Aspek Kelembagaan dan Sumber‐Sumber Pendanaan serta Pelaksanaan Program Badan Amil Zakat Nasional

A. Aspek Kelembagaan dan Sumber‐Sumber Pendanaan serta Pelaksanaan Program Badan Amil Zakat Nasional

1. Aspek Kelembagaan

a. Sejaran Pembentukan Kelembagaan Badan Amil Zakat Nasional

Kehadiran Badan Amil Zakat Nasional yang disingkat BAZNAS, tidak dapat dilepaskan dari perkembangan perzakatan di Indonesia, khususnya terhadap

keterlibatan pemerintah. Pernyataan ini didasarkan pada pertimbangan: a. Secara kelembagaan Badan Amil Zakat Nasional dibentuk oleh Pemerintah dalam hal ini Prsiden RI dan merupakan penjabaran UU. No. 38/1999 tentang Pengelolaan Zakat; b. Sebagai lembaga zakat, badan ini tidak dapat dilepaskan dari sisi perkembangan kebijakan pemerintah terhadap umat Islam.

Pertama, sebagai lembaga yang dibentuk pemerintah. Badan Amil Zakat Nasional didirikan berdasarkan surat kepuusan Presiden RI No No. 8 tahun 2001 tertanggal 17 Januari 2001 yang waktu itu ditandatangani oleh Presiden Abdurrahman Wahid. Surat keputusan ini merupakan penjabaran UU. No. 38 /1999 tentang Pengelolaan Zakat dalam diktum huruf (b) surat keputusan itu, disebutkan ”bahwa Undang ‐Undang Nomor 33 Tahun 1999 tentang Pengelolalan Zakat mengamatkan untuk membentuk Badan Amil Zakat Nasional yang pelaksanannya dilakukan presiden.”

Kedua, keterkaitan Badan Amil Zakat Nasional dengan kebijakan pemerintah Badan Amil Zakat Nasional, dapat dikatakan sebagai puncak dari akomodir kebijakan pemerintah terhadap pengelolaan zakat di Indonesia. Dalam sejarah perzakatan di Indonesia, campur tangan pemerintah sangat kuat. Menurut Daud, zaman penjajahan Belanda, langkah pertama yang diambilnya dengan mengeluarkan Biljblad nomor 1892 tanggal 4 Agustus 1893 yang berisi kebijakan pemeritah Belanda tentang pengelolalan zakat. Kebijakan ini bertujuan untuk membatasai gerak pengelola zakat yakni agar dana zakat tidak diselewengkan oleh pengelola zakat dan kemudian imam/penghulu dipekerjakan untuk mengelola administrasi keuangan kolonial, tetapi tidak diberi gaji dan tunjangan untuk membiayai kehidupan keluarga mereka. Sebelumnya, dana zakat dimanfaatkan untuk kepentingan fi sabilillah yang merupakan bagian kelompok salah satu 214 mustahik, karena dana ini dipergunakan untuk menentang penjajahan.

Tahun 1905 kolonial Belanda mengeluarkan Bijblad Nomor 6200 tanggal 28 Nopember, yang intinya adalah melarang semua pegawai pemerintah dan priyayi pribumi

untuk tidak ikut serta membantu pelaksanaan zakat. 215 Tahun 1959 menteri keuangan RI. Memiliki gagasan dalam sebuah makalah untuk memasukkan zakat

sebagai salah satu komponen sistem perekonomian keuangan Indonesia, dan

214 Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam (Jakarta: UI Pres, 1988), h. 32-33. 215 Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam, h. 33.

pandangan yang sama juga pada kalangan anggota perlemen (DPRS) menginginkan agar zakat diatur dengan peraturan perundang‐undangan dan diurus oleh pemeritah atau

negara. 216 Tahun 1967 Pemerintah RI., dalam hal ini Menteri Agama telah menyiapkan

rancangan UU Zakat yang diajukan kepada pimpinan DPGR dengan surat Menteri Agama Nomor MA/ 095/1967 tanggal 5 Juli 1967. Dalam surat itu Menteri Agama antara lain menyatakan: “Mengenai rancangan undang‐undang zakat pada prinsipnya, oleh karena materinya mengenai hukum Islam yang berlaku bagi agama Islam, maka diatur dengan undang ‐undang, ketentuan hukum Islam tersebut harus berlaku bagi Umat Islam, dalam hal mana Pemerintah wajib membantunya. Namun demikian Pemerintah berkewajiban moril untuk meningkatkan manfaat dari pada penduduk Indonesia, maka inilah perlunya diatur 217 dalam undang‐undang.”

Berkaitan dengan rancangan UU Zakat itu, Menteri Agama mengirimkan juga kepada Menteri Sosial dan Menteri Keuangan, dengan surat Nomor MA/099/67 tanggal

14 Juli 1967. dalam surat Menteri Agama itu, Menteri Sosial diharapkan memberikan pendapat berupa saran dan tanggapan, karena zakat dilihat dari sisi penggunaannya juga untuk kepentingan dan tujuan sosial. Hal yang sama juga Menteri Agama mengharapkan Menteri Keuangan karena departemen ini mempunyai pengalaman dan wewenang dalam bidang pemungutan. Menteri yang terkahir ini menjawab dengan surat Nomor D. 15‐1‐5‐25, agar masalah zakat ditetapkan dengan Peraturan Menteri Agama. 218

Tahun 1968 dikeluarkan Peraturan Menteri Agama Nomor 4 Tahun 1968 (PMA) tentang Pembentukan Badan Amil Zakat. Pada tahun yang sama dikeluarkan PMA Nomor 5 Tahun 1968 tentang Pembentukan Baitul Mal. Baitul Mal yang dimaksud ini berstatus Yayasan dan bersifat semi resmi. Kedua PMA ini memiliki ikaitan yang erat dan Baitul Mal inilah yang menampung dan menerima zakat yang disetorkan oleh Badan

Amil 219 Zakat seper dimaksud PMA Nomor 4 Tahun 1968.

216 Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam, h. 35. 217 Departemen Agama RI., Pedoman Zakat, (Jakarta: Bagian Proyek Peningkatan Zakat

dan Wakaf, 2002), h. 285. 218 Departemen Agama RI., Pedoman Zakat, h. 285

219 Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam, h. 36-37.

