Definisi Rinosinusitis Etiologi Karakteristik Penderita Rinosinusitis Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2011

anterior dan segmen superior dari kompleks etmoid anterior ini, tulang frontal secara berangsur-angsur mengalami pneumatisasi, menghasilkan sinus frontal yang ukurannya bervariasi. Saat lahir, sinus frontal kecil dan pada foto x-ray sulit dibedakan dari sel etmoid anterior yang lain. Berbeda dengan pneumatisasi sinus maksilaris yang cepat, proses pneumatisasi sinus frontal secara inisial sangat lambat. Meskipun begitu, pneumatisasinya akan tampak jelas pada gambaran CT- scan pada akhir tahun usia pertama. Saat usia 5 tahun, pneumatisasi akan meluas secara superior dan pada usia 12 tahun sinus sudah tampak besar. Pneumatisasi mungkin akan berlanjut selama masa remaja. Bentuk sinus dan resesus frontal merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan variasi Stammberger, 2008. Ukuran sinus frontal adalah 2,8 cm tinggi x 2,4 cm lebar x 2 cm dalamnya. Sinus frontal biasanya bersekat-sekat dan tepi sinus berlekuk-lekuk Soetjipto, 2010.

2.3. Definisi Rinosinusitis

Rinosinusitis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan peradangan mukosa hidung dan sinus paranasal. Konsensus internasional tahun 2004 membagi rinosinusitis menjadi akut ARS dengan batas sampai 4 minggu, subakut antara 4 minggu sampai 3 bulan dan kronik CRS jika lebih dari 3 bulan Mangunkusumo, 2010. Pada sinusitis bakteri kronik, infeksi lebih cenderung mengarah pada kerusakan sistem aliran mukosiliar akibat infeksi berulang dibandingkan infeksi bakteri yang persisten Rubin, 2008. Kadang-kadang semua sinus paranasal meradang pada waktu yang sama pansinusitis Broek, 2010. Universitas Sumatera Utara Tabel 2.3.1. Klasifikasi Rinosinusitis Benninger, 2008 Klasifikasi Durasi Akut 7 hari hingga ≤ 4 minggu Subakut 4 hingga 12 minggu Akut Rekuren ≥ 4 kali episode ARS per tahun Kronik ≥ 12 minggu Eksaserbasi Akut Rinosinusitis Kronik Keadaan akut yang memburuk pada CRS

2.4. Etiologi

Menurut Andrew P. Lane dan David W. Kennedy 2003, faktor-faktor yang berhubungan dengan patogenesis rinosinusitis dibagi dalam 2 besar, yaitu faktor manusia dan lingkungan. Faktor manusia misalnya seperti genetik kelainan kongenital kista fibrosis, sindrom silia imotil, alergi kondisi imun tubuh, kelainan anatomi, penyakit sistemik, kelainan endokrin, gangguan metabolik, dan keganasan. Sedangkan faktor lingkungan misalnya seperti infeksi virus, bakteri, dan jamur, trauma, bahan kimia berbahaya, iatrogenik medikamentosa ataupun pembedahan. Sinusitis yang disebabkan oleh infeksi ada 3 agen penyebabnya, yaitu virus, bakteri, dan jamur. Rhinosinusitis akibat virus disebut common cold. Virus yang menginfeksi antara lain : rhinovirus 50, coronavirus 20, influenza, parainfluenza, respiratory syncytial virus, adenovirus dan enterovirus. Sementara rinosinusitis bakterial akut disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenza sekitar 60 kasus rinosinusitis akibat bakteri. Sisanya disebabkan oleh Streptococcus grup A, Streptococcus milleri, Staphylococcus aureus , Neisseria spp., basil gram negatif, Klebsiella sp., Moraxella catarrhalis, dan Pseudomonas sp. Patogen anaerobik seperti Peptostreptococcus, Bacteroides spp., dan Fusobacteria ditemukan pada kasus sinusitis maksilaris yang merupakan infeksi sekunder terhadap penyakit gigi Issing, 2010. Jenis jamur yang paling sering menyebabkan infeksi sinus paranasal ialah spesies Aspergillus dan Candida Mangunkusumo, 2010. Universitas Sumatera Utara Beberapa faktor predisposisi selain yang di atas adalah lingkungan berpolusi, udara dingin dan kering serta kebiasaan merokok. Keadaan tersebut secara perlahan akan menyebabkan perubahan mukosa dan kerusakan silia dalam hidung dan sinus paranasal Mangunkusumo, 2010.

2.5. Patofisiologi