A. Latar Belakang Masalah
Kerbau merupakan salah satu jenis ternak penting di Indonesia, kegunaannya sangat beragam mulai dari membajak sawah, alat transportasi,
sebagai sumber daging dan susu, sampai dengan kulitnya digunakan sebagai bahan baku industri. Populasi ternak kerbau di Indonesia sekitar 2,5 juta ekor.
Namun populasi ternak kerbau di Indonesia mengalami penurunan. Data selama tahun 1985-2001 menunjukkan bahwa populasinya menurun drastis dari 3,3 juta
ekor pada tahun 1985 dan menjadi hanya 2,4 juta ekor di tahun 2001 atau mengalami penurunan populasi sebesar 26. Namun demikian, populasi ternak
kerbau di Pulau Sumatera agak meningkat dari 1,1 juta ekor menjadi 1,2 juta ekor di tahun yang sama atau mengalami pertumbuhan populasi sebesar 9. Hal
ini membuktikan bahwa kondisi alam dan sosial budaya masyarakat Pulau Sumatera memberi tempat yang layak untuk pengembangan ternak kerbau.
1
Di Paluta Padang Lawas Utara sendiri jumlah populasi ternak kerbau sangat besar dikarnakan sumber daya alam dan lingkungan sesuai dengan
habitat hewan ternak jenis kerbau, Padang Lawas Utara atau yang dikenal dengan Padang Bolak, istilah “Padang Bolak” di artikan dalam bahasa
Indonesia yaitu “Padang yang Luas” dimana daerah Paluta mempunyai beribu ribu hektar hamparan padang rumput yang sangat luas dan sangat cocok dengan
habitat asli hewan kerbau. Populasi sapi dan kerbau hasil PSPK di Kabupaten Padang Lawas Utara mencapai 17.827 ekor. Sementara itu, dari hasil sensus
pertanian 2013, populasi sapi dan kerbau mencapai 17.261 ekor. Berdasarkan
1
http:cybex.deptan.go.idpenyuluhanperkandangan-kerbau
Universitas Sumatera Utara
pidana pencurian kerbau Studi di Polsek Padang Bolak kec. Portibi Kab. Padang Lawas Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja
yang menyebabkan terjadinya tindak pidana pencurian ternak kerbau di Kabupaten Padang Lawas Utara dan untuk mengetahui upaya penanggulangan
oleh aparat Kepolisian Padang Lawas Utara terhadap tindak pidana pencurian ternak kerbau. Peneltian ini dilaksanakan di Polsek Padang Bolak dengan
mengambil keterangan dari pihak juru periksa Polsek Padang Bolak yang menangani kasus pencurian ternak kerbau di Kabupaten Padang Lawas Utara.
Penulis mengumpulkan data dengan menggunakan metode penelitian kepustakaan dan menggunakan metode penelitian lapangan. Kemudian melakukan analisis data
yang dilakukan bersifat kualitatif kemudian dideskripsikan. Temuan yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa Faktor-faktor penyebab
pencurian ternak adalah faktor ekonomi, faktor geologis, faktor pendidikan dan faktor penegak hukum. Upaya Kepolisian setempat dalam penanggulangan tindak
pidana pencurian ternak kerbau yang terjadi diKabupaten Padang Lawas Utara dapat dilakukan dengan cara, yakni dilihat dari deskripsi lokasi pnelitian, Upaya
kepolisian dalam penanggulangan tindak pidana pencurian kerbau di Kabupaten Padang Lawas Utara, hambatan-hambatan serta faktor pendukung dalam upaya
penanggulangan tindak pidana pencurian ternak kerbau oleh kepolisian setempat. Temuan lainnya yang diperoleh dari penelitian ini yakni Beberapa kasus
pencurian ternak dan penanganannya di Kabupaten Padang Lawas Utara antara lain posisi kasus terjadinya tindak pidana pencurian kerbau kemudian
penyelesaian kasus pencurian ternak kerbau dengan menggunakan ketentuan hukum pidana.
Mahasiswa Fakultas Hukum USU Dosen I, Staf Pengajar Fakultas Hukum USU
Dosen II, Pembantu Dekan II Fakultas Hukum USU
KATA PENGANTAR
Pertama-tama penulis panjatkan Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik.
Universitas Sumatera Utara
hasil sensus pertanian 2013 apabila dirinci menurut kecamatan yang memiliki sapi dan kerbau paling banyak adalah Kecamatan Padang Bolak dengan jumlah
populasi sebanyak 4.954 ekor, kemudian Kecamatan Simangambat 3.381 ekor, dan Kecamatan Portibi 3.335 ekor. Sedangkan Kecamatan yang memiliki sapi
dan kerbau paling sedikit adalah Kecamatan Dolok dengan jumlah populasi hanya 92 ekor.Badan Pusat Statistik, Kabupaten Padang Lawas Utara.
Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri atas berbagai macam suku bangsa, budaya, dan bahasa. Keanekaragaman tersebut berpotensi
menimbulkan benturan-benturan di dalam masyarakat sebagai akibat dari adanya perbedaan kepentingan. Guna mengatasi perbedaan tersebut dibutuhkan
adanya peraturan hukum yang mampu mengatur seluruh perikehidupan masyarakat dalam rangka mewujudkan rasa keadilan.
Berbagai kasus merebak sejalan dengan tuntutan akan perubahan, yang dikenal dengan reformasi, tampak di berbagai lapisan masyarakat dari tingkat
atas sampai bawah terjadi penyimpangan hukum. Pembangunan masyarakat hukum madani civil society merupakan tatanan hidup masyarakat yang
memiliki kepatuhan terhadap nilai-nilai hukum. Akan tetapi dalam perjalanan transisi perubahan terdapat sejumlah ketimpangan hukum yang dilakukan oleh
berbagai lapisan masyarakat
Hukum yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat memang semestinya dapat mengatasi atau setidaknya telah mewaspadai segala
bentuk perubahan sosial maupun kebudayaan yang menggejala di masyarakat
Universitas Sumatera Utara
secara kompleks sekalipun. Sekalipun konsep-konsep hukum tersebut tidak sepenuhnya dipahami oleh masyarakat, tetapi hukum itu sendiri tetap eksis
dalam konteks yang lebih universal. Hal ini tidak lain karena masyarakat umum yang menghendaki atau menciptakan suatu perubahan, meskipun tidak diiringi
dengan pemahaman konsep yang menyeluruh. Akibat yang terjadi adalah implementasi hukum di dalam masyarakat menjadi tidak optimal. Tidak jarang
perangkat hukum tersebut justru disalahgunakan untuk maksud maupun tujuan tertentu, yang justru memiliki tendensi untuk keuntugan pribadi atau golongan.
Sistem hukum suatu negara terbentuk dari pertumbuhan tata nilai hukum yang berlaku dalam masyarakat dan organisasi alat perlengkapan.
Secara universal, manusia mempunyai kebutuhan yang selalu ingin terpenuhi, termasuk kebutuhan sandang dan pangan, baik sebagai alat untuk
memperoleh mempertahankan kehidupan, maupuan hanya sebatas pemenuhan hasrat ingin memiliki atau bahkan sebagai peningkatan status sosial taraf
hidup. Dengan bekerja diharapkan pemenuhan kebutuhan ini menjadi sebuah hal legal, bahkan bernilai ibadah dalam agama. Namun harapan itu tidak
selamnya terpenuhi karena beragamnya sifat dan cara pemenuhan kebutuhan sandang dan pangan manusia yang terkadang menghalalkan segala cara,
termasuk melakukan tindak pidana pencurian.
Seseorang melakukan tindak pidana pencurian tentu memiliki alasan yang berbeda-beda, termasuk alasan ekonomifaktor ekonomi, dengan faktor ekonomi
dapat mendesak orang untuk melakukan tindakan apapun termasuk tindak
Universitas Sumatera Utara
pidana pencurian. Dalam sejarah peradaban manusia pencurian ada sejak terjadi
ketimpangan antara kepemilikan benda-benda kebutuhan manusia, kekurangan akan kebutuhan, dan ketidakpemilikan cenderung membuat orang berbuat
menyimpang pencurian. Pencurian dilakukan dengan berbagai cara, dari cara- cara tradisional sampai pada cara-cara modern dengan menggunakan alat-alat
modern dengan pola yang lebih lihai. Hal seperti ini dapat terlihat dimana-mana, dan cenderung luput dari jeratan hukum yang lebih parahnya lagi banyak kasus-
kasus pencurian yang bukan hanya dilakukan oleh orang dewasa tetapi juga dilakukan oleh anak yang merupakan generasi penerus di masa depan.
Tindak pidana pencurian sampai saat ini masih dilematis dan menjadi masalah yang cukup serius serta memerlukan pemecahan, oleh karena itu
diperlukan usaha penanggulangan atau setidak-tidaknya pencegahan yang baik dari semua pihak, baik aparat hukum maupun masyarakat yang harus
diidentifikasikan agar dapat berjalan secara tertib, terarah, dan terencana. Dalam hal ini semua pihak harus bekerja sama dalam mengaktualisasikan nilai-nilai
agama, budaya dan hukum serta menindak tegas para pelaku pencurian agar sedapat mungkin bisa menekan laju perkembanganya, karena bukan tidak
mungkin pencurian akan terus bertambah dimasa-masa yang akan datang, bahkan akan menjadi fenomena yang biasa dalam masyarakat, sehingga
semakin banyak orang yang harus menjadi korban perbuatan orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Pencurian dibentuk dari tingkat dan klasifikasi pencurian yang bermula
Universitas Sumatera Utara
dari tingkat atas sampai bawah, sehingga dalam setiap peristiwa, sorotan keras terhadap pencurian terus dilancarkan dalam rangka mengurangi tindak kriminal.
