Srikandi Pemuda Pancasila Sumatera Utara (1982 – 2007)

(1)

1

SRIKANDI PEMUDA PANCASILA SUMATERA UTARA (1982 – 2007) SKRIPSI SARJANA

DIKERJAKAN O

L E H

Nama : RIANA H HUTAGAOL Nim : 080706010

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

2

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

SRIKANDI PEMUDA PANCASILA SUMATERA UTARA (1982 – 2007) SKRIPSI SARJANA

DIKERJAKAN O

L E H

Nama : RIANA H HUTAGAOL Nim : 080706010

Pembimbing,

Dra. Nina Karina, M.SP

NIP. NIP 195908041985032002

Skripsi ini diajukan kepada panitia Fakultas Ilmu Budaya USU Medan, Untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana Ilmu Budaya

Dalam bidang Ilmu Sejarah

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

3

LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI

SRIKANDI PEMUDA PANCASILA SUMATERA UTARA (1982 – 2007) Yang diajukan oleh:

Nama : Riana H Hutagaol Nim : 080706010

Telah disetujui untuk diujikan dalam ujian skripsi oleh: Pembimbing,

Dra. Nina Karina, M.SP Tanggal, 27 Maret 2013

NIP 195908041985032002

Ketua Departeman Sejarah

Drs. Edi Sumarno, M. Hum Tanggal, 27 Maret 2013

NIP 196409221989031001

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(4)

4 2013

LEMBAR PERSETUJUAN KETUA DEPARTEMEN

DISETUJUI OLEH:

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

DEPARTEMEN SEJARAH Ketua Departemen,

Drs. Edi Sumarno, M.Hum. NIP 196409221989031001

Medan, 27 Maret 2013


(5)

5 PENGESAHAN:

Diterima Oleh:

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana Ilmu Budaya Dalam Ilmu Sejarah pada Fakultas Ilmu Budaya USU Medan

Pada :`

Tanggal : 11 April 2013

Hari : Kamis

Fakultas Ilmu Budaya USU Dekan,

Dr. Syahron Lubis. MA NIP 195110131976031001

Panitia Ujian

No. Nama Tanda Tangan

1. Drs. Edi Sumarno, M. Hum ( )

2. Drs. Nurhabsyah, M.Si ( )

3. Dra. Ratna, M.S ( )

4. Dra. Penina Simanjuntak, M.Si ( )

5. Dra. Nina Karina, MSP ( ( )


(6)

6

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala anugerah, kasih dan penyertaanNya yang selalu Penulis terima, termasuk sepanjang proses perkuliahan hingga penyusunan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk melengkapi persyaratan di dalam mencapai gelar sarjana di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara di bidang Ilmu Sejarah.

Suatu kebahagian tersendiri bagi penulis ketika mampu menyelesaikan rangkaian

penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “SRIKANDI PEMUDA PANCASILA

SUMATERA UTARA (1982-2007)”, sebab dari masa studi hingga penyelesaian program pendidikan di Fakultas Ilmu Budaya Departemen Ilmu Sejarah Universitas Sumatera Utara, Penulis menyadari adanya keterbatasan dalam pengerjaan skripsi ini. Akan tetapi, Penulis merasakan banyak memperoleh bantuan serta bimbingan yang cukup berharga dari berbagai pihak, terutama staf pengajar Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara serta rekan-rekan yang telah banyak membantu penyelesaian skripsi ini.

Penulis berharap agar tulisan ini berguna bagi semua pihak, penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu diharapkan saran dan kritik dari semua pihak demi kesempurnaan penulisan skripsi yang memiliki pembahasannya yang sama kedepannya

Medan, April 2013

Penulis, (Riana H Hutagaol) NIM: 080706010

UCAPAN TERIMAKASIH


(7)

7

Penulis menyadari bahwa pengerjaan skripsi ini bukan semata-mata kerja keras penulis sendiri. Namun, banyak pihak-pihak yang telah membantu penulis baik dalam bentuk dukungan materi maupun moril. Oleh karenanya, penulis di sini berkesempatan untuk mengucapkan terima kasih kepada mereka, yaitu:

1. Kepada keluarga Penulis orang tua, St. H. Hutagaol, SE dan L. Malau yang telah

memberikan cinta kasihnya kepada penulis dari kecil hingga selama kuliah, selalu mendoakan dan memberikan semangat, motivasi kepada Penulis. Penulis menyadari tanpa kasih sayang mereka dan materi yang diberikan, penulis tidak bisa menyelesaikan skripsi ini. Juga kepada kakak-adik tersayang Moon, Juan, Melda dan Nuel yang tidak henti-hentinya memberikan dukungan, doa dan semangat kepada Penulis setiap harinya

2. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatra Utara, Dr. Syahron Lubis,

M. A

3. Ketua Departemen Sejarah, Drs. Edi Sumarno, M. Hum, dan Sekretaris Departemen

Sejarah, Drs. Nurhabsyah, M.Si yang telah memberikan dukungan dan arahan kepada penulis

4. Dra. Nina Karina, M.SP selaku dosen pembimbing dan Ketua Srikandi Pemuda

Pancasila Sumatera Utara tahun 1998-2002 yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan skripsi ini

5. Drs. Timbun Ritonga selaku dosen wali yang yang telah membantu Penulis selama

masa perkuliahan


(8)

8

6. Dosen-dosen Departemen Sejarah yang telah memberikan amal ilmunya kepada

penulis selama masa kuliah

7. Abang Ampera yang juga telah memberi masukan serta motivasi selama penulis

menjalankan perkuliahan di Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

8. Dra. Fauziah Dongoran sebagai Ketua Srikandi Pemuda Pancasila Sumatera Utara

Tahun 1990-1996

9. Ir. Vera Azis selaku sekretaris Badan Koordinasi Srikandi Dewan Pimpinan Wilayah

Pemuda Pancasila Sumatera Utara Tahun 1997-1998

10. Efwita Nasution, SE selaku Ketua Srikandi Pemuda Pancasila Sumatera Utara Tahun

2003-2007

11. Sahabat terbaik Penulis yang tidak henti- hentinya memberikan doa, dukungan,

motivasi terhebat walau berada di seberang pulau, Reni Astuti Manurung, ST dan Yuni Victoria Sembiring yang sama-sama berjuang dalam memperoleh gelar sarjana, terimakasih telah menjadi sahabat-sahabat terbaik.

12. Teman-teman seperjuangan angkatan 2008 yang dikejar deadline skripsi Hotman

Siagian, Kuasa Saragih, Evi Christina, Wenny, Yhanie, Resty, Husein, Glorika, Erni, Pussy tetap semangat koslap

13. Leonardo Gultom sebagai teman berbagi, selalu mendengar setiap keluhan yang ada

dan tetap memberikan perhatiannya

14. Adek iban Moses Berutu yang selalu siap sedia dan menemani di saat Penulis

melakukan wawancara, terimakasih untuk bantuan dan dukungan yang diberikan.


(9)

9

15. Firman Sinaga dan Hotmean Siagian untuk semua bantuan, pertolongan dan

dukungan dalam penulisan skripsi ini

16. Seluruh teman-teman kontrakan Bunga Cempaka no 24, Ka Juju, Ka Nancy, Ka

Betty, Ka Evi dan Ka Reni yang telah menjadi saksi perjuangan dalam penulisan skripsi ini

17. Teman-teman sekampung Ika Afriani Manik, Sarah Siahaan dan Andrew Sirait yang

selalu bertanya kapan wisuda sebagai salah satu bentuk kepedulian dan perhatian

18. Anak-anak NERO Risma, Gaby, Bang Rando, Bang Surya, Bang Ai, Donald, Firman,

Hotman, dan Kak Herlin

Akhirnya, Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu, semoga segala amal baik mereka mendapatkan balasan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. Terima Kasih dan skripsi dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, April 2013 Penulis

Riana H Hutagaol


(10)

10 ABSTRAK

Organisasi Kemasyarakatan adalah organisasi yang dibentuk oleh anggota masyarakat Warganegara Republik Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kegiatan, profesi, fungsi, agama, dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, untuk beperan serta dalam pembangunan dalam rangka mencapai tujuan Nasional dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila. Demikianlah tujuan pembentukan organisasi Kemasyarakatan Pemuda Pancasila yang telah menghimpun potensi-potensi Pemuda yang konsekuen, militant dan dinamis, berjiwa Proklamasi 1945 dan berideologi PANCASILA, sebagai manifestasi dari pada SUMPAH PEMUDA untuk memperjuangkan terwujudnya cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945.

Wanita Pancasila yang akhirnya meleburkan diri kedalam Organisasi Pemuda Pancasila yang kemudian berubah nama menjadi Srikandi yang merupakan sub-ordinat dari Organisasi Pemuda Pancasila yang berdiri pada tahun 1982. Nama Srikandi diambil dari nama sosok perempuan Panglima Perang yang merupakan sosok putri kedua Prabu Drupada, raja Negara Pancala dengan permaisuri Dewi Gandawati, yang kemudian diperistri oleh Arjuna. Srikandi merupakan perempuan cantik, anggun, luwes, sayang keluarga, punya kekuasaan tapi dibalik kehebatannya dia mampu menjaga harkat dan martabatnya sebagai seorang perempuan dan berjuang untuk negaranya. Dari nama inilah diharapkan perempuan Pemuda Pancasila menjadi mitra sejajar pria bukan dibawah pria.

Adapun masalah yang diangkat dari skripsi ini adalah bagaimana perempuan khususnya Srikandi berperan di dalam organisasi dan di dalam masyarakat, eksistensi dan perjuangannya dalam meningkatkan kualitas perempuan di dalam berorganisasi dan bermasyarakat sehingga mampu mensejajarkan posisi di antara maraknya peranan pria di organisasi.

Metode penelitian dalam penulisan skripsi ini menggunakan metode sejarah yaitu: Heuristik, Kritik Sumber, Interpretasi, dan Historiografi. Dalam heuristik, sumber tentang Srikandi Pemuda Pancasila didapat dengan mengumpulkan sumber tertulis dan menggunakan penelitian lapangan melalui wawancara. Untuk kritik sumber digunakan agar keabsahan data tersebut dapat dinilai keobjektifannya melalui kritik intern dan kritik ekstern. Untuk metode interprtasi digunakan agar memastikan hasil penelitian dengan cara membandingkan dengan penelitian sebelumnya. Dalam historiografi dilakukan penyusunan hasil penelitian ke dalam karya tulis sejarah yang deskriptif analisis.

Kesimpulan penelitian ini adalah bagaimana Srikandi akhirnya mampu membentuk mental, intelektual dan kualitas perempuan di dalam berorganisasi sehingga pada akhirnya ketika diterjunkan di dalam masyarakat telah menjadi kader-kader yang mampu bersaing secara positif dan disegani karena kemampuannya bukan ditakuti karena keormasannya. Dan bagaimana akhirnya Srikandi mampu melakukan transformasi yang dimaksud adanya pergeseran citra atau image dari organisasi yang selama ini dijuluki dengan tukang pukul, preman dan sebagainya kepada transformasi intelektual dan profesionalisme.

Saran dari skripsi ini adalah perlu adanya penyuluhan kepada masyarakat tentang apa, siapa, bagaimana Srikandi itu karena Srikandi merupakan suatu wadah pembentukan kualitas perempuan Indonesia yang tangguh sehingga masyarakat bisa memahami dan ikut berpartisipasi, hal ini saya sebutkan karena sudah melekatnya image negatif di dalam organisasi Pemuda Pancasila membuat masyarakat antipati.


(11)

11 DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR i

UCAPAN TERIMAKASIH ii

ABSTRAK v

DAFTAR ISI vi

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang 1

1.2Rumusan Masalah 7

1.3Tujuan Dan Manfaat Penelitian 8

1.4Tinjauan Pustaka 8

1.5Metode Penelitian 9

BAB II PEMUDA PANCASILA DARI ORGANISASI KEMASYARAKATAN PEMUDA (OKP) MENJADI ORGANISASI MASYARAKAT (ORMAS) 2.1 Pemuda Pancasila sebagai Organisasi Kemasyarakatan

Pemuda (OKP) 31

2.2 Pemuda Pancasila sebagai Organisasi Kemasyarakatan

(ORMAS) 35

BAB III LATARBELAKANG BERDIRINYA SRIKANDI PP SUMUT

3.1 Pergerakan Wanita Indonesia 26

3.2 Berdirinya Pemuda Pancasila SUMUT 31

3.3 Berdirinya SRIKANDI PP SUMUT 35

3.4 Struktur Pengurus Satuan Srikandi Pemuda Pancasila


(12)

12

SUMUT 43

BAB IV DINAMIKA SRIKANDI PP SUMUT

4.1 Kepemimpinan Ketua Srikandi 46

4.2 Eksistensi SRIKANDI PP Sumut 57

4.3 Peranan SRIKANDI PP Sumut di dalam organisasi 58

4.4 Orientasi gerak SRIKANDI PP Sumut 60

4.5 Pasang surut berdirinya SRIKANDI PP Sumut 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 63

5.2 Saran 64

DAFTAR PUSTAKA 66

DAFTAR INFORMAN LAMPIRAN


(13)

10 ABSTRAK

Organisasi Kemasyarakatan adalah organisasi yang dibentuk oleh anggota masyarakat Warganegara Republik Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kegiatan, profesi, fungsi, agama, dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, untuk beperan serta dalam pembangunan dalam rangka mencapai tujuan Nasional dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila. Demikianlah tujuan pembentukan organisasi Kemasyarakatan Pemuda Pancasila yang telah menghimpun potensi-potensi Pemuda yang konsekuen, militant dan dinamis, berjiwa Proklamasi 1945 dan berideologi PANCASILA, sebagai manifestasi dari pada SUMPAH PEMUDA untuk memperjuangkan terwujudnya cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945.

