Upaya Pemberantasan Korupsi oleh Negara-Negara di Dunia Implementasi UNCAC dalam Gugatan In Rem

penyitaan, tidak berarti kepemilikan pemerintah atas kekayaan tersebut telah diputuskan.

D. Upaya Pemberantasan Korupsi oleh Negara-Negara di Dunia

Negara-negara di dunia dalam memberantas korupsi dinegaranya telah mengeluarkan konvensi pemberantasan korupsi antara lain: 1. Inter-American Convention Againt Corruption yaitu konvensi pemberantasan korupsi antar negara Amerika Serikat yang diterima oleh organisasi negara-negara Amerika pada tanggal 29 Maret 1996; 2. The Convention on the Fight againt Corruption involving Officials of the European Communities or Officials of Members State of European Union yaitu konvensi yang melibatkan pejabat masyarakat Eropa atau pejabat negara-negara anggota Uni Eropah yang diterima oleh Dewan Uni Eropah pada tanggal 26 Mei 1997. 3. The Convention on Combatting Bribery of Foreign Public Officials in International Bussines Transactions yaitu konvensi untuk membahass penyuapan bagi pejabat publik asing dalam transaksi bisnis Internasional yang diterima oleh Organisasi Kerja sama Ekonomi dan Pembangunan pada tanggal 12 November 1997. 4. The Criminal Law Convention on Corruption yaitu Konvensi Hukum Pidana mengenai korupsi yang diterima oleh Komite Menteri-Menteri Dewan Eropah pada tanggal 4 Nopember 1999. Universitas Sumatera Utara 5. The Civil Law Convention on Corruption yaitu Konvensi Hukum Sipil mengenai Korupsi yang diterima oleh Komite Menteri-Menteri Dewan Eropa pada tanggal 4 Nopember 1999. 6. The African Union Convention on Preventing and Combating Corruption yaitu Konvensi Uni Afrika untuk Mencegah dan Memberantas Korupsi yang diterima oleh Kepala Negara dan Pemerintah Uni Afrika pada tanggal 12 Juli 2003. 7. The United Nations Convention Against Transnational Organized Crime yang kemudian diratifikasi menjadi Undang-Undang republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pengesahan United Nations Convention Against Transnational Organized Crime Konvensi Perserikatan Bangsa- Bangsa Menentang Tindak Pidana Transnasional Yang Terorganisasi

E. Implementasi UNCAC dalam Gugatan In Rem

Sebagaimana diketahui bahwa perjuangan memberantas korupsi telah dilakukan, bahkan secara global yang berujung dengan terbentuknya konvensi- konvensi PBB. Pasal 2 huruf a United Nation Convention Against Transnational Crime UNCATC Tahun 2000 memasukkan tipikor sebagai salah satu kejahatan lintas batas yang dilakukan oleh organized criminal group. Kesadaran tersebut kemudian dilanjutkan dengan terbentuknya United Nation Convention Against Corruption UNCAC Tahun 2003 yang menyatakan bahwa korupsi tidak lagi merupakan masalah lokal di suatu negara tetapi juga dapat Universitas Sumatera Utara mempengaruhi perekomian global sehingga diperlukan kerjasama internasional untuk menanggulanginya. UNCAC telah diratifikasi oleh Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2006. Dalam alinea keempat mukadimah United Nations Convention Against Corruption 2003, dijelaskan Convinced that corruption is no longer a local matter but a transnasional phenomenon that affects all societies and economies, making international cooperation to prevent and control it essential. yaitu meyakini bahwa korupsi tidak lagi merupakan masalah lokal, melainkan suatu fenomena transnasional yang mempengaruhi seluruh masyarakat dan ekonomi yang mendorong kerja sama internasional untuk mencegah dan mengontrolnya secara esensial; 87 Dimitri Vlasis 88 87 Andi Hamzah, Pemberantasan Korupsi, Melalui Hukum Pidana Nasional dan Internasional, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2005 