Biografi M. Quraish Shihab

3.1 Biografi M. Quraish Shihab

3.1.1 Latar Belakang Keluarga

Muhammad Quraish Shihab atau lebih dikenal dengan Quraish Shihab, lahir pada tanggal 16 Februari 1944 di Rappang, Kabupaten Sidenreng, Rappang, Sulawesi Selatan. Ia merupakan keturunan campuran Arab Quraisy dan Bugis dan berasal dari kaum terpelajar. Ayahnya bernama Abdurrahman Shihab, dan ibunya bernama Asma Aburisyi. Dia adalah anak keempat dari dua belas bersaudara. Dia memiliki tiga orang kakak bernama Nur, Ali dan Umar. Ia juga mempunyai delapan orang adik yakni Wardah, Alwi Shihab, Nina, Sida Nizar, Abdul Mutalib, Salwa, serta si kembar Ulfa dan Latifah.Ayah Quraish Shihab, yakni Prof. Abdurrahman Shihab adalah seorang ulama yang cukup terpandang di daerah Sulawesi

Selatan 1 .

Selain sebagai ulama, Abdurrahman Shihab juga seorang pengusaha dan politikus yang memiliki reputasi baik di kalangan masyarakat yang mengenalnya. Beliau memiliki kontribusi dalam dunia pendidikan. Hal ini terlihat dalam usahanya membina dua perguruan tinggi besar di daerah Sulawesi Selatan yakni Universitas Muslim Indonesia (UMI) dan IAIN Alauddin Makassar. UMI adalah sebuah perguruan tinggi swasta terbesar di Indonesia bagian timur. Abdurrahman Shihab juga pernah menjabat sebagai rektor di UMI dari tahun 1959 hingga tahun 1965, kemudian menjadi rektor di IAIN Alauddin sejak tahun 1972 hingga

tahun 1977 2 . Dari sini terlihat bahwa Quraish Shihab berasal dari keluarga yang akrab dengan dunia pendidikan, hingga tak heran jika di kemudian hari beliau menjadi seorang

cendekiawan besar karena sejak dini telah mengenal budaya akademik melalui atmosfer pendidikan yang diterapkan ayahnya di rumah.

1http://tafsiralmishbah.wordpress.com/biografi-m-quraish-shihab/ diakses pada tanggal 18 Mei 2014 pukul 22.42 WIB.

2Rahmat Hidayat. Pemikiran Muhammad Quraish Shihab tentang Poligami. Skripsi S1 Program Studi Al- Ahwal Al-Syakhshiyah Fakultas Syariah UIN Malang tahun 2008. hlm. 61.

Quraish Shihab mendapatkan motivasi dan benih kecintaan terhadap studi tafsir al- Qur’an dari sang ayah. Sejak dini, Abdurrahman Shihab telah membiasakan anak-anaknya

untuk duduk bersama usai shalat Maghrib, saat-saat seperti ini Abdurrahman Shihab menyampaikan nasihat yang lebih sering berupa ayat-ayat Al- Qur’an. Quraish Shihab juga diwajibkan untuk mengikuti pengajian Al- Qur’an yang diadakan oleh ayahnya. Tidak hanya menyuruh anak-anaknya untuk rajin membaca Al- Qur’an, Abdurrahman Shihab juga kerap menguraikan kisah-kisah dalam Al- Qur’an kepada anak-anaknya secara sepintas. Dari sinilah benih-benih kecintaan terhadap Al- 3 Qur’an mulai tumbuh dalam diri Quraish Shihab .

Quraish Shihab memiliki seorang istri bernama Fatmawaty Assegaf yang dinikahinya pada bulan Februari tahun 1975 di Solo, Jawa Tengah. Keduanya dikaruniai lima orang anak, masing-masing ialah Najelaa (lahir pada tanggal 11 September 1976), Najwa (lahir 16 September 1977), Nasma (lahir tahun 1982), Ahmad (lahir 1 Juli 1983), dan Nahla (lahir

Oktober 1986) 4 . Anak sulungnya Najelaa, menikah dengan Ahmad Fikri Assegaf pada tahun 1995 dan memberi tiga orang cucu kepada Quraish Shihab, yaitu Fathi, Nishrin, dan Nihlah.

Putri kedua Quraish Shihab menikah dengan Ibrahim Syarief Assegaf pada tahun 1997 dan dikaruniai anak bernama Izzat dan almarhum Namiya (meninggal empat jam setelah

dilahirkan karena prematur 5 ). Putri ketiganya yakni Nasywa Shihab menikah dengan Muhammad Riza Alydrus pada tahun 2005 yang kemudian dikaruniai dua orang putri yaitu

Naziha dan Nuha. Ahmad Shihab, yang merupakan satu-satunya anak lelaki dari Quraish Shihab, menikah dengan Sidah Al Hadad 6 .