Wanita Pancasila yang akhirnya meleburkan diri kedalam Organisasi Pemuda Pancasila yang kemudian berubah nama menjadi Srikandi yang merupakan sub-ordinat dari Organisasi Pemuda Pancasila yang berdiri pada tahun 1982. Nama Srikandi diambil dari nama sosok perempuan Panglima Perang yang merupakan sosok putri kedua Prabu Drupada, raja Negara Pancala dengan permaisuri Dewi Gandawati, yang kemudian diperistri oleh Arjuna. Srikandi merupakan perempuan cantik, anggun, luwes, sayang keluarga, punya kekuasaan tapi dibalik kehebatannya dia mampu menjaga harkat dan martabatnya sebagai seorang perempuan dan berjuang untuk negaranya. Dari nama inilah diharapkan perempuan Pemuda Pancasila menjadi mitra sejajar pria bukan dibawah pria.

Adapun masalah yang diangkat dari skripsi ini adalah bagaimana perempuan khususnya Srikandi berperan di dalam organisasi dan di dalam masyarakat, eksistensi dan perjuangannya dalam meningkatkan kualitas perempuan di dalam berorganisasi dan bermasyarakat sehingga mampu mensejajarkan posisi di antara maraknya peranan pria di organisasi.

Metode penelitian dalam penulisan skripsi ini menggunakan metode sejarah yaitu: Heuristik, Kritik Sumber, Interpretasi, dan Historiografi. Dalam heuristik, sumber tentang Srikandi Pemuda Pancasila didapat dengan mengumpulkan sumber tertulis dan menggunakan penelitian lapangan melalui wawancara. Untuk kritik sumber digunakan agar keabsahan data tersebut dapat dinilai keobjektifannya melalui kritik intern dan kritik ekstern. Untuk metode interprtasi digunakan agar memastikan hasil penelitian dengan cara membandingkan dengan penelitian sebelumnya. Dalam historiografi dilakukan penyusunan hasil penelitian ke dalam karya tulis sejarah yang deskriptif analisis.

Kesimpulan penelitian ini adalah bagaimana Srikandi akhirnya mampu membentuk mental, intelektual dan kualitas perempuan di dalam berorganisasi sehingga pada akhirnya ketika diterjunkan di dalam masyarakat telah menjadi kader-kader yang mampu bersaing secara positif dan disegani karena kemampuannya bukan ditakuti karena keormasannya. Dan bagaimana akhirnya Srikandi mampu melakukan transformasi yang dimaksud adanya pergeseran citra atau image dari organisasi yang selama ini dijuluki dengan tukang pukul, preman dan sebagainya kepada transformasi intelektual dan profesionalisme.

Saran dari skripsi ini adalah perlu adanya penyuluhan kepada masyarakat tentang apa, siapa, bagaimana Srikandi itu karena Srikandi merupakan suatu wadah pembentukan kualitas perempuan Indonesia yang tangguh sehingga masyarakat bisa memahami dan ikut berpartisipasi, hal ini saya sebutkan karena sudah melekatnya image negatif di dalam organisasi Pemuda Pancasila membuat masyarakat antipati.


(14)

1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dewasa ini perempuan sebagai sumber insani yang amat potensial bagi

pembangunan, menempati jumlah terbesar dalam masyarakat.1 Sumber ini tidak pernah habis

karena merupakan kekayaan nasional yang tidak ternilai harganya dan akan lebih berharga

lagi apabila dipersiapkan sebagai kader pembangunan.2

Melihat hasil sensus penduduk tahun 1990-2000, yang mencatat penduduk Indonesia terdiri dari pria : 49,53 juta jiwa dan wanita : 51,47 juta jiwa, maka sudah selayaknya ditinjau apakah kaum perempuan dibandingkan dengan kaum pria sudah berperan serta sepenuhnya dalam pembangunan nasional, jumlah perempuan di Indonesia saat ini sebanyak ± 50, 3% dari seluruh jumlah penduduk Indonesia.

Perhatian yang ditujukan terhadap masalah perempuan di dalam organisasi sosial kemasyarakatanpun masih sangat kecil, menyertakan perempuan di dalam proses pembangunan yang nyata bukanlah hanya suatu tindakan perikemanusiaan yang adil belaka, melainkan tindakan nyata didalam memasukkan perempuan didalam proses pembangunan bangsa merupakan tindakan efisien. Bukankah ikutnya perempuan di dalam pembangunan berarti pula memanfaatkan suatu sumber manusia dengan potensi yang tinggi.

3

1

Perempuan = orang (manusia) yg mempunyai puki, dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak, dan menyusui ; Wanita = perempuan dewasa: kaum - kaum putri (dewasa), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta : Bumi Aksara 1991, hal 1251 dan 1616.

2

Pudjwati Sajogyo, Peranan wanita dalam masyarakat desa, Jakarta: CV Rajawali, 1983, hal 42. Jumlah yang besar ini merupakan potensi

3


(15)

2

dari sumber daya manusia yang perlu didayagunakan di dalam pembangunan. Hal ini pun didukung dengan adanya kesadaran internasional yang didukung dengan data-data sebagai berikut : 4

a) Jumlah perempuan lebih banyak dari jumlah pria

b) 70% perempuan di dunia ini masih perlu diangkat dalam apa yang disebut

dengan arus utama pembangunan.

c) 50% dari tenaga kerja di dunia adalah perempuan

d) 66% jam kerja yang ada adalah jam kerja perempuan

e) Perempuan hanya memperoleh 10% pendapatan dunia

f) Perempuan hanya memiliki ± 1% dari world properties

Data tersebut membuktikan gambaran keadaan perempuan Indonesia bahwa betapa usaha-usaha mengintregasikan potensi-potensi kaum perempuan dalam pembangunan nasional kita ini, merupakan sesuatu yang bersifat mendesak. Dalam zaman pembangunan yang multidimensional ini, maka disamping tugas pokoknya sebagai pembina kesejahteraan keluarga pada umumnya dan pembina generasi muda pada khususnya, maka dari kaum perempuan dituntut pula partisipasinya dalam kehidupan kemasyarakatan yang berguna bagi tercapainya tujuan pembangunan.

4


(16)

3

Kemajuan yang dicapai oleh perempuan Indonesia dimulai dari Kongres Wanita I sampai saat ini grafiknya terus menanjak. Kenaikan ini bukan berarti sudah memenuhi keinginan kaum perempuan seluruhnya, karena masih banyak kedudukan dan hal-hal perempuan yang masih harus diperjuangkan lagi, sehingga benar-benar dapat tercipta hak yang sama sebagaimana yang tercantum dalam UUD 1945.

UUD 1945 pun telah menjamin adanya kesamaan kedudukan, kesamaan hak dan kewajiban setiap warga negara. Dengan rumusan–rumusan konstitusional itulah maka kaum perempuan Indonesia telah dibekali dengan kekuatan yang dapat menempatkan dirinnya sebagai salah satu unsur perjuangan bangsa Indonesia yang sama kemampuan dan haknya dengan kaum pria dan yang kemampuan dan kewajibannya tidak terbatas pada lingkup keluarganya.

Peranan (role) ialah tingkah laku yang diwujudkan sesuai dengan hak-hak dan

kewajiban-kewajiban suatu kedudukan tertentu.5

1. Perempuan sebagai istri pendamping suami

Pada umumnya peranan perempuan dapat dibagi berdasarkan Panca Dharma Wanita sebagai berikut :

2. Perempuan sebagai ibu rumah tangga dalam keluarga

3. Perempuan sebagai pekerja sosial dan penambah pendapatan keluarga

4. Perempuan sebagai ibu pendidik anak-anaknya

5. Perempuan sebagai warga negara dan anggota masyarakat

5

Badan Pembinaan Hukum Nasional, Seminar Aspek-aspek Peranan Wanita, Jakarta: Binacipta, 1986, hal. 232-234.


(17)

4

Perempuan sebagai warga negara dan anggota masyarakat yang bergerak dalam kehidupan sosial-ekonomi dan politik, dimana Perempuan sebagai warga masyarakat harus pula menunjukkan baktinya di tengah-tengah masyarakat atau dengan pengertian lain bahwa wanita mempunyai kewajiban di luar rumahtangga yaitu di lingkungan masyarakat. Sebagai warga masyarakat perempuan harus memperhatikan perkembangan ditengah-tengah masyarakat itu sendiri, misalnya berpartisipasi bagi kemajuan masyarakat dan melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan sosial atau organisasi.

Jika kita melihat sisi historis Kongres Perempuan Indonesia pertama diselenggarakan pada tanggal 22 Desember 1928 yang diprakarsai oleh Ibu Soekanto (Wanita Oetomo), Nyi Hajar Dewantoro (Wanita Taman Siswa), dan Nona Soejatin (Putri Indonesia). Ki Hajar Dewantara menyambut peristiwa itu sebagai tonggak sejarah pergerakan perempuan Indonesia dan mengakhiri sambutannya dengan tembang “witing kelopo” yang

melambangkan sebagai mahluk yang sanggup dan mampu mengatur masyarakat.6

Demikianlah sedikit ungkapan sejarah permulaan pergerakan perempuan Indonesia, bahwa semenjak itulah kaum perempuan dengan kaum pria bahu membahu berjuang bersama untuk kejayaan nusa dan bangsa, tidak pernah absen pada tahap perjuangan. Di era Reformasi perempuan sudah terlibat di dalam pembangunan secara nyata, misalnya keterlibatan perempuan di dalam Organisasi Kemasyarakatan, salah satunya ialah Organisasi

6


(18)

5

Kemasyarakatan (ORMAS) Pemuda Pancasila Sumatera Utara, adapun perjalanan panjang Pemuda Pancasila dimulai semenjak era kemerdekaan Indonesia.

Pada mulanya Pada tanggal 28 Oktober 1962 Wanita Pancasila dilahirkan oleh IPKI (Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia) bersamaan dengan Pemuda Pancasila untuk mengimbangi GERWANI Komunis pada saat itu. Tahun 1973 setelah pemerintah Indonesia mengeluarkan UU No.3 tentang pengurangan partai politik dari 10 partai menjadi 3 partai yaitu PDI, P3, GOLKAR, kemudian IPKI (Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia) memutuskan melakukan peleburan partai kedalam PDI. Sehingga pada tahun 1974 Pemuda Pancasila menunjukkan reaksi keberatan terhadap kebijakan IPKI tersebut dan keluar dari naungan IPKI dan menyatakan dirinya Independen, tidak lagi sebagai anak partai dari IPKI tetapi telah berdiri sendiri. Ternyata hal ini membawa dampak yang kurang sehat dalam tubuh Wanita Pancasila, mereka tidak menunjukkan reaksi pada kebijakan IPKI tersebut tetapi mereka mulai mengalami penurunan, kegiatannya tidak pernah lagi kelihatan, seolah-olah bagaikan wadah yang mati sampai pada tahun 1980.

Pada tahun 1980 Wanita Pancasila menyatukan diri dengan Pemuda Pancasila. Pada tahun 1980 pada Mubes ke III Pemuda Pancasila di Cibubur, masalah perempuan Pancasila dimasukkan ke dalam agenda pembahasan. Maka disepakati bahwa nama perempuan Pancasila diganti menjadi Srikandi Pemuda Pancasila, dan pemantapan nama Srikandi dilakukan di Jakarta tahun 1982. Pada tahun 1982 atas usulan rancangan rancangan yang diajukan DPW Pemuda Pancasila Sumatera Utara dibawah pimpinan Amran YS, disepakati penyempurnaan nama Wanita Pancasila menjadi SRIKANDI.