Hal 315-316 mengungkapkan bahwa masyarakat dunia, baik di Negara berkembang maupun negara maju, semakin frustasi dan menderita akibat ketidakadilan dan kemiskinan yang diakibatkan tindak pidana korupsi. Masyarakat dunia menjadi pasrah dan sinis ketika menemukan bahwa aset hasil tindak pidana korupsi, termasuk yang dimiliki oleh para pejabat negara, tidak dapat dikembalikan karena telah ditransfer dan ditempatkan di luar negeri 88 Dimitri Vlassis, The United Nations Convention Against Corruption,Overview of Its Contents and Future Action, Resource Material Series No. 66, hlm. 118. Sebagaimana dikutib dari Terobosan UNCAC dalam Pengembalian Aset Korupsi Melalui Kerjasama Internasional http:www.mail-archive.comtamanbintangyahoogroups.commsg04225.html diakses pada tanggal 11 Mei 2009 Universitas Sumatera Utara melalui pencucian uang yang dalam praktik dilakukan dengan maksud untuk menghilangkan jejak. Melalui UNCAC diharapkan memberikan peluang untuk memudahkan pengembalian asset hasil korupsi, misalnya asset hasil korupsi yang dihalangi ketentuan kerahasian bank, dapat dibuka dengan syarat negara tempat asset itu disimpan meratifikasi UNCAC. Bahkan Pasal 40 UNCAC menyatakan bahwa setiap negara pihak wajib memastikan terdapatnya mekanisme yang layak dalam sistem hukum nasionalnya untuk mengatasi halangan-halangan yang mungkin timbul dari UU kerahasian bank atas penyidikan terhadap kasus-kasus pidana yang ditentukan dalan UNCAC tersebut. Dalam hal upaya pembekuan, penyitaan dan perampasan asset negara yang dicuri melalui tipikor yang ditentukan Pasal 31 UNCAC juga pasal-pasal lainnya sesungguhnya hanyalah ketentuan pasif yang tidak dapat memaksa negara-negara safe haven untuk bekerjasama mengembalikan asset korupsi yang tersimpan di negaranya. Dalam mengaktifkan ketentuan tersebut memang masih diperlukan kerjasama internasional diantara negara-negara dunia. Hanya saja hal tersebut tentu menjadi kendala bagi negara- negara berkembang yang tidak memiliki bargaining position yang kuat dalam kancah politik internasional. 89 89 Saldi Isra, “Asset Recovery Tindak Pidana Korupsi Melalui Kerjasama Internasional”, dalam http:saldiisra.web.idindex.php?option=com_contentview=articleid=80:asset-recovery- tindak-pidana-korupsi-melalui-kerjasama-internasionalcatid=23:makalahItemid=11, diakses tanggal 12 Maret 2013. Universitas Sumatera Utara Langkah terbaru dalam upaya pengembalian asset curian adalah melalui usaha kerjasama Bank Dunia dan United Nation Office of Drugs and Crime UNODC yang memprakarsai Stolen Asset Recovery StAR Initiative pada 17 September 2007. Ide StAR Initiative tersebut dilandasi kesadaran Bank Dunia bahwa negara-negara berkembang memerlukan bantuan dalam mengembalikan asset-asset curian yang diakibatkan tindak pidana. Program StAR Initiative menumbuhkan optimisme yang luar biasa terhadap upaya pemberantasan korupsi. Presiden Bank Dunia Robert B. Zoellick menyatakan dengan mantap bahwa; “There should be no safe haven for those who steal from the poor“. Bahkan lebih menarik apa yang dikemukakan oleh Antonio Maria Costa, The Executive Director of the UNODC, yang menggambarkan bahwa peluncuran StAR Initiative adalah turning point in the global fight against corruption…from now on it should be harder for kleptocrats to steal the publics money, and easier for the public to get its money back. 90 Namun, harus dipahami bahwa StAR Initiative bukanlah instrument hukum yang langsung dapat diterapkan sebagaimana konvensi-konvensi PBB yang lain dikarenakan bergantung kepada efektifnya kemitraan antara negara maju dengan negara berkembang serta antara lembaga-lembaga bilateral dan multilateral