10
4.2.2 Analisis Fisik dan Kimia
Kadar Air Metode Oven AOAC, 1995
Mula-mula cawan kosong dikeringkan dalam oven selama 15 menit pada suhu 100-105
o
C dan didinginkan dalam desikator selama 10 menit, kemudian ditimbang. Sebanyak 5 gram contoh
dimasukkan ke dalam cawan yang telah ditimbang dan selanjutnya dikeringkan dalam oven bersuhu 100-105
o
C selama 6 jam. Cawan yang telah berisi contoh tersebut dipindahkan ke desikator, didinginkan dan ditimbang. Pengeringan dilakukan kembali sampai didapat berat konstan. Kadar air
dihitung berdasarkan kehilangan berat yaitu selisih berat awal dengan berat akhir. Perhitungan kadar air dilakukan dengan rumus :
Kadar air = Keterangan :
a = berat cawan dan berat sampel akhir g b = berat cawan g
c = berat sampel awal g
Analisis tekstur kekerasan produk akhir Stable Micro System TA.XT Texture Analyzer
Pengukuran tekstur dilakukan secara objektif menggunakan Stable Micro System TA.XT Texture Analyzer. Parameter yang diukur adalah kekerasan produk. Tingkat kekerasan ditentukan dari
maksimum gaya nilai puncak pada tekanan probe dan dinyatakan dalam kilogram force kgf. Semakin besar gaya yang digunakan untuk menekan produk hingga patah, maka nilai kekerasan akan
semakin besar yang berarti produk semakin keras. Probe yang digunakan ialah 100 mm Compression Platen P100. Kekerasan dianggap berbanding terbalik dengan kerenyahan produk. Setting texture
analyzer yang digunakan dalam pengukuran kekerasan produk ekstrusi dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Setting Texture Analyzer untuk Kekerasan Produk
Pre-Test Speed 1 mms
Test Speed 1 mms
Post-Test Speed 10mms
Distance 10 mm
Trigger Force 10 g
Data Acquisition Rate 100 pps
Derajat Pengembangan Chinnaswamy dan Hanna, 1988 dan Panjang Produk
Pengukuran panjang dilakukan secara langsung. Derajat pengembangan produk ekstrusi ditentukan dengan cara membagi diameter produk dengan diameter die ekstruder. Derajat
pengembangan produk ekstrusi ditentukan dengan rumus : Derajat pengembangan =
Pengukuran diameter dan panjang produk dilakukan menggunakan jangka sorong.
Water Absorption Index WAI, metode sentrifugasi Modifikasi Anderson, 1969 di dalam Ganjyal
et al., 2006
Sebanyak 0.5 gram sampel dalam bentuk tepung dengan ukuran 100 mesh disuspensikan dalam 15 ml aquades, diaduk dengan menggunakan stirrer selama 30 menit sampai semua bahan terdispersi
merata. Selanjutnya tabung disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm pada suhu ruang selama 10
11
menit. Supernatan yang diperoleh dituangkan secara hati-hati ke dalam wadah lain, sedangkan tabung sentrifuse beserta residunya ditimbang untuk mengetahui beratnya. Berat residu yang diperoleh
mengekspresikan banyaknya jumlah air yang terserap. Water absorption index WAI dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
WAI mlg =
Water Solubility Index WSI, metode sentrifugasi Modifikasi Anderson, 1969 di dalam Ganjyal et al., 2006
Diambil contoh dari supernatan hasil sentrifugasi sebanyak 2 ml dan dimasukkan ke dalam cawan yang telah diketahui beratnya. Cawan dimasukkan ke dalam oven dan dikeringkan pada suhu
100 5
o
C sampa semua air dalam cawan menguap 4 jam. Cawan kemudian didinginkan dalam
desikator dan ditimbang sebagai bahan kering yang terlarut dalam supernatan. Water solubility index WSI ditentukan sebagai berikut :
WSI g2 ml =
Derajat gelatinisasi, metode spektrofotometri Wooton et al., 1971 di dalam Muchtadi et al.,
1988
Produk dihaluskan sampai 60 mesh, ditimbang sebanyak 1 gram dan didispersikan dalam 100 ml air dalam waring blender selama 1 menit. Suspensi ini kemudian disentrifuse pada suhu ruang selama
15 menit dengan kecepatan 3500 rpm. Supernatan diambil 0.5 ml secara duplo, lalu masing-masing ditambah 0.5 ml HCl 0.5 M dan dijadikan 10 ml dengan akuades. Pada salah satu tabung duplo
tersebut ditambahkan 0.1 ml larutan iodium. Kemudian keduanya diukur dengan spektrofotometri pada panjang gelombang 600 nm di mana sampel yang tidak diberi iodin sebagai blanko.