Anak-anak Quraish Shihab yang telah menikah tinggal di rumah yang tidak berjauhan dengan rumah Quraish Shihab di Cilandak, Jakarta Timur. Setiap pagi semua anak-anaknya akan berkunjung ke rumah Quraish Shihab untuk mencium tangannya sebelum mereka beraktifitas, bila tak sempat melakukannya mereka akan pamit lewat telepon. Kebiasaan tersebut untuk menjaga hubungan antara orangtua dan anak agar tidak berjarak dan tetap dekat. Bahkan Quraish Shihab juga menugaskan seorang koki di rumahnya untuk memasak

3Rahmat Hidayat. Pemikiran Muhammad Quraish Shihab tentang Poligami. Skripsi S1 Program Studi Al- Ahwal Al-Syakhshiyah Fakultas Syariah UIN Malang tahun 2008. hlm. 62.

4Suliyah. Pemikiran Muhammad Quraish Shihab Tentang Makna dan Upaya Meraih Hidayah dalam Tafsir Al Misbah . Skripsi S1 Program Ushuludin IAIN Walisongo Semarang tahun 2007. hlm. 34.

5http://wowkeren.com/berita/tampil/00053646.html diakses pada 8 Agustus 2014 pukul 20.00 WIB. 6http://quraishshihab.com/profile/ diakses pada tanggal 18 Juli pukul 12.34 WIB.

dan mengirimkan makanan ke rumah anak-anaknya setiap hari. Hal ini dilakukan untuk menjaga kesehatan seluruh anggota keluarganya agar terhindar dari efek buruk makanan yang

dibeli dari luar 7 .

Quraish Shihab memiliki prinsip untuk selalu memberikan keteladanan kepada anak- anaknya. Ia membebaskan anak-anaknya untuk menentukan jalan hidupnya, dengan tetap memberikan rambu-rambu agama yang bersifat tegas. Sejak kecil anak-anaknya dididik dengan ilmu agama yang kuat, sebagai bekal untuk kehidupan di masa depan. Kemudian dalam menentukan pasangan hidup pun, Quraish Shihab membebaskan anak-anaknya untuk memilih pendamping hidupnya sendiri. Bahkan dalam hal berpakaian, Quraish Shihab tidak memaksakan bahwa anak perempuannya harus berjilbab. Namun secara tegas ia menyatakan bahwa dalam hal berpakaian harus tetap berpegang pada norma-norma kesopanan dan

kehormatan bagi seorang muslim 8 .

3.1.2 Latar Belakang Pendidikan

Selain mengikuti pengajian dan kultum (kuliah tujuh menit) yang diberikan sang ayah seusai shalat maghrib, yang bisa dikategorikan sebagai pendidikan informal dalam keluarga yang diterimanya, Quraish Shihab mendapatkan pendidikan formal di sekolah dasar hingga kelas dua sekolah menengah pertama di Ujungpandang. Pada tahun 1956, Quraish Shihab

dikirim ayahnya untuk menimba ilmu di Pondok Pesantren Darul-Hadits Al-Faqihiyyah 9 .

Ketika pemerintah Mesir menawarkan program beasiswa, Quraish Shihab bersama adiknya Alwi Shihab mengikuti tes seleksi dan lolos ke Kairo. Quraish Shihab berangkat ke Mesir pada tahun 1958 dan diterima di kelas dua Tsanawiyah Al Azhar. Setelah menamatkan sekolah menengah, Quraish Shihab melanjutkan studinya di Universitas al-Azhar pada Fakultas Ushuluddin dengan Jurusan Tafsir Hadits. Tahun 1967 beliau berhasil meraih gelar Lc. Dua tahun berselang, yaitu tahun 1969, Quraish Shihab meraih gelar M.A di jurusan yang

sama dengan tesis berjudul “ Al- I’jaz Al Tasyri’iy li Al-Qur'an Al-Karim ” (Kemukjizatan Al-

7http://www.tempo.co/read/news/2012/08/26/219425534/Quraish-Shihab-Si-Pengubah-Dunia diakses pada 25 Mei 2014 pukul 14.40 WIB.

8http://bio.or.id/biografi-najwa-shihab/ diakses pada 8 Agustus pukul 19.45 WIB. 9http:tafsiralmishbah.wordpress.com/biografi-m-quraish-shihab/ diakses pada tanggal 18 Mei 2014 pukul 22.42

WIB.