Belum berselang lama pelaksanaan PMA di atas, keluarlah anjuran Presiden Soeharto dalam peringatan Isra’ Mi’raj tanggal 22 Oktober 1968 di Istana Negara

tentang pelaksanan zakat. Presiden dalam pidatonya, menganjurkan terwujudnya pengelolaan zakat secara sistimatis dan terorganisir. Secara pribadi

Presiden 220 menyatakan diri bersedia menjadi amil zakat tingkat nasional. Masih dalam tahun yang sama, Presiden mengeluarkan Surat Perintah Nomor

07/PRIN/10/1968 tanggal 31 Oktober 1968 dan menugaskan kepada Mayjen TNI Alamsyah Ratuprawiranegara, Kol. Azwar Hamid dan Kol. Ali Affandi untuk membantu dalam pelaksanaan seruan Presiden pada peringatan isra mi’raj. Seruan dan dorongan itu dikumandangkan kembali oleh Presiden pada sambutan pelaksanaan shalat Idul Fitri

21 221 Desember 1968 di halaman Istana Negara. Tahun 1969 dikeluarkan Instruksi Menteri Agama Nomor 1 Tahun 1969 tentang

Penundaan Peraturan Menteri Nomor 4 dan 5 Tahun 1968, sebagai akibat dikeluarkannya anjuran dan Surat Perintah Presiden RI Nomor 07/PRIN/10/1968 tanggal

31 Oktober 1968. Pada tahun ini pula dikeluarkan Keputusan Presiden Nomor 44 tertanggal

21 Mei 1969 tentang Pembentukan Panitia Penggunaan Uang Zakat yang diketuai oleh Menko Kesra KH. Idham Chalid. Tahun 1969 Menteri Agama mengeluarkan seruan Nomor 3 Tahun 1969, yang bermaksud agar mengirimkan hasil pengumpulan uang zakat kepada Jenderal Soeharto Presiden RI melalui rekening Giro Pos Nomor A.

10.00. 222 Tahun 1989 telah dikeluarkan Instruksi Menteri Agama Nomor 16 Tahun tanggal

12 Desember 1989, tentang Pembinaan Zakat, Infaq dan Shadaqah. Instruksi ini menetapkan seluruh jajaran Departemen Agama (KANWIL, KANDEPAG, KUA) membantu lembaga ‐lembaga keagamaan yang mengadakan pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah agar menggunakan uang hasil pengelolaannya untuk kegiatan pendidikan Islam dan lain‐ lain. 223

Tahun 1991 telah dikeluarkan Keputusan Bersama Menteri dalam Negeri dan Menteri Agama RI Nomor 29 dan 47 tahun 1991 tentang Pembinaan Badan Amil Zakat,

220 Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam, h. 37. 221 Departemen Agama RI., Pedoman Zakat, h. 286 222 Departemen Agama RI., Pedoman Zakat, h. 286 223 Departemen Agama RI., Pedoman Zakat, h. 287

Infaq dan Sedekah. Keputusan bersama ini ditindaklanjuti dengan Instruksi Menteri Agama Nomor 5 Tahun 1991 tentang Pedoman Pembinaan Teknis Badan Amil Zakat,

Infaq dan Sedekah. Selain itu terdapat Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 1989 224 tentang Pembinaan Umum Badan Amil Zakat, Infaq dan Sedekah.

Tahun 1999 telah disahkan UU Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat. Sebagai tindak lanjut UU ini Menteri Agama mengeluarkan Keputusan Nomor 581 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan UU Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, dan sebagai petunjuk teknis telah dikeluarkan Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji Nomor D/291 Tahun 2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat.

Tahun 2000 telah disahkan UU Nomor 17 Tahun 2000 tentang Perubahan Ke ga atas UU Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, yang di antaranya mengatur tentang pembayaran zakat yang dapat mengurangi penghasilan kena pajak.

Dilihat dari uraian kronologis terhadap peraturan perundang‐undangan mengenai pengelolaan zakat di Indonesia dalam kaitannya dengan Badan Amil Zakat Nasional, terdapat dua hal yang perlu dikemukakan: a. Badan Amil, bukan merupakan istilah baru dalam dunia perzakatan di Indonesia. Terbuk tahun 1968 dikeluarkan Peraturan Menteri Agama Nomor 4 Tahun 1968 (PMA) tentang Pembentukan Badan Amil Zakat. Dalam perkembangan selanjutnya, pidato Presiden Soeharto pada peringatan Isra’ Mi’raj kemudian menjadi pendorong terwujudnya Badan Amil Zakat pada berbagai provinsi dan dipelopori oleh Pemerintah DKI Jakarta. Istilah ini kemudian menjadi nama bagi sejumlah pengelola zakat di berbagai provinsi di Indonesia. Pada tahun 1968 terbentuklah Bazis DKI Jakarta, 1972 Kalimantan Timur, 1973 Sumatera Barat, 1974 Jawa Barat, 1975 Baz Provinsi Aceh, 1977 Kalimantan Selatan, 1985 Sulawesi Selatan. Menurut Daud Ali, Badan yang terbentuk itu, memiliki nama yang berbeda ‐beda namun pada dasarnya mengambil nama Baz, Bazis, Bazid (Badan Amil Zakat 225 dan Derma).

b. Perkembangan Kelembagaan, Visi dan Misi Badan Amil Zakat Nasional

1) Perkembangan Kelembagaan

224 Departemen Agama RI., Pedoman Zakat, h. 286 225 Badan Amil Zakat Nasional, Annual Report 2006, (Jakarta: Baznas, 2006), h. 18.

Dilihat dari sisi perkembangan Baznas, maka secara organisatoris telah dua kali mengalami pergantian kepengurusan. Yaitu periode I, 2001‐2004 ketua umum badan

pelaksanan, oleh Ahmad Subiyanto dan periode II, 2004‐2007 ketua umum badan pelaksananya, oleh Didin Hafidhuddin Ma’turidi.

2). Visi dan Misi Visi organisasi: ”Menjadi pusat zakat nasional yang memiliki peran dan posisi

yang sangat strategis di dalam upaya pengentasan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan melalui pengelolaan zakat nasional yang amanah, 226 profesional, efisien dan efektif berdasarkan syari’at Islam”.

