Metode Pengumpulan Data Iklim

dimana dalam kasus ini terbongkarnya jaringan pencurian ternak khususnya jenis kerbau, beberapa kali warga melapor pada aparat kepolisian mengenai hilangnya ternak warga, dan terbongkarnya jaringan pencuarian ternak tersebut maka menguatkan bahwa pencurian dilakukan bukan hanya sekali tetapi terjadinya pencurian telah terjadi beberapa kali di kabupaten paluta

3. Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh dari sumber pertama melalui wawancara langsung dengan responden, yaitu dengan aparat Kepolisian Polsek Padang Bolak yang menangani kasus tindak pidana pencurian ternak kerbau. b. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber tidak langsung, yaitu diperoleh dari dokumen yang berupa majalah, buku literatur, surat kabar, kamus hukum, ensiklopedia, peraturan perundang-undangan, artikel- artikel di internet,dokumen-dokumen atau berkas-berkas yang diperoleh dari instansi setempat.

4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 1. Melakukan wawancara langsung dengan reposden. Wawancara Interview, yaitu mengadakan penggalian data dengan wawancara yang mendalam terhadap aparat Kepolisian yang menangani kasus ini di Polsek Padang Bolak Penulis menggunakan interview bebas terpimpin controlled interview, yaitu wawancara menggunakan interview guide berupa pertanyaan yang berhubungan dengan permasalahan dan cara mengajukan pertanyaan diserahkan sepenuhnya pada keluwesan interviewer untuk menghilangkan kekakuan dalam proses interview. 2. Melalui penelitian kepustakaan library research, yaitu mengumpulkan data dari referensi-referensi yang mendukung terhadap penelitian ini melakukan studi kepustakaan yang berupa dokumen-dokumen, literatur, artikel-artikel yang berhubungan dengan permasalahan. Kemudian dilakukan sinkronisasi sehingga diperoleh data yang menjadi bahan masukan untuk melengkapi analisis permasalahan dalam penelitian ini.

6. Analisis Data

Setelah data relevan yang diperlukan telah berhasil dihimpun dalam penelitian, maka data tersebut dianalisis secara deskriptif analitis yaitu menggambarkan bagaimana upaya penanggulangan terjadinya pencurian ternak curnak di wilayah Hukum Polsek Padang Bolak serta penerapan hukum pidana oleh aparat kepolisian pada pelaku curnak kerbau tersebut. Atas dasar itu, maka dapat diperoleh gambaran yang objektif mengenai kenyataan yang ada di masyarakat, sehubungan dengan tindak pidana pencurian ternak di kabupaten Universitas Sumatera Utara Paluta tersebut. G.Sistematika Penulisan Sesuai dengan isi dari keseluruhan penulisan ini, maka penulis menyusun sistematika penulisannya menjadi beberapa bagian pembahasan:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini memuat antara lain: latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penulisan,tinjauan kepustakaan, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II: Pada bab ini akan diuraikan tentang faktor-faktor yang melatar

belakangi terjadinya tindak pidana pencurian ternak kerbau di Kabupaten Padang Lawas Utara. BAB III : Bab ini akan membahas tentang gambaran secara keseluruhan wilayah Kabupaten Padang Lawas Utara termasuk jumlah populasi kerbau sesuai dengan sensus peternakan tahun 2012, kemudian langkah-langkah yang di ambil oleh pihak kepolisian Polsek Padang Bolak upaya penanggulanangan tindak pidana pencurian ternak kerbau partisipasi masyarakat pada aparat kepolisian serta hambatan- hambatan penanggulangan tindak pidana pencurian ternak kerbau yang terjadi di Kabupaten Padang Lawas Utara.

BAB IV : Bab ini akan membahas tentang Posisi Kasus yang berisi tentang

gambaran lokasi Tempat Kejadian Perkara TKP dimana diambil dari salah satu kasus pencurian ternak kerbau yang ditangani oleh Universitas Sumatera Utara kepolisian Polsek Padang Bolak serta penerapan hukum pidanan terhadap para pelaku tindak pidana pencurian ternak kerbau dan penanganan kasus tersebut oleh kepolisian dengan menggunakan ketentuan Hukum Pidana di wilayah hukum Polsek Padang Bolak.

