaan), belajar dipandang sebagai proses “validasi” atau pengabsahan terhadap penguasaan siswa atas materi-materi yang telah ia pelajari. Bukti institusional yang menunjukkan siswa telah belajar dapat diketahui dengan proses mengajar. Ukurannya, semakin baik mutu guru mengajar, akan semakin baik pula perolehan siswa yang kemudian dinyatakan dalam bentuk skor. Secara kualitatif (tinjauan mutu), belajar adalah proses

Sedangkan Oemar Hamalik memberikan batasan tafsiran tentang belajar sebagai modifikasi atau memperteguh kelakuan dari

pengalaman dan suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi lingkungan, 9 sehingga menjadi lebih baik.

Dari beberapa definisi di atas, penulis menyimpulkan bahwa belajar itu memiliki tujuan yang sama yaitu adanya perubahan tingkah laku, hanya saja terdapat perbedaan dalam penggunaan cara dan usaha untuk mencapainya.

Terkait dengan keberhasilan seseorang dalam belajar, faktor- faktor yang menjadi pendorongnya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: faktor dari dalam dirinya sendiri ( internal ) dan faktor dari luar ( external ).

a. Faktor internal Faktor internal menurut Crow and Crow terbagi dua bagian, faktor biologis dan faktor psikologis. Faktor biologis adalah faktor yang berhubungan dengan keadaan fisik siswa atau bersifat

jasmani, seperti cacat anggota badan dan kesehatan. 10 Jika kesehatan terganggu, akan mempengaruhi belajar siswa sehingga

tidak dapat belajar dengan baik. 11 Sedangkan faktor psikologis adalah faktor yang berhubungan dengan keadaan kejiwaan siswa.

Dalam pandangan Winkel, faktor-faktor psikologis dikelompokkan menjadi faktor intelektual dan non intelektual. Faktor intelektual mencakup di dalammnya taraf intelegensi, kemampuan belajar, dan cara belajar. Sedangkan yang termasuk faktor non intelektual

memperoleh arti-arti dalam pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia di sekeliling siswa. Dalam pengertian ini belajar difokuskan tercapainya daya fikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti dihadapi siswa. Lihat Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006), 92.

9 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), 27-28.

(New York: American Book Company, 1958), 293.

10 Lester D. Crow and Alice Crow, Educational Psychology

11 Muhammad Mahmud Mahmud, Ilmu al-Nafs al- Mu’a>shir fi> Dhou’I al-Isla>m (Jeddah: Dar al-Syuruq, 1984), 329-330.

12 belajar. Dengan demikian, yang termasuk faktor internal diantaranya

adalah:

1) Minat dan Motivasi Timbulnya minat belajar seseorang disebabkan karena berbagai hal, antara lain karena adanya keinginan yang kuat untuk menaikkan harkat dan martabatnya atau dorongan untuk memperoleh pekerjaan yang baik sehingga dapat hidup berkecukupan di kemudian hari. Minat yang besar terhadap sesuatu merupakan modal yang utama untuk mencapai/memperoleh yang diminatinya. Semakin besar minat seseorang, cenderung semakin tinggi prestasi yang diraihnya. Sebaliknya, semakin rendah minat

seseorang akan menghasilkan prestasi yang rendah pula. 13 Maka dengan demikan, minat memberikan pengaruh yang signifikan.

Motivasi merupakan pendorong/penggerak untuk melakukan suatu tindakan. Seorang pelajar dengan motivasi yang kuat, akan melaksanakan semua kegiatan belajar dengan sungguh-sungguh, penuh gairah atau semangat. Sebaliknya, belajar dengan motivasi yang rendah, akan melahirkan sikap malas untuk mengerjakan

tugas-tugas yang berhubungan dengan pelajaran. 14 Artinya, adanya minat dan motivasi pada seorang pelajar merupakan salah satu

kunci untuk meraih keberhasilan. Untuk menumbuhkan minat dan motivasi belajar pada siswa, guru PAI di SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan senantiasa memulai pembelajaran dengan mengulas pembelajaran yang telah dibahas pada pertemuan sebelumnya kemudian dikaitkan dengan materi yang akan dipelajari saat itu. Sehingga siswa dapat

berkonsentrasi menerima pembelajaran berikutnya. 15

12 W.S. Winkel, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi (Jakarta: PT. Gramedia, edisi 1984), 43. Lihat Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan

Pendekatan Baru , 132-133. 13 John W. Santrock, Educational Psychology , 107. Lihat Dalyono, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), 56. 14 Robert E. Slavin, Educational Psycholog; Theory and Practice

(Massachusetts: Allyn & Bacon, 1994), 347.

