Evaluasi Pembelajaran yang Holistik

B. Evaluasi Pembelajaran yang Holistik

Evaluasi pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses

dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna

dalam mengambil keputusan. 27 Evaluasi juga dimaksudkan untuk mengamati peranan guru, strategi pengajaran khusus, materi

kurikulum, dan prinsip-prinsip belajar untuk diterapkan pada pengajaran, 28 sehingga ia menjadi alat pijakan untuk menentukan

konteks pembelajaran berikutnya. Menurut M. Ngalim Purwanto, fungsi evaluasi dalam proses belajar mengajar (PBM) antara lain, untuk:

1. Mengetahui kemajuan dan perkembangan serta keberhasilan setelah melakukan KBM tertentu. Hasilnya digunakan untuk memperbaiki cara belajar siswa (formatif) maupun menentukan kelulusan siswa (sumatif).

2. Mengetahui tingkat keberhasilan program pengajaran (sebagai sistem).

3. Keperluan bimbingan dan konseling.

4. Keperluan pengembangan dan perbaikan kurikulum sekolah yang bersangkutan. 29

Dalam teorinya evaluasi harus mampu menjangkau tiga ranah yang menjadi acuan pengukuran komptensi hasil pembelajaran, yaitu: ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dapat berbentuk tes tertulis, performance , penugasan, proyek, dan

portofolio. 30 Ranah kognitif terdiri atas pengetahuan, pemahaman,

penerapan, analisa, sintesa, dan evaluasi. 31 Ranah kognitif ini

Inovatif Berorientasi Konstruktivistik ; Konsep, Landasan Teoritis, Praktis dan Implikasinya pada KTSP , 252-253.

27 Trianto, Model-model

Pembelajaran

28 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), 145.

29 M. Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991), 231.

Inovatif Berorientasi Konstruktivistik ; Konsep, Landasan Teoritis, Praktis dan Implikasinya pada KTSP , 254.

30 Trianto, Model-model

Pembelajaran

31 W.S. Winkel, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi, diterjemahkan oleh Tim Gramedia (Jakarta: PT Gramedia, 1993), 150..

atau pemberian persoalan. Ranah afektif disebut juga ranah sikap yang mencakup penerimaan, partisipasi, penilaian/penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup. Terakhir, ranah psikomotorik yang meliputi persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan

kreatifitas. 32 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah

proses membandingkan suatu kegiatan pembelajaran antara rencana yang telah disusun dengan kenyataan yang terjadi untuk menentukan sampai sejauh mana tujuan pendidikan dapat dicapai. Proses ini terdiri dari: mengumpulkan data, mempertimbangkan data tersebut dengan tolak ukur tertentu, dan membuat keputusan berdasarkan data untuk memilih alternatif.

Berkaitan dengan mata pelajaran PAI, sasaran penilaian meliputi empat kemampuan dasar, yaitu sikap dan pengalaman terhadap arti hubungan pribadi dengan Tuhan, arti hubungan dengan masyarakat, arti hubungan dengan alam sekitar, dan sikap pandangan terhadap pribadi sebagai hamba Allah dan anggota masyarakat serta khalifah Allah yang mempunyai tanggungjawab

untuk mengelola potensi alam. 33 Penilaian pembelajaran pendidikan agama Islam dilakukan

dengan penilaian berbasis kelas. Untuk menggali dan mengetahui sejauhmana tingkat kompetensi dan pemahaman (kognitif) peserta didik, digunakan alat ukur melalui pertanyaan atau pernyataan (pilihan ganda dan essai); untuk menggali dan mengukur tingkat kompetensi dan penghayatan (afektif) digunakan lembar pengamatan (refleksi) dan skala sikap; untuk menggali dan mengukur kompetensi prilaku atau pengalaman beragama (praktik atau simulasi) alat ukur yang digunakan adalah lembar pengamatan. Di samping itu dapat pula digunakan alat evaluasi

portofolio dan tes praktik. 34

32 W.S. Winkel, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi, 152. 33 M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum) (Jakarta:

Bina Aksara, 1991), 132.