Dalam visi ini mengandung arah organisasi yaitu Badan Amil Zakat Nasional selain melakukan kegiatan pengelolaan zakat juga ingin beperan lebih besar dalam penbangunan bangsa. Dengan kata lain, eksistensi Badan Amil Zakat Nasional tidak hanya sekedar melakukan fungsi konvensional yakni memenej pengelolaan zakat yang merupakan tugas utama tetapi juga ingin mengambil peran yang lebih luas dalam pembangunan bangsa, yaitu peningkatan kesejahteran masyarakat.

Misi yang dibangun Badan Amil Zakat Nasional yaitu: Meningkatkan kesadaran umat untuk berzakat melalui amil zakat, sekaligus

mengarahkan dan membimbing masyarakat untuk dapat mewujudkan kesejahteraan dan keadilan sosial.

a) Menjadi regulator zakat nasional

b) Menjadi koordinator badan Amil Zakat dan Lembaga Amil Zakat, melalaui upaya sinergi yang efektif

c) Menjadi pusat data zakat nasional

d) Menjadi pusat pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia zakat nasional. 227

c. Aspek Karakteristik

226 Badan Amil Zakat Nasional, Annual Report 2006, h. 17. 227 Badan Amil Zakat Nasional, Annual Report 2006, h. 18.

Yang dimaksud dengan karakteristik Badan Amil Zakat Nasional adalah ciri‐ciri yang dimiliki oleh lembaga ini yang membedakannya dengan lembaga pengelola zakat

lainnya. Karakteritik itu meliputi : Pertama, sisi dukungan yuridis formal. Dari sisi dukungan yuridis formal, yang kehadirannya didukung oleh UU NO. 38/1999 tentang Pengelolalan Zakat dan peraturan lainnya setingkat menteri, serta Kepres, menunjukkan bahwa Badan Amil Zakat Nasional secara politis memiliki posisi yang sangat strategis. Posisi ini secara yuridis formal, sebanding dengan badan‐badan dan lembaga yang dibentuk oleh pemerintah, seperti Badan Intelejen Negara (BIN), Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Kedua, sisi peran lembaga. Dengan dukungan yuridis formal, maka peran Badan Amil Zakat Nasional akan memberikan karakteristik tersendiri dibanding dengan pengelola zakat lainnya. Dengan begitu Badan Amil Zakat Nasional telah menetapkan peran‐peran strategis di antaranya sebagai kordinator pengelola zakat tingkat nasional bagi pengelola zakat. Ketiga, Dukungan politis. Keterlibatan presiden baik dalam berbagai forum yang diadakan oleh Badan Amil Zakat Nasional memberikan bukti bahwa secara politis kepala negara telah memberikan perhatian yang cukup signifikan bagi pengembangan Badan Amil Zakat Nasional. Keterlibatan presiden pada kegiatan yang dilakukan oleh Badan Amil Zakat Nasional di antaranya, 228 pencanngan gerakan sadar zakat oleh presiden, penyerahan zakat pribadi presiden 229 kepada Badan Amil Zakat Nasional dan sejumlah pejabat negera.

2. Sumber‐Sumber Penghimpunan Dana Badan Amil Zakat Nasional Sumber ‐sumber penghimpunan dana Badan Amil Zakat Nasional meliputi:

zakat, infak, sedekah, program kerjasama, infak operasional serta subsidi Departemen Agama

1: Penerimaan Badan Amil Zakat Nasional Tahun 2005‐2006

Tabel

Pemasukan 2005 2006 Zakat 2.540.588.847 4.825.501.587

228 Achmad Subianto, Ketua Umum Badan Amil Zakat Nasional 2001-2004 Pidato Serah Terima, h. 4.

229 Badan Amil Zakat Nasional, Annual Report 2006, h. 28-30.

Infak 704.608.282

Infak Muqayyad

Infak Pemerintah

Infak Operasional

490.303.000 Jumlah 31.411.280.242 19.912.966.587

Sumber: Data Laporan Pertanggungjawaban

Pengurus Badan Amil Zakat Nasional 2007

Dalam tabel di atas tentang penerimaan Badan Amil Zakat Nasional untuk tahun 2005 ‐2006 dalam setiap sektor relatif mengalami perbedaan. Untuk sektor zakat pada 2006 dimaksud telah mengalami peningkatan penerimaan. Khusus pengaruh musibah tsunami 2005 yang telah melanda kawasan Aceh telah mengetuk banyak pihak untuk menyalurkan infaknya guna membantu korban tsunami. BUMN Peduli, UPZ dan lembaga ‐lembaga lainnya mempercayakan penyalurannya melalui Baznas, sehingga pengumpulan infak muqayyadah di tahun 2005 melonjak dibandingkan tahun sebelum dan sesudahnya. Pengaruh gempa di Yogya tahun 2006, memberikan pengaruh besar juga bagi pengumpulan infak muqayyadah. Tahun 2007 musibah banjir yang melanda sejumlah daerah, tetapi tidak terlalu memberikan pengaruh yang besar bagi pengumpulan 230 infak muqayyadah.

Untuk pemasukan dari pos infak, biasanya dilakukan oleh perorangan dan diserahkan kepada Badan Amil Zakat Nasional tanpa menyebut sasaran peruntukannya

secara khusus. Waktu penyerahan dana infak ke Badan Amil Zakat Nasional biasanya diinfakkan 231 pada saat muzaki membayar zakat.

Infak pemerintah merupakan subsidi Departemen Agama, dan hal ini perwujudan UU NO. 33/1999 tentang Pengelolaan Zakat, yang menetapkan bahwa

(pasal

23) ”Dalam menunjang pelaksanaan tugas badan amil zakat sebagaimana

230 Laporan Pertanggungjawaban Pengurus Badan Amil Zakat Nasional, 2007, h. 6. 231 Wawancara Pibadi dengan Ahmad Sholeh, Staf Divisi Pengumpulan Pengurus

Pelaksana Harian BAZNAS, Jakarta, 21 September 2007.

dimaksud dalam pasal 8, pemerintah wajib membantu biaya operasional badan amil zakat.” Secara subtan f, pasal ini dijabarkan oleh Kepres No. 8/2001 tentang Badan Amil

Zakat Nasional, pasal 17 ”Segala pembiayaan yang diperlukan bagi pelaksanaan tugas Badan Amil Zakat Nasional dibebankan pada Anggaran Departemen Agama.”