Pencurian dengan pemberatan ialah pencurian biasa Pasal 362 KUHP, hanya bedanya bahwa pencurian yang dimaksud ditambah dengan ditentukan
bentuk dan cara melakukan perbuatan, waktu serta jenis barang yang dicuri sehingga dinilai memberatkan kualitas pencurian.
2
Hal ini diatur dalam Pasal 363 KUHP salah satunya tindak pidana pencurian ternak. Pencurian ternak mempunyai dampak yang begitu besar bagi
kehidupan masyarakat terutama masyarakat di Kabupaten Padang Lawas Utara. Ternak khususnya sapi dan kerbau bagi kehidupan masyarakat Paluta terutama
petani sangat penting, selain itu sapi dan kerbau juga digunakan untuk membajak sawah. Pelaku pada pencurian ternak ini kebanyakan pelaku residivis
yaitu pelaku yang pernah melakukan kejahatan yang sama untuk kedua kalinya. Dalam Bab IX KUHP tentang arti beberapa istilah yang dipakai dalam
KUHP mengartikan ternak sebagai yang diatur dalam pasal 101 KUHP yaitu hewan yang berkuku satu, pemamah biak dan babi, atau dengan lain perkataan :
kuda, sapi atau kerbau dan babi. Dari istilah ini dapat dimengerti bahwa objek dari pencuriannya ternak sebagai unsur objektif tambahan dalam tindak pidana
pencurian pokok, sehingga dapat disimpulkan disatu pihak penentuan arti kata ini bersifat memperluas karena biasanya kuda dan babi tidak masuk istilah
ternak. Dan dilain pihak membatasi karena tidak termasuk didalamnya ayam, 2Suharto RM, Hukum Pidana Materiil Unsur-unsur Obyektif sebagai
Dasar Dakwaan, Sinar Grafika, Jakarta, 2002, hal: 72.
Universitas Sumatera Utara
bebek, dan sebagainya.
3
Di negeri Belanda menyebutkan “diefstal van uit de weide” pencurian ternak dari suatu padang rumput penggembalaan, dimana unsur weide itu tegas
ditambahkan karena unsur inilah yang justru merupakan alasan memberatkan hukuman. Oleh karena di Indonesia tidak ada tambahan “ dari padang rumput
penggembalaan”, maka alasan memperberat hukuman hanya terletak pada hal ; bahwa ternak dianggap kekayaan yang penting.
4
Sama halnya di Indonesia, menurut pandangan pembentuk Undang- undang bahwa masyarakat Indonesia memandang ternak mempunyai nilai
khusus, mempunyai nilai yang lebih tinggi daripada benda maupun binatang lainnya. Nilai khusus ini misalnya ternak dapat digunakan sebagai penarik
beban, mengerjakan sawah, bahkan dapat digunakan sebagai ukuran kekayaan seseorang.
Tindak kejahatan pada dasarnya selalu melekat di dalam masyarakat manapun dan berbentuk apapun sistem politiknya. Lebih jauh lagi Baharuddin
Lopa menjelaskan, semakin kompleks masyarakat semakin banyak pula pelanggaran hukum yang terjadi. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena di
tengah-tengah masyarakat kerap sekali terjadi tindak pidana yang sangat bervariasi. Salah satu kasus pencurian ternak, pencurian ternak merupakan
suatu bentuk pencurian yang diperberat, yaitu bentuk pencurian sebagaimana 3 Rasyid Ariman dan M. Fahmi Raghib, Kejahatan Tertentu dalam KUHP
Sari Kuliah Hukum Pidana dalam Kodifikasi, Universitas Sriwijaya, Palembang, 2008, hal. 59.
4 Ibid., hal. 59.
Universitas Sumatera Utara
yang dirumuskan dalam pasal 362 bentuk pokoknya ditambah unsur-unsur lain, baik yang objektif maupun subjektif, yang bersifat memberatkan pencurian
itu, dan oleh karenanya diancam dengan pidana yang lebih berat dari pencurian dalam bentuk pokoknya. Ternak ditetapkan oleh pembentuk Undang-undang
sebagai faktor-faktor memperberat didasarkan pada pertimbangan mengenai keadaan khusus pada Indonesia.
Dengan latar belakang inilah penulis tertarik untuk membuat suatu karya
ilmiah skipsi dengan judul “Upaya Penanggulangan Tindak Pidana Pencurian Ternak Kerbau Studi Kasus Polsek Padang Bolak Kec. Portibi
Kab.Padang Lawas Utara”. B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dikemukakan rumusan masalah dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Apa yang menjadi faktor-faktor terjadinya pencurian ternak kerbau di wilayah hukum Polsek Padang Bolak?
2. Bagaimana upaya kepolisian Polsek Padang Bolak dalam penanggulangan pencurian ternak kerbau di Kabupaten Padang Lawas Utara?
3. Bagaimana Penanganan Pencurian Ternak yang dilakukan oleh pihak Kepolisian dengan penerapan hukum pidana di Wilayah Hukum Polsek
Padang Bolak?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan