Ekstrakurikuler Keagamaan Berbasis Toleransi

C. Ekstrakurikuler Keagamaan Berbasis Toleransi

Minimnya waktu di kelas dianggap salah satu penyebab dari tidak berhasilnya pencapaian tujuan pendidikan PAI selama ini disamping materi pelajaran yang padat dan rendahnya kompetensi guru. Untuk mengatasi kekurangan jam belajar di kelas tersebut, maka setiap sekolah menyelenggarakan kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler adalah program yang dipilih peserta didik berdasarkan bakat, minat, serta keunikannya untuk meraih perestasi yang bermakna bagi diri dan masa depannya. Pengertian ekstrakurikuler menurut kamus besar bahasa Indonesia (2002:291) yaitu: ”suatu kegiatan yang berada di luar program yang tertulis di

57 Mansur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual: Panduan bagi Guru, Kepala Sekolah dan Pengewas Sekolah , 47.

58 Mustahdi, Wawancara, Tangerang Selatan, 27 Maret 2012.

59 siswa”. Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar

jam mata pelajaran untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah/madrasah sehingga mendorong berkembangnya potensi

anak ke tingkat yang lebih tinggi. 60 Dalam arti luas, kegiatan ekstrakurikuler juga merupakan proses yang sistematis di dalam

membudayakan warga negara muda agar memiliki kedewasaan sebagai bekal kehidupannya.

Beberapa jenis kegiatan ekstrakurikuler yang diprogramkan di sekolah dijelaskan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1995: 3) sebagai berikut:

1. Pendidikan Kepramukaan

2. Pasukan Pengibar Bendera (PASKIBRA)

3. Palang Merah Remaja (PMR)

4. Pasukan Keamanan Sekolah (PKS)

5. Gema Pencinta Alam

6. Filateli (Koleksi pranko)

7. Koperasi sekolah

8. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)

9. Kelompok Ilmiah Remaja (KIR)

10. Olah raga

11. 61 Kesenian. Dari jenis-jenis kegiatan ekstrakurikuler tersebut di atas dapat

penulis pahami bahwa kegiatan tersebut berbeda-beda sifatnya, ada yang bersifat sesaat dan ada pula yang berkelanjutan. Kegiatan yang bersifat sesaat seperti karyawisata dan bakti sosial, itu hanya dilakukan pada waktu sesaat dan alokasi waktu yang terbatas sesuai

59 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia , Edisi III (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), 291.

60 Anifral Hendri, “Ekskul Olahraga Upaya Membangun Karakter Siswa ,”Lihat

http://202.152.33.84/index.php?option=com_content&task= (Diakses tanggal 21 April 2012). 61 Depdikbud, Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Sebagai Salah Satu Jalur Pembinaan Kesiswaan (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1995), 3.

melainkan kegiatan tersebut telah diprogramkan sedemikian rupa sehingga dapat diikuti terus sampai selesai kegiatan sekolah.

Tujuan penyelenggaraan ekstrakurikuler sebagaimana dijelaskan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1995: 2) adalah sebagai berikut: pertama, siswa dapat memperdalam dan memperluas pengetahuan keterampilan mengenai hubungan antara berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat dan minat, serta melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya yang: a. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. b. Berbudi pekerti luhur. c. Memiliki pengetahuan dan keterampilan. d. Sehat rohani dan jasmani. e. Berkepribadian yang mentap dan mandiri. F. Memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Kedua, siswa mampu memanfaatkan pendidikan kepribadian serta mengaitkan pengetahuan yang diperolehnya dalam program

kurikulum dengan kebutuhan dan keadaan lingkungan. 62 Sebagai bagian dari pendidikan maka kebijakan mengenai

kegiatan ekstrakurikuler merupakan bagian dari kebijakan Departemen Pendidikan Nasional yang sebelum era reformasi disebut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kegiatan ekstrakurikuler pada masa itu dilakukan dengan berlandaskan pada Surat Keputusan (SK) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nomor: 0461/U/1964 dan Surat Keputusan (SK) Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Dirjen Dikdasmen) Nomor : 226/C/Kep/O/1992. Dinyatakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler merupakan salah satu jalur pembinaan kesiswaan disamping jalur Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), latihan kepemimpinan dan wawasan wiyatamandala. Berdasarkan kedua Surat Keputusan tersebut ditegaskan pula bahwa ekstrakurikuler sebagai bagian dari kebijaksanaan pendidikan secara menyeluruh yang mempunyai tugas pokok :1. Memperdalam dan memperluas pengetahuan siswa. 2. Mengenal hubungan antara

62 Depdikbud, Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Sebagai Salah Satu Jalur Pembinaan Kesiswaan , 2.

Melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya. Dengan demikian, penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler di

sekolah sangat besar manfaatnya. Selain untuk menambah kekurangan jam belajar di kelas, juga untuk menyalurkan minat dan bakat siswa sesuai dengan bidang keahliannya masing-masing dan sebagai sarana interaksi langsung antara guru dan siswa secara non formil. Kegiatan ekstrakurukuler PAI adalah kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran tatap muka (tutorial) di kelas, dan dilaksanakan di sekolah atau di luar sekolah untuk memperluas pengetahuan, wawasan, penghayatan dan pengamalan PAI dalam bidang Aqidah, Akhlak, al- Qur’an dan Hadits, Fiqh serta Sejarah Kebudayaan Islam (SKI). Luasnya bidang sasaran ekstrakurikuler PAI dapat melahirkan berbagai program/kegiatan yang dapat

dikembangkan. 64 Dalam panduan yang dikeluarkan oleh Subdit Kesiswaan pada

Dit. PAIS., kegiatan ekstrakurikuler sebagai garapan pokok subdit kesiswaan kemudian dijabarkan ke dalam 8 (delapan) program/kegiatan sebagai berikut: 1) Program/kegiatan Rohani Islam (Rohis); 2) Program/kegiatan Pekan Ketrampilan dan Seni (Pentas) PAI; 3) Program/kegiatan Pesantren Kilat (Sanlat); 4) Program/kegiatan Tuntas Baca Tulis al- Qur’an (TBTQ); 5) Program/kegiatan Pembiasaan Akhlak Mulia; 6) Program/kegiatan Peringatan Hari Besar Islam (PHBI); 7) Program/kegiatan Ibadah Ramadhan (Irama); dan 8) Program/kegiatan Wisata Rohani

(Wisroh). 65 Dari pemaparan di atas, kegiatan ekstrakurikuler keagamaan

arah dan tujuannya lebih pada peningkatan pemahaman dan praktek ajaran agama. Terkait dengan penanaman sikap toleransi beragama dalam pembelajaran PAI, kegiatan ekstrakurikuler di sekolah bisa dijadikan sarana untuk melihat langsung aktivitas dan sikap siswa

63 Winarno Narmoatmojo, “Ekstrakurikuler di Sekolah: Dasar Kebijakan dan Aktualisas inya”, dari http://winarno.staff.fkip.uns.ac.id/ (Diakses

tanggal 23 April 2012). 64 Direktorat Pendidikan Agama Islam pada Sekolah (Dit. PAIS),

“Panduan Tugas Pokok SubDit.Kesiswaan,” http://www.pendis.kemenag.go.pdf. (Diakses tanggal 19 Juni 2012).

65 Direktorat Pendidikan Agama Islam pada Sekolah (Dit. PAIS), “Panduan Tugas Pokok SubDit.Kesiswaan,”.

Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan langsung penulis di lokasi penelitian kegiatan ekstrakurikuler keagamaan (PAI) yang biasa dilaksanakan di SMA Negeri 1 Tangerang Selatan antara lain: a. Peringatan Hari Besar Islam (PHBI); b. Santunan kepada orang tidak mampu; c. Pesantren kilat (Sanlat); e. Rohani

Islam (ROHIS) dan f. Baca Tulis Al- 66 Qur’an (BTQ) .

a. Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) Penyelenggaraan PHBI seperti peringatan Isra Mi’raj dan

Maulid Nabi Muhammad SAW. bertujuan selain untuk meningkatkan rasa cinta kepada Nabi juga sebagai sarana untuk bersilaturahmi antara warga sekolah baik antara guru dengan guru, guru dengan siswa, maupun siswa dengan siswa. Pada moment inilah seluruh warga sekolah bertemu langsung dalam satu ruangan/tempat tanpa dibatasi oleh perbedaan suku, bahasa, strata kelas, dan agama sehingga tercipta kebersamaan dalam

perbedaan. 67 Sedangkan panitia pelaksana PHBI adalah para siswa yang tergabung dalam kepengurusan OSIS dan Rohis dibawah

koordinasi guru PAI. 68 Program PHBI di SMA Negeri 1 Tangerang Selatan

merupakan program tetap yang selalu diselenggarakan tiap tahun. Setidaknya ada dua perayaan hari besar Islam yang diselenggarakan, yaitu perayaan memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW dan peringatan Isra Mi’raj.

