Manusia dalam Pandangan Quraish Shihab

4.1 Manusia dalam Pandangan Quraish Shihab

Dalam menjelaskan tentang manusia, Quraish Shihab mengutip pernyataan dari Dr. Alexis Carrel bahwa ilmu pengetahuan tentang manusia yang dicapai oleh para ilmuwan

amatlah sedikit, jauh dibandingkan pencapaian manusia di bidang lainnya 1 . Lebih lanjut Quraish Shihab menyebutkan bahwa terbatasnya ilmu pengetahuan manusia tentang manusia

disebabkan oleh terlambatnya manusia untuk meneliti hakikat manusia karena mereka cenderung kepada hal-hal bersifat materi yang berada di luar dirinya, akal manusia yang lebih suka memikirkan hal-hal yang ringan sedangkan permasalahan tentang manusia begitu kompleks. Dari sisi agama, Quraish Shihab menganggap bahwa hal ini terjadi karena manusia adalah satu-satunya makhluk yang dalam proses penciptaannya terdapat ruh ilahi, sedangkan manusia tidak diberi pengetahuan tentang ruh. Ini disebutkan dalam al-Qur'an Surat al-Isra' ayat 85:

” Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan- ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit ".

Maka, bagi Quraish Shihab, tidak ada jalan lain untuk mengenal hakikat manusia selain merujuk kepada wahyu ilahi. 2 Quraish Shihab juga mengutip pandangan Sigmund Freud yang

menganggap bahwa manusia adalah makhluk bumi yang segala aktivitasnya bertumpu pada libido, anggapan ini dikemukakan Freud setelah ia meneliti sekelompok orang sakit 3 .

1Quraish Shihab. Wawasan Al-Qur'an: Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat (Bandung: Mizan, 1996) hlm. 273.

2Quraish Shihab. Wawasan Al-Qur'an: Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai P ersoalan Umat (Bandung: Mizan, 1996) hlm. 274.

3Quraish Shihab. Membumikan Al Qur'an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Bermasyarakat (Bandung: Mizan, 1992) hlm. 62.

Al-Qur'an tidak menerangkan proses penciptaan manusia pertama secara rinci, di sana hanya diterangkan bahwa bahan awal pembuatan manusia adalah tanah, kemudian disempurnakan,

dan setelah wujudnya sempurna ditiupkan ruh ilahi ke dalamnya 4 . Hal ini diterangkan dalam Surat al-Hijr ayat 28-29:

“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang

diberi bentuk, Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)- Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.”

Dalam proses penciptaan ini sendiri, Quraish Shihab menemukan sebuah perbedaan antara penciptaan manusia pertama yang dalam kepercayaan agama Islam disebut sebagai Nabi Adam AS. Dengan manusia-manusia lainnya. Saat menyebutkan tentang penciptaan manusia pertama, al-Qur'an menggunakan kata ganti tunggal, seperti yang terlihat dalam Surat Shad ayat 71-72 dan 75 berikut ini:

يط ِم اًلشب قلاخ يِ إ ةكئَ ْلل ُب لاق ْذإ يدجاس هل ا ع ف يحوُ م هيف تْخف و هيْيا س اذإف ” (Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan

menciptakan manusia dari tanah".Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud

kepadanya".”

يلاعْلا م ت ك ْ أ ْل ْكيْسأ ايديب تْ لخ ا ل دجْست نأ ع م ام سيلْبإ اي لاق ” Allah berfirman: "Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-

ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang- orang yang (lebih) tinggi?".”

4Quraish Shihab. Wawasan Al-Qur'an: Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat (Bandung: Mizan, 1996) hlm. 277-278.

Sedangkan ketika menyebutkan proses penciptaan manusia secara umum, al-Qur'an menggunakan kata ganti jamak. Sebagaimana yang tampak dalam penggalan surat At-Tin ayat 4:

”sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik - baiknya.” Hal ini bisa dipahami karena pada penciptaan manusia pertama, tidak ada keterlibatan pihak

lain. Allah melakukan proses penciptaan manusia pertama ini tanpa perantara pihak lain. Sedangkan pada proses penciptaan manusia secara umum, ada keterlibatan ayah dan ibu. Ayah dan ibu berperan dalam pembentukan fisik dan psikis manusia. Karenanya dalam menceritakan penciptaan manusia secara umum, al-Qur'an menggunakan kata ganti jamak

sebagai pengakuan keterlibatan ayah dan ibu dalam proses penciptaan tersebut 5 .