34 Mustahdi, Wawancara, Tangerang Selatan, 27 Maret 2012.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti, evaluasi dan penilaian pembelajaran PAI di SMA Negeri 1 Kota

Tangerang Selatan dilakukan dengan berbagai cara (tes dan non tes). Adapun yang dinilai dalam penilaian berbasis kelas adalah aspek kognitif, afektif dan psikomotorik, sehingga dalam penilaiannya dapat berbentuk:

1. Tes Tertulis : Pilihan Ganda dan Uraian Tes tertulis merupakan bentuk evaluasi dimana soal dan jawaban diberikan dalam bentuk tulisan. Menurut Ngalim Purwanto, kelebihan dari tes ini adalah: dapat menilai kelompok dengan waktu yang singkat, bagi si penjawab ada kebebasan memilih dan cara menjawab, dan arena pertanyaannya sama, maka scope dan isi pengetahuan yang dinilai tiap-tiap orang pun sama pula. Sementara kekurangannya adalah: tidak dapat benar-benar menilai individu dan kepribadian seseorang, mudah menimbulkan kecurangan dan kepalsuan jawaban, dan mudah menimbulkan

spekulasi bagi orang yang akan dites. 35 Tes tertulis dalam sistem penilaian PAI di SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan adalah tes

pilihan ganda dan essai atau uraian. 36 Penerapan tes pilihan ganda untuk menilai kemampuan

mengingat dan memahami materi pembelajaran yang telah disampaikan. Kelebihan dari tes pilihan ganda adalah efektif untuk menggali lebih banyak informasi tentang konsep dan fakta serta lebih refresentatif dalam mencakup luasnya materi yang dipelajari. Sementara kelemahannya adalah kurang dapat mengukur atau mengungkap proses berpikir dan memiliki kecenderungan bagi peserta didik untuk menebak jawaban atau gambling . Penilaian ini lebih diarahkan pada aspek kognitif, bentuk penilaiannya dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada peserta didik agar memilih jawaban yang sudah disediakan.

Pembuatan soal tes pilihan ganda oleh guru mengacu kepada rambu-rambu umum, yaitu mempertimbangkan materi, konstruksi,

35 M. Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran (Bandung: Remaja Karya, 1985), 47.

36 Mustahdi, Wawancara, Tangerang Selatan, 27 Maret 2012.

Negeri 1 Kota Tangerang Selatan secara umum sebagai berikut:

a. Soal sesuai dengan kompetensi dasar (KD) dan indikator

b. Soal dirumuskan dengan jelas dan tegas

c. Soal dibuat bahasa yang efektif

d. Soal dibuat dengan menggunakan yang komunikatif

e. Tidak mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda

f. Gambar, grafik, table, diagram, dan sejenisnya harus jelas, berfungsi dan sesuai dengan tema soal.

g. Khusus soal uraian, digunakan untuk mengukur kemampuan yang yang tidak dapat diukur dengan bentuk soal objektif

(kemampuan yang sangat tinggi). 38 Untuk lebih membiasakan siswa memberikan ruang dialog

terbuka terhadap ajaran agama yang dianutnya, guru agama selalu membuat tes uraian dari satu sub bahasan dalam kegiatan evaluasi seperti tes formatif dan semesteran, meskipun soal tersebut hanya satu (1) buah saja. Hal ini bertujuan agar siswa mampu mempelajari agama tidak hanya sebagai kompetensi kognitif semata, tetapi pembiasaan terhadap kemampuan afeksi dan psikomotorik yang dilandasi kesadaran dan pemahaman keagamaan yang dialogis.