BAB V : PENUTUP

Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran-saran dari keseluruhan pembahasan yang penulis uraikan dalam pembahasan- pembahasan terlebih dahulu serta masukan yang berupa saran dari penulis terhadap kasus pencurian ternak kerbau yang terjadi di Kabupaten Padang Lawas Utara serta upaya penanggulangan sebagai antisipasi masyarakat dalam mencegah terulangnya pencurian kerbau. BAB II FAKTOR-FAKTOR YANG MELATAR BELAKANGI TERJADINYA TINDAK PIDANA PENCURIAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA Status sosial seseorang di dalam masyarakat banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor. Selama di dalam masyarakat itu ada sesuatu yang dihargai maka selama itu pula ada pelapisan-pelapisan di dalamnya dan pelapisan-pelapisan itulah yang menentukan status sosial seseorang. Segala perbuatan maupun tindakan yang dilakukan manusia pastilah Universitas Sumatera Utara memiliki sebab dan akibat, begitu pula kejahatan, setiap kejahatan memiliki motif atau alasan untuk melakukan tindakan kejahatan dan setiap alasan tersebut pasti berbeda-beda satu sama lainnya. Perbedaan ini terjadi karena setiap orang memiliki kepentingan yang berbeda-beda pula. Sehubungan dengan hal tersebut di atas maka faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya pencurian ternak kerbau di Kabupaten Padang Lawas Utara antara lain: A. Faktor Ekonomi Ekonomi merupakan salah satu hal yang penting di dalam kehidupan manusia, maka keadaan ekonomi dari pelaku tindak pidana pencurianlah yang kerap kali muncul melatarbelakangi seseorang melakukan tindak pidana pencurian. Para pelaku sering kali tidak mempunyai pekerjaan yang tetap, atau bahkan tidak punya pekerjaan. Karena desakan ekonomi yang menghimpit, yaitu harus memenuhi kebutuhan keluarga, membeli sandang maupun pangan, atau ada sanak keluarganya yang sedang sakit, maka sesorang dapat berbuat nekat dengan melakukan tindak pidana pencurian. Rasa cinta seseorang terhadap keluarganya yang menyebakan ia sering lupa diri dan akan melakukan apa saja demi kebahagiaan keluarganya. Terlebih lagi apabila faktor pendorong tersebut diliputi rasa gelisah, kekhawatiran, dan lain sebagainya, disebabkan orang tua pada umumnya ibu yang sudah janda, atau isteri atau anak maupun anak-anaknya, dalam keadaan sakit keras. Memerlukan obat, sedangkan uang sulit di dapat. Oleh karena itu, maka seorang pelaku dapat termotivasi untuk melakukan pencurian. Faktor ekonomi adalah faktor yang amat memegang peranan penting dalam Universitas Sumatera Utara kehidupan manusia, hal ini dikarenakan manusia memiliki kebutuhan sandang, pangan, papan yang harus dipenuhi setiap hari. Pemenuhan kebutuhan inilah yang membutuhkan biaya, jika kebutuhan sehari-hari sangat banyak, maka biaya yang dibutuhkan juga semakin banyak. Alasan tersebut sering dipergunakan para pelaku kejahatan karena alasan tersebut dapat meringankan hukuman yang dijatuhkan padanya. Terjadinya kejahatan pencurian ternak ini dikarenakan oleh faktor ekonomi dari pelaku yang masih tergolong rendah sedangkan kebutuhannya yang mendesak untuk dipenuhi. Tekanan atau desakan seperti itulah yang menyebabkan pelaku melakukan pencurian yang merupakan jalan pintas untuk memenuhi kebutuhannya. Ketidakseimbangan inilah yang menjadi faktor bagi setiap orang mencari alternative pekerjaan agar mendapatkan uang yang lebih banyak lagi sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup. Faktor ekonomi adalah faktor yang memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, hal ini di karenakan manusia memiliki kebutuhan sandang, pangan, papan yang harus dipenuhi setiap hari. Dengan meningkatnya kebutuhan hidup, sehingga untuk memenuhi kebutuhan tersebut dapat ditempuh dengan berbagi hal, baik itu dengan cara yang baik atau dengan cara yag jahat. Maka faktor ekonomi merupakan salah satu faktor yang paling dominan sehingga orang dapat melakukan kejahatan, karena disebabkan oleh kebutuhan ekonomi yang kian hari kian meningkat. Adapun tingkat ekonomi pelaku pencurian ternak dapat dijelaskan melalui tabel berikut: Universitas Sumatera Utara Tabel 1 Pelaku Pencurian Ternak Kepolisian Resor Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2009-2013 Sumber : Kepolisian Resor Kabupaten Padang Lawas Utara AIPDA M.Hutabarat, Juru Periksa Reskrim Padang Bolak wawancara 06 Januari 2014 mengemukakan bahwa : Salah satu faktor pendorong seseorang melakukan kejahatan pencurian adalah keadaan ekonomi yang rendah. Dilain pihak kebutuhan hidup yang semakin mendesak tetapi pelaku tidak dapat memenuhinya. Terlebih lagi pelaku yang sudah berkeluarga yang memiliki tanggungan sedangkan penghasilan untuk memenuhinya tidak cukup. Ditambah lagi dengan keadaan lingkungan dari pelaku yang konsumtif merupakan faktor pendorong pelaku melakukan pencurian. 26 Selanjutnya Juman, pelaku kejahatan pencurian ternak wawancara 8 Januari 2014, mengemukakan bahwa : 27 “Saya mencuri karena keadaan yang memaksa. Pekerjaan sebagai petani tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga saya. Selain itu biaya sekolah anak saya harus segera dibayar.” 26 Hasil wawancara dengan AIPDA M.Hutabarat,AIPTU Suratman, tanggal 06 Januari 2014 27 Hasil wawancara dengan Pelaku Curnak Juman 34 tahun, Sahrul, 47 tahun tanggal 08 Januari 2014 No Tahun Pelaku Pekerjaan Tidak Bekerja Petani Pedagang Buruh Lainnya 1 2009 2 1 - - 1 2 2012 4 2 2 - - 3 2013 8 1 - 1 1 Universitas Sumatera Utara Sahrul, pelaku kejahatan pencurian ternak wawancara 8 Januari 2014, mengemukakan bahwa : “Saya mencuri ternak karena sangat mudah untuk memasarkanya di pasar dan harganya juga cukup mahal, saya merasa bersalah, hal tersebut saya lakukan karena tekanan kebutuhan rumah tangga” Faktor ekonomi adalah faktor yang memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, hal ini di karenakan manusia memiliki kebutuhan sandang, pangan, papan yang harus dipenuhi setiap hari. Dengan meningkatnya kebutuhan hidup, sehingga untuk memenuhi kebutuhan tersebut dapat ditempuh dengan berbagi hal, baik itu dengan cara yang baik atau dengan cara yag jahat. Maka faktor ekonomi merupakan salah satu faktor yang paling dominan sehingga orang dapat melakukan kejahatan, karena disebabkan oleah kebutuhan ekonomi yang kian hari kian meningkat