Quraish Shihab membandingkan proses kejadian manusia dari segi ilmu pengetahuan yang biasa disebut sebagai embriologi dengan apa yang tercantum dalam al-Qur'an Surat al- Mu'minuun ayat 12-14:

” Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.”

Dari ayat ini, proses kejadian manusia mengalami 5 periode yakni dari al-Nuthfah (saripati tanah/tanah yang bersih) kemudian menjadi al-Alaq (air mani) , setelah itu menjadi al-

Mudghah (segumpal darah) , kemudian berubah menjadi al-Idzam (segumpal daging), dan

5Quraish Shihab. Wawasan Al-Qur'an: Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat (Bandung: Mizan, 1996) hlm. 277.

terakhir 6 al-Lahm (tulang belulang) . Sedangkan menurut Embriologi, proses kejadian manusia mengalami tiga periode. Yang pertama adalah periode Ovum, yakni pembuahan dari sel

sperma ke sel telur hingga membentuk zygote , zygote membelah diri menjadi beberapa bagian sel kemudian bergerak untuk kemudian menempel pada pada dinding rahim, proses ini

disebut Implantasi. Yang kedua ialah periode Embrio, ini adalah periode dimana organ-organ

manusia mulai terbentuk dari pembelahan sel pada priode sebelumnya. Yang terakhir adalah periode Foetus, periode ini merupakan penyempurnaan organ-organ yang terbentuk dari

periode Embrio hingga mencapai kesempurnaan dan manusia tersebut siap untuk dilahirkan 7 . Quraish Shihab memberikan penyesuaian antara proses kejadian manusia seperti yang

tersebut dalam al-Qur'an surat al-Mu'minuun dengan Embriologi. Periode ketiga yang disebut al-Qur'an sebagai al-Mudghah sesuai dengan periode kedua dalam Embriologi. Periode ini merupakan pembentukan organ-organ penting manusia. Sedangkan periode keempat dan

kelima menurut al-Qur'an sama dengan Periode Foetus 8 .

Mengenai teori Evolusi dari Darwin, Quraish Shihab tidak secara tegas menyatakan pendapatnya mengenai teori tersebut. Melainkan dengan mengutip pandangan dari ulama lain seperti pakar tafsir Syaikh Muhammad Abduh yang ia kutip di buku Wawan Al-Qur'an menyatakan bahwa jika teori Evolusi dari Darwin bisa dibuktikan secara ilmiah, maka tidak ada alasan dari al-Qur'an untuk menolaknya. Karena al-Qur'an hanya menerangkan proses penciptaan manusia periode pertama, tengah dan akhir. Apa yang terjadi antara proses pertama dengan pertengahan dan proses antara pertengahan dengan akhir tidak dijelaskan. Quraish Shihab juga mengutip Abbas al-Aqad yang mempersilakan kaum muslim untuk menerima atau menolak teori Evolusi Darwin tanpa melibatkan al-Qur'an. Karena al-Qur'an

tidak bicara secara rinci tentang proses kejadian manusia 9 .

6Quraish Shihab. Membumikan Al Qur'an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Bermasyarakat (Bandung: Mizan, 1992) hlm. 50.

7Quraish Shihab. Membumikan Al Qur'an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Bermasyarakat (Bandung: Mizan, 1992) hlm. 50-51.

8Quraish Shihab. Membumikan Al Qur'an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Bermasyarakat (Bandung: Mizan, 1992) hlm. 51.

9 Quraish Shihab. Wawasan Al-Qur'an: Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat (Bandung: Mizan, 1996) hlm. 281.

Quraish Shihab menyebutkan tiga istilah yang sering digunakan dalam al-Qur'an untuk menunjuk kepada manusia. Yakni basyar, bani adam/zuriyat adam, dan kata yang terdiri dari huruf nun, sin, dan alif seperti an-nas, al-insan, atau unas. Basyar diambil dari akar kata yang awalnya bermakna sesuatu yang baik atau indah, kemudian dari akar kata yang sama muncul istilah basyarah yang berarti kulit. Manusia dinamai basyar karena kulitnya terlihat jelas dibandingkan makhluk lainnya. Al-Qur'an menggunakan istilah ini untuk menyebut manusia sebanyak 36 kali dalam bentuk tunggal dan satu kali dalam bentuk muannats (kata

jamak yang berarti dua) 10 . Salah satu ayat yang menggunakan kata basyar adalah surat ar- Rum ayat 20:

نولشي ت ََ مي أ اذإ امث بالت ِم مك لخ ْنأ هتايآ ْ مو ” Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya (Allah) menciptakan kamu dari tanah, kemudian

ketika kamu menjadi basyar bertebaran.”