Pencapaian nilai minimal untuk soal-soal tes dengan bentuk pilihan ganda dan essai pada mata pelajaran PAI di SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan adalah 68 dari keseluruhan materi yang diujikan. Dengan batasan minimal yang cukup tinggi tersebut, menuntut peserta didik untuk belajar lebih giat dan penuh

disiplin. 39

37 Rambu-rambu tersebut diantaranya: 1. Kaidah yang berhubungan dengan materi, yaitu: soal harus sesuai dengan indikator, pilihan jawaban harus

homogen dan logis, hanya ada satu kunci jawaban yang paling tepat. 2. Kaidah penulisan soal ditinjau dari segi konstruksi, yaitu: pokok soal dirumuskan dengan jelas, pernyataan yang tidak diperlukan harus dihilangkan, pokok soal tidak menunjukkan kepada kunci jawaban, pokok soal tidak menggunakan pernyataan yang negatif ganda. 3. Kaidah penulisan soal yang berhubungan dengan bahasa, yaitu: menggunakan bahasa yang komunikatif, tidak menggunakan bahasa yang berlaku di suatu tempat (bias budaya).

38 Mustahdi, Wawancara, Tangerang Selatan, 27 Maret 2012. 39 Mustahdi, Wawancara, Tangerang Selatan, 27 Maret 2012.

2. Tes performa Menurut Dewa Ketut Sukardi, tes performa ialah tes yang

menuntut tester untuk menggerakkan atau menggunakan objek- objek, atau menyusun bagian-bagian yang dikerjakan dengan tepat, dan menurut Smith & Adams ,„ Performance test ’, adalah suatu tes yang berhubungan dengan berbagai bentuk aktifitas fisik, seperti,

memasang pola dengan balok-balok kayu. 40 Dengan demikian, dapat ditarik pengertian bahwa, tes performa merupakan bentuk tes

yang menuntut jawaban siswa dalam bentuk perilaku, tindakan/perbuatan, unjuk kerja atau keterampilan melakukan tugas-tugas tertentu, atau tes yang lebih diarahkan pada aspek afektif.

Di antara tes performa yang biasa dilakukan di SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan adalah shalat D{uh{a< , shalat berjama’ah, praktek wud{u, tayamum, serta praktek merawat jenazah. Kegiatan pembelajaran di atas diharapkan tidak hanya dipahami oleh peserta didik dalam tataran teoritis, tetapi juga dapat dilakukan dalam tataran praktis. Adapun format penilaian untuk tes performa adalah seperti di bawah ini:

Table 4.1. Contoh format penilaian praktek shalat 41

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam Kelas/Semester : XI/2 Hari/Tgl Pelaksanaan : Senin, 9 April 2012

JENIS PENILAIAN RATA- NO.

NAMA RATA NILAI

Do’a 1 Ahmad

Tuma’ ninah

Gerakan

bacaan

2 Almar’a Meidiana 3 Aviani Anwar 4 dst

Keterangan : Nilai terendah 60 dan tertinggi 90

“Performane Tes,” http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/IDING_TARSIDI /MAKALAH_PERFORMANCE_TEST.pdf (Diakses tanggal 19 Juni 2012).

40 Iding

Tarsid i,

41 Sumber diperoleh dari Zaenal Abidin, guru PAI SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan.

3. Portofolio Portofolio berasal dari bahasa Inggris “ portofolio ” yang artinya dokumen atau surat-surat. Dapat juga diartikan sebagai kumpulan

kertas-kertas berharga dari suatu pekerjaan tertentu. 42 Dalam dunia pendidikan, portofolio dapat digunakan untuk

melihat perkembangan peserta didik dari waktu ke waktu berdasarkan kumpulan hasil karya sebagai bukti dari suatu kegiatan. Portofolio juga dapat dipandang sebagai suatu proses sosial pedagogis, yaitu sebagai collection of learning experience yang terdapat di dalam pikiran peserta didik, baik yang berwujud pengetahuan (cognitive) , keterampilan (psychomotor) maupun

sikap dan nilai 43 (affective) , sehingga akan menjadi umpan balik yang eksploratif dan self reflective . Untuk itu dalam pelaksanaan

penilaian portofolio guru harus mempersiapkan format dokumentasi penilaian. 44 Artinya, portofolio bukan hanya berupa

benda nyata, melainkan mencakup segala pengalaman batiniah yang terjadi pada diri siswa.