3. Pelaksanaan Program Badan Amil Zakat Nasional

a. Penanggulangan Sektor Bencana Dalam pelaksanaan program Badan Amil Zakat Nasional dilihat dari sisi

pelaksana, maka menganut tiga pola. Pertama, pola kemitraan eksternal, yaitu suatu program yang dikerjakan oleh Badan Amil Zakat Nasional dengan mitra lembaga lain, misalnya, BUMN atau Forum zakat. Dalam prakteknya, sebelum program dilakukan, Badan Amil Zakat Nasional membuat proposal program dan kemudian diajukan kepada lembaga tertentu untuk diajak bermitra. Kedua, Badan Amil Zakat Nasional sebagai pelaksana tunggal. Yaitu suatu program, Badan Amil Zakat Nasional sebagai inisiator dan juga

sebagai pelaksana. 232 Dilihat dari sisi bentuk program, meliputi. Pertama, kemanusiaan. Yang

dimaksud dengan program kemanusiaan menurut Badan Amil Zakat Nasional adalah pemberian bantuan untuk meringankan masyarakat yang terkena bencana seperti seperti evakuasi, penyediaan logistik, pelayanan kesehatan dan rehabilitasi tempat. Juga 233 bantuan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan asasi masyarakat. Dilihat dari sisi objeknya, bantuan ini ditujukan untuk masyarakat

yang terkena musibah, maupun masyarakat yang tidak dilanda bencana tetapi mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pokok mereka. Dalam tahun 2006, Badan Amil Zakat Nasional telah melakukan bantuan kemanusian pada berbagai tempat di Indonesia

1). Gempa Bumi Yogyakarta dan sekitarnya Gempa yang terjadi 27 Mei 2006 di Yogyakarta telah memberikan dampak

negatif bagi kehidupan masyarakat setempat. Badan Amil Zakat Nasional telah melakukan program kemanusiaan meliputi pemberian kebutuhan pokok, pemasangan

232 Wawancara Pribadi dengan M. Fuad Nasar, Anggota Divisi Pendistribusian Pengurus Badan Pelaksana BAZNAS, Jakarta, 20 September 2007.

233 Badan Amil Zakat Nasional, Annual Report 2006, h. 34.

tenda darurat, mendatangkan guru bantu, siraman rohani di Dusun Dahrono Kab. 234 Bantul. Sedang di Wonokromo, Badan Amil Zakat Nasional bekerjasama dengan PT.

Permodalan Nasional Madani (PNM) telah menyalurkan bantuan berupa penyediaan sekolah tenda dan fasilitasnya untuk menggan kan 6 lokal kelas yang hancur. Konstruksi bangunan berupa, material kayu meranti, atap seng dengan dinding ethernik telah dibangun 235 dalam waktu lima hari dengan dukungan 20 pekerja lokal.

2). Banjir Bandang di Sinjai Pada tanggal 20 Juni 2006, terjadi bencana tanah longsor pada tujuh kecamatan

di Kabupaten Sinjai Sulawesi Selatan. Korban bencana ini menelan rumah penduduk, sarana pendidikan, korban jiwa, ratusan hektar. Terdapat lima kecamatan yang terkena musibah yaitu: Kecamatan Sinjai Utara, Sinjai Selatan, Sinjai Tengah, Sinjai Timur, Tellulimpoe. Tim kemanusiaan Badan Amil Zakat Nasional melakukan pendistribusian logistik, pelayanan kesehatan. Selain bersifat pelayanan, tim Badan Amil Zakat Nasional juga melakukan kegiatan pengkordinasian antar lembaga pengelola zakat dan lembaga swadaya

masyarakat, guna distribusi bantuan dan pelayanan yang efektif. 236 3). Gempa Pangandaran

Tahun 2006 telah terjadi gempa yang diiringi dengan tsunami di Desa Sindangwangi, Desa Bukit Babakan serta 7

k pada Kecamatan Pangandaran serta sepanjang pantai selatan Jawa, Ciamais, Cilacap, Garut, Tasikmalaya, Kebumen, Bantul dan Gunung Kidul. Tim kemanusiaan Badan Amil Zakat Nasional telah memberikan bantuan kepada korban gempa di Desa Sindangwangi, Desa Bukit Babakan, Cimeret, Parigi, Sidomulyo, Silujang, Kalipulang dan Legok

Jawa. 237 Bantuan diberikan berupa layanan kesehatan. 4). Pelayanan Gizi Anak Gunung Sitoli

Pulau Nias di Provinsi Sumatera Utara, merupakan daerah yang terkena bencana tsunami pada tahun 2004 dan 2005. Pasca tsunami, kehidupan sosial ekonomi pada lokasi dimaksud sangat memperihatinkan. Tim Badan Amil Zakat Nasional melakukan

234 Badan Amil Zakat Nasional, Annual Report 2006, h. 37. 235 Badan Amil Zakat Nasional, Annual Report 2006, h. 36. 236 Badan Amil Zakat Nasional, Annual Report 2006, h. 38. 237 Badan Amil Zakat Nasional, Annual Report 2006, h. 40.

pemberian bantuan dengan kerjasama Islamic Develompment Bank (IDB). Bantuan yang diberikan berupa membagikan makanan tambahan untuk anak usia 12 tahun sebanyak

2.409 238 anak di 16 desa di Kecamatan Sunung Sitoli. 5). Bingkisan Lebaran

Pada tahun 2006 Badan Amil Zakat Nasional melakukan program kemanusiaan dengan nama kegiatan “bingkisan lebaran ceria”. Kegiatan ini bertujuan untuk meringankan beban kehidupan para duafa serta dai agar mereka dapat menyambut hari lebaran dengan kegembiraan. Untuk itu, tim Badan Amil Zakat Nasional tahun 2006 membagikan 10.000 paket sembako kepada mereka di daerah terpencil pada 33 provinsi 239 di seluruh Indonesia.