Quraish Shihab mengartikan kata bertebaran di sini sebagai proses reproduksi manusia dan kegiatan mencari rezeki di berbagai belahan bumi. Proses reproduksi dan mencari rezeki ini tidak bisa dilakukan kecuali oleh manusia yang telah dewasa dan memiliki tanggung jawab. Karenanya, menurut Quraish Shihab, istilah basyar dikaitkan dengan kedewasaan seorang manusia yang membuatnya mampu memikul tanggung jawab. Oleh sebab itu, tugas kekhalifahan dibebankan kepada basyar. Seperti terlihat dalam Surat al-Hijr ayat 28:

” Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang

11 diberi bentuk” Kata insan diambil dari akar kata uns yang berarti jinak, harmonis dan tampak. Jika

dilihat dari sudut pandang al-Qur'an maka lbeih tepat jika dikatakan berasal dari kata nasiya

10 Quraish Shihab. Wawasan Al-Qur'an: Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat (Bandung: Mizan, 1996) hlm. 275.

11 Quraish Shihab. Wawasan Al-Qur'an: Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat (Bandung: Mizan, 1996) hlm. 276.

(lupa), dan 12 nasa-yanusu (berguncang) . Hal ini bisa dipahami melihat sifat manusia yang pelupa dan selalu mengalami guncangan dalam batinnya. Kata insan digunakan al-Qur'an

untuk menyebut manusia secara keseluruhan dalam dirinya meliputi jiwa dan raga. Quraish Shihab menyebutkan beberapa potensi manusia yang disebutkan dalam al-

Qur'an, yakni sebagai berikut:  Makhluk pertama yang disebut dalam rangkaian wahyu pertama. Tercantum dalam

Surat al-Alaq ayat 1-5:

”Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha

Pemurah,Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”

 Memiliki keutamaan yang lebih tinggi dari makhluk ciptaan lain sebagaimana yang disebut dalam Surat Hud ayat 3:

“ dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada -Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan

yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan

ditimpa siksa hari kiamat.”

 Mempunyai kecenderungan dekat kepada Tuhan dengan kesadaran akan kehadiran Tuhan yang melekat di alam bawah sadarnya. QS ar-Rum ayat 43:

12 Quraish Shihab. Wawasan Al-Qur'an: Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat (Bandung: Mizan, 1996) hlm. 276.

” Oleh karena itu, hadapkanlah wajahmu kepada agama yang lurus (Islam) sebelum datang dari Allah suatu hari yang tidak dapat ditolak (kedatangannya): pada hari itu

mereka terpisah-pisah."  Diberi kepercayaan dan kebebasan penuh untuk memilih jalan masing-masing. QS. Al

Insan ayat 2-3: اًليصب اًعي س ها ْلعجف هيليْ ا جاشْمأ ةفْطُ م ناس ْاا ا ْ لخ اا إ اً فك اامإو اًلكاش اامإ لي اسلا ها ْيده اا إ

” Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami

jadikan dia mendengar dan melihat. Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.”

 Makhluk yang paling mulia dan paling sempurna diantara makhluk lainnya. Ditunjukkan dalam Surat al-Isra' ayat 70:

“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak -anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang

telah Kami ciptakan.”

 Nurani manusia dibimbing oleh wahyu untuk menentukan baik atau buruk. Dijelaskan dalam Surat As-Syams ayat 7-8:

” dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya))maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.”

 Diciptakan dalam bentuk sebaik-baiknya. Tampak dalam surat At-Tin ayat 4:

“sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik -baiknya .”  Namun terkadang manusia berbuat aniaya dan mengingkari nikmat Tuhan. Disebutkan

dalam Surat Ibrahim ayat 34:

اافك لظل ناس ْاا انإ اه صْحت َ اَ ت ْع اوُدعت نإو ه يْل س ام ِلك ِم مكاتآو “ Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu

mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat ka mu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).”