B. Faktor Pendidikan

Faktor yang lain adalah pendidikan. Tingkat pendidikan seseorang dapat mempengaruhi tindakan seseorang, seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi dalam bertindak, bertutur kata, bertingka laku, cenderung berfikir dengan menggunakan kerangka fikir yang baik dan sistematis sehingga segala perbuatannya cenderung untuk dapat dipertanggungjawabkan lain halnya dengan orang yan memiliki tingkat pendidikan yang rendah dalam melakukan tindakan terkadang berfikiran sempit. Selain itu seseorang yang memiliki strata pendidikan yang tinggi dalam mencari pekerjaan cenderung mudah dibandingkan dengan orang yang memiliki Universitas Sumatera Utara strata pendidikan yang rendah, karenanya banyak orang yang memiliki pendidikan yang rendah tidak memiliki pekerjaaanpengangguran. Karena tidak memiliki pekerjaan itu maka dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dia akan melakukan pekerjaan apa saja asalkan ia dpat memenuhi kebutuhan hidupnya tak perduli apakah itu melanggar hukum atau tidak. Begitu juga dengan kejahatan pencurian ternak di Kabupaten Padang Lawas Utara terdapat beberapa pelaku yang ternyata tingkat pendidikannya rendah. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 2 Tingkat Pendidikan Pelaku Pencurian Ternak Kerbau Di Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2009-2013 No Tahun Pelak u Tingkat Pendidikan Keteranga n Tidak Bersekolah SD SMP SMA dll 1 2009 2 3 1 - - - - 2 2012 4 1 2 - 1 - - 3 2013 8 - 2 - 1 - 5 Pelaku berstatus DPO Sumber : Kepolisian Resor Kabupaten Padang Lawas Utara, 2013 Universitas Sumatera Utara AIPDA M.Hutabarat, Juru Periksa Reskrim Padang Bolak wawncara 06 Januari 2014 mengemukakan bahwa : 28 “Pendidikan sebagai salah satu faktor penyebab atau yang melatarbelakangi terjadinya kejahatan, karena pendidikan adalah sarana yang paling efektif dalam mendidik dan mengarahkan seseorang untuk merubah cara berfikir sehingga dapat memikirkan tentang perbuatannya, akibat kerugian serta konsekuensi yang ditimbulkan jika dia melakukan perbuatan tersebut.” Hubungan antara pelaku pencurian ternak kerbau dengan faktor pendidikan, adalah karena apabila masyarakat kurang mendapat pendidikan khususnya pendidikan agama dan pendidikan hukum, maka masyarakat tidak tahu apa yang dia lakukan, kerugian yang diderita oleh orang lain korban akibat perbuatannya serta konsekuensi dari perbuatannya, sehingga dibutuhkan pendidikan dan pemahaman agar mereka mengetahui apa yang dilakukannya itu, kerugian yang diderita oleh orang lain korban akibat perbuatannya serta konsekuensi dari perbuatannya karena perbuatan tersebut bertentangan dengan norma-norma baik itu norma agama, maupun norma-norma sosial baik itu norma hukum sehingga apabila dilakukan maka pelakunya akan dikenakan sanksi pidana. Tapi tidak tertutup kemungkinan seseorang yang melakukan kejahatan tersebut adalah orang- orang yang mempunyai ilmu yang tinggi dan mengecap dunia pendidikan yang tinggi pula. Memang jika berbicara tentang pendidikan dikaitkan dengan kejahatan mungkin banyak permasalahan yang akan muncul, oleh karena itu penulis batasi 28 Hasil wawancara dengan AIPDA M.Hutabarat,AIPTU Suratman, tanggal 06 Januari 2014 Universitas Sumatera Utara seperti pendidikan yang kurang berhasil adalah dari pelaku yang relatif pendidikan rendah, maka akan mempengaruhi pekerjaan pelaku karena kurangnya keterampilan yang dimiliki sehingga pelaku pencurian ternak kerbau yang terjadi di Kabupaten Padang Lawas Utara umumnya adalah buruh yang pekerjaannya tidak tetap. Hal itu disebabkan karena pendidikan yang rendah, sehingga kurangnya kreatifitas dan berhubungan dengan kurangnya peluang lapangan kerja. Sehubungan dengan pendidikan yang minim itu maka pola pikir mereka mudah terpengaruh karena kadang-kadang mereka bisa mengekspresikan tingkah laku yang tidak baik lewat perbuatan yang merugikan masyarakat. Jadi melalui bekal pendidikan yang diperoleh dengan baik dapat merupakan proses pembentukan nilai-nilai atau perilaku mereka. Memang jika faktor pendidikan dikaitkan dengan latar belakang kejahatan yang dilakukan itu rata-rata yang berpendidikan rendah yang banyak melakukan kejahatan pencuria ternak kerbau.