(19)

6

Nama Srikandi sendiri tercetus oleh Dik Tandayu yang merupakan ketua bidang Peranan Wanita Dewan Pimpinan Pusat Pemuda Pancasila, nama sosok perempuan Panglima Perang yang merupakan sosok putri kedua Prabu Drupada, Raja Negara Pancala dengan

Permaisuri Dewi Gandawati, yang kemudian diperistri oleh Arjuna.7

Pada tahun 1989 melalui Musyawarah Wilayah Pemuda Pancasila Sumatera Utara VIII dibentuklah bidang Peranan Wanita. Maka kehidupan berorganisasi Srikandi Pemuda Pancasila menjadi berkembang secara struktural karena dimasukkannya ke dalam susunan kepengurusan di Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Sumatera Utara bidang Peranan Wanita dan menjadikan Srikandi Pemuda Pancasila ini lebih berkembang secara kuantitatif dan kualitasnya. Tahun 1990 DPW Pemuda Pancasila Sumatera Utara membentuk BKS (Badan Kordinasi Srikandi) Pemuda Pancasila Sumatera Utara dengan SK NO.OO3/KPTS-PP/SU/I/1990, dengan ketuanya langsung dipegang oleh Wakil Ketua Bidang Peranan Wanita. Tahun 1994 MPP Pemuda Pancasila di Cisarua Bogor memutuskan BKS Pemuda Pancasila masuk sebagai satu lembaga di AD/ART dan tahun 1996 saat Mubes VI di Jakarta Srikandi merupakan perempuan cantik, anggun, luwes, sayang keluarga, punya kekuasaan tapi dibalik kehebatannya dia mampu menjaga harkat dan martabatnya sebagai seorang perempuan dan berjuang untuk negaranya. Dari nama inilah diharapkan perempuan Pemuda Pancasila menjadi mitra sejajar pria bukan dibawah pria. Maka pembinaan peranan wanita sebagai mitra sejajar pria ditujukan untuk meningkatkan peran aktif dalam pembangunan serta kemampuan wanita lebih ditingkatkan dalam penguasaan ilmu dan teknologi, termasuk pula proses pengambilan keputusan dan mampu menghadapi perubahan baik didalam masyarakat maupun keluarga.

7


(20)

7

BKS Pemuda Pancasila menjadi Lembaga Srikandi Pemuda Pancasila dan masuk kedalam AD/ART.

Salah satu lembaga yang ada di dalam Pemuda Pancasila adalah BKS atau Badan Koordinasi Srikandi yang dibentuk pada tahun 1990 di Sumatera Utara yang pada Mubes ke VI resmi menjadi Lembaga Srikandi dan dimasukkan ke dalam AD/ ART dan langsung dipimpin oleh Ketua Bidang Peranan Wanita di Dewan Pimpinan Wilayah Pemuda Pancasila Sumatera Utara. Peranan Srikandi ini adalah merekrut kader dari kalangan wanita, sebab banyak organisasi yang tidak tahu bahwa Pemuda Pancasila ada wanitanya. Barangkali karena nama Pemuda didepan Pancasila sehingga identik dengan jenis kelamin laki-laki, maka masyarakat menganggap pemuda Pancasila organisasinya laki- laki. Tapi setelah dikenalkannya nama Srikandi ternyata banyak wanita yang suka dan masuk menjadi anggota organisasi Pemuda Pancasila.

Memang jumlah anggota Srikandi Pemuda Pancasila Sumut belum didata secara pasti, tetapi sebenarnya jumlah anggota Srikandi tidak kalah jauh dari jumlah anggota pemudanya, padahal organisasi Pemuda Pancasila sudah mengakar di tingkat basis, yakni ranting- ranting tetapi amat disayangkan jumlah Srikandi yang besar tidak dioptimalkan perannya. Srikandi memang sering kecewa karena tidak diperhatikan, banyak program kerja yang ingin dilaksanakan oleh Srikandi tetapi karena birokrasi membuat program kerja tidak jalan. Peranan wanita seolah nama baru di dalam di Pemuda Pancasila yang menjalankan program sendiri dan sementara Srikandi juga melaksanakan program sendiri, semestinya tidak begitu karena peranan wanita itu hanya menjalankan program yang didukung Srikandi.


(21)

8 1.2 Rumusan Masalah

Dalam pertumbuhan dan perkembangan peranan perempuan Indonesia di dalam organisasi masyarakat telah mengalami berbagai peristiwa sejarah. Peristiwa-peristiwa sejarah tersebut sangat banyak dan tidak semua bisa di tulis dan di teliti satu persatu.

Melihat begitu banyaknya peristiwa sejarah yang ada di dalam perjuangan peranan perempuan-perempuan Indonesia, khususnya perempuan di dalam organisasi Pemuda Pancasila maka pokok permasalahan yang akan dibahas oleh penulis adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana latar belakang lahirnya SRIKANDI PP SUMUT?

2. Bagaimana perkembangan dan dinamika SRIKANDI di dalam organisasi Pemuda

Pancasila SUMUT ?

3. Apa peranan SRIKANDI di dalam organisasi kemasyarakatan Pemuda Pancasila

SUMUT?

1.3Tujuan dan Manfaat.

Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian mengenai perempuan di dalam Ormas Srikandi PP Sumut :

1. Menjelaskan latar belakang lahirnya SRIKANDI PP SUMUT

2. Menjelaskan bagaimana perkembangan dan dinamika SRIKANDI PP SUMUT

3. Menjelaskan peranan SRIKANDI di dalam organisasi Pemuda Pancasila

Manfaat yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian mengenai perempuan di dalam Ormas Srikandi PP Sumut :


(22)

9

1. Memberi informasi bagi peneliti dan pembaca serta tentang Srikandi Pemuda

Pancasila di Sumatera Utara

2. Pembaca mengetaui peranan Srikandi Pemuda Pancasila di Sumatera Utara

3. Memperkaya inventarisasi pergerakan perempuan, serta membantu pemerintah dalam

mendokumentasikan Srikandi Pemuda Pancasila. 1.4. Tinjauan Pustaka

Ada beberapa buku yang digunakan sebagai tinjauan pustaka untuk mendekatkan konsep-konsep teori yang diajukan dalam penelitian ini dan diharapkan mampu mendekatkan dengan pokok permasalahan yang ada.

Adapun salah satu buku yang digunakan adalah “ Swadaya Politik Masyarakat “ oleh

Arbi Sanit tahun 1998 dimana buku ini membahas tentang organisasi didalam kemasyarakatan dimana organisasi masyarakat merupakan unit sosial yang sengaja dibentuk atau didirikan kembali dengan penuh pertimbangan dalam rangka mencapai tujuan-tujuan tertentu.

Buku kedua yang digunakan penulis sebagai acuan penulisan proposal ini yaitu “Partisipasi Wanita dalam Pembangunan” oleh Ny. L Sutanto tahun 1977, dimana buku ini membahas tentang persamaan hak dan kewajiban antara pria dan wanita, dan tidak ada satupun yang mencerminkan diskriminasi terhadap kaum wanita. Dengan rumusan–rumusan konstitusional itulah maka kaum wanita Indonesia telah dibekali dengan kekuatan yang dapat menempatkan dirinya sebagai salah satu unsur perjuangan bangsa Indonesia yang sama kemampuan dan haknya dengan kaum pria dan yang kemampuan dan kewajibannya tidak terbatas pada lingkup keluarganya juga di dalam lingkungan masyarakat termasuk didalam berorganisasi.


(23)

10

Buku ketiga yang digunakan adalah “Perkembangan Sosial Politik Organisasi

Pemuda Pancasila Sumatera Utara” oleh Nina Karina tahun 2009. Dalam penulisan ini mengungkapkan peranan organisasi Pemuda Pancasila yang secara langsung dapat menyentuh masyarakat Sumatera Utara melalui program-program yang sudah direncanakan, termasuk juga peranan Srikandi sebagai salah satu elemen di dalam tubuh Pemuda Pancasila, baik dalam menggalang pemuda untuk berpartisipasi dalam pembangunan maupun dalam bentuk kegiatan yang dapat memperlancar roda pembangunan di Sumatera Utara.

Buku keempat yang digunakan adalah “ Kedudukan Wanita Indonesia dalam

Hukum dan Masyarakat” oleh Nani Soewondo tahun 1997. Dalam buku ini dituliskan berbicara tentang wanita tak terlepas dari konsep emansipasi, karena justru hal inilah yang menjadi tema sentral perdebatan panjang selama ini. Penindasan kaum wanita dianggap mengingkari nilai-nilai hakiki pemberian ilahi dan merupakan penyelewengan terhadap martabat wanita sendiri. Karena itu kemudian muncullah gerakan-gerakan emansipasi yang memeratakan persamaan hak antara pria dan wanita.

Buku kelima yang digunakan adalah “Buku Saku Anggota Pemuda Pancasila” oleh

Sekretariat Jenderal Pimpinan Pusat Pemuda Pancasila. Dalam buku ini dituliskan tentang visi misi dari organisasi Pemuda Pancasila itu sendiri, program, struktur organisasi, anggaran-anggaran, keputusan musyawarah besar dan esensi dari Pemuda Pancasila tersebut.

1.5 Metode Penelitian.

Kemajuan ilmu pengetahuan dalam berbagai bidang, sangat berpengaruh terhadap ilmu sejarah, setiap gejala sejarah tampak sebagai kompleksitas yang mencakup berbagai aspek


(24)

11

atau memiliki berbagai dimensi. Analisis terhadap suatu unsur dan faktor penyebab yang melatar-belakangi gejala sejarah, oleh karena itu penggarapan sejarah harus menggunakan metodologi dan teori serta konsep-konsep dari ilmu-ilmu lain seperti ilmu Sosiologi, Antropologi dan lain-lain. Metodologi adalah ilmu yang membahas mengenai cara-cara yang di gunakan untuk mengumpulkan data dan menjelaskan segala suatu peristiwa sejarah dengan bantuan seperangkat konsep dan teori.

Metode penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam menyusun tulisan, dilakukan melalui tahapan-tahapan penulisan yang disesuaikan dengan syarat-syarat dalam penulisan sejarah. Secara kronologis penulis menempuh langkah-langkah penulisan berikut :

Langkah Pertama yaitu Heuristik.

Yaitu proses pemilihan objek dan pengumpulan informasi atau sumber yang berkaitan dengan tulisan yang sedang dikaji. Untuk mengumpulkan sumber-sumber atau data mengenai peralihan sistem Peranan Perempuan dalam Organisasi Kemasyarakatan (ORMAS) Penulis

melakukan dua metode. Metode yang pertama dilakukan melalui metode penelitian

kepustakaan (library research). Penulis mengumpulkan sumber yang berupa buku-buku yang

relevan, majalah, artikel –artikel, skripsi dan karya tulis yang pernah ditulis sebelumnya berkaitan dengan judul yang dikaji dari Perpustakaan Universitas Sumatera Utara.

Beberapa buku yang digunakan penulis untuk penulisan skripsi ini adalah buku-buku dari perpustakaan Universitas Sumatera Utara dan dokumen, arsip dan poto-poto didapat dari

Srikandi Pemuda Pancasila Sumatera Utara. Field research (penelitian lapangan) yaitu


(25)

12

wawancara. Penulis melakukan wawancara dengan berbagai pihak, seperti wawancara dengan Ketua Srikandi Pemuda Pancasila Sumatera Utara, Srikandi-Srikandi Pemuda Pancasila, beberapa anggota Pemuda Pancasila dan masyarakat sekitar.

Langkah kedua Kritik Intern dan Ekstern

Proses ini merupakan proses kedua sesudah pengumpulan data. Kritik intern yaitu melihat dan menyelidiki isi dari sumber-sumber sejarah dalam hal ini buku-buku dan dokumen yang berkaitan yang dikumpulkan. Dalam proses menulis, penulis meneliti apakah pernyataan yang dibuat merupakan fakta historis. Kritik Intern meliputi isi dan bahasa. Selanjutnya, akan dilakukan kritik ekstern yang menyelidiki keadaan luar dari sumber-sumber penulisan yang meliputi penelitian terhadap otentik tidaknya tulisan untuk mengetahui keaslian atau palsukah sumber tersebut, juga bentuk kertas dan usia dari sumber yang bersangkutan.