Sumarna Surapranata dan Muhammad Hatta mengemukakan bahwa penilaian portofolio dapat digunakan untuk mencapai beberapa tujuan, yaitu: 1. Menghargai perkembangan yang dialami peserta didik. 2. Mendokumentasikan proses pembelajaran yang berlangsung. 3. Memberi perhatian pada prestasi kerja peserta didik yang terbaik. 4. Merefleksikan kesanggupan mengambil resiko dan melakukan eksperimentasi. 5. Meningkatkan efektifitas proses

42 Martinis Yamin, Paradigma Pendidikan Konstruktivistik (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), 235.

43 Zainal Arifin, “Penilaian Portofolio; Konsep, Prinsip, dan Prosedur,” http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._KURIKULUM_DAN_TEK._PENDIDIK

AN/196105011986011-ZAINAL_ARIFIN/Silabus_Evaluasi (Diakses tanggal 19 Juni 2012).

44 Pengorganisasian penilaian portofolio dilakukan dalam dua tahap, yaitu: pertama, penilaian tahap indikator, yang meliputi penilaian formatif atau

sumatif, penilaian tugas terstruktur, tahap penilaian kegiatan penunjang dan tahap penilaian sikap dan kepribadian; kedua, penilaian tahap artifak (dokumen), yang meliputi tahap mengumpulkan bukti hasil karya, tahap memilih bukti hasil karya, tahap refleksi hasil karya, dan tahap pameran. Sistem penilaian portofolio menuntut agar setiap peserta didik aktif memberikan komentar lisan atau tertulis tarhadap hasil karya sendiri dan hasil karya teman belajar. Dasim Budiansyah, Model Pembelajaran dan Penilaian Berbasis Portofolio (Bandung: Ganesindo, 2002).

konsep diri positif pada peserta didik. 8. Meningkatkan kemampuan melakukan refleksi diri. 9. Membantu peserta didik

dalam merumuskan tujuan. 45 Sementara itu, penilaian portofolio menurut Depdiknas dapat

digunakan untuk: 1. Memperlihatkan perkembangan pemikiran atau pemahaman siswa pada periode waktu tertentu. 2. Menunjukkan suatu pemahaman dari beberapa konsep, topik, dan isu yang diberikan. 3. Mendemonstrasikan perbedaan bakat. 4. Mendemonstrasikan kemampuan untuk memproduksi atau mengkreasi suatu pekerjaan baru secara orisinal. 5. Mendokumentasikan kegiatan selama periode waktu tertentu. 6. Mendemonstrasikan kemampuan menampilkan suatu karya seni. 7. Mendemonstrasikan kemampuan mengintegrasikan teori dan praktek. 8. Merefleksikan nilai-nilai individual atau pandangan

dunia secara lebih luas. 46 Mengingat luasnya cakupan dalam penilaian portofolio, maka

guru harus memiliki lembar dokumentasi penilaian peserta didik untuk setiap indikator untuk selanjutnya setiap akhir bulan guru dan peserta didik membuat kesepakatan untuk melakukan proses penilaian terhadap seluruh indikator dan berkas hasil karya yang dikumpulkan.

Indikator penilaian portofolio dalam pembelajaran di kelas mencakup: pertama, hasil ulangan harian dan ulangan umum. Setelah hasil ulangan dicatat dalam daftar nilai oleh guru, kemudian bukti hasil ulangan tersebut dikembalikan kepada peserta didik untuk disimpan sebagai portofolio. Kedua, tugas-tugas terprogram (terstruktur). Materi yang ditugaskan kepada peserta didik dapat berupa membuat makalah, meresume materi yang diajarkan, atau membuat laporan tentang kegiatan PHBI di sekolah. Tugas-tugas tersebut kemudian dikumpulkan untuk dinilai oleh guru sebelum akhirnya dikembalikan kepada peserta didik untuk

45 Sumarna Surapranata dan Muhammad Hatta, Penilaian Portofolio: Implementasi Kurikulum 2004 (Bandung : PT.Remaja Rosdakarya, 2004), 76.

