Pergerakan Wanita Indonesia LATAR BELAKANG BERDIRINYA SRIKANDI PP SUMUT

26

BAB III LATAR BELAKANG BERDIRINYA SRIKANDI PP SUMUT

3.1 Pergerakan Wanita Indonesia

Srikandi merupakan salah satu bentuk nyata daripada pergerakan wanita Indonesia. Pergerakan Wanita Indonesia pun sudah dimulai pada jaman Raden Ajeng Kartini. Dalam hidupnya yang singkat, lahir pada 21 April 1879 dan meninggal pada 17 September 1904 oleh kaum wanita dianggap sebagai tonggak awal bagi gerakan feminis di Indonesia. Ia telah menulis lusinan surat dan publikasinya, setelah ia meninggal, mengobarkan semangat di antara kaum muda Indonesia dan juga menimbulkan simpati bagi timbulnya gerakan feminis di Indonesia dan Negara-negara lain. Kehidupan Kartini yang sangat singkat tetapi dapat merubah pandangan dunia terhadap kehidupan wanita Indonesia, dituliskan oleh sahabat Kartini yang bernama Abendanon berdasarkan surat-surat yang dikirim oleh Kartini kepada Mr.J.H Abendanon tulisan itu dikumpulkan sehingga menjadi sebuah buku yang berjudul Door duis-ternis tot licht Habis Gelap Terbitlah Terang. 13 Dengan jelas dikemukakannya dalam buku itu segala hal yang dianggap kurang memuaskan dalam masyarakat Indonesia pada waktu itu dan yang harus diusahakan 13 Cora Vreede-De Stuers, Sejarah Perempuan Indonesia, Depok : Komunitas Bambu, 2008, hal. 61. 27 perbaikannya. Soal-soal yang terpenting yang ditegaskan olehnya yaitu: kawin paksa, perempuan umumnya kawin dengan laki-laki yang belum dikenal, bahkan belum pernah dilihat sebelumnya, poligami terutama diantara golongan bangsawan yang sudah menjadi kebiasaan seorang laki-laki beristri lebih dari satu dan semua istri itu biasanya tinggal dalam satu rumah. Bagaimana akibat dari poligami sudah diketahui benar-benar oleh Kartini karena ayahnya berpoligami dan ia pun kemudian kawin pula dengan seorang yang berpoligami yaitu R.M.A.A Djojodhiningrat, bupati Rembang . 14 Buku ini mendapat sambutan yang baik sekali sehingga berkat uang penjualannya dapat didirikan perhimpunan “Kartinifonds” di Den Haag, yang bermaksud mendirikan dan Pada masa itu, perceraian dengan sewenang-wenang dilakukan pihak suami, dan kebiasaan juga bahwa gadis-gadis dipingit di rumah dan baru boleh keluar setelah bersuami, berarti pula bahwa mereka kurang mendapat kesempatan untuk belajar di sekolah . Demikianlah yang terutama dikehendaki oleh Kartini yaitu : perbaikan kedudukan wanita dalam perkawinan, suami dan pengajaran yang baik bagi orang Indonesia pada umumnya, gadis-gadis pada khususnya supaya gadis-gadis itu dapat mencari penghidupan sendiri dan nasibnya tidak semata mata tergantung dari perkawinan. Surat-surat yang ditulis oleh Kartini kepada beberapa kenalan Belanda, kemudian dikumpulkan oleh Mr .J.H Abendanon dan diterbitkan tahun 1911 sebagai buku yang disebut “Habis Gelap terbitlah Terang”. 14 Nani Soewondo, Kedudukan Wanita Indonesia dalam Hukum dan Masyarakat, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1997, hal. 112. 28 membantu sekolah anak perempuan. Pada akhir tahun 1913 didirikan sekolah Kartini yang pertama di Semarang. Hari lahir R.A Kartini yaitu tanggal 21 April kemudian diperingati setiap tahun , mula- mula hanya dalam sekolah Kartini, kemudian oleh perkumpulan wanita, hingga akhirnya ditetapkan sebagai Hari Nasional sebagai Hari Kartini. Salah satu pejuang perempuan setelah Kartini ialah Dewi Sartika, perempuan Sunda yang lahir 1 Desember 1884 dan wafat 11 September 1947 dianggap sebagai salah satu pelopor kemajuan perempuan. 15 Ia juga bercita-cita seperti Kartini, tetapi tidak tinggal berangan-angan saja, melainkan segera melaksanakannya dengan pengetahuan yang sudah ada padanya. Dalam tahun 1904 didirikan sekolah gadis yang pertama-tama yang disebut “Sekolah Isteri” yang kemudian diganti nama menjadi “Sekolah Keutamaan Isteri”. Tahun 1906 ia menikah dengan seorang guru bernama Raden Agah Suriawinata yang membantunya dalam melaksanakan cita-citanya. Dalam tahun 1912 sudah ada 9 sekolah gadis didirikan di berbagai kabupaten, yaitu 50 dari seluruh jumlah sekolah di Pasundan. Sampai waktu meninggalnya, ketika mengungsi dari Bandung di zaman revolusi, Dewi Sartika tetap bekerja dengan giat untuk kepentingan sekolah-sekolahnya. 