anterior dan segmen superior dari kompleks etmoid anterior ini, tulang frontal secara berangsur-angsur mengalami pneumatisasi, menghasilkan sinus frontal
yang ukurannya bervariasi. Saat lahir, sinus frontal kecil dan pada foto x-ray sulit dibedakan dari sel etmoid anterior yang lain. Berbeda dengan pneumatisasi sinus
maksilaris yang cepat, proses pneumatisasi sinus frontal secara inisial sangat lambat. Meskipun begitu, pneumatisasinya akan tampak jelas pada gambaran CT-
scan pada akhir tahun usia pertama. Saat usia 5 tahun, pneumatisasi akan meluas secara superior dan pada usia 12 tahun sinus sudah tampak besar. Pneumatisasi
mungkin akan berlanjut selama masa remaja. Bentuk sinus dan resesus frontal merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan variasi Stammberger,
2008. Ukuran sinus frontal adalah 2,8 cm tinggi x 2,4 cm lebar x 2 cm
dalamnya. Sinus frontal biasanya bersekat-sekat dan tepi sinus berlekuk-lekuk Soetjipto, 2010.
2.3. Definisi Rinosinusitis
Rinosinusitis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan peradangan mukosa hidung dan sinus paranasal. Konsensus internasional tahun 2004
membagi rinosinusitis menjadi akut ARS dengan batas sampai 4 minggu, subakut antara 4 minggu sampai 3 bulan dan kronik CRS jika lebih dari 3 bulan
Mangunkusumo, 2010. Pada sinusitis bakteri kronik, infeksi lebih cenderung mengarah pada kerusakan sistem aliran mukosiliar akibat infeksi berulang
dibandingkan infeksi bakteri yang persisten Rubin, 2008. Kadang-kadang semua sinus paranasal meradang pada waktu yang sama pansinusitis Broek, 2010.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.3.1. Klasifikasi Rinosinusitis Benninger, 2008
Klasifikasi Durasi
Akut 7 hari hingga
≤ 4 minggu Subakut
4 hingga 12 minggu Akut Rekuren
≥ 4 kali episode ARS per tahun Kronik
≥ 12 minggu Eksaserbasi Akut Rinosinusitis
Kronik Keadaan akut yang memburuk pada
CRS
2.4. Etiologi
Menurut Andrew P. Lane dan David W. Kennedy 2003, faktor-faktor yang berhubungan dengan patogenesis rinosinusitis dibagi dalam 2 besar, yaitu
faktor manusia dan lingkungan. Faktor manusia misalnya seperti genetik kelainan kongenital kista fibrosis, sindrom silia imotil, alergi kondisi imun
tubuh, kelainan anatomi, penyakit sistemik, kelainan endokrin, gangguan metabolik, dan keganasan. Sedangkan faktor lingkungan misalnya seperti infeksi
virus, bakteri, dan jamur, trauma, bahan kimia berbahaya, iatrogenik medikamentosa ataupun pembedahan.
Sinusitis yang disebabkan oleh infeksi ada 3 agen penyebabnya, yaitu virus, bakteri, dan jamur. Rhinosinusitis akibat virus disebut common cold. Virus
yang menginfeksi antara lain : rhinovirus 50, coronavirus 20, influenza, parainfluenza, respiratory syncytial virus, adenovirus dan enterovirus. Sementara
rinosinusitis bakterial akut disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenza
sekitar 60 kasus rinosinusitis akibat bakteri. Sisanya disebabkan oleh Streptococcus grup A, Streptococcus milleri, Staphylococcus
aureus , Neisseria spp., basil gram negatif, Klebsiella sp., Moraxella catarrhalis,
dan Pseudomonas sp. Patogen anaerobik seperti Peptostreptococcus, Bacteroides spp., dan Fusobacteria ditemukan pada kasus sinusitis maksilaris yang merupakan
infeksi sekunder terhadap penyakit gigi Issing, 2010. Jenis jamur yang paling sering menyebabkan infeksi sinus paranasal ialah spesies Aspergillus dan Candida
Mangunkusumo, 2010.
Universitas Sumatera Utara
Beberapa faktor predisposisi selain yang di atas adalah lingkungan berpolusi, udara dingin dan kering serta kebiasaan merokok. Keadaan tersebut
secara perlahan akan menyebabkan perubahan mukosa dan kerusakan silia dalam hidung dan sinus paranasal Mangunkusumo, 2010.
2.5. Patofisiologi