Untuk sektor kemanusiaan sebagaimana terlihat dalam tabel delapan (8) bahwa pada tahun 2006 dilihat dari sisi sebab bantuan pada dasarnya ada dua yaitu, untuk meringankan beban korban bencana alam dan kelompok miskin yang tidak terkena bencana alam.

b. Sektor Ekonomi Produktif 1). Pemberdayaan Perempuan Danau Maninjau Badan Amil Zakat Nasional bekerjasama dengan Korps Perempuan Dakwah

Islamiyah (KPMD) yang telah diserifikasi menjadi unit salur zakat dan bertindak sebagai lembaga pendamping. Bentuk perekonomian yaitu kaum perempuan melakukan penangkapan ikan, pengolahan dan pengemasan. Selanjutnya, ikan‐ikan itu dipasarkan ke

toko‐toko yang menjual makanan khas daerah yang telah diorganisir oleh koperasi. 240 Program ini berlangsung di Nagari Jorang Sasar, Kec. Tanjung Kab. Agam

Sumatera Barat, yang pelaksana program merupakan mustahik yang memperoleh dana

238 Badan Amil Zakat Nasional, Annual Report 2006, h. 40. 239 Badan Amil Zakat Nasional, Annual Report 2006, h. 41. Menurut Fuad, bencana

mengantar seseorang untuk mencapai sesuatu, namun dalam kenyataannya terdapat juga mustahik yang tidak dilanda bencana tetapi mengalami kesulitan dalam melaksanakan ”ibadah” dan aktifitas lainnya. Bagi BAZNAS,kedua model ini diberikan bantuuan kemanusiaan. Wawancara Pribadi dengan M. Fuad Nasar, Anggota Divisi Pendistribusian Pengurus Badan Pelaksana BAZNAS, Jakarta, 20 September 2007..

240 Badan Amil Zakat Nasional, Annual Report 2006, h. 42. Program ini mendorong perempuan untuk berusaha secara ekonomi dan tetap memperhatikan kewajibannya sebagai ibu

rumah tangga. Wawancara Pribadi dengan M. Fuad Nasar, Anggota Divisi Pendistribusian Pengurus Badan Pelaksana BAZNAS, Jakarta, 20 September 2007..

zakat. Laba bersih menjadi milik mustahik yang sebelumnya dibayar 10 % kepada pendamping (KPMDI). Selanjutnya, dana bantuan yang kembali, akan digulirkan oleh

Badan Amil Zakat Nasional kepada mustahik yang lain melalui program yang sama. Dalam pelaksanaannya, program ini telah dievaluasi oleh Badan Amil Zakat Nasional pertiga 241 bulan.

2) Pemberdayaan Peternak Domba Cililin Program ini merupakan upaya peningkatan kehidupan ekonomi wali santri yang

hidup dalam kelompok mustahik melalui kerjasama Badan Amil Zakat Nasional dengan Pondok Pesantren Dâr al‐Najâh Cipining Bogor. Proyek ini melibakan Pondok Pesantren sebagai penanggungjawab dan pendamping dengan tugas antara lain memilih wali santri yang dipandang layak sebaga calon pekerja; mengawasi jalannya proyek; sedang wali santri bertindak sebagai pekerja yakni pemelihara kambing dan Badan Amil Zakat

Nasional 242 sebagai penyedia kambing. Pola pembagian hasil dilakukan dengan cara: (a) Pengembalian modal awal (berupa harga kambing) ke pihak pendamping; (b) Hasil

penjualan induk itu yang berumur pemeliharaan empat semester, akan dibagi dua dengan pendamping dan pekerja (mustahik); (c) Pendamping dan pekerja (mustahik) memperoleh masing‐masing lima puluh prosen dari hasil penjualan anak kambing; (d) Dana penjualan induk kambing yang diterima pendamping akan digulirkan lagi yang sebelumnya 243 dibelikan kambing kepada mustahik lainnya.

c Pengembangan Ekonomi Masyarakat. Yang dimaksud dengan pengembangan ekonomi, menurut Badan Amil Zakat

Nasional adalah ”melakukan pemberian modal dan pendampingan usaha kepada kelompok tertentu, agar mereka dapat melakukan kegiatan ekonomi yang dapat mendorongnya 244 untuk mandiri.” Untuk tahun 2005 Badan Amil Zakat Nasional telah melakukan pengembangan ekonomi melalu dua bentuk kegiatan: bantuan modal dan pendampingan untuk kelompok usaha mustahik produktif dengan hibah dan pembiayaan kebajikan (al‐Qard al‐Hasan). Bantuan pembayaran premi asuransi pembiayaan untuk mustahik produktif, agar bisa mendapatkan pembiayaan dari lembaga keuangan mikro syari’ah tanpa agunan. Kelompok usaha yang telah menjadi

241 Badan Amil Zakat Nasional, Annual Report 2006, h. 42. 242 Badan Amil Zakat Nasional, Annual Report 2006, h. 43. 243 Badan Amil Zakat Nasional, Annual Report 2006, h. 43. 244 Badan Amil Zakat Nasional, Annual Report 2006, h. 46.

mitra di antaranya pengrajin tas di Bogor, pemulung sampah plastik, peternak domba, 245 pedagang pasar Serpong.

Untuk sektor pengembangan ekonomi bagi mustahik, Badan Amil Zakat Nasional berpandangan bahwa faktor kesehatan mempunyai posisi penting bagi seseorang dalam memenuhi kebutuhan ekonomi. Menurutnya, seorang yang sakit, maka ia akan terhalang untuk bekerja dan juga ia akan mengeluarkan biaya kesehatan. Berkaitan dengan biaya kesehatan, maka dalam hal tertentu, seseorang pedagang kaki lima akan mengeruk tabungan untuk biaya pengobatan dan dalam kondisi demikian, maka sangat mempengaruhi 246 modal kerjanya. Berkaitan dengan kesehatan, Bagi Badan Amil Zakat menilai program ini penting dilakukan karena memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan upaya pemenuhan kebutuhan lainnya bagi mustahik seperti pekerjaan.

d. Pembinaan Sektor Kesehatan Dalam rangka program kesehatan ini, Badan Amil Zakat Nasional telah

mengusung nama ”Unit Kesehatan Keliling.” UKK memberikan pelayanan kesehatan secara gratis kepada keluarga pra sejahtera, yang tidak terjangkau sarana kesehatan. Menurut Baznas, UKK ini diberikan kepada mustahik untuk 15

247 wilayah kecamatan di Jadebotabek selama tujuh hari dalam seminggu. Untuk pengembangan program ini, maka Badan Amil Zakat Nasional

menyiapkan program ”Dokter Keluarga Pra Sejahtera (DKPS)” ke wilayah pra sejahtera tersebut. Selanjutnya UKK dialihkan ke wilayah lain. Selain program ini, kini Badan Amil Zakat Nasional telah mengembangkan program rumah sakit gratis untuk para mustahik yang 248 berlokasi di Ciputat.