Langkah ketiga Interpretasi

Yaitu hasil pengamatan dan menganalisa sumber- sumber itu suatu dengan berpedoman pada fenomena yang telah di selidiki. Dalam tahapan ini data yang diperoleh dianalisis sehingga melahirkan suatu analisis yang baru yang sifatnya lebih objektif dan ilmiah dari objek yang diteliti. Objek kajian yang cukup jauh ke belakang serta minimnya data dan fakta yang ada membuat interpretasi menjadi sangat vital dan dibutuhkan keakuratan serta analisis yang tajam agar mendapat fakta sejarah yang objektif. Dalam menganalisis permasalahan, penulis juga menggunakan ilmu bantu sosiologi. Karena dalam


(26)

13

permasalahannya, penulis berbicara tentang sistem dan struktur serta perubahan yang terjadi di dalam pandangan terhadap peranan perempuan.

Langkah keempatHistoriografi

Proses ini adalah tahapan terakhir dalam langkah- langkah penulisan sejarah dimana melakukan pemaparan atas hasil sintesa dengan merangkum semuanya menjadi sebuah tulisan ilmiah. Dimana dibuat penyusunan kesaksian yang dapat dipercaya tersebut menjadi satu kisah atau kajian yang menarik dan selalu berusaha memperhatikan aspek kronologisnya. Metode yang dipakai dalam penulisan ini adalah deskriptif analitis yaitu dengan menganalisis setiap data dan fakta yang ada untuk mendapatkan penulisan sejarah yang kritis dan ilmiah.


(27)

14 BAB II

PEMUDA PANCASILA DARI ORGANISASI KEMASYARAKATAN PEMUDA MENJADI ORGANISASI KEMASYARAKATAN

2.1Organisasi Pemuda Pancasila sebagai Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP) Organisasi Kemasyarakatan Pemuda yaitu lembaga kepemudaan yang tumbuh dan eksis dalam masyarakat, dimana umur dari anggota-anggotanya dibatasi sampai dengan umur 35

tahun.Didalam penjelasan atas Peraturan Pemerintah Indonesia Nomor 18 thun 1986 tentang

Pelaksanaan Undang-Undang no 8 tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan bahwa untuk melaksanakan Undang-Undang nomor 8 tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan agar dapat berlaku secara berdaya guna dan berhasil ditengah-tengah

masyarakat sehingga perlu ditetapkan peraturan pemerintah.8

Setelah keluarnya Undang-Undang nomor 8 tahun 1985 tentang keormasan, maka dalam undang-undang itu diatur, bahwa organisasi kemasyarakatan bersifat independen. Pada masa Orde Baru partai politik pada waktu itu hanya tiga, yaitu PPP, GOLKAR, dan PDI. Sebagai wadah penyaluran aspirasi politik bagi setiap orang, kelompok, lembaga atau

8

Nina Karina,Perkembangan Sosial Politik Organisasi Pemuda Pancasila Sumatera Utara, Medan: Percetakan TATI GROUP , 2009, hal. 52.


(28)

15

komponen masyarakat lainnya, maka organisasi Pemuda Pancasila mempercayakan Golongan Karya sebagai tempat aspirasinya politiknya. Tetapi pada Mubeslub tahun 1999 di cipayung Jawa Barat aspirasi politiknya itu dicabut dan organisasi Pemuda Pancasila menjadi independent sampai sekarang.

Membicarakan struktur organisasi Pemuda Pancasila secara garis besar tidak jauh berbeda dengan organisasi kemasyarakatan pemuda lainnya, karena sama-sama membicarakan tentang suatu kerangka hubungan yang berstruktur yang didalamnya terdapat wewenang dan tanggung jawab serta pembagian kerja untuk menjalankan fungsinya masing-masing. Pada saat Pemuda Pancasila masih berbasis Organisasi Kemasyarakatan Pemuda(OKP) dipakai istilah “Dewan” untuk susunan kepengurusannya dan semenjak menjadi Organisasi Kemasyarakatan (ORMAS) berubah menjadi “Majelis”. Pada tahun 1996 bulan Desember diadakanlah Musyawarah Wilayah ke-XI Dewan Pimpinan Wilayah Pemuda Pancasila Sumatera Utara yang mengeluarkan beberapa pokok pikiran antara lain:

1. Dewan Pimpinan Wilayah Pemuda Pancasila hasil musyawarah Pemuda Pancasila

Sumatera Utara dalam mengemban misi dan visi dalam pembangunan nasional akan sangat tergantung pada kualitas kepemimpinan yang berperan pada segenap jenjang struktur organisasi.

2. Pemuda Pancasila sebagai salah satu organisasi terdepan dalam penumpasan komunis

beserta dengan antek-anteknya senantiasa tetap waspada terhadap bahaya laten komunis yang sewaktu-waktu dapat muncul menjadi gerakan nyata dalam menumbangkan ideologi Pancasila.


(29)

16

3. Menguatkan arus globalisasi sebagai akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi khususnya transportasi dan komunikasi menghadapkan bangsa Indonesia khususnya masyarakat Sumatera Utara kepada pemikiran-pemikiran yang dibingkai oleh faham liberalis yang semakin dominan dalam pergaulan antar bangsa.

4. Pembangunan ekonomi yang dilaksanakan diakui telah memperlihatkan hasil dimana

penghasilan perkapita bangsa Indonesia semakin meningkat, akan tetapi disisi lain masalah pemerataan pendapatan dan ketimpangan pembangunan masih tetap merupakan isu sentral yang harus mendapatkan penyelesaian.

5. Pemuda Pancasila tetap memiliki komitmen yang tinggi dan mendukung upaya

pemerintah dalam penanganan kemiskinan melalui Inpres Desa Tertinggal (IDT), Gerakan Marsipature Huta Na Be (MHB) yang sudah memperlihatkan hasil.

6. Bangsa Indonesia khususnya yang berdiam di Sumatera Utara merupakan bangsa dan

masyarakat yang majemuk, oleh karena itu Pemuda Pancasila menyusulkan agar dibentuk dan diterapkan peraturan perundang-undangan untuk kemajemukan ini agar tidak berpotensi menimbulkan disintegrasi bangsa.

7. Keberhasilan pembangunan politik ditandai oleh berfungsinya mekanisme politik,

dimana salah satu diantaranya adalah pemilihan umum yang akan dilaksanakan pada tanggal 29 Mei 1997.

8. Pemuda Pancasila Sumatera Utara tetap mendukung sepenuhnya kesinambungan

perjuangan Orde Baru dan pelaksanaan dwi fungsi ABRI, mendukung sepenuhnya kebijakan pemerintah untuk menciptakan aparatur yang bersih dan berwibawa serta tegaknya hukum yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.


(30)

17

9. Pemuda Pancasila mengusulkan kepada pemerintah menindak dengan tegas dan tanpa

pandang bulu para penjual serta pemakai minuman keras, pil ectasy, pil koplo, ganja dll yang dapat merusak fisik dan psikis bangsa Indonesia.

10.Pemuda Pancasila menyatakan siap mendukung sepenuhnya upaya pemerintah dan

aparat kepolisian dalam menindak pelaku serta penyelenggara segala bentuk kejahatan yang akhir-akhir ini semakin berkembang di wilayah Sumatera Utara.

Adapun struktur organisasi Pemuda Pancasila sewaktu menjadi Organisasi

Kemasyarakatan Pemuda secara keseluruhan adalah sebagai berikut :9

1. Ketua Dewan Penasehat

a. Dewan Penasehat :

2. Anggota-anggota.

b. Dewan Pembina :

1. Ketua Dewan Pembina

2. Anggota-anggota

c. Presidium

1. Ketua Presidium

2. Wakil Ketua

3. Anggota-anggota

9Ibid.,


(31)

18 d. Badan Pelaksana Harian :

1. Seorang Ketua

2. Wakil-wakil ketua

3. Sekretaris

4. Wakil-wakil Sekretaris

5. Bendahara

6. Wakil-wakil Bendahara

7. Biro-biro

e. Lembaga-lembaga

f. Koperasi

g. Yayasan.

Susunan Kepengurusan Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pimpinan Wilayah, Dewan Pimpinan Cabang, Pimpinan Ranting dan pimpinan Anak Ranting semuanya terdapat didalam AD dan ART (Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga). Adapun struktur organisasinya secara keseluruhan adalah sebagai berikut :

1. Dewan Penasehat ( ada di DPP, DPW dan DPC)

2. Dewan Pembina (ada di DPP, DPW, DPC)

3. Presidium (di DPP dan DPW)


(32)

19

Didalam organisasi Pemuda Pancasila pembagian kerjanya disebut dengan Departemen pada Majelis Pimpinan Pusat, di Majelis Pimpinan Wilayah dibentuk Biro, di Majelis Pimpinan Cabang dibentuk bagian dan pada Pimpinan anak Cabang dibentuk seksi, maka biro yang ada di Majelis Pimpinan Wilayah Pemuda Pancasila Sumatera Utara berada pada Badan Pelaksana Harian yang bertugas untuk mengkoordinir setiap kegiatan organisasi Pemuda Pancasila ditingkat Propinsi Sumatera Utara. Dalam organisasi Pemuda Pancasila Sumatera Utara ada tujuh biro :

1. Biro Organisasi, Pendidikan dan pengembangan Anggota

2. Biro Cendikiawan dan Penelitian

3. Biro Seni Budaya dan Olahraga

4. Biro kewiraswastaan dan Pengembangan Usaha

5. Biro Hukum dan hubungan Lembaga Negara

6. Biro pengembangan Sumber Daya Manusia dan Lingkungan Hidup

7. Biro Peranan Wanita

Dalam menghadapi tantangan-tantangan dalam menjalankan program kerja Organisasi Pemuda Pancasila Sumatera Utara perlu untuk melakukan langkah-langkah terobosan dalam memperkuat keadaannya di tengah-tengah masyarakat dan diantara OKP-OKP lainnya. Adapun langkah-langkah yang dapat dicapai melalui pendataan kembali seluruh anggota Pemuda Pancasila dari pengurus wilayah sampai anak ranting, kemudian pelaksanann kaderisasi. Kemudian dilakukan pembentukan lembaga-lembaga pada organisasi Pemuda Pancasila seperti: Satuan Pelajar dan Mahasiswa(SAPMA), Badan Koordinasi Srikandi


(33)

20

(BKS), Lembaga Penyuluhan dan Pembelaan Hukum (LPPH), dan Komando Inti (KOTI MAHATIDANA).

Adapun pembentukan lembaga-lembaga ini dilakukan dalam rangka merubah citra Pemuda Pancasila yang dipandang negatif dengan melakukan pengkaderan dari kalangan terpelajar seperti SAPMA dan LPPH diharapkan bahwa pengembangan sumber daya manusia yang lebih berkualitas. Jadi tuntutan akan kualitas sumber daya manusia guna mengantisipasi pengelolaan organisasi, kaderisasi akan turut mempengaruhi kualitas orientasi dari OKP itu sendiri dalam menjawab persoalan bangsa, masyarakat dan masa depan. Konkritnya setiap anggota Pemuda Pancasila Sumatera Utara termasuk pengurusnya harus mengaktualisasikan potensi dirinya sebagai kader organisasi sehingga akan mampu mengakumulasikan diri dalam merespon serta menjawab permasalahan.

Selain itu tantangan kedepan juga menyangkut bagaimana kemandirian Pemuda Pancasila Sumatera Utara. Salah satu faktor penting bagi sebuah organisasi yaitu masalah kemandirian. Karena kemandirian akan memperkuat Pemuda Pancasila Sumatera Utara bisa bertahan dari ujian kultural, maupun dari gesekan-gesekan berbagai kepentingan baik, antara OKP serta kekuatan sospol lainnya di Sumatera Utara haruslah dapat terjalin dengan harmonis saling bahu membahu, berat sama dipikul dan ringan sama dijinjing saling menghormati perbedaan antara sesame organisasi kepemudaan.

2.3 Pemuda Pancasila sebagai Organisasi Kemasyarakatan (ORMAS) 2001 sampai sekarang

Derasnya arus reformasi yang mengkehendaki perubahan disegala aspek kehidupan bangsa menuntut adanya pembaharuan terhadap tatanan yang lama. Tidak terkecuali angin


(34)

21

reformasinyapun melanda organisasi kepemudaan seperti Pemuda Pancasila yang dilahirkan tanggal 28 Oktober 1959 secara historis politis tidak bisa dilepaskan dari misi perjuangannya sebagai “Benteng Pancasila”. Sejarah perjalanan Pemuda Pancasila membuatnya tidak pernah ragu sedikitpun dalam mempertahankan Pancasila. Sebagai salah satu organisasi kepemudaan yang menyandang nama Pancasila membuat setiap gerakannya selalu diikuti oleh masyarakat luas. Anehnya masyarakat atau kelompok-kelompok masyarakat selalu saja mengidentikkan Pemuda Pancasila dengan berbagai cap negatif atau stigma sehingga terkadang menimbulkan nada-nada sumbang bahkan tidak jarang mendatangkan antipasti.

