5.2.6 Distribusi Penderita Rinosinusitis Berdasarkan Lokasi Sinus
Data tentang lokasi sinus ini didapatkan berdasarkan pemeriksaan foto polos sinus paranasal dan CT-scan sinus paranasal pada rekam medik pasien.
Jumlah pasien dengan pemeriksaan foto polos sinus paranasal tercatat sebanyak 179 orang, sedangkan CT-scan sebanyak 43 orang. Dari hasil penelitian ini, lokasi
sinus yang terbanyak terlibat pada penderita rinosinusitis adalah sinus maksila yaitu sebanyak 110 orang 58,5. Hasil ini sejalan dengan penelitian Dalimunthe
2010 yang menyatakan bahwa rinosinusitis maksilaris merupakan yang terbanyak yang diderita yaitu sebanyak 62 orang 64,6.
Penelitian case series oleh Frisdiana 2010 di RS Santa Elisabeth Medan tahun 2006-2010 menjelaskan bahwa rinosinusitis maksilaris merupakan yang
paling banyak diderita oleh pasien yaitu sebesar 94,1. Sogebi 2008, dalam penelitiannya menyatakan bahwa sinus maksila
merupakan lokasi sinus yang paling banyak terdapat kelainan yaitu sebanyak 70,51, sedangkan sinus sfenoidalis merupakan lokasi sinus yang paling jarang
terdapat kelainan. Sinus maksila adalah sinus paranasal terbesar dan yang paling sering
terkena infeksi karena letak ostiumnya yang lebih tinggi dari dasar sinus. Selain itu dasar sinus maksila adalah dasar akar gigi sehingga infeksi gigi dapat
menyebabkan sinusitis maksilaris Ballenger, 1997. Menurut Damayanti Soetjipto dan Endang Mangunkusumo 2010, sinus
maksila paling sering terkena infeksi karena drenase aliran hanya tergantung dari gerak silia akibat letak ostium yang lebih tinggi dibandingkan dasar sinus. Selain
itu, drenase yang harus melalui infundibulum yang sempit juga dapat menyebabkan sinusitis jika di daerah tersebut mengalami inflamasi.
5.2.7 Distribusi Penderita Rinosinusitis Berdasarkan Jumlah Sinus yang Terlibat
Berdasarkan jumlah sinus yang terlibat, proporsi tertinggi pada penderita rinosinusitis di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2011 adalah single
rinosinusitis yaitu sebanyak 120 63,8. Hal ini sejalan dengan penelitian
Universitas Sumatera Utara
Multazar 2008, dalam penelitian beliau dinyatakan bahwa yang paling banyak terlibat berdasarkan foto polos sinus paranasal adalah single rinosinusitis sebesar
87,8 dan paling rendah adalah pansinusitis sebesar 0,4. Penelitian Dalimunthe 2010 menyatakan bahwa single rinosinusitis
merupakan yang paling banyak diderita oleh pasien-pasien yang datang ke RSUP Haji Adam Malik Medan yaitu sebanyak 64 orang 66,7 lalu diikuti dengan
Multisinusitis dengan 28 orang 29,2 dan Pansinusitis yaitu 4 orang 4,2. Sogebi 2008 juga menyatakan bahwa sebanyak 73,08 subjek pada
penelitiannya menderita single rinosinusitis, 21,79 multisinusitis dan 5,13 pansinusitis.
Penelitian Frisdiana 2010 menyatakan bahwa proporsi penderita rinosinusitis kronik berdasarkan sinus yang terlibat tertinggi adalah single
rinosinusitis 52,0 dan terendah pansinusitis 8,8.
5.2.8 Distribusi Penderita Rinosinusitis Berdasarkan Jenis Terapi
Jenis terapi atau penatalaksanaan terbanyak pada penderita rinosinusitis di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2011 adalah dengan obat-obatan atau
medikamentosa pada 146 orang 77,7, sedangkan pasien yang ditangani dengan operasi sebanyak 42 orang 22,3. Berdasarkan jenis operasi yang paling sering
dilakukan adalah FESS sebanyak 38 orang 90,5 diikuti dengan kaak spooling sebanyak 3 orang 7,1 dan operasi Caldwell-Luc hanya 1 orang 2,4. Hal ini
sejalan dengan penelitian Multazar 2008 di RSUP H. Adam Malik Medan yang menyatakan bahwa penatalaksanaan terbanyak pada penderita rinosinusitis kronik
adalah dengan dengan medikamentosa dengan proporsi 77,36, sementara penatalaksanaan dengan operasi hanya 22,64.
Tingginya proporsi penatalaksanaan dengan medikamentosa mungkin karena tatalaksana dengan medikamentosa selama 2 minggu sudah menunjukkan
respon yang baik pada pasien. Sementara tindakan dengan operasi harus memerlukan indikasi yang sesuai yaitu jika tidak ada respon perbaikan dari pasien
selama 2 minggu atau jika sudah ada tanda obstruksi ostium yang tidak dapat ditangani dengan hanya menggunakan obat saja.
Universitas Sumatera Utara
5.2.9 Distribusi Penderita Rinosinusitis Berdasarkan Komplikasi