Kerangka Konseptual Implementasi Multiple Intelligences.

2. Kerangka Konseptual Implementasi Multiple Intelligences.

Dalam proses pembelajaran, pendidik berusaha memahami kemampuan dan kepribadian siswa agar tujuan dapat tercapai yaitu mengubah tingkah laku baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, atau bahkan meliputi segenap aspek kepribadian. Untuk menyesuaikan dan mengembangkan berbagai kecerdasan anak maka pembelajaran akan lebih efektif, efisien dan produktif apabila dalam proses pembelajaran dikemas dalam suasana yang menyenangkan.

Implementasi multiple intelligences di SD Muhammadiyah 1 Alternatif dan SDIT Ihsanul Fikri secara umum adalah strategi pengkondisian suatu proses pembelajaran yang menerapkan PAKEM

(Pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan). Guru dituntut benar-benar kreatif dalam mengemas metode-metode yang efektif dan efisien serta menyenangkan. Kerangka konseptual implementasi multiple intelligences dalam pembelajaran sebagai berikut:

a. SD Muhammadiyah 1 Alternatif Kota Magelang

Implementasi multiple intelligences secara garis besar meliputi tahapan-tahapan input, proses dan output. Tahap input yang dilakukan adalah mengidentifikasi intelligences primer setiap anak didik yang dilakukan dengan cara mengobservasi perilaku siswa baik di kelas atau di luar kelas. Untuk tahap input, anak masuk dari TK ke SD ada semacam tes psikologi untuk mengetahui kesiapan belajar anak dan tes ini dilaksanakan bekerjasama dengan fakultas psikologi Universitas Muhammadiyah Magelang. Untuk kelas 2 - 6 awal penjajagan dikelompokkan berdasarkan kecerdasan logis matematis yaitu dengan melihat nilai mata pelajaran matematika dan sains untuk mempermudah pengelolaan dalam pembelajaran di kelas.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Salamun, S.Ag, M.Pd.I selaku kepala sekolah SD Mutual Kota Magelang: “Untuk tahap awal perekrutan, kami mengadakan tes psikologi bagi

anak untuk mengetahui kesiapan belajar anak yang dilaksanakan dengan menjalin kerjasama Fakultas psikologi UMM. Untuk kenaikan kelas 2 – 6 pengelompokan berdasarkan kecerdasan logis matematis untuk memudahkan dalam pengelolaan kelas.

Pengelompokan belum mencakup seluruh kecerdasan karena kendala SDM yang belum siap.” 9

Hal senada juga disampaikan oleh Bapak Mustaqim, S.Pd.I selaku waka kurikulum: “Untuk tahap awal kita menggunakan tes psikologi dan untuk

kenaikan kelas sudah berdasarkan logis matematis. Pengelompokan baru berdasarkan logis matematis saja karena kendala SDM yang

belum mencukupi, sarana prasarana masih kurang.” 10 Jadi tahap awal perekrutan di SD Mutual ini menggunakan tes

psikologi, kenaikan kelas baru berdasarkan kecerdasan logis matematis. Belum menekankan pada kelas-kelas berdasarkan kecerdasan masing-masing siswa karena kendala SDM yang belum siap.

Tahap kedua adalah tahap proses. Setelah anak terdeteksi dalam tahap primer, hal ini dikomunikasikan antar guru. Untuk pelaksanaan pembelajaran di kelas sebagai pedoman menyusun rencana pembelajaran yang dapat mengembangkan beberapa intelligensi. Selain menyusun RPP, guru juga memilih strategi pembelajaran yang dapat mengembangkan seluruh potensi intelligensi. Strategi pembelajaran dikombinasikan dengan metode- metode yang bervariatif yang mengoptimalkan kecerdasan-kecerdasan yang beragam untuk mencapai kompetensi tertentu yang dituntut oleh suatu kurikulum.

9 W.M.1.a 10 W.M.1.b

Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Luqman Novianto, S.Pd.I selaku guru mata pelajaran PAI: “Ketika mengajar di kelas menggunakan berbagai metode variatif

untuk menghindari kebosanan anak. Selain itu juga untuk mengoptimalkan kecerdasan-kecerdasan yang dimiliki anak. Misalnya anak yang aktif (cerdas kinestetik) itu saya buat metode bermain peran menjadi tokoh misalnya tokoh dermawan yang menyantuni orang-orang miskin. Atau untuk pembelajaran di kelas 6, anak yang memiliki kecerdasan audio visual membuat powerpoint sendiri untuk menyajikan hasil diskusi kelompok. Ketika menggunakan media audio visual berupa laptop dan LCD, siswa dapat mempelajari Al Qur’an dan artinya mencakup bahasa, musik, kinestetik, interpersonal dan intrapersonal. Dengan demikian tingkat belajar siswa akan lebih tinggi dibanding jika siswa hanya membaca