Derasnya tuntutan perubahan dan pembaharuan yang sedang terjadi akibat reformasi yang mempunyai implikasi kepada wajah dunia kepemudaan termasuk Pemuda Pancasila. Maka pada tanggal 28-30 April tahun 1999 diadakanlah Musyawarah Luar Biasa untuk menjawab semua tuntutan-tuntutan itu. Tuntutan yang pertama adalah perlunya revaluasi, reposisi, dan reaktualisasi peran dan fungsi Pemuda Pancasila sebagai Organisasi Kepemudaan (OKP) menjadi Organisasi sosial Kemasyarakatan (ORMAS) yang diharapkan akan teridentifikasi tantangan dan peluang yang harus dihadapi dimasa mendatang. Kedua adalah tuntutan reformasi adalah peninjauan ulang hal-hal yang selama ini dianggap telah

usang tidak up to date lagi dan segera diganti dengan hal-hal baru yang sesuai dengan iklim

reformasi.10

Untuk menghadapi tantangan bangsa di masa depan Organisasi Pemuda Pancasila harus mampu mengantisipasinya secara cepat, karena demokratisasi partisipasi bisa berkembang dalam dua kemungkinan. Pertama, demokrasi dengan partisipasi masyarakat

10Ibid


(35)

22

luas yang menggunakan kelompok sebagai mekanisme operasinya. Kedua, demokrasi yang melibatkan masyarakat secara langsung dalam proses politik. Dalam keadaan ini Pemuda Pancasila dapat memainkan peranan diantara dua faktor tersebut. Artinya Pemuda Pancasila bisa dikatakan satu-satunya Ormas Pemuda yang mampu menunjukkan kemandiriannya. Kemandirian dalam program akan menjadi sarana untuk negoisasi politik. Dengan demikian peran dan fungsi yang dilakukan Pemuda Pancasila sebagai penyambung aspirasi masyarakat dalam hal ini pemuda dari tingakat bawah ke elite yang memerintah. Inilah asset yang harus dimanfaatkan Pemuda Pancasila. Dengan itu berupaya meningkatkan kualitas dirinya dengan berbagai persiapan penataan sumber daya manusia yang sejalan dengan dinamika dan tuntutan jaman.

Musyawarah Luar Biasa Pemuda Pancasila di Cipayung Bogor pada tahun 1999 telah telah mencanangkan bahwa Pemuda Pancasila menjadi Organisasi Sosial Kemasyarakatan sehingga tidak lagi menjadi Organisasi Kemasyarakatan Pemuda(OKP), te1tapi wacana ini tidak mendapat respon dari para peserta, sebab dianggap kalau tidak lagi menjadi OKP Organisasi Pemuda Pancasila tidak lagi besar dan tidak mempunyai kegiatan lagi, sehingga serupa dengan OKP-OKP lainnya.

Pada tanggal 28-30 Oktober 2001 di Caringin Bogor diselenggarakan suatu momentum yang meneguhkan itikad dan eksistensi Pemuda pancasila sebagai kader bangsa yang tidak membeda-bedakan suku, agama ras dan golongan, terbuka tetapi berbeda dilintas politik. Mubes ke VII 2001 juga merupakan langkah besar Pemuda Pancasila melaksanakan reorientasinya pada dua aspek yaitu: Pertama, orientasi kemasyarakatan, yang memposisikan Pemuda Pancasila kembali menjadi kekuatan sosial yang dapat mengontrol jalannya


(36)

23

pemerintahan sekaligus membina kesadaran dan kecerdasan masyarakat. Kedua, orientasi kepemudaan telah meluas pada berbagai bidang kehidupan seperti petani, nelayan, pekerja, wanita, pengusaha, mahasiswa, pelajar, sarjana dan lain-lain.

Pada Mubes VII target program umum yang merupakan aspek kualitas atau program diklasifikasikan berdasarkan ruang lingkup internal dan eksternal. Pada ruang lingkup internal yaitu meningkatkan sumber daya manusia (SDM), kedua yaitu mengemban kualitas peran sektoral organisasi meliputi pendayagunaan lembaga dan badan. Dalam lingkup eksternal ialah meningkatkan kualitas partisipasi organisasi. Pada Mubes ke VII ini organisasi Pemuda Pancasila telah mendeklarasikan sebagai organisasi yang tidak lagi berorientasi kepemudaan (OKP) melainkan berorientasi kemasyarakatan (ormas). Dewan Presidium dan Badan Pelaksana Harian ditiadakan juga penggunaan kata Dewan diganti menjadi Majelis. Majelis melambangkan adanya akomodasi struktur secara lebih paripurna dengan bobot dan ruang lingkup pergumulan organisasi yang telah meluas.

Mubes VII tahun 2001 telah mendeklarasikan Pemuda Pancasila sebagai organisasi yang tidak lagi berorientasi kepemudaan melainkan berorientasi kemasyarakatan adapun konsekuensinya ialah Ormas Pemuda Pancasila sudah harus menempatkan anggotanya bukan saja sekedar objek tetapi juga subjek dari sutu pelaksanaan program. Disisi lain Pemuda Pancasila juga harus menjadikan masyarakat umum sebagai aset program bukan anggotanya

saja baik potensi maupun kondisi masyarakat itu sendiri.11

Selepas pengembangan organisasi menjadi Ormas, dalam kurun waktu beberapa tahun ini dirasakan masih banyak terdapat kendala untuk mensejajarkan Ormas Pemuda Pancasila

11 Makalah Rapat Kerja Wilayah Pemuda Pancasila Sumatera Utara


(37)

24

dengan Ormas lainnya yang tidak mengkhususkan diri bagi kelompok pemuda (seperti Muhammadiyah, NU, Kosgoro, MKGR dan lain-lain). Pasalnya semangat untuk menjadi pemuda Pancasila sebagi Ormas yang mengakar, mandiri, modern, memang membentuk ketentuan dengan waktu yang cukup, mengingat selama 41 tahun sebelumnya Pemuda Pancasila mengidentifikasikan diri sebagai wadah berkumpulnya Pemuda.

Adapun struktur organisasi Pemuda Pancasila setelah menjadi Organisasi

kemasyarakatan keseluruhan adalah sebagai berikut :12

a) 1 (satu) orang Ketua

Majelis Pimpinan Wilayah:

b) 2 (dua) orang wakil ketua

c) 9 (sembilan) orang ketua bidang

d) 1 (satu) orang sekretaris

e) 9 (Sembilan) orang sekretaris

f) 1 (satu) orang bendahara

g) 2 (dua) orang wakil bendahara

h) 4 (empat) orang anggota masing-masing bidang

i) Ex-Officio Lembaga/Badan

Bidang-bidang pada Majelis Pimpinan Wilayah Pemuda Pancasila (MPW) Sumatera Utara terdiri dari :

a) Bidang Organisasi dan Keanggotaan

12


(38)

25

b) Bidang Ideologi dan Politik

c) Bidang Pertahanan dan Keamanan Nasional (Hankamnas)

d) Bidang Latihan Pengembangan dan Kaderisasi

e) Bidang Ekonomi

f) Bidang Agama, Sosial dan Budaya

g) Bidang Hukum dan HAM

h) Bidang Pengembangan Usaha

i) Bidang Alam dan Lingkungan Hidup

Majelis Pimpinan Wilayah Pemuda Pancasila Sumatera Utara hanya mempunyai 4 (empat) lembaga, padahal ada 8 (delapan) lembaga yang ada di pusat (DPP), karena lembaga yang empat ini sudah dianggap mencakup segala kebutuhan organisasi Pemuda Pancasila di Sumatera Utara adalah :

a. Komando inti Mahatidana (KOTI)

b. Satuan Siswa, Pelajar dan Mahasiswa Pemuda Pancasila (SAPMA)

c. Lembaga Penyuluhan dan Pembelaan Hukum (LPPH)


(39)

26 BAB III

LATAR BELAKANG BERDIRINYA SRIKANDI PP SUMUT 3.1 Pergerakan Wanita Indonesia

Srikandi merupakan salah satu bentuk nyata daripada pergerakan wanita Indonesia. Pergerakan Wanita Indonesia pun sudah dimulai pada jaman Raden Ajeng Kartini. Dalam hidupnya yang singkat, lahir pada 21 April 1879 dan meninggal pada 17 September 1904 oleh kaum wanita dianggap sebagai tonggak awal bagi gerakan feminis di Indonesia. Ia telah menulis lusinan surat dan publikasinya, setelah ia meninggal, mengobarkan semangat di antara kaum muda Indonesia dan juga menimbulkan simpati bagi timbulnya gerakan feminis di Indonesia dan Negara-negara lain. Kehidupan Kartini yang sangat singkat tetapi dapat merubah pandangan dunia terhadap kehidupan wanita Indonesia, dituliskan oleh sahabat Kartini yang bernama Abendanon berdasarkan surat-surat yang dikirim oleh Kartini kepada Mr.J.H Abendanon tulisan itu dikumpulkan sehingga menjadi sebuah buku yang berjudul

Door duis-ternis tot licht ( Habis Gelap Terbitlah Terang).13

Dengan jelas dikemukakannya dalam buku itu segala hal yang dianggap kurang memuaskan dalam masyarakat Indonesia pada waktu itu dan yang harus diusahakan

13


(40)

27

perbaikannya. Soal-soal yang terpenting yang ditegaskan olehnya yaitu: kawin paksa, (perempuan umumnya kawin dengan laki-laki yang belum dikenal, bahkan belum pernah dilihat sebelumnya), poligami ( terutama diantara golongan bangsawan yang sudah menjadi kebiasaan seorang laki-laki beristri lebih dari satu dan semua istri itu biasanya tinggal dalam satu rumah).

Bagaimana akibat dari poligami sudah diketahui benar-benar oleh Kartini karena ayahnya berpoligami dan ia pun kemudian kawin pula dengan seorang yang berpoligami

yaitu R.M.A.A Djojodhiningrat, bupati Rembang ).14

Buku ini mendapat sambutan yang baik sekali sehingga berkat uang penjualannya dapat didirikan perhimpunan “Kartinifonds” di Den Haag, yang bermaksud mendirikan dan

Pada masa itu, perceraian dengan sewenang-wenang dilakukan pihak suami, dan kebiasaan juga bahwa gadis-gadis dipingit di rumah dan baru boleh keluar setelah bersuami, berarti pula bahwa mereka kurang mendapat kesempatan untuk belajar di sekolah .

Demikianlah yang terutama dikehendaki oleh Kartini yaitu : perbaikan kedudukan wanita dalam perkawinan, suami dan pengajaran yang baik bagi orang Indonesia pada umumnya, gadis-gadis pada khususnya supaya gadis-gadis itu dapat mencari penghidupan sendiri dan nasibnya tidak semata mata tergantung dari perkawinan. Surat-surat yang ditulis oleh Kartini kepada beberapa kenalan Belanda, kemudian dikumpulkan oleh Mr .J.H Abendanon dan diterbitkan tahun 1911 sebagai buku yang disebut “Habis Gelap terbitlah Terang”.

14

Nani Soewondo, Kedudukan Wanita Indonesia dalam Hukum dan Masyarakat, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1997, hal. 112.


(41)

28

membantu sekolah anak perempuan. Pada akhir tahun 1913 didirikan sekolah Kartini yang pertama di Semarang.

Hari lahir R.A Kartini yaitu tanggal 21 April kemudian diperingati setiap tahun , mula-mula hanya dalam sekolah Kartini, kemudian oleh perkumpulan wanita, hingga akhirnya ditetapkan sebagai Hari Nasional sebagai Hari Kartini.

Salah satu pejuang perempuan setelah Kartini ialah Dewi Sartika, perempuan Sunda yang lahir 1 Desember 1884 dan wafat 11 September 1947 dianggap sebagai salah satu

pelopor kemajuan perempuan.15 Ia juga bercita-cita seperti Kartini, tetapi tidak tinggal

berangan-angan saja, melainkan segera melaksanakannya dengan pengetahuan yang sudah ada padanya. Dalam tahun 1904 didirikan sekolah gadis yang pertama-tama yang disebut “Sekolah Isteri” yang kemudian diganti nama menjadi “Sekolah Keutamaan Isteri”. Tahun 1906 ia menikah dengan seorang guru bernama Raden Agah Suriawinata yang membantunya dalam melaksanakan cita-citanya. Dalam tahun 1912 sudah ada 9 sekolah gadis didirikan di berbagai kabupaten, yaitu 50% dari seluruh jumlah sekolah di Pasundan. Sampai waktu meninggalnya, ketika mengungsi dari Bandung di zaman revolusi, Dewi Sartika tetap bekerja

dengan giat untuk kepentingan sekolah-sekolahnya.16

15

Cora Vreede-De Stuers, op. cit., hal. 32.