C. Faktor Geologis

Lokasi penelitian dilaksanakan di Kabupaten Padang Lawas Utara. Di Sumatera Utara terdapat suku Batak, Mandailing, Angkola Dan Karo. Suku Angkola adalah salah satu dari empat suku yang terdapat di Sumatera Utara. Padang Lawas Utara atau yang dikenal dengan Padang Bolak, istilah “Padang Bolak” di artikan dalam bahasa Indonesia yaitu “Padang yang Luas” dimana daerah Paluta mempunyai potensi alam yang cukup baik. Kabupaten Padang Lawas Utara yang beribukota di Gunung Tua secara geografis terletak di bagian utara Provinsi Sumatera Utara yaitu antara 1°1350 - 2°232 Lintang Utara dan 99°2044 - 100°1910 Bujur Timur, dengan luas wilayah tercatat 3 918,05 Km² Universitas Sumatera Utara kemudian letak di atas Permukaan Laut 0 – 1 915 M . Dengan Luas wilayah tersebut, kondisi alam dan lingkungan serta curah hujan di kabupaten Padang Lawas Utara sangat mendukung peredaran populasi kerbau, hal ini dapat dilihat dari jumlah populasi kerbau di Kabupaten Padang Lawas Utara.Berdasarkan hasil data Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Padang Lawas Utatara Jumlah populasi kerbau yaitu 9 459 ekor pada tahun 2010, 10468 ekor pada tahun 2011 dan 10041 ekor pada tahun 2012. 29 Jumlah populasi kerbau pada tahun 2012 menurun, penurunan populasi kerbau pada tahun 2012 disebabkan beberapa faktor, diantaranya faktor seringnya terjadi pencurian kerbau di berbagai daerah di berdasarkan data Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Padang Lawas Utara jumlah populasi kerbau menerut kecamatan dan luas wilayah dapat dilihat pada tabel berikut: 30 Tabel 3 Jumlah Populasi Kerbau Menurut Kecamatan dan Luas Wilayah di Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2012 No Kecamatan Jumlah Kebau Luas KM2 Presentase terhadap Luas Kab 1 Batang Onang 523 286,69 7,32 2 Padang Bolak Julu 781 243,33 6,21 3 Portibi 1528 142,35 3,63 4 Padang Bolak 2276 792,14 20,22 5 Simangambat 219 1 036,68 26,46 6 Halongonan 1 668 569,26 14,53 7 Dolok 168 492,45 12,57 8 Dolok Sigompulon 140 272,17 6,95 9 Hulu Sihapas 120 82,98 2,12 Sumber Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Padang Lawas Utara 29 Badan Pusat Statistik Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2012 30 Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2012 Universitas Sumatera Utara Dilihat dari tabel di atas, dapat dilihat penyebaran kerbau yang paling banyak terletak di Kecamatan Padang Bolak, hal ini sangat berpengaruh dengan faktor yang melatar belakangi terjadinya tindak pidana pencurian ternak dimana hal tersebut menjadi faktor pendorong para pelaku curnak melalukan aksi pencurian kerbau di daerah yang paling banyak populasi kerbaunya. Hal tersebut diperkuat dengan beberapa kasus yang terjadi di Kabupaten Padang Lawas Utara lebih mendominasi di Kecamatan Padang Bolak. Dari 9 kasus Pencurian Kerbau di wilayah hukum Polsek Padang Bolak 5 diantaranya terjadi di Kecamatan Padang Bolak. Dilihat dari segi geologis letak dan lokasi populasi kerbau menjadi lokasi yang strategis bagi pelaku untuk manjalankan aksinya, disampin itu Letak lokasi pencurian terhak kerbau yang terjdi di Kecamatan Padang Bolak lebih dekat dengan jalan Lintas Sumatera sehingga hal tersebut memudahkan pelaku untuk manjalankan aksinya dan membawa kerbau curian keluar dari Kabupaten Padang Lawas Utara untuk di jual di daerah lain dengan harga yang lebih mahal. Monitan Tarigan, pelaku pencurian ternak wawancara 08 Januari 2014, mengemukakan bahwa : 31 “Dalam Kasus pencurian yang saya lakukan, saya dan sahrul adalah sopir yang membawa kerbau tersebut dibawa ke binjai untuk di jual, sedangkan yang lainnya setahu saya sebagai eksekuror dilapangan, atas perbuatan yang saya lalukan dkk, saya merasa bersalah dan melanggar hukum yang berlaku di Negara Republik Indonesia dan menyesali perbuatan saya” 31 Hasil wawancara dengan Pelaku Curnak Monitan Tarigan 37 tahun tanggal 08 Januari 2014 Universitas Sumatera Utara Dengan demikian faktor geologis merupakan yang dominan yang melatarbelakangi terjadinya tindak pidanan pencurian kerbau di Kabupaten Padang Lawas Utara D.Faktor Penegak Hukum Terjadinya tindak pidana pencurian kerbau di Kabupaten padang Lawas Utara mempuyai beberapa faktor yang melatarbelakanginya, hal tersebut tidak lepas dari salah stu faktor peyebab terjadinya pencurian ternak kerbau yaitu faktor penegak hukum. Dalam hal ini aparat penegak hukum memiliki peranan penting dalam pencegahan pencurian kerbau yang terjadi di wilayah hukumnya, tetapi fakta