berada, praktek dalam menjalankan hukum, dan perlawanan dari pihak yang hendak diambil asetnya oleh pemerintah Indonesia.
Prinsip-prinsip inti Konvensi PBB tersebut dapat diringkas sebagai upaya mendorong negara-negara peserta untuk:
97
1. Membentuk suatu lembaga independen antikorupsi yang ditugasi berperan
mencegahkorupsi dan juga peran investigasi kriminal; 2.
Menciptakan suatu lingkaran efektif bagi penindakan korupsi dan penipuan berkaitan dengan kejahatan sektor publikmaupun swasta;
3. Menyiapkan undang-undang untuk membantu dan mendukung mereka yang
melakukan investigasi dan menuntut kejahatan korupsi; 4.
Menandatangani perjanjian-perjanjian internasional untuk melakukan kerja sama bidang hukum dengan negara-negara peserta, dan;
5. Memberlakukan UU bagi pencucian uang, membasmi dan menyita hasil-
hasil kejahatan.
F. Upaya Indonesia Dalam Pengembalian Aset Hasil Tindak Pidana Korupsi
Indonesia sudah melakukan upaya pemberantasan korupsi sejak lama dan dalam sejarah perkembangan peraturan perundang-undangan pemberantasan
korupsi terdapat beberapa ketentuan pengembalian dan mekanisme pengembalian asset hasil tindak pidana korupsi. Namun, berbagai peraturan perundang-
97
Ian McWaltters,SC,”Memeranngi Korupsi, Sebuah Peta jalan untuk Indonesia”, Surabaya, JPBooks, 2006,Hal 17
Universitas Sumatera Utara
undangan yang di dalamnya mengatur tentang pengembalian aset masih memiliki kelemahan-kelemahan, yaitu :
98
1. Fokus utama ketentuan tentang pengembalian aset hasil tindak pidana
korupsi masih terbatas pada pengembalian aset di dalam negeri dan tidak ada ketentuan yang mengatur makanisme pengembalian aset hasil tindak pidana
korupsi yang ditempatkan di luar negeri. 2.
Dalam peraturan perundang-undangan tersebut belum diatur landasan hukum serta wewenang untuk melaksanakan kerja sama internasional dalam
pengembalian aset hasil tindak pidana korupsi. 3.
Peraturan perundang-undangan tersebut sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan tindak pidana korupsi saat ini, dibandingkan dengan
ketentuan-ketentuan tindak pidana korupsi, khususnya ketentuan tentang pengembalian aset di dalam UNCAC.
Pendapat Fleming dalam bukunya Asset Recovery and Its Impact on Criminal Behavior, An Economic Taxonomy: Draft for Comments
99
98
Terobosan UNCAC dalam Pengembalian Aset Korupsi Melalui Kerjasama Internasional
,5 Juni 2008
, melihat pengembalian aset sebagai: pertama, pengembalian aset sebagai proses
pencabutan, perampasan, penghilangan; kedua, yang dicabut, dirampas, dihilangkan adalah hasil atau keuntungan dari tindak pidana; ketiga, salah satu
http:www.mail- archive.comtamanbintangyahoogroups.commsg04225.html diakses pada tanggal 11 Mei 2009
99
Matthew H. Fleming, Asset Recovery and Its Impact on Criminal Behavior, An Economic Taxonomy: Draft for Comments, Version Date London: UniversityCollege, 2005, hal. 27.
Sebagaimana dikutib dari Terobosan UNCAC dalam Pengembalian Aset Korupsi Melalui Kerjasama Internasional, Op.Cit.
Universitas Sumatera Utara
tujuan pencabutan, perampasan, penghilangan adalah agar pelaku tindak pidana tidak dapat menggunakan hasil serta keuntungan-keuntungan dari tindak pidana
sebagai alat atau sarana untuk melakukan tindak pidana lainnya. Matthew H. Fleming
100
Pengembalian aset adalah sistem penegakan hukum yang dilakukan oleh negara korban victim state tindak pidana korupsi untuk mencabut, merampas,
menghilangkan hak atas aset hasil tindak pidana korupsi dari pelaku tindak pidana korupsi melalui rangkaian proses dan mekanisme. Baik secara pidana
maupun perdata, aset yang berada di dalam maupun disimpan di luar negeri, yang dilacak, dibekukan, dirampas, disita, dan dikembalikan kepada negara
korban hasil tindak pidana korupsi, sehingga dapat mengembalikan kerugian keuangan akibat tindak pidana korupsi. Juga termasuk untuk memberikan efek
jera kepada pelaku dan atau calon pelaku tindak pidana korupsi. dalam dunia internasional tidak ada definisi
pengembalian aset yang disepakati bersama. Fleming sendiri tidak mengemukakan rumusan definisi, tetapi menjelaskan bahwa pengembalian asset
adalah proses pelaku-pelaku kejahatan yang dicabut, dirampas, dan dihilangkan haknya dari hasil tindak pidana.
101
Mekanisme dalam melakukan proses pengembalian aset hasil tindak pidana korupsi, yaitu: pertama dengan melakukan pelacakan, selanjutnya aset
yang sudah dilacak dan diketahui kemudian dibekukan, terakhir, aset yang
100
Ibid.
101
Dimitri Vlasis, Op.Cit. Hal 1
Universitas Sumatera Utara
dibekukan lalu disita dan dirampas oleh badan berwenang dari negara di mana aset tersebut berada, dan kemudian dikembalikan kepada negara tempat aset
tersebut diambil melalui mekanisme-mekanisme tertentu.
102
Kesepakatan tentang pengembalian aset tercapai karena kebutuhan untuk mendapatkan kembali aset-aset hasil tindak pidana korupsi sebagaimana harus
direkonsiliasikan dengan hukum dan prosedur dari negara-negara yang dimintai bantuan. Pentingnya pengembalian aset, terutama bagi negara-negara
berkembang didasarkan pada kenyataan bahwa tindak pidana korupsi telah merampas kekayaan negara-negara tersebut, sementara sumber daya sangat
dibutuhkan untuk merekonstruksi dan merehabilitasi masyarakat melalui pembangunan berkelanjutan.
103
102
Ibid.
103
Lihat alinea pertama mukadimah UNCAC
Universitas Sumatera Utara
BAB III PENERAPAN GUGATAN BERSIFAT