Selain materi ceramah keagamaan sebagai inti dari kegiatan tersebut, kegiatan PHBI juga diisi dengan kegiatan-kegiatan lain, seperti lomba pentas seni Islam yang meliputi: puisi Islami, adzan, MTQ, kaligrafi, marawis, nasyid, ceramah, dan lomba busana

66 Ruhman Sutarno dan Mustahdi, Wawancara , Tangerang Selatan 13 Maret 2012.

67 H. Suhaya, Wawancara , Tangerang Selatan, 13 Maret 2012. Menurut beliau selain warga sekolah yang beragama Islam, pelaksanaan PHBI di SMA

Negeri 1 Tangerang Selatan selalu melibatkan dan diikuti oleh guru-guru dan siswa yang non muslim. Bahkan untuk menghormati kegiatan tersebut ibu guru agama Hindu tidak malu-malu untuk memakai kerudung. Dan hal itu terjadi bukan karena diperintah oleh kepala sekolah.

68 Mustahdi, Wawancara , Tangerang Selatan, 27 Maret 2012.

Islami. 69 Kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan mampu menambah wawasan keagamaan dan rasa kebersamaan para siswa, guru dan

warga sekolah lainnya.

b. Santunan kepada Orang Tidak Mampu Kegiatan ekstrakurikuler dalam rangka menumbuhkan rasa solidaritas dan kepedulian terhadap keluarga tidak mampu dilakukan dalam bentuk pengumpulan sumbangan -baik berupa uang maupun pakaian- dari warga sekolah. Pengumpulan uang sumbangan biasanya dikoordinir langsung oleh pengurus OSIS dan dilaksanakan setiap hari Jum’at pada jam pertama. Sedangkan pelaporan hasil sumbangan tersebut diumumkan pada hari Senin

setelah pelaksanaan upacara bendera. 70 Pembagian sumbangan kepada yang berhak tersebut dilaksanakan dengan dua cara, yaitu:

pertama, dengan mendatangkan orang-orang yang dianggap tidak mampu ke sekolah, 71 dan kedua, pengurus OSIS dan beberapa

perwakilan kelas mendatangi keluarga tidak mampu atau panti asuhan anak yatim yang telah ditelusuri sebelumnya didampingi

oleh perwakilan kepala sekolah. 72 Sumbangan yang diberikan berupa uang, pakaian bekas yang masih layak pakai dan alat tulis

untuk anak-anak sekolah. Kegiatan bhakti sosial tersebut selalu menjadi program utama dalam OSIS dan senantiasa dilaksanakan minimal satu kali dalam satu tahun.

c. Pesantren Kilat (Sanlat) Program/kegiatan pesantren kilat adalah salah satu kegiatan ekstrakurikuler PAI dan rohani Islam dalam rangka pembinaan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT dengan metode pesantren yang dilakukan dalam lingkungan sekolah atau di luar

69 Hariyanto (ketua Rohis), Wawancara, Tangerang Selatan, 15 Maret 2012.

70 Ruhman Sutarno, Wawancara , Tangerang Selatan, 13 Maret 2012. 71 Pembagian sumbangan seperti ini biasanya bersamaan dengan

kegiatan PHBI atau kegiatan lainnya yang sudah diprogramkan oleh OSIS. (Wawancara dengan Waka Humasy.)

72 Ruhman Sutarno, Wawancara , Tangerang Selatan, 13 Maret 2012.

kebutuhan sekolah. Penyelenggaraan pesantren kilat bertujuan untuk menambah

wawasan keislaman siswa di sekolah. Materi pembelajaran diarahkan untuk memperdalam materi PAI yang selama di dalam kelas kurang luas dan terkesan dibatasi. Selain itu, siswa diarahkan untuk mampu mempraktekkan langsung hasil belajar selama ini, seperti sholat fard{u berjamaah, sholat d{uha>, membaca al-Qur’an, dan i 74 ’tikaf.

Adapun tujuan utama dari kegiatan Sanlat adalah: (1) Memperdalam, memantapkan dan meningkatkan pemahaman dan penghayatan ajaran agama Islam bagi peserta didik; (2) Menerapkan dan mengamalkan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari dalam rangka membentuk mental spiritual peserta didik yang tangguh, mandiri dan memiliki kepribadian Muslim yang kokoh agar mampu menghadapi tantangan negatif dari pengaruh luar diri peserta didik.