dilapangan membuktikan behwa kinerja aparat pengak hukum masih jauh dari hapan masyarakat yang seharusnya menjadi tugas pokok para penegak hukum. Aparat penegak hukum yang cenderung tidak begitu konsentrasi dengan masalah pencurian ternak, menyebabkan para pelaku semakin meraja lela dalam malakukan aksinya. Lambatnya proses penanganan terhadap warga yang melapor menjadikan masyarakat enggan untuk melapor pada aparat kepolisian Resor Padang Bolak. Dalam pembahasan pada bab ini, penulis melakukan survei lapangan pada beberapa desa di Kecamatan Portibi yaitu Desa Napalombang, Desa Mangaledang Universitas Sumatera Utara Lama, Desa Mangaledang, Desa Torluk Muara Dolok dan Desa Janji Matogu untuk mendapatkan informasi dari warga mengenai kinerja aparat kepolisian Polsek Padang Bolak dalam menangani kasus pencurian ternak kerbau di Kabupaten Padang Lawas Utara dilihat dari tabel berikut: Tabel 4 Pendapat Warga dari beberapa Desa di Kecamatan Portibi Mengenai Kinerja Aparat Polsek Padang Bolak dalam menangani Kasus Pencurian Kerbau di Kabupaten Padang Lawas Utara Universitas Sumatera Utara Sumber: Hasil Survei Lapangan pada studi kasus yang dilaksanakan pada tanggal 12,13 dan 14 Februari 2014 Berdasarkan tebel diatas dapat dilihat bahwa masayarakat berpendapat kinerja aparat kepolisian Polsek Padang Bolak dalam menangani kasus pencurian kerbau di Kabupaten Padang lawas Utara masih jauh dari harapan masyarakat atas kinerja aparat kepolisian dalam menangani kasus tersebut. Dari 15 warga yang terdiri atas 5 desa yang menjadi objek studi kasus yang di survei langsung oleh penulis dapat dilihat 6 warga berpendapat bahwa kinerja aparat kepolisian Polsek Padang Bolak telah dilakukan dengan baik sedangkan 9 warga lainnya N o Nama Asal Desa Kinerja Aparat Kepolisian Baik Kurang Baik 1 Tongku Napalombang  − 2 Palaungan Rtg Napalombang  − 3 Aziz Perwira Siregar Napalombang −  4 Hadamean Siregar Mangaledang Lama −  5 Rizal Hasan Hsb Mangaledang Lama −  6 Wildan Syukri Srg Mangaledang Lama  − 7 Bahari Nst Torluk Muara Dolok −  8 Ruslan Harahap Torluk Muara Dolok −  9 Gammi Siregar Torluk Muara Dolok −  10 Asrul Janji Matogu  − 11 Khairul Harahap Janji Matogu  − 12 Himsar Siregar Janji Matogu −  13 Soangkupon Mangaledang −  14 Taufik Isnan Pohan Mangaledang  − 15 Romadon Siregar Mangledang −  Universitas Sumatera Utara mengemukakan bahwa kinerja aparat kepolisian Polsek Padang Bolak masih jauh dari harapan warga dikarnakan aparat masih lambat dalam menangani kasus pencurian ternak kerbau yang sudah terjadi beberapa kali diwilayah mereka Dari perbandingan pendapat warga mengenai kinerja aparat kepolisian dalam menangani kasus pencurian ternak kerbau penulis berpendapat bahwa penanganan kasus pencurian ternak kerbau di Kabupaten Padang Lawas Utara masih kurang maksimal, dimana aparat tidak begitu kosentrasi dalam hal penanganan pencurian kerbau. Hal ini masih jauh dari apa yang menjadi tugas pokok dari Polsek Padang Bolak yaitu melayani masyrakat dalam penanganan apabila warga melapor adanya kehilangan ternak milik mereka. Akibatnya warga enggan melapor pada aparat kepolisian Polsek Padang Bolak apabila terjadi hilangnya ternak kerbau milik warga dengan alasan aparat kepolisian lambat dalam penanganan dan sering tidak dilayani. Hal tersebut dipertegas dengan Keterangan Warga Padang Bolak bahwa seringnya terjadi hilangnya ternak kerbau milik warga. Fahrin Siregar, 47 tahun, Warga Gunung Tua Kecamatan Portibi wawancara 08 Januari 2014 mengemukakan bahwa: 32 “Sudah sering terjadi pencurian kerbau tertama di Kecamatan Padang Bolak,Portibi dan Padang Bolak Julu, warga sering mengembarakan kerbau di tempat pengembaraannya, hilangnya kerbau 32 Hasil wawancara dengan Fahrin Siregar, 47 tahun Warga Gunung Tua Kecamatan Portibi tanggal 08 Januari 2014 Universitas Sumatera Utara milik warga lebih sering terjadi pada malam hari, warga mangetahui ternak kerbaunya hilang pada pagi harinya, warga yang sudah sering melaporkan ke aparat kepolisian Resor Padang Bolak akan tetapi para aparat Kepolisian tidak begitu merespon dan cenderung lamban menangani kasus pencurian kerbau, sehingga masyarakat yang kehilangan hewan ternak kerbau miliknya tidak mau melaporkan kepadan aparat kepolisian dan cenderung melakukan tindakan sendiri dengan mencari sendiri hewan ternak kerbau miliknya yang hilang. Setelah terungkapnya pelaku pencurian kerbau tersebut masyarakat berbondong bondong ke Polsek Padang Bolak untuk melapor sekaligus inngi menghakimi sendri