Toleransi Beragama dalam Pandangan Islam

B. Toleransi Beragama dalam Pandangan Islam

Praktek toleransi beragama menurut Nurcholish Madjid orang Islam itu jauh lebih berpengalaman dalam hal kerukunan antar

agama dibandingkan orang Barat. 47 Hal tersebut bisa dibuktikan dengan menelusuri sejarah perkembangan Islam sejak Nabi hijrah

ke Madinah hingga Islam itu menyebar ke berbagai belahan bumi. Ketika Islam meluaskan daerah pengaruh politiknya, mereka tidak pernah menggunakan kata penaklukan. Tetapi selalu menggunakan kata pembebasan yang dalam bahasa Arab disebut fath{. Artinya

45 Laporan Toleransi dan Intoleransi Tahun 2010: “Ketika Negara Membiarkan Intoleransi ,” Lihat Moderate Muslim Society (MMS), http://www.moderatemuslim.net/mms/images/stories/pdf/Laporan%20Toleransi

%20dan%20Intoleransi%20Tahun%202010.pdf. (Diakses tanggal 26 Maret 2012).

(Beirut: Markaz Dirasah Wahdah Arabiyah, cet. V, 2004), 32. 47 Nurcholish Madjid, Dialog Keterbukaan: Artikulasi Nilai Islam

46 Mohammed Abed al-Jabri, Qoda>ya fi> al-Fikr al- Mu’a>sir

Dalam Wacana Sosial Politik Kontemporer , 230

48 beragama. Dalam sejarah kehidupan Rasulullah SAW. -sebagai ukuran

terbaik bagi seorang muslim- kerukunan sosial kemasyarakatan telah ditampakkan pada masyarakat Madinah. Pada saat itu Rasul dan kaum Muslim hidup berdampingan dengan masyarakat Madinah yang berbeda agama (Yahudi dan Nasrani). Konflik yang terjadi kemudian disebabkan adanya pengkhianatan dari orang bukan Islam (Yahudi) yang melakukan persekongkolan untuk

menghancurkan umat Islam. 49 Respon yang dilakukan oleh Nabi SAW. adalah dengan mengusir pengkhianat tersebut dari Madinah.

Hal ini beliau lakukan agar hubungan dan tatanan sosial yang harmonis di masyarakat tetap terjalin dan terjaga.

Toleransi beragama yang diajarkan oleh Nabi SAW. tidak hanya sebatas ucapan tanpa tindakan nyata. Sebagai seorang pemimpin keagamaan, beliau telah mempraktekkannya sebelum kemudian disampaikan kepada para sahabat. Rasa kasih dan sayang serta penghormatan atas sesama tidak hanya ditujukan kepada

mereka yang beriman, tetapi juga kepada musuh sekalipun, 50

48 Nurcholish Madjid, Dialog Keterbukaan: Artikulasi Nilai Islam Dalam Wacana Sosial Politik Kontemporer , 229.

49 Nurcholish Madjid, Dialog Keterbukaan: Artikulasi Nilai Islam Dalam Wacana Sosial Politik Kontemporer , 229.

50 Sebagai contoh, seperti kisah yang dikutif oleh Arief Armai (meskipun kisah ini dianggap aneh oleh pengutif sendiri) dari seorang pengarang

kuno al-Azraqy dalam bukunya Akhbar Makkah (Sejarah Kota Mekah) bahwa pada 8 H, (628 M), Nabi menaklukan Mekah dan menduduki kota itu, lalu beliau membersihkan sekeliling Kabah dari berhala-hala yang ditegakkan di sana yang sangat mencemarkan rumah suci itu. Ketika beliau naik dan memasuki Kabah, beliau menemukan beberapa frescoes mural painting (lukisan dinding) yang amat menyakitkan hati beliau, karena terpampang dalam rumah suci Allah yang didirikan oleh Ibrahim yang sangat benci dan anti terhadap patung-patung itu. Lalu, beliau memerintahkan menghancurkan semua itu. Kemudian Nabi meletakkan kedua telapak tangan beliau ke atas salah satu dari lukisan-lukisan itu dan berkata: ”Lenyapkan semua itu, terkecuali ini.”Lukisan yang dimaksud

adalah gambar Siti Maryam dengan anaknya Isa. Lihat Arief Armai, Membumikan Nilai-nilai Islam dalam Masya rakat Majemuk (Ciputat: Suara ADI, 2009), 32-33.

tetapi untuk menebarkan kasih sayang. Setelah Rasulullah wafat, maka tampuk kepemimpinan umat

Islam secara berturut-turut diserahkan kepada khalifah Abu Bakar As{ S{iddiq, Umar ibn Al- Khat{t{ab, ‘Usman ibn ‘Affa<n dan ‘Ali ibn Abi> T{a<lib yang lebih dikenal dengan sebutan khulafa> al-Ra<shidi>n. sama seperti pendahulunya, keempat khalifah tersebut menyebarkan Islam secara damai dan tanpa paksaan. Dalam waktu yang relatif singkat, berduyun-duyun orang masuk Islam, sehingga agama terakhir ini menyebar ke seantero Jazirah Arab dan belahan bumi lainnya.