Pelaksanaan pesantren kilat di SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan diselenggarakan pada saat libur Ramadan selama tiga hari bertuturut-turut mulai pukul 07.30 WIb dan berakhir setelah sholat Magrib berjamaah setiap harinya. Waktu yang terbatas dan sarana yang seadanya dimanfaatkan oleh guru dan siswa untuk menanamkan nilai-nilai kebersamaan dan saling menghargai diantara peserta Sanlat. Materi Sanlat disampaikan secara bergantian dan penuh kehangatan oleh guru PAI sendiri dan beberapa guru lain yang dilibatkan serta mengundang pembicara

dari luar yang dianggap memiliki kompetensi. 75 Dengan adanya pesantren kilat, maka pemahaman keagamaan

peserta didik pun akan bertambah, disamping itu rasa kekeluargaan semakin terjalin erat.

d. Baca Tulis Al- Qur’an (BTQ) Memahami isi kandungan al- Qur’an tidak cukup hanya melalui buku-buku pelajaran semata. Akan lebih baik jika setiap pribadi

73 Direktorat Pendidikan Agama Islam pada Sekolah (Dit. PAIS), “Panduan Tugas Pokok SubDit.Kesiswaan,”. 74

Mustahdi, Wawancara , Tangerang Selatan, 13 Maret 2012. 75 Sri Mawarti, Wawancara, Tangerang Selatan, 15 Maret 2012.

Muslim dapat menggali langsung dari teks aslinya. Untuk itu, memiliki kemampuan bisa membaca al- Qur’an dengan baik dan benar merupakan keharusan.

Salah satu program untuk menanamkan cinta terhadap al- Qur’an yang dilaksanakan di SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan adalah dengan mengadakan baca tulis al- Qur’an (BTQ).

Pembelajaran BTQ ini sifatnya wajib diikuti oleh siswa Muslim dan termasuk ke dalam pelajaran muatan lokal (mulok). Setiap kelas mendapat satu kali giliran setiap minggunya selama 1 jam pertama. Kegiatan ini dilaksanakan oleh dua orang guru PAI dan ditambah satu orang guru umum. Artinya, dalam sehari ada tiga kelas yang mengadakan mulok BTQ. Sedangkan untuk siswa yang non Muslim mereka pun mempelajari kitab sucinya masing-masing

dengan dibimbing oleh gurunya. 76 Program ini selain mampu meningkatkan kemampuan

membaca al- Qur’an, juga berpengaruh terhadap pengembangan rasa spiritual dan moral/akhlak siswa. Setidaknya siswa lebih tenang, mudah menerima nasehat, dan selalu semangat mengikuti

pelajaran. 77

e. Kerohani Islam (Rohis) Kerohanian Islam yang disingkat Rohis adalah wadah yang menampung siswa-siswi muslim. Kerohanian Islam barasal dari kata “rohani” dan “Islam”, yang berarti sebuah lembaga untuk memperkuat keislaman, yang dikemas dalam bentuk

ekstrakurikuler (eskul) 78 sekaligus sebagai aktivitas dakwah di sekolah 79 dengan tujuan untuk menunjang dan membantu memenuhi keberhasilan pembinaan Intrakurikuler 80 di bawah Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS). 81

76 Sri Mawarti, Wawancara, Tangerang Selatan, 15 Maret 2012. 77 Mustahdi, Wawancara, Tangerang Selatan, 27 Maret 2012. 78 http://iid.wikipedia.org/wiki/rohis (di akses tanggal 4 April 2012). 79 Koesmarwanti dan Nugroho Widiyantoro, Dakwah Sekolah di Era

Baru ( Solo: Era Inter Media, 2000), 124. 80 Depag RI, Kendali Mutu Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Direktorat

Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 2001), 31. 81 http:// immasjid.com/cetak.php?id=749 (Diakses tanggal 4 April

Tujuan dari program/kegiatan Rohis menurut Dit. PAIS adalah:1) Memberikan sarana pembinaan, pelatihan dan

pendalaman PAI bagi para peserta didik; 2) Mengembangkan kaderisasi da’wah Islamiyah sehingga syiar agama Islam terus

berkembang baik di lingkungan sekolah maupaun luar sekolah; 3) Memperkokoh keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT

peserta didik di sekolah. 82 Selain memiliki tujuan, Rohis juga berfungsi sebagai forum,

mentoring , dakwah, dan berbagi. Susunan kepengurusan dalam Rohis layaknya kepengurusan OSIS, di dalamnya terdapat ketua, wakil, bendahara, sekretaris, dan divisi-divisi yang bertugas pada

bagiannya masing-masing. 83 Fungsi dan peran Rohis sebagaimana digariskan dalam Dwi Fungsi Rohis, yaitu :

1. Pembinaan Syakhsiyah Islamiyah Syakhsiyah Islamiyah adalah pribadi-pribadi yang Islami. Jadi Rohis berfungsi untuk membina generasi muslim menjadi pribadi- pribadi yang unggul, baik dalam kapasitas keilmuan dan keimanan

dengan dihiasi akhlak yang mulia. Materi yang disampaikan lebih diarahkan kepada pembentukkan akhlak mulia dengan tidak memandang strata kepangkatan dan agama.