pelaku pencurian kerbau yang tertangkap” Dari Keterangan warga setempat dapat di artikan bahwa faktor Penegakan Hukum di Kabupaten Padang Lawas Utara masih jauh dari harapan masyarakat yang pada hakikatnya tugas pokok dari aparat kepolisian membantu dan melayani masyarakat dalam penanganan kasus pencurian kerbau akan tetapi fakta di lapangan masih jauh dari apa yang menjdi tugas pokok para penegak hukum di Kabupaten Padang Lawas Utara. Faktor Penegakan Hukum menjadi salah satu hal-hal yang melatarbelakangi maraknya terjadi pencurian ternak di Kabupaten Padang Lawas Utara. Seharusnya para penegak hukum senantiasa siaga serta melakukan patroli ke daerah-daerah peternakan, serta daerah-daerah rawan pencurian ternak.Akan tetapi kurang maksimalnya tindakan pihak Kepolisian dalam upaya pencegahan Universitas Sumatera Utara tindak pidana pencurian ternak kerbau menjadi hal yang perlu di benahi para penegak hukum di Wiyalah Hukum Polsek Padang Bolak dengan demikian dapat meminimalisir terjadinya pencurian kerbau di Kabupaten Padang Lawas Utara. BAB III UPAYA KEPOLISIAN POLSEK PADANG BOLAK DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PENCURIAN TERNAK KERBAU Universitas Sumatera Utara Tingginya tindak pidana pencurian ternak kerbau khususnya di wilayah Polsek Padang Bolak menimbulkan keresahan di masyarakat, dimana tingginya tingkat pencurian ternak kerbau tersebut dikarenakan banyak faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya tindak pidana pencurian ternak kerbau tersebut. Dengan tingginya faktor-faktor tersebut maka harus ada upaya yang dilakukan kepolisian dalam penanggulangan dari faktor-faktor pidana tersebut. Pada dasarnya Kepolisian Negara RI sebagaimna yang dimaksud dalam UU No. 22002 tentang Kepolisian Negara RI dalam pasal 4 bertujuan untuk menjamin tata tertib dan tegaknya hukum serta terbinanya ketentraman masyarakat guna mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan luar negri, terselenggaranya fungsi pertahanan keamanan negara, dan tercapainya tujuan nasional yang menjunjung tinggi HAM. Pada pembahasan bab ini, penulis akan menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan upaya aparat kepolisian Polsek Padang Bolak dalam penanggulangan tindak pidana pencurian ternak kerbau yang terjadi di Kabupaten Padang Lawas Utara yaitu: A.Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Lokasi dan Keadaan Geografis Lokasi penelitian dilaksanakan di Kabupaten Padang Lawas Utara. Di Universitas Sumatera Utara Sumatera Utara terdapat suku Batak, Mandailing, Angkola dan Karo. Suku Angkola adalah salah satu dari lima suku yang terdapat di Sumatera Utara. Padang Lawas yang juga disebut dengan nama Padang Bolak padang yang luas terkenal sebagai padang penggembalaan yang menjadi pusat penghasil ternak kerbau, lembu dan kambing. Bagi penduduk Padang Bolak, ternak tidak saja dikaitkan dengan kebutuhan kegiatan adatbudaya dan hari raya juga menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari ekonomi dan perdagangan yang konon mengisi pasar domestik yang mampu melintasi propinsi. Jauh di masa ‘doeloe’ keberadaan populasi ternak yang banyak di wilayah Padang Bolak diduga menjadi alasan Rajendra Cola I membuka wilayah di kawasan ini yang terlihat dari adanya peninggalan candi. 33 Daerah Paluta mempunyai potensi alam yang cukup baik. Kabupaten Padang Lawas Utara yang beribukota di Gunung Tua secara geografis terletak di bagian utara Provinsi Sumatera Utara yaitu antara 1°1350 - 2°232 Lintang Utara dan 99°2044 - 100°1910 Bujur Timur, dengan luas wilayah tercatat 3 918,05 Km² kemudian letak di atas Permukaan Laut 0 – 1 915 M. Dengan bata-batas, yaitu 34 : 1. Sebelah utara adalah Kabupaten Labuhan Batu dan Kabupaten Labura 2. Sebelah Selatan adalah Kabupaten Padang Lawas 3. Sebelah Timur adalah Propinsi Riau 33http:suku-batak.blokspot.com2012suku-batak-peternakan-di-padanglawas.html? m=1, di akses pada tanggal 11 Januari 2014, pukul 02:44 WIB 34 Bappelitbang dan PMD Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2012 Universitas Sumatera Utara 4. Sebelah barat adalah Kabupaten Tapanuli Selatan Secara administratif, Kabupaten Padang Lawas Utara meliputi 9 kecamatan, 386 Desa dan 2 kelurahan. Pembagian luas wilayah dan rasio terhadap total menurut kecamatan adalah sebagai berikut : Tabel 5 Luas Wilayah dan Rasio Terhadap Total Menurut Kecamatan di Kabupaten Padang Lawas Utara Kecamatan di Kabupaten Padang Lawas Utara Sumber: Bappelitbang dan PMD Kabupaten Padang Lawas Utara