 Terkadang manusia juga banyak membantah ajaran Tuhan. Tersebut dalam Surat al- Hajj ayat 67:

“Bagi tiap -tiap umat telah Kami tetapkan syari'at tertentu yang mereka lakukan, maka janganlah sekali-kali mereka membantah kamu dalam urusan (syari'at) ini dan serulah kepada (agama) Tuhanmu. Sesungguhnya kamu benar-benar berada pada

jalan yang lurus.” Meski dua potensi yang disebutkan terakhir berkebalikan dengan potensi-potensi yang

disebutkan sebelumnya, hal ini bukan berarti bahwa ayat al-Qur'an saling bertentangan. Namun karena manusia memang diciptakan dengan dua sisi yang saling bertolak belakang sebagai potensi kemanusiawian yang dimilikinya. Sehingga manusia bisa mencapai derajat tertinggi dengan segala potensi baik yang ada dalam dirinya, atau malah terjerumus ke level

terendah dan hina karena potensi sifat buruk yang juga dimilikinya 13 .

Potensi manusia juga bisa dilihat dari kisah Adam dan Hawa yang ada dalam al- Qur'an. Al-Qur'an mengajarkan bahwa Tuhan juga mengajarkan potensi mengenali benda- benda dan fungsinya di alam semesta kepada manusia. Keberadaan Adam dan Hawa di Surga memberitahu kita tentang kenikmatan yang bisa diperoleh, karena itu surga harus menjadi tujuan utama hidup manusia. Akan halnya dengan kisah Adam dan Hawa yang tergoda rayuan

13 Quraish Shihab. Membumikan Al Qur'an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Bermasyarakat (Bandung: Mizan, 1992) hlm. 63-64.

Iblis, ini menjadi peringatan bagi umat manusia terhadap godaan dari Iblis agar tidak mengalami nasib buruk seperti yang telah dialami oleh Adam dan Hawa yang terusir dari

surga karena mengikuti rayuan Iblis 14 .

Manusia terdiri dari jasmani dan rohani. Di atas telah dijelaskan proses kejadian manusia yang bersifat fisik, berikut ini akan dijelaskan bagian-bagian manusia yang bersifat non-materi sesuai dengan apa yang disebutkan dalam al-Qur'an. Yaitu fitrah, nafs , qalb , dan ruh yang dimiliki oleh setiap manusia. Fitrah merupakan bawaan lahir, potensi yang dimiliki manusia sejak awal penciptaannya. Yakni fitrah untuk mengikuti agama yang lurus (tauhid), seperti disebutkan dalam Surat Ar-Rum ayat 30:

” Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.

15 (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,” Kata la yang bermakna 'tidak' pada ayat tersebut mengisyaratkan bahwa manusia tidak bisa

menghindar dari fitrah keagamaan yang melekat padanya sejak lahir, meskipun manusia itu sendiri menolaknya. Selain fitrah keagamaan ada pula fitrah yang merupakan kecenderungan manusia untuk mencintai sesuatu yang bersifat material seperti yang tercantum dalam Surat Ali Imran ayat 14 berikut:

” Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-

14 Quraish Shihab. Wawasan Al-Qur'an: Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat (Bandung: Mizan, 1996) hlm. 279-280.

15 Quraish Shihab. Wawasan Al-Qur'an: Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat (Bandung: Mizan, 1996) hlm. 280-281.

binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).”

Quraish Shihab menyimpulkan bahwa manusia berjalan dengan kaki adalah fitrah jasadiahnya, membuat sebuah konklusi dari premis-premis adalah fitrah akliahnya. Senang

menerima nikmat dan sedih mendapat musibah juga adalah fitrah manusia 16 . Selanjutnya ialah nafs atau sering diartikan sebagai jiwa manusia. Nafs ialah potensi

dalam diri manusia untuk berbuat baik atau buruk. Qur'an surat as-Syams ayat 7-8 menyebutkan:

اهاا س امو سْف و اها ْ تو اه جف ا ْل ف ” dan nafs serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepadanya

(jalan) kefasikan dan ketakwaannya.” Mengilhamkan yang dimaksud ayat ini ialah memberi potensi kepada manusia melalui nafs

agar dapat menangkap baik dan buruk, serta mendorongnya untuk melakukan kebaikan atau keburukan. Karenanya Tuhan menganjurkan untuk memberi perhatian yang lebih kepada nafs ini. Quraish Shihab berpendapat bahwa al-Qur'an secara tegas menyatakan nafs memiliki potensi positif dan potensi negatif. Meski hakikatnya potensi positif lebih kuat dari potensi negatif, namun daya tarik dari potensi negatif lebih kuat sehingga manusia seringkali terjerumus ke dalam keburukan karena mengikuti daya tarik dari potensi negatif tersebut. Karenanya, manusia dihimbau untuk menjaga kesucian nafs melalui Surat as-Syams ayat 9- 10:

”Sesungguhnya beruntunglah orang -orang yang menyucikannya, dan merugilah orang-orang

17 yang mengotorinya.”