Kemampuan Guru Dalam Penyusunan dan Penggunaan Alat Evaluasi Serta Pengembangan Sistem Penghargaan Terhadap Siswa (Jakarta : Direktorat PLP-Ditjen Dikdasmen, 2003), 123.

46 Depdiknas (2003),

Peningkatan

kriteria yang telah ditetapkan oleh guru agama, seperti disiplin, tanggungjawab, dan sebagainya. Catatan kepribadian siswa ini dapat pula diperoleh dari guru bimbingan dan penyeuluhan dan konseling (BP/BK). Keempat, laporan kegiatan penunjang proses pembelajaran. Setiap siswa diharuskan memiliki lembar laporan kegiatan yang diselenggarakan di sekolah atau di masyarakat yang berisi tentang jenis dan waktu kegiatan, penanggungjawab

kegiatan, dan manfaat yang diperoleh dari kegiatan tersebut. 48 Berdasarkan semua catatan dan dokumen portofolio peserta didik

yang telah dianalisis, kemudian guru akan membuat kesimpulan dan keputusan tentang ketuntasan belajar peserta didik.

Penilaian portofolio yang dilakukakan oleh guru PAI di SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan meliputi kegiatan di sekolah dan di masyarakat. Adapun bahan yang dijadikan portofolio adalah penghargaan tertulis, penghargaan lisan, hasil kerja biasa atau hasil tugas peserta didik, resume materi pelajaran, keaktifan dalam tugas kelompok, rekapitulasi daftar kehadiran, hasil ulangan harian atau

semester, dan lain-lain. 49 Berikut adalah salah satu contoh penilaian portofolio hasil

karya siswa SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan: 50

Table 4.2. Contoh format penilaian portofolio hasil karya siswa 51

KOMPETENSI DASAR: Nama : Suharyanto Membuat tulisan ilmiah

Tanggal : 10 Mei 2012 dengan tema demokrasi dalam

MP : Pendidikan Agama Islam pandangan Islam

47 Dasim Budiansyah, Model Pembelajaran dan Penilaian Berbasis Portofolio (Bandung: Ganesindo, 2002), 45.

48 Format laporan kegiatan dapat dikembangkan sendiri oleh peserta didik.

49 Mustahdi, Wawancara, Tangerang Selatan, 27 Maret 2012. 50 Dokumen Guru Pendidikan Agama Islam SMA Negeri 1 Kota

Tangerang Selatan 51 Sumber diperoleh dari Zaenal Abidin, guru PAI SMA Negeri 1 Kota

Tangerang Selatan 106

Kriteria Indikator 1 2 3 4 5

1. Pemilihan judul 2. Kesesuaian judul dengan

isi 3. Pengembangan idea tau gagasan 4. Sistematika penulisan 5. Pengambilan kesimpulan

Komentar Orang tua:

Komentar Guru :

Keterangan : 1. Sangat kurang 2. Kurang 3. Cukup 4. Baik 5. Sangat Baik

Adapun format penilaian portofolio untuk proses belajar peserta didik adalah seperti di bawah ini:

Tabel 4.3. Contoh penilaian portofolio proses belajar peserta didik 52

Aspek yang nilai : Nama : Kesungguhan penyelesaian tugas

Tanggal : MP : Pend. Agama Islam

Kriteria Indikator 1 2 3 4

1. Ketepatan waktu penyelesaian

2. Kerjasama kelompok

3. Hasil yang diharapkan

4. Tanggungjawab kelompok Komentar orang tua:

Komentar Guru: Dalam penyelesaian tugas mata

52 Sumber diperoleh dari Zaenal Abidin, guru PAI SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan

kesungguhan yang tinggi. Pertahankan prestasi belajar

Sedangkan format penilaian untuk tugas kelompok adalah sebagaimana digambarkan di bawah ini:

Tabel 4.4. Contoh penilaian portofolio tugas diskusi kelompok 53

Jenis Kegiatan : Diskusi Kelompok Waktu/Tempat Observasi

Nama Observer

Nama Anggota No.