Quranul Karim dari Segi Hukum). Tahun 1980, Quraish Shihab kembali ke Universitas Al Azhar Kairo untuk mengambil spesialisasi studi tafsir Al- Qur’an. Dua tahun kemudian gelar doktor dalam bidang tafsir berhasil diraihnya. Dengan disertasi berjudul Nazm ad-Durar li al- Biqa'i Tahqiq wa Dirasah (Suatu Kajian dan Analisis terhadap Keotentikan Kitab Nazm ad-

Durar Karya al- Biqa’i), disertasinya ini mendapat predikat Mumtaz Ma`a Martabah Asy- Syaraf al-Ula atau Summa Cum Laude yaitu penghargaan tingkat pertama di Asia Tenggara

dengan gelar Doktor dalam bidang Ilmu-ilmu al-Qur'an 10 .

3.1.3 Karir Intelektual dan Politik

Tahun 1973, Quraish Shihab disuruh pulang ke kampung halaman oleh ayahnya yang pada saat itu menjabat sebagai rektor di IAIN Alauddin. Quraish Shihab diminta ayahnya untuk membantu mengelola pendidikan di IAIN Alauddin, ia dijadikan Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan hingga tahun 1980. Selain menjabat sebagai Wakil Rektor, Quraish Shihab juga sering ditunjuk untuk mewakili ayahnya menjalankan tugas-tugas pokok tertentu yang tidak bisa dilakukan oleh ayahnya karena kondisi kesehatan yang semakin menurun. Di samping itu, Quraish Shihab sering dipercaya untuk memegang berbagai jabatan penting, di antaranya ialah Kordinator Perguruan Tinggi Swasta Wilayah VII Indonesia Bagian Timur, Pembantu Pimpinan Kepolisian dalam Bidang Pembinaan Mental, dan beberapa jabatan lain di luar kampus. Dengan kesibukannya yang begitu padat, Quraish Shihab masih sempat menyelesaikan beberapa tugas penelitian, yakni Penerapan Kerukunan

Hidup Beragama di Indonesia (1975), dan Masalah Wakaf di Sulawesi Selatan (1978) 11 .

Setelah menyelesaikan S3-nya, Quraish Shihab kembali ke Indonesia pada tahun 1982 dan melanjutkan tugasnya di IAIN Alauddin. Dua tahun kemudian yakni pada tahun 1984, dia dipanggil ke Jakarta untuk mengajar Tafsir al- Qur’an dan Ulumul Hadits di Fakultas Ushuluddin IAIN Jakarta. Ia pun pindah dari Makassar ke Jakarta untuk menunaikan tugas tersebut. Quraish Shihab mengajar program S1, S2, dan S3 sampai tahun 1998. Selain mengajar sebagai dosen, ia juga sempat terpilih untuk menduduki jabatan Rektor IAIN Jakarta selama dua periode yakni pada 1992-1996 dan 1997-1998. Jabatan Rektor IAIN pada periode

10 Suliyah. Pemikiran Muhammad Quraish Shihab Tentang Makna dan Upaya Meraih Hidayah dalam Tafsir Al Misbah . Skripsi S1 Program Ushuludin IAIN Walisongo Semarang tahun 2007. hlm. 33-34.

11 Rahmat Hidayat. Pemikiran Muhammad Quraish Shihab tentang Poligami. Skripsi S1 Program Studi Al-Ahwal Al-Syakhshiyah Fakultas Syariah UIN Malang tahun 2008. hlm. 62.

kedua dijalani Quraish Shihab dengan waktu singkat, karena pada awal tahun 1998 ia dipercaya untuk menduduki jabatan sebagai Menteri Agama, meski hanya bertahan selama dua bulan. Setelah itu, ia diangkat menjadi Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Negara Republik Arab Mesir merangkap Negara Republik Djibouti

yang berkedudukan di Kairo 12 .

Di samping kesibukannya mengajar di IAIN Jakarta, Quraish Shihab juga dipercaya untuk menduduki sejumlah jabatan penting. Di antaranya, ialah Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat sejak 1984, anggota Lajnah Pentashhih Al- Qur’an Departemen Agama sejak 1989, Asisten Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI), Pengurus Perhimpunan Ilmu-ilmu Syariah, dan Pengurus Konsorsium Ilmu-ilmu Agama di Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Serta tercatat sebagai Dewan Redaksi Studia Islamika: Indonesian Journal for Islamic Studies, Ulumul Qur’an, Mimbar Ulama, dan Refleksi: Jurnal Kajian Agama dan Filsafat. Semua penerbitan ini berlokasi di Jakarta 13 .

