Distribusi Penderita Rinosinusitis Berdasarkan Lama Penyakit Distribusi Penderita Rinosinusitis Berdasarkan Lokasi Sinus

Patofisiologi terjadinya rinosinusitis dimulai dengan reaksi inflamasi yang menyebabkan edema pada organ sinus. Edema tersebut akan menyebabkan penyumbatan pada hidung dan kompleks ostio-meatal pun tertutup sehingga aliran mukus menjadi terhambat. Hal tersebut akan menyebabkan mukus terakumulasi. Jika memungkinkan akan tumbuh bakteri patogen di sinus yang mengalami penyumbatan, maka akan terjadi infeksi sekunder oleh bakteri tersebut. Infeksi inilah yang disebut dengan rinosinusitis Mangunkusumo, 2010. Dengan demikian, edema yang menyebabkan tertutupnya KOM sebagai awal timbulnya sinusitis akan memberikan gejala hidung tersumbat. Penyebab non-infeksi hidung tersumbat antara lain bisa karena trauma, malformasi seperti deviasi septum, hipertrofi konka, polip kavum nasi, tumor hidung. Ballenger, 1994

5.2.5 Distribusi Penderita Rinosinusitis Berdasarkan Lama Penyakit

Proporsi penderita rinosinusitis berdasarkan lama penyakit yang paling banyak di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2011 adalah rinosinusitis kronis dengan pasien sebanyak 93 orang 49,5 sedangkan penderita rinosinusitis akut sebanyak 63 orang 33,5 dan penderita rinosinusitis subakut sebanyak 32 orang 17. Hal ini sejalan dengan penelitian Dalimunthe 2010 yang menyatakan bahwa penderita rinosinusitis kronik sebanyak 75 orang 78,1 sedangkan penderita rinosinusitis akut sebanyak 9 orang 9,4. Penyebab kenapa penderita rinosinusitis kronik lebih banyak dibandingkan akut kemungkinan karena kurangnya pengetahuan masyarakat untuk mengenali gejala rinosinusitis dan penanganan yang tepat. Sebagian besar masyarakat umum akan menganggap sinusitis adalah suatu gejala yang biasa dan bisa hilang jika meminum obat. Jika pasien tetap meminum obat walaupun penyakit ini belum sembuh, lama kelamaan penyakit ini akan menjadi kronis dan menimbulkan gejala yang lebih berat. Pada saat gejalanya sudah berat barulah penderita datang berobat ke rumah sakit. Hal itu yang kemungkinan menyebabkan kenapa penderita sering datang sudah dalam kondisi kronik. Universitas Sumatera Utara

5.2.6 Distribusi Penderita Rinosinusitis Berdasarkan Lokasi Sinus

Data tentang lokasi sinus ini didapatkan berdasarkan pemeriksaan foto polos sinus paranasal dan CT-scan sinus paranasal pada rekam medik pasien. Jumlah pasien dengan pemeriksaan foto polos sinus paranasal tercatat sebanyak 179 orang, sedangkan CT-scan sebanyak 43 orang. Dari hasil penelitian ini, lokasi sinus yang terbanyak terlibat pada penderita rinosinusitis adalah sinus maksila yaitu sebanyak 110 orang 58,5. Hasil ini sejalan dengan penelitian Dalimunthe 2010 yang menyatakan bahwa rinosinusitis maksilaris merupakan yang terbanyak yang diderita yaitu sebanyak 62 orang 64,6. Penelitian case series oleh Frisdiana 2010 di RS Santa Elisabeth Medan tahun 2006-2010 menjelaskan bahwa rinosinusitis maksilaris merupakan yang paling banyak diderita oleh pasien yaitu sebesar 94,1. Sogebi 2008, dalam penelitiannya menyatakan bahwa sinus maksila merupakan lokasi sinus yang paling banyak terdapat kelainan yaitu sebanyak 70,51, sedangkan sinus sfenoidalis merupakan lokasi sinus yang paling jarang terdapat kelainan. Sinus maksila adalah sinus paranasal terbesar dan yang paling sering terkena infeksi karena letak ostiumnya yang lebih tinggi dari dasar sinus. Selain itu dasar sinus maksila adalah dasar akar gigi sehingga infeksi gigi dapat menyebabkan sinusitis maksilaris Ballenger, 1997. Menurut Damayanti Soetjipto dan Endang Mangunkusumo 2010, sinus maksila paling sering terkena infeksi karena drenase aliran hanya tergantung dari gerak silia akibat letak ostium yang lebih tinggi dibandingkan dasar sinus. Selain itu, drenase yang harus melalui infundibulum yang sempit juga dapat menyebabkan sinusitis jika di daerah tersebut mengalami inflamasi.

5.2.7 Distribusi Penderita Rinosinusitis Berdasarkan Jumlah Sinus yang Terlibat