16

Nani Soewondo, op. cit., hal. 116-117.

Jauh sebelum gerakan feminis mengemuka dan terorganisir, Dewi Sartika telah berbicara tentang ketidakadilan pembagian upah buruh antara lelaki dan perempuan dimana perempuan dibayar lebih rendah daripada lelaki dalam pekerjaan yang sama beratnya mereka kerjakan.


(42)

29

Beberapa perempuan yang telah disebut sebagai pelopor pergerakan perempuan sebenarnya hanya sebagian kecil dari pejuang perempuan lain yang tak pernah dikenal, tetapi mereka telah berjuang untuk mewujudkan pendidikan modern. Lingkungan Aristokrat Jawa yang mengekang dan menghalangi perempuan telah menghasilkan sesuatu yang mengejutkan. Di daerah lain, seperti Minahasa, perempuan dapat menikmati kemerdekaan dan kebudayaan Barat telah merasuk terlalu dalam ke sekolah-sekolah misionaris, sementara para pelopor perempuan yang tidak terkungkung di Jawa, dimana kerja Dewi Sartika seperti dijelaskan seorang guru Belanda sebagai suatu tindakan berani.

Sesudah tahun 1920 jumlah perkumpulan wanita bertambah banyak, begitu juga didalam Partai Komunis Indonesia, Sarikat Islam, Muhammadiyah dan Sarekat Ambon, mempunyai bagian khusus wanita, wanita sebagai pusat rumah-tangga dan pendidik anak yang sangat penting artinya untuk menyebarkan cita-citanya yang khusus menarik kaum wanita. Di samping itu terdapat pula perkumpulan wanita-wanita terpelajar, yang telah mempunyai tujuan yang nyata antara lain “ Wanita Utomo”, “Wanita Muljo”, “Wanita Katolik”, yang semuanya didirikan di Jogjakarta kira-kira tahun 1920, “ Putri Budi Sedjati “ di Surabaya dan sebagainya. Terdapat pula organisasi-organisasi disamping Pemuda Indonesia , “Jong Islamieten Bond, “Jong Java-Meisheskring”, dan “Wanita Taman Siswa”.

Pada tanggal 22-25 Desember 1928 diadakan Kongres Perempuan Pertama di Jogjakarta dihadiri oleh 30 perkumpulan wanita. Diantara pendorong-pendorongnya terdapat perkumpulan yang berikut : “Wanita Utomo”, “Puteri Indonesia”, “Wanita Katolik”, “Wanita


(43)

30

Mulyo”, “Muhammadiyah bagian Wanita”, “ Serikat Islam bagian Wanita” dan dari kalangan

pemudi: “J.I.B bagian Wanita” dan “ J.J bagian Wanita” serta “ Wanita Taman Siswa”17

Dalam kongres inilah diambil keputusan: mendirikan gabungan perkumpulan-perkumpulan wanita-wanita dengan nama Perikatan Perempuan Indonesia ( PPI ); tujuannya memberi penerangan dan pemerataan kepada perkumpulan yang tergabung di dalam PPI akan memberikan beasiswa untuk anak-anak perempuan yang pandai tapi tidak mampu, mengadakan kursus tentang kesehatan, memberantas perkawinan anak-anak memajukan kepandaian anak-anak perempuan. Hal inilah menjadi pelopor pergerakan perempuan Indonesia mulai berdiri peranan wanita di setiap organisasi maupun masyarakat.

Begitu juga di dalam Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia yang pada saat itu menaungi Wanita Pancasila dan Pemuda Pancasila. Pada tanggal 28 Oktober 1962 Wanita Pancasila dilahirkan oleh IPKI (Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia) bersamaan waktunya dengan Pemuda Pancasila. Tujuannya pada saat itu aalah untuk mengimbangi kekuatan dari Gerakan Wanita Komunis (Gerwani) yang mengangkat eksistensi Pancasila dan UUD 1945 serta Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada masa itu Wanita Pancasila belum terorganisir dengan baik. Wanit Pancasila pada masa itu belum mempunyai identitas atribut dan tidak memiliki perencanaan-perencanaan. Kecuali gerakan itu dimobilisasi oleh tingkat kesadaran cinta tanah air dan dilengkapi oleh kekuatan, keberanian serta militansi yang tinggi. Wanita Pancasila kegiatannya hanya bersifat internal non formal yang mengarah bentuk kekeluargaan. Kegiatan ini sampai kira-kira tahun 1980.

17


(44)

31

3.2 Berdirinya Pemuda Pancasila (PP) Sumatera Utara

Pada tanggal 28 Oktober 1959 lahirlah Organisasi Pemuda Pancasila yang didasari situasi politik yang ada pada masa itu, karena Partai Komunis Indonesia bermaksud merongrong keabsahan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan keinginan merubah

ideologinya menjadi paham Komunis.18

Pada mulanya Pemuda Pancasila bernama Pemuda Patriotik yang merupakan onderbow

dari partai IPKI (Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia) yang orientasi perjuangannya adalah mempertahankan keutuhan Negara kesatuan Republik Indonesia, dan berdasarkan hasil kongres IPKI pada tahun 1959 di Lembang, Jawa Barat, nama Pemuda Patriotik diubah menjadi Pemuda Pancasila. Pada bulan Mei 1961 beberapa pengurus IPKI dengan membawa Waktu itu ide untuk melahirkan dan membentuk organisasi Pemuda Pancasila datang dari IPKI (Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia) yang bersama-sama ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) khususnya Angkatan Darat untuk membentuk sebuah organisasi yang didalamnya berkumpul pemuda-pemuda yang dapat mengamankan Negara Kesatuan Republik Indonesia serta untuk pengamanan Dekrit Presiden 5 Juli 1959. IPKI sendiri dibentuk oleh petinggi-petinggi TNI dengan dasar pemikiran untuk mempertahankan Bangsa dan Negara dari faham komunis. Dan tetap melindungi serta setia kepada Pancasila dan UUD 45 dan menjaganya dari rongrongan PKI yang ingin menukar ideologinya dengan kepunyaan mereka.

18


(45)

32

nama Pemuda Pancasila berdelegasi dan menghadap Ketua Umum DPD IPKI Ny. Ratu Aminah Hidayat yang kemudian melantik Pemuda Pancasila sebagai organisasi pemuda yang bernaung dbawah panji- panji IPKI. Adapun fungsionaris pertama pertama adalah S. Gonie, Andi Parereng, Taufik, Yoenus Majid dan Albert Sondakh.

Di Sumatera Utara Pemuda Pancasila lahir pada tahun 1960 atas prakarsa dari ketua partai IPKI Sumatera Utara pada masa itu Kerani Bukit. Pada tahun 1960-an, kota Medan

sebagai ibukota provinsi Sumatera Utara terkenal sebagai kota ‘ preman “ 19

19

Preman= pre·man /préman/ n cak sebutan kpd orang jahat (penodong, perampok, pemeras, dsb): --Medan sangat terkenal. Kamus Besar Bahasa Indonesia, op.cit., hal 1935.

serta khas dengan pameo “ ini Medan Bung! “, sikap toleransi pemudanya cukup tinggi serta dikenal sebagai pemberani, keras, tetapi sportif. Di perantauan banyak pemuda asal Medan yang mendapat peran di bidang keamanan dan hal esensial adalah belum pernah memasuki organisasi yang ada.

Faktor-faktor inilah yang membuat Kerani Bukit mengambil kesimpulan bahwa Pemuda sebagai asset potensial untuk menggalang massa melalui organisasi Pemuda Pancasila. Kerani Bukit sendiri sangat antisipasi terhadap PKI dan segala manifestasinya.

Dalam pertemuan dialog pertama sekitar awal tahun 1960-an dengan pemuda asal Medan Kerani Bukit mengatakan bahwa keselamatan bangsa dan Negara terancam oleh PKI, oleh sebab itu ia meminta kepada pemuda-pemudi Medan untuk membela serta mempertahankan Negara dari rongrongan PKI. Para pemuda diminta untuk memasuki barisan Pemuda Pancasila yang bernaung di bawah bendera IPKI.


(46)

33

Pada bulan Agustus 1961 di gedung Selecta jalan Listrik dengan disaksikan serta direstui oleh H.A. Aziz yang mewakili Gubernur Sumatera Utara, Kerani Bukit yang bertindak sebagai ketua IPKI Sumatera Utara melantik serta meresmikan berdirinya organisasi Pemuda Pancasila Kota Medan. Jumlah personil perdananya adalah sekitar 40 orang dan sebagai ketua diangkatlah M. Y Effendi sebagai ketua dengan tugas pokok menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, menjadi pengawal serta pengaman

Pancasila dan UUD 1945.20

Demikianlah masa-masa awal pembentukan Pemuda Pancasila, dimana sistem organisasinya masih belum terarah dan belumlah sebaik sekarang, masih hanya mengarah kepada pembentukan dan perbaikan-perbaikan. Tentang hubungan organisator atau hierarki antara Pemuda Pancasiila di tempat yang satu dengan di tempat yang lain tidak begitu jelas. Susunan Pimpinan Wilayah Pemuda Pancasila Sumatera Utara untuk pertama kalinya adalah :

Ketua Umum : M. Y Effendi Nasution

Ketua : Daniel Simamora

Ketua : Barik

Sekretaris Umum : Jansen Hasibuan

Sekretaris : Rosiman

Bendahara : Klengki A

20


(47)

34

Hubungan antara mereka hanya karena sama-sama berinduk kepada organisasi IPKI dan menentang Pemuda Rakyat. Kegiatan nyata yang dikelola berdasarkan Pemuda Pancasila boleh dikatakan tidak ada. Kalaupun ada kegiatannya dikelola oleh IPKI. Hal ini dilatarbelakangi oleh belum jelasnya garis koordinasi antara organisasi-organisasi Pemuda Pancasila yang ada, dan belum adanya konsolidasi organisasi oleh IPKI sebagai induk organisasi terhadap kepengurusan Pemuda Pancasila

Seiring Perjalanan organisasi Pemuda Pancasila yang sudah hampir setengah abad ini ternyata banyak mengalami perkembangannya yang jelas, lika-liku perjalanan, dan itu telah membentuk karakter keras Pemuda Pancasila. Tidak bisa dipungkiri Pemuda Pancasila dimata masyarakat sangatlah tidak seperti namanya yang menyandang nama sakral, Pemuda Pancasila sangat di indentikkan dengan "Pemuda Preman", "Antek-antek Orde Baru" sehingga pada sekarang ini Pemuda Pancasila sangatlah menjadi momok bagi masyarakat, ini diakibatkan oleh tingkah oknum selama ini.

Adapun struktur organisasi Pemuda Pancasila 1959 adalah: 21

1. Dewan Pimpinan Pusat : tingkat pusat berkedudukan di ibukota Negara Republik

Indonesia.

2. Dewan Pimpinan Wilayah : daerah tingkat I (Dati) berkedudukan di ibukota

propinsi atau yang setingkat dengan itu.

3. Dewan Pimpinan Cabang : daerah tingkat II (Dati) berkedudukan di Ibukota

Kabupaten/Kotamadya atau yang setingkat dengan itu

21

Sekretariat Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Pemuda Pancasila, Buku Saku Anggota Pemuda Pancasila, hal 8-9.


(48)

35

4. Pimpinan Anak Cabang : tingkat kecamatan yang berkedudukan di Ibukota

Kecamatan atau yang setingkat dengan itu

5. Pimpinan Ranting : tingkat Kelurahan /Desa atau yang setingkat dengan itu

Pimpinan

6. Pimpinan Anak Ranting : tingkat lingkungan/dusun atau yang setingkat dengan

itu

3.3 Berdirinya SRIKANDI Pemuda Pancasila SUMUT

Pada tanggal 28 Oktober 1962 Wanita Pancasila dilahirkan oleh IPKI (Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia) bersamaan dengan Pemuda Pancasila untuk mengimbangi GERWANI Komunis pada saat itu. Tahun 1973 setelah pemerintah mengeluarkan UU No.3 tentang pengurangan partai politik dari 10 partai menjadi 3 partai yaitu Partai Demokrasi Indonesia (PDI), Patai Persatuan Pembangunan (PPP), Golangan Karya (GOLKAR), IPKI (Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia) memutuskan melakukan peleburan partai kedalam PDI . Sehingga pada tahun 1974 Pemuda Pancasila menunjukkan reaksi keberatan terhadap kebijakan IPKI tersebut dan keluar dari naungan IPKI dan menyatakan dirinya Independen, tidak lagi sebagai anak partai dari IPKI tetapi telah berdiri sendiri. Ternyata hal ini membawa dampak yang kurang sehat dalam tubuh Wanita Pancasila, mereka tidak menunjukkan reaksi pada kebijakan IPKI tersebut tetapi


(49)

36

mereka mengalami penurunan, kegiatannya tidak pernah lagi kelihatan, seolah-olah bagaikan

wadah yang mati sampai pada tahun 1980. 22

Nama Srikandi sendiri tercetus oleh Dik Tandayu yang merupakan ketua bidang Peranan Wanita Pemuda Pancasila,

Pada tahun 1980 Wanita Pancasila menyatukan diri dengan Pemuda Pancasila. Pada saat Mubes ke III Pemuda Pancasila di Cibubur, masalah perempuan Pancasila dimasukkan kedalam agenda pembahasan. Maka disepakati bahwa nama perempuan Pancasila diganti menjadi Srikandi Pemuda Pancasila, dan pemantapan nama Srikandi dilakukan di Jakarta tahun 1982. Pada tahun 1982 atas usulan rancangan rancangan yang diajukan DPW Pemuda Pancasila SUMUT dibawah pimpinan Amran YS, disepakati penyempurnaan nama Wanita Pancasila menjadi SRIKANDI.