2. Iklim

Karena Kabupaten Padang Lawas Utara terletak dekat garis khatulistiwa, sehingga tergolong kedalam daerah beriklim tropis. Ketinggian permukaan daratan Kabupaten Padang Lawas Utara berada pada 0-1.915 Meter diatas permukaan laut, sebagian daerahnya datar, beriklim cukup panas bias mencapai 34,20 C, sebagian daerah berbukit dengan kemiringan curam, berbukit dan ⁰ bergunung, beriklim sedang yang suhu minimalnya mencapai 17,6 C. ⁰ No Kecamatan Luas KM2 Presentase terhadap Luas Kab 1 Batang Onang 286,69 7,32 2 Padang Bolak Julu 243,33 6,21 3 Portibi 142,35 3,63 4 Padang Bolak 792,14 20,22 5 Simangambat 1 036,68 26,46 6 Halongonan 569,26 14,53 7 Dolok 492,45 12,57 8 Dolok Sigompulon 272,17 6,95 9 Hulu Sihapas 82,98 2,12 Jumlah Kab.Padang Lawas Utara 3 918,05 100,00 Universitas Sumatera Utara Sebagaimana musim di Indonesia pada umumnya, Kabupaten Padang Lawas Utara mempunyai musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan April sampai dengan bulan Juni dan musim penghujan biasanya terjadi pada bulan Oktober sampai dengan bulan Desember, diantara kedua musim itu diselingi oleh musim pancaroba. 35 3.Kuantitas Peternakan Wilayah Padang Lawas telah berubah. Kawasan yang dulunya dihiasi dengan populasi ternak berwarna coklat yang berlimpah, kini kawasan tandus itu sudah tampak terselimuti ‘permadani’ hijau tanaman kelapa sawit. Ibarat iklim ‘musim panas’ yang kering telah berlalu dan berganti dengan ‘musim dingin’ yang sejuk. Para penggembala ternak mungkin sudah waktunya menggiring ternaknya ke kandang. Kiasan-kiasan yang berkeluh kesah tersebut dapat diperluas yang seakan mengingatkan kita terhadap onang-onang yang syairnya tidak pernah putus. Juga kita teringat pada makanan khas Padang Lawas: holat suatu makanan yang terbuat dari daging atau ikan yang dimasak sedemikian rupa dengan rempah- rempah ala Padang Bolak yang diambil dari tanaman ‘balakka’ buah malaka. Rasanya masam dan kecut ketika dikunyah pertama kali tetapi setelah itu semuanya terasa manis Untuk mengikuti perubahan yang ada itu di alam Padang Lawas pada masa ini bisa kita periksa kondisi terkini. Ternyata tidak satu pun ada desa yang menunjukkan sebagian besar penduduk masih mengusahakan ternak. Sementara dari semua desa di Padang Lawas Kabupaten Padang Lawas Utara dan 35 BPS Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2012 Hal:7 Universitas Sumatera Utara Kabupaten Padang Lawas yang jumlahnya 670 desa, kondisi yang ada justru hanya terdapat sebanyak 309 desa yang sebagian besar penduduknya yang mengusahakan tanaman padi. Desa-desa yang sebagian besar penduduknya mengusahakan tanaman karet terdapat di 239 desa dan tanaman kelapa sawit 113 desa. Tiga komoditi ini tampaknya telah menjadi unggulan baru yang menggeser peranan ternak kerbau dan lembu di masa lampau. Populasi ternak besar dan kecil di Kabupaten Padang Lawas Utara yaitu sapi, kerbau, kuda, kambing, dan domba. Sedangkan populasi unggas antara lain ayam lokal dan itik local. 