245 Badan Amil Zakat Nasional, Annual Report 2006, h. 46. 246 Pandangan BAZNAS tentang kesehatan selengkapnya dalam kutipan: ”Bagi pekerja harian (Pedagang keliling, buruh, tukang becak dan pekerja sektor informal lainnya) menderita sakit, adalah musibah besar. Karena selain kehilangan kesempatan untuk mendapatkan penghasilan, dia bahkan harus mengeluarkan uang untuk biaya pengobatannya. Jika tidak ada tabungan, maka modalnyapun tersedot, bahkan tidak jarang harus berhutang. Sehingga semakin bertambahlah kemiskinannya.”

247 Badan Amil Zakat Nasional, Annual Report 2006, h. 44. juga pada Baznas News No. 01/08, h. 7. .

248 Badan Amil Zakat Nasional, Annual Report 2006, h. 44.

Badan Amil Zakat Nasional sejak berdirinya sampai dengan Januari 2008 M/ 249 Muhamarram 2009 H telah melayani 20.367 jiwa dalam program UKK.

e. Pembinaan Sektor Pendidikan Untuk mendukung pengembangan sumber daya manusia, maka Badan Amil

Zakat Nasional mengembangkan pogram peningkatan kualitas SDM. Menurutnya, sumber daya manusia memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan masa depan bangsa. Baginya, pendidikan memiliki posisi penting dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan akan memberikan bekal kepada mustahik untuk 250 bersaing dalam dunia kerja.

Wujud program ini meliputi: beastudi untuk siswa tidak mampu, bantuan sarana belajar mengajar bagi sekolah tidak mampu serta pelatihan bagi guru IPA untuk madrasah. Untuk pendidikan kader pemimpin bangsa pada mahasiswa dikembangkan di Jakarta, Bandung, Makasar, Surabaya dan Yogyakarta, yang pada pelaksanaannya bekerjasama

dengan Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Strategis. 251 Kerja sama Badan Amil Zakat Nasional dengan Dompet Dhuafa dilakukan untuk

mendukung pengelolaan sekolah ”Smart Ekselensia” yaitu sekolah unggulan untuk anak‐ anak 252 miskin yang berprestasi, setingkat SMP dan berlokasi di Parung.

e. Sinergi Antar Lembaga dalam Peningkatan Kesejahteraan Umat 1). Sesama Pengelola Zakat

249 Badan Amil Zakat Nasional, BAZNAS NEWS, Edisi Muharram 1429 H, (01 2008) h.

7. 250 Pandangan Badan ini terhadap pendidikan terlihat pada :

”... masa depan bangsa sangat tergantung pada kualitas sumber daya manusianya. Pendidikan adalah cara untuk mengubah nasib bangsa. Namun bagi kalangan tertentu pendidikan merupakan sebuah kemewahan yang seringkali hanya terjangkau dalam mimpi. Sehingga dengan keterbatasan kompetensi dengan persaingan pasar tenaga kerja yang semakin tinggi, roda nasib mereka tidak pernah bergerak. Tetap berhenti di bawah.” Badan Amil Zakat Nasional, Annual Report 2006, h. 45

251 Badan Amil Zakat Nasional, Annual Report 2006, h. 45 252 Badan Amil Zakat Nasional, Annual Report 2006, h. 45. Program ini merupakan

upaya Badan Amil Zakat Nasional untuk mengembangkan harapan Badan Usaha Milik Negara dalam keterlibatannya dalam secara material dalam kegiatan sosial ekonomi. Wawancara Pribadi dengan M. Fuad Nasar, Anggota Divisi Pendistribusian Pengurus Badan Pelaksana BAZNAS, Jakarta, 20 September 2007..

Sinergi Center. Sinergi Center merupakan upaya media koordinasi dan publikasi yang dibentuk oleh Badan Amil Zakat Nasional dengan Lembaga Amil Zakat serta Forum

Zakat agar tercipta gagasan untuk membuat bantuan‐bantuan terhadap masyarakat yang tertimpa bencana di Yogyakarta dan sekitarnya.

Media ini telah mendapat bantuan untuk masyarakat Yogya dan sekitarnya. Untuk masyarakat Prambanan telah diperbaiki rumah sebanyak 130 warga, yang merupakan

bantuan dari PT. Permodalan Nasional Madani. 253 Pada tabel dua puluh sembilan (29) tentang program sinergi center Badan Amil

Zakat Nasional terlihat bahwa jenis aktivitas mencakup koordinasi antar lembaga pengelola zakat (LAZ) dan forum organisasi zakat (FOZ), bantuan perbaikan rumah. Sedangkan lokasi program untuk Yogykarta dan sekitarnya.

Salah satu wujud kemitraan, Badan Amil Zakat Nasional bekerjasama dengan Dompet Dhuafa Republika (DDR). Pertimbangan kerjasama didasarkan: (a) Kesamaan fungsional kelembagaan; (b) Pengembangan manajemen. Yang pertama dimaksudkan kedua lembaga ini secara fungsional ”memperjuangkan” zakat sebagai instrumen kesejahteraan yang modern dengan berbagai program yang telah dikembangkan dan yang kedua, keinginan untuk mengembangkan manajemen sebagai bagian pencapaian tujuan 254 kelembagaan.