16 Quraish Shihab. Wawasan Al-Qur'an: Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat (Bandung: Mizan, 1996) hlm. 282-283.

17 Quraish Shihab. Wawasan Al-Qur'an: Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat (Bandung: Mizan, 1996) hlm. 283-284.

Berikutnya ialah qalb , menurut Quraish Shihab kata ini terambil dari akar kata yang bermakna membalik karena sifatnya yang mudah berbolak balik. Qalb berpotensi untuk tidak konsisten, sekali waktu menyenangi, dilain waktu malah membenci. Al-Qur'an menggambarkan bahwa qalb ada yang baik ada yang buruk, berikut ini adalah contoh ayatnya. QS. Qaf ayat 37:

” Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai qalbu atau yang mencurahkan pendengaran, lagi menjadi saksi.”

QS. al-Hadid ayat 27:

“ Kemudian Kami iringi di belakang mereka dengan rasul-rasul Kami dan Kami iringi (pula) dengan Isa putra Maryam; dan Kami berikan kepadanya Injil dan Kami jadikan dalam qalbu

orang-orang yang mengikutinya rasa santun dan kasih sayang. Dan mereka mengada -adakan rahbaniyyah padahal kami tidak mewajibkannya kepada mereka tetapi (mereka sendirilah yang mengada-adakannya) untuk mencari keridhaan Allah, lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya. Maka Kami berikan kepada orang-orang yang beriman di antara mereka pahalanya dan banyak di antara mereka orang- orang fasik.”

Dari ayat-ayat ini Quraish Shihab menarik kesimpulan bahwa qalb adalah tempat untuk menampung hal-hal yang disadari oleh pemiliknya seperti rasa cinta, kasih sayang, dan pengajaran, juga rasa takut dan keimanan. Perbedaan nafs dan qalb menjadi jelas, nafs adalah segala sesuatu yang berada di alam bawah sadar sedangkan qalb adalah hal-hal yang disadari oleh manusia. Karenanya Allah hanya meminta tanggung jawab dari apa yang dilakukan oleh qalb dan bukan nafs . Sebagaimana terlihat dalam Surat al-Baqarah ayat 225 berikut:

”Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Allah menghukum kamu disebabkan (sumpahmu) yang disengaja (untuk

18 bersumpah) oleh qalbu mu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.” Bagian selanjutnya dari manusia yang bersifat non-materi ialah ruh. Dalam

pembahasan mengenai ruh, Quraish Shihab mengingatkan tentang ayat al-Qur'an yang secara tegas menyatakan bahwa pengetahuan manusia sangat sedikit mengenai ruh. Yakni Surat al- Isra ayat 85:

” Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah: "Ruh itu termasuk urusan Tuhan- ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedi kit".”

Kata ruh terulang sebanyak 24 kali dalam al-Qur'an dengan konteks yang beraneka ragam, tidak hanya menyangkut soal manusia.

Yang terakhir ialah ' aql . Menurut Quraish Shihab, kata 'aql tidak tersebut dalam al- Qur'an, yang ada adalah bentuk kata kerja masa kini dan lampau. Pengertian mengenai 'aql ini bisa dipahami dari konteks beberapa ayat. Diantaranya ialah daya untuk memahami dan menggambarkan sesuatu seperti yang tercantum dalam Surat al-Ankabut ayat 43:

” Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang- orang yang berilmu.”

'aql sebagai dorongan moral untuk berbuat kebaikan (QS. Al-An'am ayat 151), daya untuk menangkap bukti-bukti keesaan Allah dalam siklus pergantian siang dan malam (QS. Al-

Baqarah ayat 164), dan daya untuk mengambil kesimpulan serta hikmah seperti yang termaktub dalam Surat al-Mulk ayat 10:

18 Quraish Shihab. Wawasan Al-Qur'an: Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat (Bandung: Mizan, 1996) hlm. 286-287.

” Dan mereka berkata: "Sekiranya kami mendengar berakal maka pasti kami tidak termasuk

19 penghuni neraka".” Itulah penjelasan mengenai bagian-bagian dari manusia sesuai pandangan Quraish

Shihab. Di sini terlihat bahwa Quraish Shihab mencoba memadukan antara ilmu pengetahuan dengan al-Qur'an saat berbicara tentang menusia, terutama dalam proses penciptaan dan proses kejadian manusia. Penjelasan tentang manusia ini akan berimplikasi secara tidak langsung terhadap pandangan Quraish Shihab mengenai perempuan.