Untuk menghindari masuknya faham-faham keagamaan yang radikal, guru PAI di SMA Negeri 1 Kota Tangerang senantiasa memantau dan mengawasi siapa saja yang ditugasi memberi materi. Tidak jarang guru PAI terjun langsung memberikan tausyiyah kepada peserta didiknya.

2. Pembentukan Jami>’at al-Muslimi>n Maksudnya adalah bahwa Rohis dapat berfungsi sebagai “ base

camp ” dari siswa-siswi muslim, untuk menjadikan pribadi maupun komunitas yang Islami yang mengedepankan persaudaraan dan silaturahmi daripada perpecahan. Dari sini maka tekad untuk membumisasikan Islam akan mudah tercapai. Apalagi sekitar tahun

82 Direktorat Pendidikan Agama Islam pada Sekolah (Dit. PAIS), “Panduan Tugas Pokok SubDit.Kesiswaan,”. 83

http://iid.wikipedia.org/wiki/rohis (Diakses tanggal 4 April 2012).

1990, Rohis telah mempunyai motto ”Ishhadu> Bianna> Muslimu>n”

(Saksikanlah bahwa kami orang-orang Islam). Dalam melaksanakan kegiatannya, aktivitas Rohis diselaraskan

dengan misinya. Menurut Koesmarwanti dan Nugroho Widiyantoro kegiatan-kegiatan Rohis di sekolah dibagi menjadi dua sifat, yakni

bersifat 85 ‘a>mmah (umum) dan bersifat khass}{ah (khusus).

a. Dakwah ‘A>mmah Menurut Koesmarwanti dan Nugroho Widiyantoro dakwah ‘a>mmah adalah dakwah yang dilakukan dengan cara yang umum. Dakwah ‘a>mmah dalam sekolah adalah proses penyebaran fikrah Islamiyah dalam rangka menarik simpati, dan meraih dukungan dari lingkungan sekolah. Karena sifatnya demikian, dakwah ini harus di buat dalam bentuk yang menarik, sehingga memunculkan objek untuk mengikutinya. Dakwah ‘a>mmah (umum) meliputi: 1) Penyambutan siswa baru; 2) Penyuluhan problem remaja; 3) Studi dasar Islam; 4) Perlombaan; 5) Majalah dinding; 6) Kursus

membaca al- 86 Qur’an. Berdasarkan data yang diperoleh penulis, selain melaksanakan

enam program kegiatan di atas, Rohis SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan pun mengadakan baca puisi Islami, Syarh al- Qur’an, dan Latihan Dasar kepemimpinan Siswa (LDKS) dan membuat buletin dakwah. 87

b. Dakwah Khass>{ah Dakwah khas{s{ah adalah proses pembinaan dalam rangka pembentukan kader-kader dakwah di lingkungan sekolah. Dakwah khas{s{ah bersifat selektif dan terbatas dan lebih berorientasi pada proses pengkaderan dan pembentukan kepribadian. Objek dakwah

84 http:// immasjid.com/cetak.php?id=749 (Diakses tanggal 4 April 2012).

85 Koesmarwanti dan Nugroho Widiyantoro, Dakwah Sekolah di Era Baru , 139.

86 Koesmarwanti dan Nugroho Widiyantoro, Dakwah Sekolah di Era Baru , 140-151.

87 Hariyanto, Wawancara, Tangerang Selatan, 15 Maret 2012.

diperoleh melalui proses pemilihan dan penyeleksian. Diantara kegiatan Rohis yang termasuk kedalam kategori

dakwah khusus adalah:

1. Mabit Mabit yaitu bermalam bersama diawali mulai Magrib atau

‘Isya dan diakhiri dengan sholat Subuh berjama’ah. Pelaksanaan Mabit di SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan masih disatukan

dengan kegiatan OSIS. 89

2. Diskusi atau Bedah Buku Diskusi atau bedah buku ini merupakan kegiatan yang bernuansa pemikiran ( fikriyah ) dan wawasan ( thaqa>fiyah ) kegiatan ini bertujuan untuk mempertajam pemahaman, memperluas wawasan serta meluruskan pemahaman peserta tarbiyah. 90

3. Pelatihan Pelatihan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memeberikan pelatihan kepada siswa, misalnya pelatihan al- Qur’an (bertujuan untuk membenarkan bacaan al- Qur’an), pelatihan bahasa Arab (bertujuan untuk penguasaan bahasa Arab), dan

training motivation 91 .