23

22

Wawancara, dengan Fauziah Dongoran , Medan 16 Februari 2013. 23

Wawancara, dengan Vera Azis, Medan 7 November 2012.

nama sosok perempuan Panglima Perang yang merupakan sosok putri kedua Prabu Drupada, raja Negara Pancala dengan permaisuri Dewi Gandawati, yang kemudian diperistri oleh Arjuna. Srikandi merupakan perempuan cantik, anggun, luwes, sayang keluarga, punya kekuasaan tapi dibalik kehebatannya dia mampu menjaga harkat dan martabatnya sebagai seorang perempuan dan berjuang untuk negaranya. Dari nama inilah diharapkan perempuan Pemuda Pancasila menjadi mitra sejajar pria bukan dibawah pria. Maka pembinaan peranan wanita sebagai mitra sejajar pria bukan dibawah pria ditujukan untuk meningkatkan peran aktif dalam pembangunan serta kemampuan perempuan lebih ditingkatkan dalam penguasaan ilmu dan teknologi, termasuk pula proses pengambilan keputusan dan mampu menghadapi perubahan baik didalam masyarakat maupun keluarga.


(50)

37

Pada tahun 1989 melalui Musyawarah Wilayah Pemuda Pancasila SUMUT VIII dibentuklah bidang Peranan Wanita. Maka kehidupan berorganisasi Srikandi Pemuda Pancasila menjadi berkembang secara struktural dan dimasukkan ke dalam susunan kepengurusan di bidang Peranan Wanita dan menjadikan Srikandi Pemuda Pancasila ini lebih berkembang secara kuantitatif dan kualitasnya. Tahun 1990 DPW Pemuda Pancasila Sumatera Utara membentuk BKS (Badan Kordinasi Srikandi) Pemuda Pancasila Sumatera Utara dengan SK NO.OO3/KPTS-PP/SU/I/1990, dengan ketuanya langsung dipegang oleh Wakil Ketua Bidang Peranan Wanita. Tahun 1994 Majelis Pimpinan Pusat (MPP) Pemuda Pancasila di Cisarua Bogor memutuskan BKS Pemuda Pancasila masuk sebagai satu lembaga di AD/ART dan tahun 1996 saat Mubes VI di Jakarta BKS Pemuda Pancasila menjadi Lembaga Srikandi Pemuda Pancasila dan masuk kedalam AD/ART.

Peranan Srikandi ini adalah merekrut kader dari kalangan wanita, sebab banyak organisasi yang tidak tahu bahwa Pemuda Pancasila ada wanitanya. Barangkali karena nama Pemuda didepan Pancasila sehingga identik dengan jenis kelamin laki-laki, maka masyarakat menganggap pemuda Pancasila organisasinya laki- laki. Tapi setelah dikenalkannya nama Srikandi ternyata banyak wanita yang suka dan masuk menjadi anggota organisasi Pemuda Pancasila.

Memang jumlah anggota Srikandi Pemuda Pancasila Sumut belum didata secara pasti, tetapi sebenarnya jumlah anggota Srikandi tidak kalah jauh dari jumlah anggota pemudanya, padahal organisasi Pemuda Pancasila sudah mengakar di tingkat basis, yakni ranting- ranting tetapi amat disayangkan jumlah Srikandi yang besar tidak dioptimalkan perannya. Srikandi memang sering kecewa karena tidak diperhatikan, banyak program kerja yang ingin


(51)

38

dilaksanakan oleh Srikandi tetapi karena birokrasi membuat program kerja tidak jalan. Peranan wanita seolah nama baru di dalam di Pemuda Pancasila yang menjalankan program sendiri dan sementara Srikandi juga melaksanakan program sendiri, semestinya tidak begitu karena peranan wanita itu hanya menjalankan program yang didukung Srikandi.

Fungsi Lembaga Srikandi

Secara vertikal : berfungsi untuk membentuk anggota yang tangguh, yang mempunyai semangat juang dalam suasana membangun.

Secara Horizontal : berfungsi untuk mempertahankan dan mengangkat harkat dan martabat perempuan dalam semua aspek kehidupan dengan suasana edukatif dan kekeluargaan.

Lembaga Srikandi Pemuda Pancasila bertujuan :

1. Membentuk Kader-kader Srikandi PP yang memiliki wawasan ketrampilan serta

semangat kejuangan dan kebangsaan yang tinggi demi tercapainya cita-cita nasional sebagaimana tertuang didalam UUD 45.

2. Untuk menghimpun, menggalang, mengarahkan Sikandi PP sebagai sumber daya

kader Organisasi untuk mencapai tujuan dan mendukung usaha-usaha organisasi PP.

3. Untuk meningkatkan kualitas Wanita anggota Pemuda Pancasila sebagai

Srikandi-Srikandi Pemuda Pancasila yang mampu menjadi motivator kaum wanita untuk tampil sebagai penggerak pembangunan.


(52)

39

1. Merupakan salah satu dari lembaga Pemuda Pancasila dan merupakan bagian yang

tidak terpisahkan dari organisasi Pemuda Pancasila dan berkedudukan sebagai unit kelengkapan pada jenjangnya yang dikembangkan dari Peranan Wanita.

2. Lembaga ini bersifat struktural yang struktur organisasinya disesuaikan dengan

struktur organisasi yang ada pada jenjangnya.

3. Lembaga Srikandi Pemuda Pancasila tidak mempunyai kaitan dan hubungan, baik

secara historis dan politis dengan salah satu organisasi sosial politik di Indonesia dan hanya tunduk dan taat kepada AD/ART Pemuda Pancasila serta ketentuan organisasi lainnya.

Peran Lembaga Srikandi dalam organisasi Pemuda Pancasila :

1. Berperan membantu memasyarakatkan dan mensukseskan program organisasi dalam

pembangunan terutama dalam bidang kewanitaan.

2. Berperan memotivasi proses pengambilan keputusan dalam usaha-usaha memajukan

kehidupan berorganisasi.

Pada Mubes Pemuda Pancasila yang ke VII tahun 2001 di Caringin Bogor diputuskan bahwa organisasi Pemuda Pancasila tidak lagi organisasi Kemasyarakatan Pemuda tetapi menjadi Organisasi Sosial Kemasyarakatan sehingga lebih banyak bekerja sama dengan masyarakat. Organisasi Pemuda Pancasila banyak membentuk lembaga-lembaga, termasuklah didalamnya Lembaga Srikandi Pemuda Pancasila yang fungsinya :


(53)

40

1. Sebagai Subordinat Organisasi Pemuda Pancasila di masing-masing tingkatan (MPN,

MPW, MPC) dalam melaksanakan hasil-hasil MUBES, MUSWIIL, MUSCAB, dan kebijaksanaan lainnya.

2. Menjadi anggota pleno di masing-masing tingkatan yang sudah ditentukan yaitu

Ketua dan Sekretaris.

3. Membina Peranan Wanita agar mampu berinteraksi secara luas dengan kegiatan

kewanitaan dimasyarakat sehingga wanita anggota Pemuda Pancasila dapat berdiri sejajar dalam peranannya bersama-samadan rekan-rekan pria lainnya.

Tugas dan wewenang Srikandi :

1. Pengurus Lembaga Srikandi Dewan Pimpinan Wilayah bertugas merumuskan

rencana kegiatan lembaga Srikandi sebagai pelaksana program Pemuda Pancasila.

2. Pengurus Lembaga Srikandi Dewan Pimpinan Wilayah bertugas menjabarkan lebih

lanjut rumusan penyelenggaraan dari rencana kegiatan lembaga tersebut, sesuai dengan kondisi dan keadaan yang sedang berlangsung.

3. Pengurus Lembaga Srikandi Dewan Pimpinan Wilayah bertugas melaksanakan

pembinaan teknis atas kegiatan program kerja yang dilakukan Pengurus Lembaga Srikandi Cabang.

4. Pengurus Lembaga Srikandi Dewan Pimpinan Wilayah bertugas melaksanakan


(54)

41

5. Pengurus Lembaga Srikandi Dewan Pimpinan Wilayah bertugas membina

dan menggerakkan daripada program kerja Pemuda Pancasila yang dilakukan oleh pengurus Lembaga Srikandi Cabang.

6. Pengurus Lembaga Srikandi Dewan Pimpinan Wilayah bertugas membina

dan menggerakkan daripada program kerja Pemuda Pancasila yang dilakukan oleh pengurus Lembaga Srikandi Anak Cabang.

7. Pengurus lembaga Srikandi Dewan Pimpinan Cabang dengan Pimpinan Anak Cabang

bertugas menyelenggarakan kegiatan program kerja yang telah disusun oleh Lembaga Srikandi Dewan Pimpinan Wilayah dan disamping itu dapat juga menyesuaikan program kerja di daerahnya masing-masing menurut kondisi dan kemampuannya yang tidak terlepas dari pantauan dan pembinaan dari Dewan Pimpinannya.

8. Lembaga Srikandi Pancasila pada tiap tingkatannnya berkewajiban memberikan

laporan pelaksanaan kegiatannya setiap 6 bulan sekali kepada pimpinan Organisasi Pemuda Pancasila pada jenjangnya.

Keanggotaan Srikandi

Yang menjadi anggota wadah ini adalah setiap wanita yang telah menjadi anggota Pemuda Pancasila dan telah menyatakan persetujuannya terhadap AD dan ART Pemuda Pancasila serta mentaati ketentuan-ketentuan yang berlaku.

1. Kewajiban Anggota

Mentaati peraturan organisasi Lembaga Srikandi Pemuda Pancasila beserta kebijaksanaan-kebijaksanaan Lembaga Srikandi Pemuda Pancasila.


(55)

42

i. Memperoleh pembelaan diri

ii. Memperoleh perlakuan yang sama

iii. Memberikan saran dan pendapat baik lisan maupun tulisan

iv. Memperoleh kesempatan mendapat pndidikan kaderisasi serta kesempatan

untuk maju dan berkembang.

3. Anggota dinyatakan berhenti apabila :

i. Meninggal dunia

ii. Mengundurkan diri atas permintaan sendiri

iii. Dikeluarkan dari keanggotaan dikarenakan merugikan organisasi seperti

mencemar nama baik Organisasi, berbuat asusila dll.

Kepengurusan

Kepengurusan Lembaga Srikandi Pemuda Pancasila pada tingkatannya, berdasarkan surat keputusan pengangkatan Dewan Pimipinan Organisasi Pemuda Pancasila pada tiap tingkatannya yang sistem pemilihan pengurusnya dilaksanakan secara musyawarah, yang pesertanya adalah seluruh Srikandi yang berada dalam wilayah/wawasan pada masing-masing jenjang organisasi.

Sistem Pemilihan Pengurus

1. Untuk Lembaga Srikandi tingkat Wilayah diadakan musyawarah yang diikuti oleh

Lembaga Srikandi dari tingkat Pusat, Cabang dan Anak Cabang.

2. Untuk Lembaga Srikandi tingkat Cabang diadakan musyawarah yang diikuti


(56)

43

3. Untuk Lembaga Srikandi tingkat Anak Cabang diadakan musyawarah yang

diikuti oleh Lembaga Srikandi dari tingkat Cabang, Ranting dan Anak Ranting.

Hak dan Kewajiban Pengurus

Hak dan pengurus Lembaga Srikandi Pemuda Pancasila adalah :

1. Berhak meminta kejelasan tentang keadaan organisasi yang sedang berjalan.

2. Berhak memberikan masukan-masukan kepada Dewan Pimpinan pada jenjangnya

yang berkaitan dengan organisasi dan kelangsungan hidup organisasi.

3. Berhak memperoleh fasilitas untuk melaksanakan kegiatan Administrasi dan

kesekretariatan dan tetap berada di bawah pengawasan jenjang kepemimpinannya.