15 Mustahdi, Wawancara, Tangerang Selatan, 27 Maret 2012.

2) Intelegensi dan Bakat Intelegensi adalah kemampuan untuk memperoleh dan

menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah-masalah yang akan dihadapi, 16 secara terarah, berfikir secara baik, dan

bergaul dengan lingkungan secara efisien. Kemampuan tersebut menjadi aktual bila siswa memecahkan masalah dalam belajar atau

kehidupan sehari-hari. 17 Dalam dunia pendidikan, intelegensi dan bakat memiliki peran

yang sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar seseorang. Seseorang dengan intelegensi yang baik umumnya mudah belajar dan prestasinya lebih baik. Sebaliknya, seseorang dengan intelegensi yang rendah, cenderung prestasi belajarnya pun rendah. Demikian pula dengan bakat, orang yang mempelajari sesuatu disertai dengan bakat akan lebih mudah dan cepat pandai dalam memahami sesuatu itu dibandingkan dengan orang yang

tidak memiliki bakat. 18

3) Kesehatan dan Kesegaran Badan Kondisi tubuh yang tidak sehat dapat berpengaruh terhadap kualitas kognitif siswa sehingga materi pembelajaran tidak mampu

disimak dengan baik. Maka dari itu, mempertahankan tonus 19 jasmani tetap bugar, siswa sangat dianjurkan mengkonsumsi

makanan dan minuman yang bergizi. Pemilihan pola istirahat yang cukup dan olah raga yang teratur sangat memungkin untuk mendapatkan kondisi tubuh yang sehat dan segar. Selain itu, lingkungan yang asri, hijau dan jauh dari kebisingan juga sangat berpengaruh terhadap kesehatan dan kesegaran para guru dan siswa.

16 Anita E. Woofolk, Educational Psychology (Nadham Heights: Allyin & Bacon, 1993), 111.

17 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), 245.

18 John W. Santrock, Educational Psycholgy , 107. 19 Tonus adalah suatu peregangan lemah dari otot-otot yang yang

dipertahankan oleh reflek-s-refleks proprioseptif, dan dengan fungsinya membuat otot-otot ada dalam keadaan kesiapan serta kondisi psikologi yang baik. J.P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi , penerjemah Kartini Kartono (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), 514-515.

4) Sifat-sifat Pribadi Seseorang Tiap-tiap orang mempunyai sifat-sifat kepribadian yang

berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Ada orang yang mempunyai sifat keras hati, berkemauan keras, tekun dalam segala usahanya, halus perasaannya, dan ada pula sebaliknya. Faktor kepribadian seseorang turut pula memegang peranan dalam belajar

seseorang. 20

5) Metode Belajar Selain itu, perlu juga diperhatikan waktu belajar, tempat, fasilitas, penggunaan media pembelajaran dan penyesuaian bahan

ajar. 21 Dan perlu ditambahkan, bahwa kombinasi antara pendengaran dan penglihatan adalah baik dalam belajar. Seperti

mendengar, melihat dan mengeja kata-kata adalah baik, apalagi didukung dengan metode-metode yang unik dan menggunakan alat

bantu yang menarik. 22 Dalam praktiknya, pembelajaran PAI dalam kelas di SMA

Negeri 1 Kota Tangerang Selatan selalu diawali dengan tadarus selama 15 menit pertama. Hal ini selain untuk meningkatkan kemampuan membaca al- Qur’an juga untuk menarik perhatian dan konsentrasi belajar siswa. 23

b. Faktor Eksternal Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi berhasil tidaknya belajar dan pembelajaran siswa diantaranya adalah faktor keluarga, sekolah, motivasi sosial (masyarakat), dan lingkungan sekitar.

1) Keluarga Tinggi rendahnya pendidikan orang tua, harmonis atau tidaknya orang tua, besar kecilnya penghasilan, cukup atau

20 Menurut Cronbach karakter seseorang adalah salah satu aspek penting dalam belajar, karakter tersebut mencakup fisik maupun psikis. Lee J.

Cronbach, Educational Psychology (New York: Harcourt Brace &World, Inc., 2054), 51.

(Jakarta: Rineka Cipta, 1991), 58. 22 Henry P. Smith, Psychology in Teaching (Englewood Cliffs: Printice-

21 Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar

Hall, Inc., 1962), 278. 23 Zaenal Abidin, Wawancara, 7 Juli 2012

belajar yang diperlukan seperti papan tulis, gambar, peta, buku- buku dan sebagainya turut memegang peranan terhadap

keberhasilan belajar anak. 24

2) Sekolah Kondisi sekolah yang dinamis dan kondusif, kualitas guru yang baik, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan belajar siswa, penerapan disiplin yang baik dan tersedianya sarana dan prasarana yang menunjang proses pembelajaran turut mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar. Termasuk jumlah siswa di dalam kelas. Bila siswa dalam kelas terlalu banyak, dapat mengakibatkan kelas kurang tenang, hubungan guru dan siswa kurang akrab, kontrol guru menjadi lemah, siswa menjadi acuh terhadap guru, sehingga

berakibat motivasi belajar menjadi kurang. 25

3) Motivasi Sosial (Masyarakat) Kondisi masyarakat termasuk faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Masyarakat yang berpendidikan tinggi akan memberikan dorongan kepada anak-anaknya untuk giat belajar. Tetapi sebaliknya, apabila yang tinggal di lingkungan tersebut banyak anak yang nakal, tidak bersekolah dan pengangguran, akan mengurangi semangat belajar siswa, sehingga motivasi belajar menjadi berkurang.