2) BUMN BUMN Peduli. Pada tahun 2005 Badan Amil Zakat Nasional terpilih sebagai mitra BUMN Peduli, untuk menangani bencana di Aceh Darussalam (2005),

banjir bandang di Jember dan gempa bumi di Yogyakarta 2006. Program ini menghasilkan dua bidang kegiatan, pendidikan dan ekonomi. Bidang Pendidikan, yaitu pemberian bantuan biaya pendidikan Rp. 350.000 perorang perbulan untuk 125 orang selama setahun. Bantuan dua buah asrama dan perlengkapannya. Untuk pendidikan tinggi, bantuan diberikan kepada 11 orang mahsiswa berupa beasiswa sebesar Rp.

4900.000 255 perorang perbulan sampai sarjana.

253 Badan Amil Zakat Nasional, Annual Report 2006, h. 52. 254 Wawancara Pribadi dengan Broto Santoso, Supervisor HRD Pengurus Pelaksana

Harian Badan Amil Zakat Nasional, Jakarta, 10 Oktober 2007. 255 Badan Amil Zakat Nasional, Annual Report 2006, h. 48.

Untuk bidang ekonomi, mencakup pembangunan pasar tradisional sebanyak 114 kios, pela han dan pemberian modal ternak ayam, modal usaha untuk pengusaha

kecil,pelatihan dan modal kerja untuk bengkel motor, yang kesemuanya dilaksanakan di Banda 256 Aceh.

Selain kegiatan tersebut BUMN Peduli melalui mitranya Badan Amil Zakat Nasional telah melakukan penyertaan modal usaha sebesar Rp. 640.000 pada Bait Qiradh Bait al‐Rahmân Badan Amil Zakat Nasional Madani yang berlokasi di Masjid Baitul al‐Rahmân Banda Aceh yang sebelumnya asetnya hancur dan sekitar 80 % nasabahnya menjadi korban tsunami. Per 31 Desember 2005 asetnya menjadi Rp. 8 Milyar 257 dan membukukan laba bersih Rp. 150 Juta.

Untuk usaha penjualan barang kebutuhan pokok di Yogyakarta Badan Amil Zakat Nasional sebagai mitra BUMN Peduli meluncurkan Madani Mart pada Agustus 2005 dan pada 2006 telah menjadi grosir barang‐barang kebutuhan pokok. Untuk bantuan kemanusiaan, BUMN Peduli melalui mitranya Badan Amil Zakat Nasional membuka posko bantuan di Yogyakarta, yang memberikan bantuan evakuasi, logistik dan 258 pelayanana kesehatan.

Dari tabel dua puluh ga (23) tentang program peduli Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dimitrakan dengan badan Amil Zakat Nasional pada tahun 2005 dan 2006 menunjukkan bahwa dilihat dari sisi : (a) lokasi program menunukkan hanya terbatas pada daerah bencana yakni Aceh dan Yogyakarta dan (b) keberlanjutan program, maka untuk tahun 2006 masih merupakan rangkaian dari program tahun sebelumnya (2005) yaitu bidang pendidikan dan ekonomi. Khusus untuk bidang sosial, untuk bencana Yogyakarta, ditujukan pada tahun 2006 saja.

3) SIKIB SIKIB merupakan program kerjasama Badan Amil Zakat Nasional dengan

Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB). Program ini bertujuan untuk membantu korban bencana alam tsunami yang terjadi di Aceh Darussalam khusususnya

256 Badan Amil Zakat Nasional, Annual Report 2006, h. 48. 257 Badan Amil Zakat Nasional, Annual Report 2006, h. 48. 258 Badan Amil Zakat Nasional, Annual Report 2006, h. 48 256 Badan Amil Zakat Nasional, Annual Report 2006, h. 48. 257 Badan Amil Zakat Nasional, Annual Report 2006, h. 48. 258 Badan Amil Zakat Nasional, Annual Report 2006, h. 48

Program ini telah memberikan bantuan berupa perlengkapan asrama dan sekolah TK dan SD di Aceh Darussalam. Bantuan perlengkapan itu untuk memenuhi keperluan dua buah asrama, enam ruang kelas, gedung serbaguna. Bantuan yang lain berupa pemberian biaya hidup dan pendidikan sebesar Rp. 350.000 peranak perbulan untuk

150 anak. 260

Tabel 2: Program Mitra Solidaritsa Isteri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB) dan Badan Amil Zakat Nasional

Jenis Program

Tahun 2005

Tahun 2006

(Lokasi Program)

(Lokasi Program)

Banda Aceh Asrama dan Sekolah TK dan SD

Bantuan Perlengkapan ‐

Bantuan Biaya Pendidikan TK ‐ Banda Aceh dan SD

Bantuan Geduang Serbaguna ‐ Banda Aceh Dar al‐Hijrah SMP

259 Badan Amil Zakat Nasional, Annual Report 2006, h. 50. Menurut Fuad, program ini merupakan salah satu bentuk kepedulian kelompok elit bangsa Indonesia terhadap sesama.

Wawancara Pribadi dengan M. Fuad Nasar, Anggota Divisi Pendistribusian Pengurus Badan Pelaksana BAZNAS, Jakarta, 20 September 2007..

260 Badan Amil Zakat Nasional, Annual Report 2006, h. 50.

Sumber: Anual Report Badan Amil Zakat Nasional 2006

Pada tabel di atas tentang program kerjasama SIKIB dan Badan Amil Zakat Nasional terlihat bahwa program hanya diberikan pada tahun 2006. Sedangkan dari sisi lokasi program hanya berbatas pada daerah Banda Aceh. Adapun dari sisi bidang program secara umum ditujukan pada pengembangan fasilitas pendidikan dasar.

4) Program Perbankan Syari’ah Peduli Umat (PSPU). Program PSPU merupakan kerjasama Badan Amil Zakat Nasional dengan

perbankan, khususnya perbankan syari’ah yang dilaksanakan 25 Oktober 2005 oleh Deputi Gubernur Bank Indonesia. Program ini diikuti oleh 13 bank Syari’ah yang berkantor 261 pusat di Jakarta dan Bandung.