Keberhasilan tersebut dikarenakan Islam memiliki konsep toleransi 52 yang jelas. “Tidak ada paksaan dalam agama”, “Bagimu

agamamu, dan bagiku agamaku 53 ” adalah contoh populer dari toleransi teologi dalam Islam. Sikap toleransi Islam dalam

pluralitas agama cukup banyak memberikan data untuk dikaji dan difahami. Al- Qur’an menjelaskan bahwa pada dasarnya manusia itu adalah satu umat ( ummah wa<h{idah), yang dalam perkembangannya mengalami kemajemukan.

Sungguhpun demikian, fenomena agama dan beragama telah ada bersamaan dengan keberadaan manusia dan akan terus berlanjut sampai akhir kehidupan manusia. Untuk melihat sikap dan ajaran Islam tentang toleransi, kita harus menelaahnya dari

51 Jala>luddi>n al-Suyu>ti, “Al-Dur al-Mantsu>r fi Ta’wi>l bi al-Ma’tsu>r” (Maktabah Syamilah, vol. VII.) 111.

52 QS. al-Baqarah (2): 256. Ayat yang dimaksud adalah:      

                      Artinya: “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. 53

QS. al-Ka<firu<n (109): 6. Ayat yang dimaksud adalah:

Muhammad SAW. dan Islam dalam kehidupan umat manusia. 54 Sejarah mencatat bahwa Muhammad SAW. diutus oleh Allah

sebagai Nabi dan Rasul yang terakhir dengan membawa risalah Islamiyah, dengan misi universal rah{ matan li al’a<lami>n sebagaimana tertuang dalam firman Allah “Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat

bagi seluruh alam”. 55 Dari itu, Islam sebagai agama yang dibawa oleh Nabi

Muhammad diyakini oleh umat Islam sebagai penutup seluruh ajaran langit (agama samawi) dan diperuntukkan bagi seluruh

alam. 56 Dalam ajaran Islam keutamaan manusia tidak didasarkan atas ras, etnis, suku, dan bangsa. Semua manusia dan makhluk

Allah akan mendapatkan prinsip-prinsip rahmat secara universal. 57 Al- Qur’an telah mencapai puncaknya dalam berbicara soal

pluralisme dan toleransi ketika menegaskan sikap penerimaan al- Qur’an terhadap agama-agama lain selain Islam untuk hidup bersama dan berdampingan. Yahudi, Kristen dan agama-agama lainnya baik agama samawi maupun agama ard{ eksistensinya diakui oleh Islam. 58 Dalam hal ini, pengakuan dan penghormatan

Islam terhadap eksistensi manusia dan kemanusiaan tidak terdapat di dalam ajaran agama lain.

Islam, sebagaimana arti yang terkandung di dalamnya yaitu damai, selamat, sejahtera dan pasrah, sangat menganjurkan umatnya untuk saling menghargai, menyebarkan keselamatan dan kedamaian, toleran dan membuka diri terhadap pluralisme agama. Banyak ayat-ayat tentang pluralisme agama dapat kita temukan di dalam al-Qu r’an antara lain firman Allah “untukmu agamamu dan

untukku agamaku 59 ”. Pluralitas agama adalah merupakan kehendak Allah SWT. yang tidak menginginkan hanya ada satu

54 Abd. A’la, Melampaui Dialog Agama (Jakarta: Kompas, 2002), 35. 55 QS. al-Alanbiya (21): 107. Ayat yang dimaksud adalah :     56   QS. al-Alanbiya (21): 107. 57 Surahman Hidayat, Islam Pluralisme dan Perdamaian (Jakarta: Fikr,

2002), 2. 58 Gamal al-Banna, al-Ta'addudiyyah fi> al- Mujtama’ al-Isla>mi (Kairo:

Dar al-Fikr al-Islami, 2001), 28. 59 QS. al-Ka<firu>n (109): 6.

itu bila Ia menghendaki. Dalam hal ini, al- Qur’an berulang kali menyatakan bahwa

perbedaan di antara umat manusia, baik dalam warna kulit, bentuk rupa, kekayaan, ras, budaya, dan bahasa adalah sesuatu yang dikehendaki oleh Allah. Agar manusia tidak tersesat, maka diutuslah para nabi dan rasul-Nya untuk membimbing manusia ke jalan yang lurus. Allah juga menganugerahkan nikmat akal kepada manusia, dengan akal tersebut Allah memberikan kebebasan kepada manusia untuk memilih agama, 61 yang ia yakini kebenarannya tanpa ada paksaan dan sebagainya. 62 Islam

menerima eksistensi agama lain dan memberikan kebebasan kepada pemeluk agama lain untuk menjalankan ajaran agamanya tanpa batasan. Dengan konsep teologi kebebasan ini, Islam pernah

diterima di hampir semua wilayah yang menjadi tujuan dakwah dan perluasan pengaruhnya.