buku atau mendengar penjelasan dari guru saja” 11 Setelah guru di dalam kelas menggunakan berbagai metode

variatif, dilakukan observasi/penilaian baik dilakukan wali kelas maupun oleh guru-guru lain tentang kecerdasan-kecerdasan yang menonjol dalam diri siswa. Hal tersebut dilakukan pendekatan individual dan dikomunikasikan kepada orang tua siswa. Selain dalam pembelajaran intrakurikuler juga diadakan kegiatan ekstrakurikuler yang mencakup/memfasilitasi berbagai macam kecerdasan siswa.

Seperti pernyataan Bu Wati Prihayanti, S.Ag selaku waka kesiswaan di SD Mutual: “Implementasi multiple intelligences ketika di dalam kelas guru

menerapkan berbagai metode. Selain itu di sekolah ini juga memfasilitasi untuk menggali potensi yang dimiliki anak melalui program ekstrakurikuler yang terdiri dari ekstra wajib dan ekstra

11 W.M.1.d 11 W.M.1.d

wali kelas bidang ekstra apa yang pas dengan kemampuan anaknya.” 12 Selain dalam pembelajaran yang menggunakan berbagai

metode, SD Mutual juga memfasilitasi berbagai kecerdasan yang dimiliki oleh siswa antara lain: ekstrakurikuler Tapak Suci, KPI IPA,

KPI Komputer, KPI B.Inggris, KPI MTK, Conversation Club, Seni Lukis, Tari, Paduan Suara, Macapat, Rebana, Tahfidz dan tartil, Hisbul Wathan, Sastra Puisi dan Menulis, teater, Marching Band, PBB, Mading, Sepak Bola (swadana), Renang (swadana), Robotik (Swadana), Bulutangkis (swadana).

Tahap output dalam implementasi multiple intelligences di SD Mutual adalah dengan menerapkan evaluasi. Evaluasi menerapkan 3 ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik. Selain itu juga melaksanakan penilaian yang bervariasi dan dapat memberikan banyak motivasi dan merupakan penilaian yang menarik. Penilaian kognitif biasanya untuk mengukur pengetahuan dari materi pembelajaran berupa tes harian, tes tengah semester maupun akhir semester. Penilaian afektif dilakukan melalui pengamatan sikap dan perilaku keseharian siswa serta penilaian psikomotorik yang dilakukan biasanya dengan penilaian unjuk kerja. Hasil penilaian ini dilaporkan

12 W.M.1.c 12 W.M.1.c

Seperti pernyataan Bapak Mustaqim, S.Pd.I selaku waka kurikulum SD Mutual: “Penilaian melalui 3 tahap kognitif baik secara lisan maupun secara

tertulis melalui tes harian, mid semester maupun semesteran. Untuk penilaian afektif menggunakan penilaian skala sikap dengan menggunakan interval. Dan untuk penilaian psikomotor dilakukan

secara langsung pengamatan oleh guru.” 13 Senada dengan pernyataan Bapak Luqman Novianto, S.Pd.I:

“Evaluasi dilakukan melalui tiga tahap kognitif dengan tertulis, pengamatan untuk sikap (afektif) bagi anak yang aktif dan tidak aktif, ataupun penilaian psikomotorik dilakukan ketika praktek sholat, wudhu ataupun penilaian berupa laporan akhir setelah diskusi, kadang evaluasi dengan membuat powerpoint. Untuk pelaksanaan evaluasi dilakukan pada setiap mata pelajaran baik meliputi kognitif, afektif maupun psikomotorik. Selain evaluasi dalam intrakurikuler saya, dilakukan evaluasi pada kegiatan ekstrakurikuler yang memiliki metode-metode evaluasi sendiri pada bidang masing-masing untuk mengukur hasil belajar yang tercakup dalam berbagai intelligensi pada

setiap individu siswa.” 14 Dalam tahap akhir implementasi multiple intelligences di SD

Mutual dilakukan assesmen/penilaian yang tidak hanya mencakup ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik. Penilaian-penilaian menarik lainnya menggunakan pola-pola penilaian alternatif sehingga semua unsur mendapat perhatian yang optimal baik tentang hasil belajar siswa maupun tentang pengembangan intelligensi siswa. Disini menarik sekali karena evaluasi dilakukan dengan menggali