terkait. StAR 90 World Bank and UNODC to Pursue Stolen Asset Recovery United Nations, September 17, 2007 Initiative juga berkaitan dengan diratifikasi atau http:www.unodc.orgunodcenpressreleases2007-09-17.html pada Saldi Isra, “Asset Recovery Tindak Pidana Korupsi Melalui Kerjasama Internasional” diakses tanggal 12 Maret 2013. Universitas Sumatera Utara tidaknya UNCAC oleh sebuah negara. Bayangkan kendala yang terjadi bahwa kenyataannya setengah dari negara-negara G-8 saat ini diketuai Jepang dan negara-negara OECD belum melakukan ratifikasi terhadap UNCAC. Kendala kerjasama dan belum diratifikasinya UNCAC oleh banyak negara-negara besar tersebut menjadi penghambat utama dalam mengembalikan asset-asset curian dari tipikor. Padahal, asset kekayaan yang dicuri tersebut sangat membantu pembangunan negara-negara dunia berkembang dan miskin. 91 Berdasarkan pentingnya upaya pengembalian asset tersebut bagi negara berkembang, maka perlu diketahui sejauhmana peran dari konvensi PBB dan program inisiatif seperti StAR itu sendiri bagi pengembalian asset curian tipikor. Romli Atmasasmita berpendapat bahwa upaya pengembalian asset melalui peran Konvensi dan ratifikasi konvensi tersebut dengan UU tidak akan banyak berarti apabila tidak diikuti langkah-langkah teknis dan strategi diplomasi yang baik oleh Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya, sehingga menurut Romli untuk mengatasi hal tersebut harus diperhatikan bagaimana membatasi prinsip- prinsip intervensi yang kaku dari kedaulatan negara yang dapat menghambat kerjasama internasional dalam upaya pengembalian asset curian dari tipikor. 92 91 Saldi Isra, Op.Cit 92 Romli Atmasasmita, Ratifikasi Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Menentang Korupsi dan Implikasinya terhadap Sistem Hukum Pidana Indonesia, h.8, dalam Makalah Seminar Tentang Implikasi Konvensi anti Korupsi 2003 Terhadap Sistem Hukum Nasional, Diselenggarakan oleh; Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Hukum dan HAM RI, di Bali tanggal; 14-15 Juni 2006 pada Saldi Isra, “Asset Recovery Tindak Pidana Korupsi Melalui Kerjasama Internasional” diakses tanggal 12 Maret 2013. Universitas Sumatera Utara Dalam pertemuan Presiden RI dan Presiden Bank Dunia Robert B. Zoellick di sela-sela Sidang ke-62 Majelis Umum PBB tanggal 25 September 2007 di New York, kedua pimpinan tersebut mendesak negara-negara maju yang menjadi pusat-pusat keuangan dunia agar tidak menjadi tempat penyimpanan dana hasil korupsi yang dilarikan dari negara-negara berkembang. Seruan itu sesungguhnya diarahkan juga kepada negara-negara anggota World Bank itu sendiri yang umumnya adalah negara-negara besar yang belum meratifikasi UNCAC. Menurut Taufiequrahman Ruki salah satu kendala dalam upaya asset recovery adalah masih lemahnya kerjasama internasional tersebut. 93 Tingkat pengembalian asset yang dicuri melalui tipikor hanya akan dapat maksimal terjadi apabila PBB, World Bank Group dan lembaga-lembaga dunia lainnya mampu memberikan tekanan maksimal terhadap negara-negara besar yang memberikan kesan melindungi koruptor di negara-negara berkembang. Mestinya, tekanan maksimal tersebut setara dengan tekanan yang dilakukan Dewan Keamanan PBB terhadap negara-negara yang tidak mematuhi resolusi PBB. Jika tidak, StAR Initiative 93 Saldi Isra, Op.Cit maupun UNCAC akan menjadi produk yang tidak bernyawa, bahkan bukan tidak mungkin yang terjadi justru sebaliknya, akan merugikan negara-negara berkembang karena upaya pengembalian aset yang rumit dan memakan waktu bertahun-tahun sehingga menimbulkan biaya besar sedangkan asset yang dicari belum tentu mampu dikembalikan kepada kas negara. Sebagai contoh upaya pengembalian asset negara dalam kasus mantan Universitas Sumatera Utara Presiden Filipina Ferdinand Marcos dan Presiden Nigeria Sani Abacha, memerlukan waktu lima tahun telah menguras tenaga dan biaya besar pemerintah kedua negara tersebut. 