36 Berdasarkan uraian diatas Populasi Ternak Menurut Kecamatan dan Jenis Ternak ekor di Kabupaten Padang Lawas Utara adalah sebagi berikut: 37 Tabel 6 Populasi Ternak Menurut Kecamatan dan Jenis Ternak ekor di Kabupaten Padang Lawas Utara No Kecamatan Sapi Pera h Sapi Poton g Kerba u Kuda Kambin g Domba Babi 1 Batang Onang 523 627 376 41 2 Padang Bolak Julu 781 172 104 57 3 Portibi 1528 2058 3 898 225 4 Padang 2 276 1531 2225 36 http:suku-batak.blokspot.com2012suku-batak-peternakan-di-padang lawas.html? m=1, di akses pada tanggal 11 Januari 2014, pukul 02:44 WIB 37 BPS Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2012 Hal:247 Universitas Sumatera Utara Bolak 5 Simangamba t 219 715 832 6 Halongonan 1668 1481 2642 921 7 Dolok 168 65 1465 8 Dolok Sigompulon 140 42 1147 9 Hulu Sihapas 120 175 354 48 Kab.Padang Lawas Utara 7423 6866 3 10041 1322 Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Padang Lawas Utara B. Upaya Kepolisian dalam Penanggulangan Tindak Pidana Pencurian Ternak Kerbau yang terjadi di Kabupaten Padang Lawas Utara Tingginya tindak pidana pencurian ternak khususnya di wilayah Polsek Padang Bolak menimbulkan banyak keresahan di masyarakat, dimana tingginya tindak pidana pencurian ternak tersebut dikarenakan banyaknya faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya tindak pidana pencurian kerbau tersebut. Dengan tingginya faktor – faktor tersebut maka harus ada upaya penanggulangan dari faktor – faktor tindak pidana tersebut. Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa terjadinya kejahatan pencurian ternak di Kabupaten Padang Lawas Utara disebabkan oleh beberapa faktor. Karena itu perlu diadakan penanggulangan agar faktor-faktor tersebut dapat dicegah dan diatasi. Adapun upaya penanggulangan kejahatan dengan mekanisme peradilan pidana, dikemukakan oleh Walter C. Reckless Dirdjosisworo, 1976:32 yang dijelaskan sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 1. Peningkatan dan pemantapan aparat penegak hukum, yaitu meliputi pemantapan sistem dan organisasi Kepolisian yang baik, personil, sarana dan prasarana untuk mempertuntas perkara pidana. 2. Hukum dan perundang-undangan yang berwibawah dan berfungsi untuk menganalisis dan menekan kejahatan dengan mempertimbangkan masa depan. 3. Mekanisme peradilan pidana yang efektif dan efisien memenuhi syarat-syarat, cepat, tepat, murah dan sederhana 4.Koordinasi antara aparat pengak hukum yang serasi untuk meningkatkan daya guna penaggulangan kejahatan yang terjadi di masyarakat. 5.Pengawasan dan kesiagaan terhadap kemungkinan timbulnya kejahatan. Usaha penanggulangan diartikan sebagai usaha untuk mencegah dan mengurangi kasus pencurian ternak kerbau serta peningkatan penyelesaian perkaranya. Dalam mencari upaya penanggulangan pencurian ternak kerbau di Kabupaten Padang Lawas Utara, memang tidak mudah. Oleh karena itu peranan masyarakat, aparat pemerintah dalam mengambil langkah-langkah sangat diharapkan guna mengurangi pencurian ternak kerbau di Kabupaten Padang Lawas Utara. Melihat dari latar belakang ini seperti yang telah penulis uraikan pada Bab terdahulu, maka upaya-upaya instansi terkait, khususnya Kepolisian Resor Padang Bolak dalam menanggulangi masalah tersebut secara garis besar yaitu: 1. Upaya Preventif Upaya Pencegahan 2. Upaya Represif Upuya Penindakan 3. Upaya kuratif dan Rehabilitasi Universitas Sumatera Utara Untuk lebih jelasnya penulis akan menguraikan ketiga bentuk upaya tersebut.

1. Upaya Preventif