16 15 Cora Vreede-De Stuers, op. cit., hal. 32. 16 Nani Soewondo, op. cit., hal. 116-117. Jauh sebelum gerakan feminis mengemuka dan terorganisir, Dewi Sartika telah berbicara tentang ketidakadilan pembagian upah buruh antara lelaki dan perempuan dimana perempuan dibayar lebih rendah daripada lelaki dalam pekerjaan yang sama beratnya mereka kerjakan. 29 Beberapa perempuan yang telah disebut sebagai pelopor pergerakan perempuan sebenarnya hanya sebagian kecil dari pejuang perempuan lain yang tak pernah dikenal, tetapi mereka telah berjuang untuk mewujudkan pendidikan modern. Lingkungan Aristokrat Jawa yang mengekang dan menghalangi perempuan telah menghasilkan sesuatu yang mengejutkan. Di daerah lain, seperti Minahasa, perempuan dapat menikmati kemerdekaan dan kebudayaan Barat telah merasuk terlalu dalam ke sekolah-sekolah misionaris, sementara para pelopor perempuan yang tidak terkungkung di Jawa, dimana kerja Dewi Sartika seperti dijelaskan seorang guru Belanda sebagai suatu tindakan berani. Sesudah tahun 1920 jumlah perkumpulan wanita bertambah banyak, begitu juga didalam Partai Komunis Indonesia, Sarikat Islam, Muhammadiyah dan Sarekat Ambon, mempunyai bagian khusus wanita, wanita sebagai pusat rumah-tangga dan pendidik anak yang sangat penting artinya untuk menyebarkan cita-citanya yang khusus menarik kaum wanita. Di samping itu terdapat pula perkumpulan wanita-wanita terpelajar, yang telah mempunyai tujuan yang nyata antara lain “ Wanita Utomo”, “Wanita Muljo”, “Wanita Katolik”, yang semuanya didirikan di Jogjakarta kira-kira tahun 1920, “ Putri Budi Sedjati “ di Surabaya dan sebagainya. Terdapat pula organisasi-organisasi disamping Pemuda Indonesia , “Jong Islamieten Bond, “Jong Java-Meisheskring”, dan “Wanita Taman Siswa”. Pada tanggal 22-25 Desember 1928 diadakan Kongres Perempuan Pertama di Jogjakarta dihadiri oleh 30 perkumpulan wanita. Diantara pendorong-pendorongnya terdapat perkumpulan yang berikut : “Wanita Utomo”, “Puteri Indonesia”, “Wanita Katolik”, “Wanita 30 Mulyo”, “Muhammadiyah bagian Wanita”, “ Serikat Islam bagian Wanita” dan dari kalangan pemudi: “J.I.B bagian Wanita” dan “ J.J bagian Wanita” serta “ Wanita Taman Siswa” 17 Dalam kongres inilah diambil keputusan: mendirikan gabungan perkumpulan- perkumpulan wanita-wanita dengan nama Perikatan Perempuan Indonesia PPI ; tujuannya memberi penerangan dan pemerataan kepada perkumpulan yang tergabung di dalam PPI akan memberikan beasiswa untuk anak-anak perempuan yang pandai tapi tidak mampu, mengadakan kursus tentang kesehatan, memberantas perkawinan anak-anak memajukan kepandaian anak-anak perempuan. Hal inilah menjadi pelopor pergerakan perempuan Indonesia mulai berdiri peranan wanita di setiap organisasi maupun masyarakat. Begitu juga di dalam Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia yang pada saat itu menaungi Wanita Pancasila dan Pemuda Pancasila. Pada tanggal 28 Oktober 1962 Wanita Pancasila dilahirkan oleh IPKI Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia bersamaan waktunya dengan Pemuda Pancasila. Tujuannya pada saat itu aalah untuk mengimbangi kekuatan dari Gerakan Wanita Komunis Gerwani yang mengangkat eksistensi Pancasila dan UUD 1945 serta Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada masa itu Wanita Pancasila belum terorganisir dengan baik. Wanit Pancasila pada masa itu belum mempunyai identitas atribut dan tidak memiliki perencanaan-perencanaan. Kecuali gerakan itu dimobilisasi oleh tingkat kesadaran cinta tanah air dan dilengkapi oleh kekuatan, keberanian serta militansi yang tinggi. Wanita Pancasila kegiatannya hanya bersifat internal non formal yang mengarah bentuk kekeluargaan. Kegiatan ini sampai kira-kira tahun 1980. 17 Ibid., hal. 118. 31

3.2 Berdirinya Pemuda Pancasila PP Sumatera Utara