Quraish Shihab juga sering menulis karya ilmiah dan mengasuh rubrik di beberapa media nasional seperti Harian Republika (Rubrik M.Quraish Shihab Menjawab), Harian Pelita (rubrik Pelita Hati), dan Majalah Amanah (rubrik Tafsir al-Amanah). Aktivitas ceramah dilakukan Quraish Shihab di sejumlah masjid besar dan cukup terkenal di Jakarta, di antaranya Masjid at- Tin, Masjid Sunda Kelapa, dan Masjid Fathullah. Sedang di lingkungan pejabat pemerintahan, Quraish Shihab memberikan pengajian serta ceramah di Masjid Istiqlal. Beberapa stasiun televisi swasta juga memiliki program khusus ceramah yang diisi oleh Quraish Shihab selama bulan Ramadhan seperti RCTI, SCTV dan Metro TV.

Quraish Shihab adalah seorang ulama moderat, ilmu al- Qur’an yang dimilikinya tidak ada yang meragukan. Ciri khas dari Quraish Shihab ialah menafsirkan al- Qur’an dengan metode maudu’i atau tematik. Yakni suatu metode menerjemahkan dan menafsirkan al- Qur’an dengan cara mengumpulkan sejumlah ayat yang membahas masalah serupa namun tersebar dalam al- Qur’an pada surat-surat yang berbeda. Kemudian Menjelaskan pengertian secara menyeluruh dari ayat-ayat tersebut, setelah itu menarik kesimpulan sebagai jawaban

12http:tafsiralmishbah.wordpress.com/biografi-m-quraish-shihab/ diakses pada tanggal 18 Mei 2014 pukul 22.42 WIB.

13http:tafsiralmishbah.wordpress.com/biografi-m-quraish-shihab/ diakses pada tanggal 18 Mei 2014 pukul 22.42 WIB.

dari permasalahan yang dikemukakan. Kemampuan Quraish Shihab menyampaikan pesan- pesan al- Qur’an yang telah diterjemahkannya dengan pemahaman murni mengenai konteks kekinian dan masa post-modern membuat dirinya lebih unggul dibandingkan pakar al- Qur’an

Indonesia lainnya 14 .

Berdasarkan pembacaan penulis terhadap karya-karya dari Quraish Shihab, beliau menyampaikan pendapat mengenai suatu masalah tidak secara langsung, melainkan secara tersirat. Dengan terlebih dulu mengungkapkan pendapat ulama-ulama terdahulu maupun sekarang mengenai kajian yang dibahas, beserta pro dan kontra terhadap kajian tersebut, baru kemudian ia mengungkapkan pendapatnya sendiri secara tersirat. Jika tidak jeli, kita bisa saja kebingungan saat membaca tulisan beliau yang begitu banyak mengutip pendapat ulama lainnya, sehingga pendapat pribadinya seringkali tersamarkan.

Quraish Shihab seringkali menekankan betapa pentingnya memahami al- Qur’an secara kontekstual, dan menghindari pemahaman tekstual terhadap wahyu Ilahi. Hal ini dimaksudkan agar pesan-pesan yang terkandung dalam wahyu tersebut bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Ia pun sering memotivasi para mahasiswanya di tingkat pasca sarjana untuk berani menafsirkan al- Qur’an dengan tetap berpegang teguh pada aturan tafsir yang sudah berlaku. Bagi Quraish Shihab, penafsiran terhadap al- Qur’an tidak akan pernah berakhir. Setiap masa akan muncul penafsiran baru, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan zaman. Akan tetapi, sikap teliti dan berhati-hati harus tetap dipegang teguh oleh penafsir agar tidak mudah mengklaim sebuah tafsiran sebagai sebuah pendapat yang mutlak dari al- Qur’an. Adalah sebuah dosa besar jika seseorang memaksakan pendapatnya dengan mengatasnamakan al- 15 Qur’an . Saat wawancara dengan penulis, Quraish

Shihab mengakui bahwa kiprahnya dalam dunia pendidikan adalah bentuk peran sertanya sebagai seorang pendidik untuk mentransfer ilmu kepada umat.

14http:tafsiralmishbah.wordpress.com/biografi-m-quraish-shihab/ diakses pada tanggal 18 Mei 2014 pukul 22.42 WIB.

15http:tafsiralmishbah.wordpress.com/biografi-m-quraish-shihab/ diakses pada tanggal 18 Mei 2014 pukul 22.42 WIB.