Suspensi lain disiapkan dengan cara mendispersikan 1 gram produk yang sudah dihaluskan pada 95 ml air dan ditambah 5 ml NaOH 10 M. Suspensi dikocok salama 5 menit kemudian disentrifuse
selama 15 menit pada suhu ruang dengan kecepatan 3500 rpm. Supernatan diambil 0.5 ml secara duplo, ditambah 0.5 HCL 0.5 M dan dijadikan 10 ml dengan aquades. Pada salah satu tabung tersebut
ditambahkan 0.1 ml larutan iodium. Contoh diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 600 nm di mana contoh yang tidak diberi iodin sebagai blanko.
Bulk Density Pan et al., 1998 di dalam Lin et al., 2002
Volume produk ekstrusi dihitung menggunakan gelas ukur 100 ml dengan pergantian volume oleh rapeseed. Rapeseed dimasukkan ke dalam gelas ukur 100 ml dengan merata, kemudian
dipindahkan sementara ke wadah lain. Sejumlah sampel yang telah diketahui beratnya 5 g
dimasukkan ke dalam gelas ukur, kemudian sisa ruang kosong ditutupi kembali dengan rapeseed. Rapeseed yang tersisa dihitung sebagai volume yang tergantikan oleh sampel. Volume sejumlah
sampel dihitung secara acak untuk setiap test. Rasio berat sampel dengan volume yang terpindahkan oleh rapeseed dihitung sebagai bulk density wv.
12
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1
Kadar Air
Kadar air merupakan parameter yang penting pada produk ekstrusi. Kadar air secara tidak langsung akan ikut serta menentukan sifat fisik dari produk seperti kerenyahan produk dan hal ini
adalah hal yang menjadi perhatian konsumen dalam mengkonsumsi produk ekstrusi. Berdasarkan hasil analisis kadar air produk berkisar antara 3,88 hingga 3,89 . Pengujian dengan general linear
model univariate menunjukkan bahwa hanya perlakuan pre-conditioning yang berpengaruh nyata terhadap kadar air produk pada taraf signifikansi 5 Lampiran 10.
Sebagian kadar air pada produk yang diproses dengan pre-conditioner memiliki kadar air akhir yang sedikit lebih rendah. Penyebaran air pada bahan yang diproses dengan pre-conditioner jauh lebih
baik dibandingkan penyebaran air pada bahan yang diproses tanpa pre-conditioner. Hal ini disebabkan oleh uap yang digunakan pada pre-conditioner lebih mudah menyebar dibanding menggunakan air.
Selain itu, bahan yang diproses dengan pre-conditioner sudah menerima energi panas sebelum masuk ke dalam ekstruder. Hal ini menyebabkan energi yang diterima bahan di dalam ekstruder digunakan
sebagian untuk menguapkan air sementara bahan yang tidak diproses dengan pre-conditioner menggunakan sebagian energi dari proses ekstrusi untuk menaikkan suhu bahan serta sebagai energi
awal untuk gelatinisasi. Kadar air produk yang tertinggi dan terendah produk hanya memiliki selisih 0,0043. Selisih
yang tidak terlalu besar ini disebabkan oleh kadar air bahan yang diproses dengan pre-conditioner dan tanpa pre-conditioner sudah diatur sama. Kadar air produk ekstrusi yang dihasilkan pada penelitian ini
sesuai dengan standar SNI 01-2886-2000 di mana kadar air akhir produk snack ekstrusi maksimal 4 .
5.2 Derajat Gelatinisasi