94 Setiap negara berkembang tanpa adanya kerjasama yang baik, upaya stolen asset recovery hanya akan menambah permasalahan dan kerugian keuangan negara semata. Dalam pandangan Ban Ki-moon, Sekjen PBB, StAR Initiative memang diperuntukan agar terciptanya kerjasama antara negara maju dan negara berkembang. Ditambahkan Ban Ki-moon, StAR Initiative will foster much needed cooperation between developed and developing countries and between the public and private sectors to ensure that looted assets are returned to their rightful owners. 95 A UNCAC merupakan terobosan baru dalam pemberantasan tindak pidana korupsi, khususnya dalam hal pengembalian aset di berbagai negara terutama Indonesia. Namun sebagai suatu peraturan yang relatif baru dan Indonesia sebagai salah satu negara yang sudah meratifikasi konvensi ini, terdapat pabila program StAR tersebut tidak disertai kemudahan akses tekhnologi dan aturan hukum negara maju bagi negara-negara berkembang mendapatkan informasi mengenai keberadaan asset curian tersebut akan sulit sekali dan tetap saja memakan banyak waktu dan biaya. 94 Ibid. 95 Ibid. Universitas Sumatera Utara permasalahan-permasalahan yang pada akhirnya menyebabkan Indonesia tidak dapat memaksimalkan usaha pengembalian aset. Salah satu tujuan utama UNCAC adalah memperkuat langkah-langkah pencegahan dan pemberantasan korupsi dengan lebih efisien dan efektif, sehingga memerlukan kerjasama antar negara yang lebih erat karena dalam kenyataannya hasil korupsi dari negara ketiga sering ditempatkan dan diinvestasikan di negara lain berdasarkan kerahasiaan bank yang bersifat konvensional. Pasal 1 Konvensi tersebut menjelaskan sebagai berikut: 96 1. Untuk mempromosikan dan memperkuat langkah-langkah guna mencegah dan memerangi korupsi secara lebih efisien dan efektif. 2. Untuk mempromosikan bantuan dan dukungan kerjasama Internasional dan bantuan teknis dalam pencegahan dan perang melawan korupsi termasuk dalam pemulihan aset. 3. Untuk mempromosikan inttegritas, akuntabilitas dan manajemen urusan publik dan properti publik dengan baik Dalam melakukan proses pengembalian aset hasil tindak pidana korupsi ini, negara-negara di dunia saling melakukan kerja sama internasional dalam rangka mempermudah proses pengembalian aset. Tetapi dalam pelaksanaanya terdapat kendala-kendala yang disebabkan antara lain: sistem hukum yang berbeda, sistem perbankan dan finansial yang ketat dari negara di mana asset 96 Pasal 1 UNCAC Universitas Sumatera Utara berada, praktek dalam menjalankan hukum, dan perlawanan dari pihak yang hendak diambil asetnya oleh pemerintah Indonesia. Prinsip-prinsip inti Konvensi PBB tersebut dapat diringkas sebagai upaya mendorong negara-negara peserta untuk: 97 1. Membentuk suatu lembaga independen antikorupsi yang ditugasi berperan mencegahkorupsi dan juga peran investigasi kriminal; 2. Menciptakan suatu lingkaran efektif bagi penindakan korupsi dan penipuan berkaitan dengan kejahatan sektor publikmaupun swasta; 3. Menyiapkan undang-undang untuk membantu dan mendukung mereka yang melakukan investigasi dan menuntut kejahatan korupsi; 4. Menandatangani perjanjian-perjanjian internasional untuk melakukan kerja sama bidang hukum dengan negara-negara peserta, dan; 5. Memberlakukan UU bagi pencucian uang, membasmi dan menyita hasil- hasil kejahatan.

F. Upaya Indonesia Dalam Pengembalian Aset Hasil Tindak Pidana Korupsi