Program PSPU telah memberikan bantuan kepada masyarakat Yogyakarta dan Klaten berupa makanan, tenda, pakaian, obat‐obatan, pelayanan kesehatan. Untuk program perbaikan rumah dipilih Dusun Dahromo sebagai percontohan. Pemilihan ini didasarkan karena 95 % fasilitas umum dan warga mengalami kehancuran akibat gempa. Bantuan yang diberikan di Dusun ini berupa perbaikan rumah 34 warga, pembangunan sekolah semi permanent untuk tingkat SD Muhammadiyah Dahrono, beastudi dan perlengapan sekolah untuk 187 siswa SD selama 6 bulan, pembayaran honorarium guru selama 6 bulan, pembangunan klinik semi permanent serta bantuan modal kerja sebesar Rp. 500.000 perbulan

kepada

225 waga dusun. 262

Dari tabel dua puluh empat (24) program perbankan syari’ah peduli umat Badan Amil Zakat Nasional terlihat bahwa lokasi program hanya ditujukan pada daerah Yogyakarta dan sekitarnya. Sedangkan untuk bidang program selain bidang ekonomi berupa pemberian bantuan modal kerja, secara umum program ini bersifat kemanusiaan dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat.

5) Bedah Kampung.

261 Badan Amil Zakat Nasional, Annual Report 2006, h. 51. Menurt data, samapi tahun 2007 terdapat tiga Bank Umum Syari’ah (BUS yaitu Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank

Syari’ah Mandiri (BSM), Bank Syari’ah Mega Indonesia (BSMI). Sementara 26 buah unit usaha syari’ah (USS) dan 114 BPR (Bank Perkreditan Rakyat). Direktori Syari’ah 2008, (Jakarta: Republika, 2008), h. 4.

262 Badan Amil Zakat Nasional, Annual Report 2006, h. 51.

Program ini berjalan tahun 2006 bertepatan pada Hari Keluarga Nasional. Departemen Dalam Negeri sebagai inisiator program telah melakukan perbaikan di

Kampung Cipambuan Kab. Bogor. Dalam program ini, Badan Amil Zakat Nasional berpartisipasi melakukan perbaikan pada mushallah dan Madrasah Ibtidaiyah, pemberian beastudi kepada siswa, pelatihan dan

bemberian 263 modal kerja kepada pemuda putus sekolah.

f. Pengembangan Promosi Program dalam Manajemen Pendayagunaan Zakat

Dalam rangka pengembangan komunikasi antara Badan Amil Zakat Nasional dan masyarakat dalam pendayagunaan zakat, maka badan ini melakukan promosi kegiatan. Pertama, membangun isu. Menurut Fuad pada tahun 2007 Badan Amil Zakat Nasional telah melakukan upaya‐upaya revisi isu, dengan tidak hanya menjadikan lembaga ini terkesan sebagai milik mustahik dan muzakki, tetapi menampilkan dirinya dengan penekanan pada fungsi mengatasi problema sosial kemasyarakatan. Menurut Fuad isu yang dibangun adalah Indonesia sehat, Indonesia cerdas, Indonesia taqwa, Indonesia makmur,

Indonesia peduli. 264 Kedua membentuk program. Kelima isu itu diwujudkan dalam program‐program

tertentu. Misalnya, Indonesia cerdas, badan ini menginginkan agar dalam satu keluarga terdapat seorang sarjana. Ide ini dimaksudkan agar tercipta kesadaran bagi masyarakat untuk mengembangkan pendidikan melalui Badan Amil Zakat Nasional. Indonesia peduli, dimaksudkan agar masyarakat memiliki kepedulian sosial atas berbagai bencana dan masalah kemanusiaan yang melanda bangsa Indonesia, dengan memberikan bantuan pendanaan pada Badan Amil Zakat Nasional Sementara itu Indonesia sehat dimaksudkan agar masyarakat memiliki partisipasi dalam pengembangan kesehatan masyarakat 265 melalui pemberian dana kepada BAZNAS.

Ketiga, sinergi program. Untuk mengembangkan program ini, Badan Amil Zakat Nasional telah bekerjasama dengan instansi tertentu. Misalnya, program Indonsia cerdas telah bekerja sama dengan Menteri Pendidikan Nasional dan sebelas perguruan

263 Badan Amil Zakat Nasional, Annual Report 2006, h. 53. 264 Wawancara Pribadi dengan M. Fuad Nasar, Anggota Divisi Pendistribusian Pengurus

Badan Pelaksana Badan Amil Zakat Nasional, Jakarta, 10 Mei 2008. 265 Wawancara Pribadi dengan M. Fuad Nasar, Anggota Divisi Pendistribusian Pengurus

Badan Pelaksana Badan Amil Zakat Nasional, Jakarta, 10 Mei 2008.

tinggi negeri se Indonesia. 266 Upaya ini dilakukan dengan menyiapkan dana beasiswa oleh Badan Amil Zakat Nasional kepada mahasiwa

baru 267 yang lulus ujian seleksi masuk perguruan tinggi negeri. Mencermati program di atas, menurut Fuad Nasar, secara esensial program ini

merupakan pengembangan dari program yang ada sebelumnya seperti pada bidang pendidikan dan ekonomi. Walaupun demikian, menurutnya, dilihat dari sisi komunikasi yang terbangun dari program ini, dipandang sangat efektif. Argumen yang dikemukakan, yaitu program ini memudahkan masyarakat untuk menghapal nama program 268 dan selanjutnya mengingat dan bertindak melalui pemberian pendanaan. Kemudahan menghapal nama program bagi masyarakat, menurut Fuad, karena secara sosiologis bangsa Indonesia ditimpa berbagai krisis dan program ini merupakan bagian dari solusi krisis. Selanjutnya, dengan nama program ini memberikan dampak psikologis bagi masyarakat yaitu ikut serta merasakan dampak krisis‐krisis dimaksud. Selain itu, dengan nama program dimaksud secara tidak langsung menggambarakan harapan yang akan

dicapai dalam program‐program Badan Amil Zakat Nasional dimaksud. 269 Pengembangan promosi program di atas, menunjukkan bahwa Badan Amil Zakat

Nasional, berusaha mengembangkan penggalangan dana zakat melalui pembuatan program yang dipandang layak jual dan strategis. Program ini dilihat dari sisi aspek pendayagunaan zakat, menunjukkan bahwa secara tidak langsung Badan Amil Zakat Nasional mempromosikan kepada masyarakat akan tujuan yang akan dicapai dalam program ini.