13 W.M.1.b 14 W.M.1.d 13 W.M.1.b 14 W.M.1.d

b. SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang

Dalam pembelajaran di SDIT Ihsanul Fikri, implementasi multiple intelligences juga terimplementasi dalam kurikulum yang Islami. Kerangka konseptual melalui 3 tahap yaitu tahap input, proses, output melalui tes psikologi dengan tujuan untuk mengetahui kesiapan belajar siswa dan tes baca Al Qur’an. Namun untuk tes baca Al Qur’an tidak berpengaruh pada penerimaan siswa. Tes tersebut hanya untuk mengetahui kemampuan membaca Al Qur’an saja. Sedangkan tes psikologi pelaksanaannya kerjasama dengan Rumah Sakit Jiwa kota Magelang. Seperti yang diutarakan oleh Bapak Abdul Rozak Sidik, S. Pd.I: “Untuk pendaftaran, jika pendaftar melebihi target dari kuota

dilakukan seleksi tes psikologi yang dilaksanakan bekerjasama dengan RSJ Magelang untuk mengetahui kesiapan anak dalam belajar. Dari tes awal itu akan terdeteksi kemampuan bahasa, kemampuan sosial

maupun intelektual.” 15 Adapun pernyataan dari Bu Emma Rifa Rahayu:

“Untuk perekrutan pertama dilakukan tes psikologi dengan melakukan kerjasama dengan RSJ Kota Magelang, dari hasil tes tersebut digunakan untuk pedoman guru dalam menggunakan metode-metode

pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan siswa.” 16 Setelah dilakukan tahap awal dengan tes psikologi, tahap

selanjutnya adalah tahap proses dalam pembelajaran. Untuk

15 W.T.1.a 16 W.T.1.b 15 W.T.1.a 16 W.T.1.b

siswa, maka ada kesulitan. Namun dapat diantisipasi dengan menggunakan berbagai macam metode yang bervariasi. Guru harus dituntut lebih kreatif lagi menggunakan metode-metode baru. Untuk menggali kecerdasan dan mengembangkannya saya sering menggunakan metode yang bervariatif. Salah satunya dengan metode lagu untuk menghafal kosa kata. Dengan menggunakan lagu-lagu yang menarik selain siswa cepat hafal juga mengurangi kebosanan di dalam kelas. Saya juga kadang menggunakan metode “mind map”. Dari metode ini akan terasah kecerdasan seni para siswa untuk berkreasi dalam menuangkan materi dalam bentuk gambar. Terkadang juga menggunakan metode conversation antar teman. Dari sini akan

kelihatan sekali anak yang cerdas linguistik.” 17 Di SDIT terdapat buku kasus yang dimiliki oleh wali kelas

untuk mencatat kejadian-kejadian penting yang terjadi pada setiap siswa. Dalam pengamatan sehari-hari baik oleh guru maupun wali kelas ada evaluasi yang disampaikan kepada wali murid dan dari hasil pengamatan itu pula dijadikan pijakan guru dalam menentukan strategi yang tepat untuk melaksanakan pendekatan-pendekatan pembelajaran sesuai dengan kecerdasan-kecerdasan yang ditemukan di dalam kelas.

Selain dalam pembelajaran intrakurikuler yang menggunakan metode pembelajaran yang bervariatif di SDIT memfasilitasi kegiatan

17 W.T.1.d 17 W.T.1.d

Tahap terakhir dalam proses implementasi multiple intelligences di SDIT Ihsanul Fikri adalah tahap evaluasi. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan berbagai metode evaluasi yang menarik bagi siswa. Seperti dinyatakan oleh Bp. Rozak: “Penilaian dilakukan selain kognitif melalui tes-tes harian juga

penilaian afektif dilakukan pengamatan secara langsung sikap keseharian anak ataupun penilaian psikomotor yang dapat dinilai secara langsung.” 18

Selain evaluasi meliputi 3 ranah tersebut juga dilakukan evaluasi linguistik seperti pernyataan Bu Budi Utami pengampu bahasa Inggris: “Evaluasi dilakukan dengan secara berpasangan melakukan praktek

langsung percakapan bahasa Inggris dari materi yang telah disampaikan.” 19

Evaluasi yang dilaksanakan di SDIT juga meliputi penilaian kognitif yang dilakukan dalam tes tertulis maupun tes lisan selain penilaian kognitif juga dilakukan penilaian afektif dengan pantauan

18 W.T.1.a 19 W.T.1.d 18 W.T.1.a 19 W.T.1.d