4. Berhak memperoleh kesempatan mengikuti kegiatan-kegiatan baik itu kegiatan yang

bersifat internal maupun internal.

3.4 Struktur Pengurus Satuan Srikandi Pemuda Pancasila SUMUT

Membicarakan struktur organisasi Pemuda Pancasila khususnya Srikandi secara garis besar tidak jauh berbeda dengan organisasi kemasyarakatan pemuda lainnya, karena sama-sama membicarakan tentang suatu kerangka hubungan yang berstruktur yang didalamnya terdapat wewenang dan tanggung jawab serta pembagian kerja untuk menjalankan fungsinya masing-masing.


(57)

44

Sebelum kita menjelaskan struktur organisasi Pemuda Pancasila secara keseluruhan, ada baiknya terlebih dahulu kita mengetahui apa yang dimaksud dengan struktur organisasi, Menurut Panji Anoroga dan Sri Suyati (1995) adalah berkaitan dengan hubungan yang relatif tetap diantara berbagai tugas yang ada dalam organisasi. Pembentukan struktur organisasi menghadapi dua hal pokok yaitu yang pertama : deferensiasi atau pembagian tugas diantara para anggota organisasi dan kedua integrasi atau koordinasi atas apa yang telah dilakukan

dalam pembagian tugas tersebut.24

1. Apabila Ketua Bidang Peranan Wanita ternyata tidak aktif atau tidak memiliki waktu

yang cukup maka ketua Lembaga Srikandi dapat dialihkan kepada Srikandi lain yang dianggap mampu dan sanggup.

Oleh karenanya, bidang struktur organisasi membahas cara bagaimana organisasi membagi tugas diantara anggota organisasi dan menghasilkan koordinasi diantara tugas-tugas tersebut. Dari defenisi tersebut dapatlah disimpulkan bahwa dalam suatu struktur organisasi pada dasarnya terdapat sekelompok manusia yang bekerjasama dan saling tergantung sesamanya dalam berbagai kegiatan atau tugas sehingga merupakan satu kesatuan yang bulat untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang telah ditentukan. Jadi struktur organisasi yang baik haruslah menggambarkan tujuan individu dan tujuan organisasi, adanya spesialisasi yang diwujudkan dengan pembagian kerja, terdapatnya tingkat pengawasan serta harus dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan yang ada sebagai akibat semakin berkembangnya organisasi.

Srikandi memiliki beberapa petunjuk organisasi untuk menunjang kepengurusannya yaitu :

24


(58)

45

2. Untuk mengisi struktur susunan kepengurusan Lembaga Srikandi, dipilih pada saat

musyawarah sedang berlangsung.

Susunan Pengurus Lembaga Srikandi Tingkat Wilayah, Cabang dan anak Cabang adalah :

1. 1 (satu) Ketua

2. 4 (empat) Wakil Ketua

3. 1 (satu) orang sekretaris

4. 2 (dua) orang Wakil Sekretaris

5. 1 (satu) orang Bendahara

6. 1 (satu) orang Wakil Bendahara

7. Pada kepengurusan Satuan Srikandi BKS (Badan Koordinasi Srikandi) ada beberapa

bidang dan di dalam bidang tersebut ada koordinatornya dan dibantu beberapa anggota bidang. Adapun beberapa bidang yaitu:

a) Bidang Organisasi dan Keanggotaan

b) Bidang Studi Kajian Gender

c) Bidang Pembinaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia

d) Bidang Sosial Kemasyarakatan.

Sehingga pada kepengurusan Lembaga Srikandi di semua tingkatan berjumlah dua puluh dua (22) orang atau lebih, sesuai dengan kebutuhan.


(1)

64

BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Srikandi Pemuda Pancasila Sumatera Utara pertama kali dibentuk tahun 1982 atas usulan rancangan yang diajukan oleh Dewan Pimpinan Wilayah(DPW) Pemuda Pancasila Sumatera Utara kepada Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Pemuda Pancasila. Srikandi Pemuda Pancasila adalah nama yang telah dikukuhkan sebagai sebutan bagi perempuan anggota organisasi Pemuda Pancasila yang diharapkan dapat menjadi perempuan yang tangguh dan mempunyai semangat juang tinggi serta bisa dan mampu memperbaiki kehidupan dirinya, organisasi, masyarakat serta bangsa dan negara tanpa menghilangkan jati dirinya sebagai perempuan.

Srikandi Pemuda Pancasila Sumatera Utara merupakan proklamator berdirinya Srikandi Pemuda Pancasila di seluruh Indonesia, ini membuktikan bahwa Srikandi Pemuda Pancasila Sumatera Utara memiliki semangat dan perjuangan yang tinggi karena mampu memunculkan diri diantara maraknya peranan laki-laki di organisasi. Srikandi Pemuda Pancasila Sumatera Utara memiliki masa kepemimpinan yang silih berganti, tetapi memiliki masa perkembangannya sendiri dimana keseluruhan kepemimpinan ini bertujuan untuk menciptakan kader-kader perempuan yang berkualitas untuk mendorong program daripada Pemuda Pancasila.

Secara kasat mata memang banyak masyarakat luas yang tidak mengetahui keberadaan Srikandi di dalam Pemuda Pancasila, bahkan banyak omongan miring tentang peranan


(2)

65

Srikandi yang hanya dianggap sebagai pelengkap padahal tidak bisa kita tepis bahwa wadah Srikandi telah menciptakan perempuan Indonesia yang berkualitas. Hal ini dapat kita lihat dari banyaknya kader-kader Srikandi yang tidak lagi aktif di organisasi tetapi telah menjadi orang-orang berhasil dimasyarakat karena telah memiliki kualitas di dalam organisasi. Karena organisasi telah membentuk mereka menjadi perempuan yang tangguh yang tahu akan keberadaan serta kemampuan di tengah-tengah kehidupan bersama dengan laki-laki di Pemuda Pancasila. Sayangnya berapa jumlah anggota Srikandi semua tingkatan tidak terdata secara pasti, padahal keanggotaan mereka di Pemuda Pancasila tidak kalah banyaknya dengan anggota pria di Pemuda Pancasila.

Kemajuan dan kemunduran dari Lembaga Srikandi ini pun sangat dipengaruhi oleh kemampuan ketuanya, bagaimana ketua Lembaga Srikandi bisa mengarahkan dan mampu bekerja sama dengan anggota-anggotanya sehingga menghasilkan program-program yang berkualitas dan perempuan yang bijak didalam keluarga maupun organisasi karena menciptakan kader-kader yang berkualitas merupakan tujuan dasar daripada Srikandi.

2.2SARAN

Penulisan ini masih jauh dari hasil yang sempurna, seperti yang diharapkan banyak pihak. Oleh sebab itu penulis mengharapkan saran-saran untuk penulisan yang lebih baik ke depan tentang”SRIKANDI PEMUDA PANCASILA SUMATERA UTARA”. Adapun beberapa saran disampaikan oleh penulis yaitu :

1. Perlu adanya penyuluhan ke dalam masyarakat tentang pengenalan organisasi Pemuda Pancasila khususnya Srikandi yang selama ini telah mendapat tanggapan


(3)

66

miring dari masyarakat akibat oknum-oknum yang menyalahgunakan kewenangan organisasi.

2. Srikandi harusnya dapat lebih berkembang lagi secara maksimal karena telah tersedia wadah untuk menyumbangkan segala aspirasi, ide dan gagasan yang dahulu dibentuk oleh Wanita Pancasila sebagai bentuk perjuangan mereka dalam memerangi keterpurukan dan kebodohan kaum perempuan karena tidak mendapat pendidikan yang layak.

3. Disarankan kepada Srikandi dapat merekrut semua komponen masyarakat di Sumatera Utara

4. Disarankan kepada Srikandi dalam menjalankan organisasi perlu mengedepankan kualitas, agar Lembaga Srikandi tetap eksis


(4)

67

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik, Pemuda dan Perubahan Sosial, Jakarta : Balai Pustaka, 1994.

Abdurahman, Dudung, Penelitian Sejarah, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999.

BPHN ( Badan Pembinaan Hukum Nasional ), Seminar Aspek-aspek Peranan Wanita, Jakarta : Bina Cipta,1986.

De Stuers,Cora Vreede, Sejarah Perempuan Indonesia, Depok : Komunitas Bambu, 2008.

Cahyadi Antonius, E Fernando Manullang, Pengantar Filsafat Hukum, Jakarta : Kencana Premda Media Group, 2007.

Eldrige, Philip, NGOs in Indonesia, Popular Movement of Arm of Government? Victoria : The Centre of Southeast Asian Studies Monash University,1989.

Etzioni, Amitai, Organisasi- Organisasi Modren, Jakarta : UI dan Pustaka Bradjaguna, 1982.

Hamandoko, Gamal, Boedi Utomo, Jogjakarta : Pressindo, 2008.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta : Bumi Aksara, 1991.

Karina, Nina, Perkembangan Sosial Politik Organisasi Pemuda Pancasila Sumatera Utara, Medan : Percetakan TATI GROUP , 2009.

Kuntowijoyo, Metode Sejarah, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1994.

Notopuro, Hardjito, Peranan Wanita dalam Masa Pembangunan Indonesia, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1984.

Redaksi Bumi Aksara, Peraturan Baru Tentang Parpol, Golkar, Ormas, dan Keanggotaan PNS dalam Parpol atau Golongan Karya, Jakarta : Sinar Grafika, 1991.

Ridjal, fauzi dkk., Dinamika Gerakan Wanita, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1998

R.Soemantri Ws, Kesempatan Kerja Serta Perlindungan Kerja WanitaDewasa Ini, Jakarta : Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, 1998


(5)

68

Sanit, Arbi, Organisasi Kemasyarakatan dalam Sistem Politik Indonesia, Jakarta : CV Rajawali, 1984.

————, Swadaya Politik Masyarakat, Jakarta : CV Rajawali, 1998.

Sarmadan, Pasaribu, Peranan Pemuda Pancasila Menentang Gerakan Partai Komunis di Kotamadya Medan Tahun 1960 sampai Tahun 1966. Skripsi, Medan : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Soewondo, Nani, Kedudukan Wanita Indonesia dalam Hukum dan Masyarakat, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1997.

Sutanto, Perkembangan Pergerakan Wanita Indonesia, Jakarta: Yayasan Idayu, 1977.

Sutanto Ny. L, Partisipasi Wanita dalam Pembangunan, Jakarta : Yayasan Idayu, 1977.

Tan, Melly G, Perempuan Indonesia Pemimpin Masa Depan, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1996.

Yanti, Eva Mei, Konflik Antara Pemuda Pancasila dan Ikatan Pemuda Karya di Kotamadya Medan 1987- Juni 2000. Skripsi, Medan : : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Arsip/makalah/bulletin/surat keputusan/majalah`

“Wanita Indonesia: Terpaku di Persimpangan. Dilema di Tengah Kesenjangan Sosial”,

PRISMA, LP3ES (Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan

Sosial, tahun 1981.

Soetrisno, Organisasi Kemasyarakatan dan Pancasila sebagai satu-satunya asas Soeharto, Jakarta : Kertas Karya Perseorangan (Taskap) Perseorangan Peserta Kursus Reguler Angkatan ke XVIII 1985 Markas Besar Angkatan Republik Indonesia Lembaga Pertahanan Nasional, 1985.

Kantor Menteri Negara Urusan Peranan Wanita, Modul Latihan Manajemen dan

Kepemimpinan Wanita dalam Pembangunan Wanita Sebagai Penggerak Masyarakat,

Jakarta, 1991.

Sekretariat Jendral Pimpinan Pusat pemuda Pancasila, Buku Saku Anggota Pemuda Pancasila.


(6)

69

Majelis Pimpinan Wilayah Pemuda Pancasila, Materi Musyawarah Wilayah XI Pemuda Pancasila Sumatera Utara, Medan 22-24 Juni 2007.

Rapat Kerja Wilayah Pemuda Pancasila Sumatera Utara, 20 – 22 Agustus 2004.

Sekretariat Pemuda Pancasila, Kumpulan Peraturan Organisasi Pemuda Pancasila, Jakarta 2002.

Ceramah Ny. S. Soedarsono pada Kursus Regular Angkatan XI Lemhanas, Peranan Wanita tanggal 27 Juli 1978 di Jakarta.

Perundang-undangan

TAP MPR No. II/MPR/1983 Bidang Politik butir 1.h.

UUD 1945 pasal 28 ayat 1.

UU No. 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemsyarakatan (ORMAS) Bab 1.

Internet

Website BPS, http://ki-demang.com/galeria256/index.php/wayang-aksara-s/436-srikandi-solo.