4) Lingkungan Sekitar Lingkungan sekitar yang penulis maksudkan adalah keadaan lingkungan tempat tinggal seorang siswa tumbuh dan berkembang. Seperti lingkungan bangunan rumah, keadaan lalu lintas, suara pabrik, iklim, jarak tempuh dari rumah ke sekolah, dan lain

24 Robert E. Slavin, Educational Psychology ; Theory and Practice , 79. M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan , 104. Dalyono, Psikologi

Pendidikan , 59. 25 Lee J. Cronbach, Educational Psychology , 73. Bandingkan dengan M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, 59.

keberhasilan proses belajar mengajar. Dengan demikian, keberhasilan proses pembelajaran

merupakan satu kesatuan yang saling berkait dan tidak bisa dipisah-pisahkan. Kemampuan guru dalam mengelola dan mengembangkan faktor-faktor tersebut akan memberikan dampak yang besar terhadap pencapaian dari tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

2. Komponen-komponen Pembelajaran Hal lain yang tak kalah penting untuk diketahui dan dipahami oleh para pendidik (guru) adalah komponen-komponen dalam pembelajaran. Menurut Wina Sanjaya komponen-komponen pembelajaran meliputi: tujuan, materi pelajaran, strategi dan metode pembelajaran, media pembelajaran, dan evaluasi

pembelajaran. 27

1. Tujuan Tujuan merupakan komponen yang sangat penting dalam

sistem pembelajaran. 28 Ia berperan laksana jantung dalam tubuh manusia, yang karenanya manusia bisa dikatakan hidup atau mati.

Demikian pula dalam pembelajaran, adanya tujuan merupakan arah yang ingin dicapai setelah proses pembelajaran tersebut selesai.

Untuk itu, tujuan pembelajaran harus dirumuskan secara sederhana dan singkat tetapi jelas, agar mudah dipahami dan tidak

bercabang yang bisa mengakibatkan kebingungan. 29 Dalam hal ini keterampilan guru dalam merumuskan tujuan pembelajaran

memainkan peranan yang sangat penting.

2. Materi Pelajaran

26 Dalyono, Psikologi Pendidikan , 60. Lihat juga M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan , 105.

27 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2008), 59. Bandingkan dengan Oemar Hamalik,

Proses Belajar Mengajar (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), 77. 28 Tri Suminar, “Tinjauan Filsafat (Ontologi, Epistemologi dan

Aksiologi Manajemen

journal.unnes.ac.id/index.php/edukasi/article/download/961/898 (Diakses tanggal 1 Juli 2012).

29 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, 91.

Materi pelajaran dalam sistem pembelajaran merupakan komponen utama kedua setelah tujuan. Materi pelajaran biasanya

tergambarkan dalam buku teks atau sumber-sumber belajar lainnya.

3. Strategi dan Metode Pembelajaran Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar

mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. 30 Sedangkan metode pembelajaran didefinisikan sebagai cara-cara

tertentu yang paling cocok untuk dapat digunakan dalam mencapai hasil-hasil pembelajaran yang berada dalam kondisi pembelajaran

tertentu. 31

4. Media Pembelajaran Media pembelajaran merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan audien (siswa) sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya. Penggunaan media secara kreatif akan memungkinkan audien (siswa) untuk belajar lebih baik dan dapat meningkatkan performan mereka sesuai dengan tujuan yang ingin

dicapai. 32 Pada akhirnya nanti, siswa mampu mengembangkan bakat sebagai potensi untuk menyelesaikan masalah dengan baik

dan benar.

5. Evaluasi Pembelajaran Dalam pembelajaran pelaksanaan evaluasi mutlak harus dilakukan. Selain sebagai komponen terakhir dalam sistem proses belajar mengajar, ia juga berfungsi untuk melihat keberhasilan siswa. Evaluasi juga sebagai umpan balik bagi guru atas kinerjanya dalam mengelola pembelajaran. Melalui evaluasi kita dapat melihat

Inovatif Berorientasi Konstruktivistik: Konsep, landasan teoris-praktis dan implementasinya (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007), 85.

30 Trianto, Model-model

Pembelajaran

31 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah , 147.

32 Asnawir dan M. Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), 11.

pembelajaran. Dengan demikian, memahami arti penting belajar dan

pembelajaran serta komponen-komponen yang menyertainya akan melahirkan sikap keseriusan dan keteguhan hati setiap guru untuk tidak menganggap remeh atau memandang sebelah mata terhadap tugas dan kewajibannya dalam menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik. Sehingga tujuan pendidikan yang dicapai akan sesuai dengan yang diharapkan.