Aspek yang dinilai

Malik Danny 1 Mengeluarkan pendapat

˅ Menghargai pendapat

4 orang lain

Keterangan: Skor Nilai : 1˅ = 70, 2˅ = 80, 3˅ = 90, 4˅ = 100.

Dari contoh penilaian portofolio tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa proses belajar peserta didik tidak lepas dari penilaian guru PAI. Setiap peserta dapat memperoleh nilai yang

53 Sumber diperoleh dari Zaenal Abidin, guru PAI SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan

4. Refleksi Refleksi dalam pembelajaran adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajarinya atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan atau dipelajarinya di masa lalu. Refleksi pembelajaran merupakan respons terhadap aktivitas atau pengetahuan dan keterampilan yang baru diterima dari proses

pembelajaran. 54 Peserta didik dituntut untuk mengedepankan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan dan

keterampilan yang baru sebagai wujud pengayaan atau revisi dari pengetahuan dan keterampilan sebelumnya.

Menurut Wina Sanjaya, refleksi adalah proses pengendapan dan perenungan kembali atas pengalaman yang telah dipelajari dan dilakukan dengan mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilalui sebagai respon terhadap

kejadian, aktifitas atau pengetahuan yang telah diterima. 55 Dalam proses pembelajaran, refleksi terhadap pengalaman

belajar yang telah dilalui seorang peserta didik akan menjadi bagian dari pengetahuan yang dimilikinya. Kemudian, melalui proses sedikit demi sedikit pengetahuan tersebut diperluas dalam pembelajaran berikutnya. Pengetahuan yang sudah ada kemudian dihubungkan dengan pengetahuan yang baru diterimanya sebelum akhirnya menjadi pengetahuan yang bermakna. Proses pengendapan pengetahuan dalam diri peserta didik inilah yang

disebut dengan refleksi. 56 Kuncinya adalah bagaimana pengetahuan dan keterampilan itu mengendap di jiwa peserta didik sehingga

tercatat dan merasakan terhadap pengetahuan dan keterampilan baru tersebut.

Untuk dapat melakukan refleksi yang baik, seorang guru harus memperhatikan prinsip-prinsip dasarnya, yaitu: perenungan atas suatu pengetahuan yang baru diperoleh dengan pengetahuan

54 “Refleksi dan Penilaian dalam CTL,”http://kafeilmu.com/2011. (Diakses Tanggal 20 Juni 2012).

55 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2007), 266.

Inovatif Berorientasi Konstruktivistik , 113.

56 Trianto, Model-model

Pembelajaran

penilaian terhadap pengetahuan yang baru diterima, membuat catatan singkat, diskusi dengan teman atau unjuk kerja. 57

Dalam pembelajaran PAI di SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan, guru agama meminta peserta didik untuk melakukan refleksi pada setiap akhir pelajaran atau pada materi tertentu yang memungkinkan berorientasi pada tema akhlak yang diwujudkan dalam bentuk: pertama, pernyataan langsung peserta didik tentang ilmu yang diperoleh hari itu; kedua, jurnal belajar di buku pribadi peserta didik; dan ketiga, kesan dan saran peserta didik mengenai pembelajaran hari itu. Seperti contoh: setelah mengikuti pelajaran ini, manfaat apa yang dapat diambil? Apa yang selanjutnya harus

dilakukan?. 58 Dengan demikian, peserta didik akan memperoleh sesuatu

yang berguna bagi dirinya mengenai apa yang baru dipelajarinya, dan harus bagaimana mengaplikasinnya dalam kehidupan ke depannya.